Anda di halaman 1dari 13

Nyeri Berkemih pada Laki-Laki Usia 27 Tahun

Anita Angkawinata Langie


102012142
Kelompok E5
Blok 15 Semester 4
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjana Utara 6. Jakarta Barat 11510
anitalangie@hotmail.com
___________________________________________________________
Pendahuluan
Latar Belakang
Berkemih/buang air kecil merupakan suatu kegiatan eksresi yang penting
dalam kehidupan manusia. Pada dewasa ini, gaya hidup remaja dan orang dewasa
lainnya sangat mengecewakan. Penyakit menular seksual sangat sering terjadi di
setiap negara. Salah satunya adalah gonorrhea yang menyebabkan uretritis dan
kencing bernanah pada penderita yang akan menyebabkan penderita mengalami nyeri
saat berkemih. Gonorrhoae merupakan penyakit menular seksual kedua tertinggi.
Perkembangan penyakit ini sangatlah cepat sehingga harus ditangani dengan
sebaik-baiknya, apalagi penyakit ini bisa ditularkan kepada pasangan seksual dari
orang tersebut. Apabila penyakit gonnorrhea ini bisa menyebabkan prognosis yang
buruk jika tidak ditangani dengan baik dan tepat.

Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran dan
penjelasan dari penyakit menular seksual, gonorrhea. Yang akan menjadi bahasannya
antara lain adalah penyebab, penyebaran, proses terjadinya, komplikasi yang
ditimbulkan, penatalaksanaan yang terdiri dari medika mentosa dan non medika
mentosa, serta penatalaksanaan yang tepat pada kasus tersebut.

Isi
Skenario : Laki-laki usia 27 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
kencing yang terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu. Pasien belum mengobati keluhan
tersebut.
Berdasarkan skenario berikut, yang menjadi topic bahasan adalah anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, working diagnosis, differential diagnosis,
etiologi, epidemiologi, pathogenesis, penatalaksanaan, prognosis, pencegahan, dan
edukasi.
Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu
percakapan atau komunikasi dua arah antara dokter dan pasien. Anamnesis yang baik
disertai

dengan

empati

dari

dokter

terhadap

pasien.

Perpaduan

keahlian

mewawancarai dan pengetahuan yang mendalam tentang gejala (simtom) dan tanda
(sign) dari suatu penyakit akan memberikan hasil yang tepat dalam menentukan
diagnosis

sehingga

dapat

membantu

menentukan

langkah

penatalaksanaan

selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.1


Pada tahap pertama anamnesis kita harus menanyakan identitas pasien secara
jelas, yaitu sebagai berikut : Nama, Jenis kelamin, Tempat / tanggal lahir, Status
perkawinan Pekerjaan, Alamat, Pendidikan, dan Agama. Identitas pasien sangat
membantu hasil diagnosa, misalnya seorang wanita yang sudah menikah mengalami
gonorrea padahal tidak melakukan hubungan seksual dengan pria lain selain
suaminya. Pekerjaan juga dapat membantu diagnosa pada kasus seorang pekerja seks
komersial yang terkena gonorrea.
Pada tahap berikutnya, kita menanyakan keluhan utama, keluhan penyerta,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan
sosial. Pasien dapat datang dengan keluhan disuria (nyeri atau tak enak saat
berkemih), sekret uretra, ulkus genital, disfungsi ereksi atau gangguan seksual lain,
infertilitas, nyeri atau benjolan pada testis, gejala gangguan berkemih, misalnya
frekuensi.1

Keluhan utama : Kencing nanah


Riwayat penyakit sekarang :
-

Selain kencing nanah apakah ada keluhan lain?


Sejak kapan kencing nanah mulai timbul?
Kapan saja kencing nanah keluar dan nyeri tersebut datang?
Apakah ada keluhan lain seperti demam, mudah lelah atau lainnya?
Apa warna dari nanah tersebut?
Bentuk nanah kental atau encer?
Apakah kencing disertai darah?

