Anda di halaman 1dari 13

Anita Angkawinata Langie

102012142
Kelompok E9
Blok 6 Semester 2
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjana Utara 6. Jakarta Barat 11510
anitalangie@hotmail.com

Abstrak

Pendahuluan
Latar Belakang
Kepentingan mendasar dari manusia agar dapat bertahan hidup adalah dengan
bernapas (respirasi). Selama masa hidup manusia, kegiatan bernapas ini tidak akan
pernah lepas dari manusia. Setiap detik manusia bernapas. Bernapas adalah suatu
proses pertukaran udara antara oksigen dan karbon dioksida yang dimana proses
pertukaran ini terjadi di bagian alveolus di paru-paru manusia. Sistem pernapasan
akan mengatur sedemikian rupa sehingga semua proses pertukaran gas dalam tubuh
berjalan dengan seharusnya. Namun, pernahkan kita telusuri lebih dalam mengenai
proses dalam bernapas ini?
Makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang bagaimana proses dalam
bernapas itu, bagian tubuh manakah yang ikut berperan dalam menjalankan proses
bernapas, dan apakah yang akan ditimbulkan pada sistem pernapasan apabila kita
berada di ketinggian dan segala macam proses di dalamnya.

Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan utuk mengetahui lebih lanjut mengenai sistem
pernapasan pada tubuh manusia, bagian-bagian apakah yang menyusun organ
pernapasan manusia, bagaimanakah mekanisme dari sistem pernapasan, dan apakah
yang akan ditimbulkan bila pada kondisi tertentu kegiatan manusia dapat menganggu
kelangsungan proses pernapasan.

Isi
Skenario yang saya dapatkan pada PBL kali ini adalah sebagai berikut :
Seorang laki-laki berumur 30 tahun ikut dalam ekspedisi pendakian ke Gunung
Pangrango. Pada ketinggian 3000 m, ia merasa sesak. Oleh teman-temannya ia
dibawa ke posko yang berada pada ketinggian 2700 m. Tim medis menyuruhnya
istirahat di posko.
Berdasarkan skenario tersebut, yang akan kita bahas lebih lanjut adalah
mengenai struktur pernapasan dilihat dari segi makroskopik dan mikroskopik.
Makroskopik yang dilihat dari sisi anatomi dan pada segi mikroskopik dari sisi
biokimia serta histologi. Selain membahas struktur pernapasan, yang akan menjadi
topic bahasan kita yaitu proses transfer O2 dan CO2, bagaimana mekanisme dari
pernapasan, dan juga apakah pengaruh tekanan atmosfer terhadap sesak napas yang
dialami oleh pria sesuai dengan kasus yang diberikan.
Proses pernapasan dimulai ketika kita menghirup udara di lingkungan
menggunakan hidung, lalu menuju pharynx (tekak) larynx (pangkal tenggorok)
trachea (tenggorok) thorax (dada) pleura (selapit dada) dan di akhir tujuan
dari bernapas yaitu paru-paru.1
Sistem pernapasan ini mengalirkan udara yang mengandung O2 yang penting
untuk metabolism, dan mengeluarkan CO2 + zat-zat lain yang merupakan hasil
metabolisme tubuh. Sistem respiratorius dibagi menjadi 2, yaitu bagian konduksi
(bagian yang bertugas untuk menyalurkan udara) dan bagian respirasi (bagian yang
bertugas untuk pertukaran gas). Bagian konduksi meliputi kavum nasi, nasofaring,
laring, trakea, bronkus ekstrapulmonal dan intrapulmonal serta bronkiolus terminalis.
Sedangkan bagian respirasinya meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris,
sakus alveolaris, dan alveolus/alveoli.2
Berdasarkan dari skenario yang saya dapatkan, saya hanya akan membatasi
pembahasan hanya pada bagian paru-paru. Paru-paru manusia terdiri dari satu pasang;
di sebelah kiri dan sebelah kanan. Organ pernapasan ini terletak bebas di dalam
cavum pleurae. Kedua paru ini