Riwayat penyakit dahulu :


-

Apakah pernah mengalami hal serupa sebelumnya?

Riwayat sosial :
-

Kapan terakhir berhubungan seks?


Dengan siapakah pasien berhubungan seks?
Apakah saat berhubungan seks(selain istri) menggunakan kondom?
Apakah anda sudah minum obat sebelum pergi ke klinik ini?

Selain pertanyaan-pertanyaan di atas, kita juga dapat menanyakan pertanyaan lain


pada saat pemeriksaan fisik untuk memperjelas diagnosa yang ada. Jika kita
menemukan diagnosa tentang penyakit menular seksual di sarankan untuk selalu
menjaga rahasia dari si pasien.
Pemeriksaan Fisik
Pada saat pemmeriksaan fisik pastikan pasien merasa nyaman, ada
pendamping bila perlu, ada privasi, dan pasien memahami sepenuhnya pemeriksaan
apa yang akan dilakukan.1,2 Ingat bahwa pasien biasanya akan menjadi cemas atau
malu dan pemeriksaan fisik yang dilakukan mungkin tidak nyaman dan harus
dilakukan perlahan. Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi, kemudian palpasi.1-4
1. Inspeksi : Lakukan inspeksi teliti pada penis, skrotum dan daerah inguinal.
Cari adanya benjolan, kutil, diskolorasi, sekret, lesi dan ruam. Jika pria tidak
di sunat, preputiumnya harus diretraksikan.1-4
2. Palpasi : Lakukam palpasi penis, vas deferens, epididimis, dan testis. Jika
tampak adanya benjolan, anda bisa memeriksanya dengan pencahayaan
khusus untuk melihat adanya cairan. Selain palpasi batang penis, palpasi juga
dilakukan pada dasar uretra. Lakukan juga palpasi kedua sisi batang penis,
epididimis, dan vas deferens untuk mengetahui ada nyeri tekan.1-4

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dilakukan dengan 5 tahapan, yaitu :
a. Sediaan langsung
Sediaan langsung dilakukan dengan pewarnaan gram akan ditemukan
gonokok gram negatif, interaseluler dan ekstraseluler dalam sel PMN. Bahan
duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada
wanita diambil dari urethra, muara kelenjar bartholin, serviks, dan rektum.
Bila dicurigai terinfeksi pada bagian lain, periksa sekret.5
b. Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur) dengan dua macam
media, yaitu media transport dan media pertumbuhan. Contoh dari media
transport adalah Media stuart dan media transgrow. Berbeda dengan media
stuart yang harus di tanam kembali pada media pertumbuhan, media transgrow
dapat bertahan hingga 96 jam. Media transgrow selektif dan nutritif untuk N.
Gonorrhoae dan N. Meningitidis. Media ini merupakan modifikasi media
Thayer Martin dengan penambahan trimetropin untuk mematikan Proteus spp.
Contoh dari media pertumbuhan adalah Mc Leods chocolate agar dan Media
Tayer Martin. Mc Leods chocolate agar berisi agar cokelat, agar serum, dan
agar hidrokel. Media Tayer Martin selesktif untuk megisolasi gonokok. Media
ini

mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kumat gram

positif, kolestrimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri gram negatif, dan


nistain untuk menekan pertumbuhan jamur.5
c. Test Definitif
Tes definitif terbagi atas dua pemeriksaan yaitu, tes oksidasi dan tes
fermentasi.

Reagen

oksidasi

yang

mengandung

larutan

trimetil-p-

fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka.


Semua neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang
semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung. Tes
fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya
meragikan glukosa, sedangkan meningitidis meragikan glukosa dan maltosa.5
d. Test beta-laktamase
Memakai cefinase TM disk. BBL 961192 yang mengandung chromogenic
cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna kuning menjadi merah
apabila menandung enzim betalaktamase.5
e. Tes Thomson

Tes thomson berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi sudah


berlangsung. Syarat yang perlu dilakukan pada tes ini adalah dilakukan setelah
bangun pagi, urin di bagi dalam dua gelas, dan tidak boleh menahan kencing
dari gelas I ke gelas II. Selain itu, kandung kencing harus mengandung air seni
paling sedikit 80-100ml, jika air seni kurang dari 80ml maka gelas II sukar
dinilai karena baru menguras uretra anterior.5

Gambar 1. Bakteri Neisseria


gonorrhoeae
Sumber : http://textbookofbacteriology.net/themicrobialworld/pathogenesis.html

Gambar 2. Pemeriksaan dengan media kultur


Sumber : www.google.com
Working Diagnosis
Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
kita baru dapat menentukan working diagnosis (diagnosis kerja) pada laki-laki 27
tahun tersebut. Working diagnosis pada kasus tersebut adalah uretritis Gonore
(uretritis GO).
Differential Diagnosis

Differential diagnosis pada urethritis gonore adalah Chlamydia trachomatis


dan Trichomonas vaginalis.
-

Chlamydia trachomatis
Chlamydia tergolong salah satu penyakit menular seksual. Telah terbukti
bahwa 50% kasus NGU disebabkan kuman ini. Merupakan parasit
intraobligat, menyerupai bakteri gram negatif.
Merupakan parasit yang hidup intrasel. Pada laki-laki akan timbul keluhan
uretritis dengan atau tanpa sekret. (seropurulen). Klamidia biasanya mengikuti

infeksi gonore. Harus dibiakkan seperti virus tak bisa seperti bakteri biasa.5,6
Trichomonas vaginalis
Disebabkan oleh tricomonas vaginalis. Organisme oval berflagel yang
ukurannya setara dengan leukosit. Gejala pada pria bisa timbul dalam 1 hari.
Pada wanita gejala berupa sekret vagina kuning-hijau berbusa, berbau,
pendarahan pascakoitus, dan dispareuni. Pada laki-laki organisme ini melekat
di uretra, gejala berupa uretritis ringan ditandai dengan sekret, disuria, dan
sering berkemih.5,6
Tabel 1. Perbedaan antara uretritis gonokokal dan non-gonokokal6
Uretritis Gonokokal

Uretritis non-Gonokokal

Masa inkubasi

< 1 minggu

> 1 minggu

Onset

Mendadak

Perlahan

Gejala

Konstan, berat

Ntermiten,

Disuria dan duh tubuh

Kadang

Lebih jarang

Duh tubuh

Mukopurulen

Seropurulen

Etiologi
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh NEISSER pada tahun
1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup
Neisseria dengan nama spesies Neisseriaceae gonorrhoeae. Gonokok termasuk dalam
golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran 0,8 dan panjang 1,6 bersifat
tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram bersifat gram negatif,
terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati
dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39 0C, dan tidak tahan cat desinfektan.68

Secara morfologik gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang bersifat nonvirulen. Pili
akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Selain pili,
gonokok juga memiliki endotoxin (LOS), IgA protease dan -lactamase. Fungsi dari
IgA protease adalah menghidrolisis IgA sekrit yang menghalangi adhesi. Sedangkan
-lactamase membuat gonococcus resisten penicillin pada daerah kota-kota sejak
tahun 1970.6-8
Struktur Antigen
Neisseriaceae gonorrhoae secara antigenik bersifat heterogen dan dapat
mengubah struktur permukaannya in vitro dan mungkin juga in vivo untuk
menghindari pertahanan inang. Struktur-struktur permukaan itu antara lain :
A. Pili : Pili adalah alat mirip rambut yang menjulur ke luar beberapa mikrometer
dari permukaan gonokok. Pili membantu perlekatan pada sel inang dan
resistensi terhadap fagositosis. Alat ini dibangun oleh tumpukan protein pilin
(BM 17.000-21.000). Pilin pada hampir semua strain Nesseiriaceae
gonorrhoae berbeda secara antigenik, dan satu strain dapat membuat berbagai
pilin yang secara antigenik berbeda.8
B. Por (Protein I) : Por menjulur dari selaput sel gonokokus. Protein ini terdapat
dalam bentuk trimer untuk membentuk pori-pori di permukaan, untuk tempat
masuknya beberapa nutrien ke dalam sel. Bobot molekul Por bervariasi dari
34.000 sampai 37.000. Setiap strain gonokok hanya memiliki satu tipe Por,
tetapi Por dari strain-strain-strain lain secara antigenik berbeda. Penentuan tipe
secara serologi terhadap Por oleh reaksi aglutinasi dengan antibodi
monoklonal berhasil membedakan 18 serovar PorA dan 28 serovar PorB.8
C. Opa (Protein II) : Protein ini berfungsi untuk perlekatan gonokok di dalam
koloninya dan perlekatan gonokok pada sel inang. Salah satu bagian molekul
Opa terdapat pada selaput luar gonokok dan sisanya terdapat di permukaan,
Berat molekul Opa berkisar antara 24.000-32.000.8
D. Rmp (Protein III) : Protein ini adalah reduction-modifable protein (Rmp) dan
mengubah berat molekulnya pada saat terjadi reduksi. Mereka bergabung
dengan Por saat pembentukan pori-pori pada permukaan sel.8
E. Lipo Oligosakarida (LOS) : LOS gonokok tidak mempunyai rantai samping
antigen O yang panjang dan kadang-kadang disebut polisakarida. Berat
molekulnya 3.000-7.000. Gonokok dapat memiliki lebih dari satu rantai LPS

yang berbeda antigennya secara serentak. Racun dalam infeksi gonokok


terutama disebabkan oleh endotoksin LOS.8
Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau
lapis gepeng yang belum berkembang (immatur), yakni pada vagina sebelum
pubertas.
Epidemologi
Gonore merupakan infeksi mukosa pada epitel kolumnar yang ditularkan
melalui hubungan seksual dan disebabkan oleh Nesseriaceae gonorrhoeae. Terjadi
secara luas di seluruh dunia dengan prevalensi yang lebih tinggi di berbagai negara
berkembang.5 Angka serangan paling tinggi pada orang berusia 15-24 tahun yang
tinggal di kota, termasuk dalam kelompok sosial ekonomi rendah, tidak menikah atau
homoseksual, atau memiliki riwayat penyakit menular seksual terdahulu. Penyakit ini
sangat mudah ditularkan dengan angka infeksi 50% pada wanita dan 20% pada pria
setelah sekali terpajan vagina tanpa pelindung. Kira-kira 75% wanita asimtomatik,
dibandingkan hanya 5% pada pria heteroseksual. Lokasi infeksi ekstragenital
termasuk orofaring, mata, dan jaringan perihepatik, sedangkan infeksi diseminata
jarang terjadi. Insidensi meningkat secara stabil antara tahun 1951 dan 1980 setelah
itu insidensi menurun namun pada tahun-tahun belakangan ini mulai meningkat lagi
terutama pada pria homoseksual. Kira-kira terdapat 12.000 kasus per tahun di Inggris.
Infeksi sistemik berat dan oftalmia neonatorum menjadi jarang terjadi di negara maju.
Imunitas protektif tidak terbentuk dan reinfeksi umum terjadi setelah pajanan ulang.5
Patogenesis
Gonokok menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria, mata,
rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut yang mengarah ke invasi jaringan,
hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis.5-8
Bakterimia yang disebabkan oleh gonokok mengarah pada lesi kulit (terutama
Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan, lengan, kaki dan
tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada lutut, pergelangan kaki
dan tangan. Endocarditis yang disebabkan oleh gonokok kurang dikenal namun
merupakan infeksi yang cukup parah. Gonokok kadang dapat menyebabkan

meningitis dan infeksi pada mata orang dewasa, penyakit tersebut memiliki
manisfestasi yang sama dengan yang disebabkan oleh meningococci.5-8
Gejala pada penderita pria biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah
terinfeksi. Mulanya penderita tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian
diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis. Penderita sering
berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk
ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis tampak merah dan
membengkak.5-8
Pada penderita wanita, gejala awal bisa timbul dalam waktu 7-21 hari setelah
terinfeksi. Penderita wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa
minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit ini hanya setelah mitra
seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa
penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri
ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam. Infeksi bisa menyerang
leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra dan rektum; menyebabkan nyeri
pinggul yang dalam atau nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Nanah yang
keluar bisa berasal dari leher rahim, uretra atau kelenjar di sekitar lubang vagina.5-8
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus
(lubang dubur) bisa menderita gonore pada rektumnya. Penderita merasakan tidak
nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus
tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah. Pada
pemeriksaan dengan anaskop akan tampak lendir dan cairan di dinding rektum
penderita.5-8
Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang
penderita gonore bisa menyebabkn gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal).
Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang menyebabkan nyeri
tenggorokan dan gangguan menelan.
Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata maka bisa terjadi infeksi mata luar
(konjungtivitis gonore). Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama
proses persalinan, sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan
dari matanya keluar nanah. Pada dewasa, bisa terjadi gejala yang sama, tetapi
seringkali hanya 1 mata yang terkena. Jika infeksi ini tidak diobati bisa terjadi
kebutaan.5-8

Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke 1 atau beberapa sendi, sendi
menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya menjadi terbatas. Infeksi
melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik merah berisi
nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa sendi yang
berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya (sindroma artritis-dermatitis).5-8
Komplikasi
Masa tunas amat singkat, pada pria umumnya bervariasi. Sedangkan pada
wanita sering asimtomatis. Komplikasi gonore dapat terjadi karena penderita yang
mengobati sendiri dengan dosis yang tidak mencukupi atau gejala samar sehingga
tidak diperhatikan oleh penderita. Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat
hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia. Adapun komplikasi yang
dapat terjadi akibat gonore antara lain:5
Pada Pria 5
Lokal : a. tysonotis
b. parauretritis
c. litritis
d. cowperitis
Asendens : prostatitis, vesikulitis, vas deferenitis/funkulitis, epididimitis, trigonitis

Pada wanita 5
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Infeksi pada serviks (servisitis gonore)


Salpingitis (penyakit radang panggul/ PID : Pelvic inflammatory diseases)
Infertilitas
Infeksi pada uretra dapat terjadi para uretritis
Pada kelenjar Bartholin (bartholinitis)
adanya kemungkinan lahir prematur, infeksi neonatal dan keguguran akibat

g.

infeksi gonokokkus pada wanita hamil


adanya sepsis pada bayi baru lahir karena gonore pada ibu

Pada janin dan bayi baru lahir 5


a. kebutaan, untuk mencegah kebutaan, semua bayi yang lahir di rumah sakit
biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore
b. pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah
c. penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis pada bayi yang
terinfeksi pada proses persalinan.

Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis, miokarditis,
endokarditis, perikarditis, meningitis dan dermatitis. Kelainan yang timbul akibat
hubungan kelamin selain cara genito-genital, pada pria dan wanita dapat berupa
orofaringitis, proktitis, dan konjungtivitis.5
Penatalaksanaan
Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga, dan sedikit
mungkin efek toksiknya. Secara epidimiologis pengobatan yang dianjurkan adalah
obat dengan dosis tunggal. Berikut adalah beberapa obat yang biasa digunakan untuk
menangani gonorrhoae :5
1. Penisilin
Yang efektif adalah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit + 1 gram
probenesid. Kontraindikasinya adalah alergi penisilin(shock anafilaktik).
Mengingat tingginya kasus gonorre dengan strain NGPP maka penisilin sudah
tidak dianjurkan lagi.5
2. Ampisilin dan amoksilin
Ampisilin dosisnya 3,5 gram + 1 gram probenesid dan amoksisilin 3 gram +1
gram probenesid. Pemberian secara suntikan pada ampisilin sangat tidak
dianjurkan. Kontraindikasinya adalah alergi penisilin.5
3. Sefalosporin
Seftriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250mg intera muskular.
Sefoperazon dengan dosis 0,50 sampai 1 g secara intera muskular. Sefiksim
400mg per oral dosis tunggal.5
4. Spektinomisin
Dosisnya adalah 2 gram intera muskular. Baik untuk penderita yang alergi
penisilin, yang mengalami

kegagalan obat dengan penisilin dan terhadap

penderita yang juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi
gejala sifilis.5
5. Kanamisin
Dosisnya adalah 2 gram intera muskular. Baik untuk penderita yang alergi
penisilin, gagal dengan pengobatan dan tersangka sifilis.5
6. Tiamfenikol
Dosisnya 3,5 gram, secara oral. Tidak dianjurkan pemakaian untuk wanita
hamil.5
7. Kuinolon
Dari golongan kuinolon obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg,
siprofloksasin 200-500 mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral. Akhir-akhir
ini telah banyak kasus yang resisten terhadap siprofloksasi dan ofloksasin

maka yang dianjurkan sekarang adalah levloksasin 250 mg per oral dosis
tunggal.5
Pencegahan
Contoh tindakan-tindakan pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang
yang terinfeksi.
b. Pemakaian Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama
sekali risiko penularan penyakit ini.
c.

Hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.

d. Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa guna mencegah infeksi
lebih jauh dan mencegah penularan.
e. Wanita tuna susila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur, sehingga
jika terkena infeksi dapat segera diobati dengan benar.
f. Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan
keamanan kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan.
g. Perempuan hamil dengan resiko tinggi dianjurkan melakukan skrening
terhadap infeksi gonore.
Prognosis
Perjalanan penyakit gonorrhoae sangatlah singkat, jika tidak di tangani dengan
baik penderita akan terus mengalami sakit yang berat bahkan komplikasi yang serius.
Penderita juga dapat impotensi jika penyakit gonorrhoae tidak diobati dengan baik.
Lain halnya jika pasien mengobati keluhan tersebut tepat waktu dan sesuai anjuran
dokter. Pasien tersebut akan sehat kembali dan dapat beraktivitas.

Penutup
Kesimpulan
Keluhan kencing bernanah pada pasien laki-laki berusia 27 tahun tersebut
merupakan uretritis kuman spesifik yaitu gonorrhoae. Masa inkubasi gonorrhoae
sangat cepat, yaitu kurang dari 7 hari. Jika penyakit tersebut tidak diobati dengan
cepat, maka akan terjadi komplikasi dan prognosis menjadi buruk. Pengobatan harus

dilakukan secepatnya dengan anjuran dokter, yaitu sefalosporin, tiamfenikol, kuinolon


dan lain-lain.

Daftar Pustaka
1. Gleadle J. At a glance : anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta. Erlangga,
2005. H : 31.
2. Santoso M. Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta. Bidang penerbit yayasan
diabetes indonesia, 2004. H: 80.
3. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta. EGC, 2010. H:
95-7.
4. Williams, Wilkins. Diagnosis fisik. Jakarta. EGC, 1995. H: 293-301.
5. Daili SF. Ilmu penyakit kulit dan kelamin : gonore.Ed. 6. Jakarta. FKUI,
2011. H : 369-79.
6. Mandal BK, Wilkins EG, Dunbar EM, Mayon-White RT. Lecture note :
penyakit infeksi. Ed. 6. Jakarta. Erlangga, 2008. H : 182-8.
7. Seils A, Englis MR. Fitzpatricks color atlas and synopsis of clinical
dermatology. Ed. 5. Jakarta. Salemba medika, 2005. H : 905-910.
8. Simon A, Company S. Mikrobiologi kedokteran. Jakarta. EGC, 1996. H : 2805.

Anda mungkin juga menyukai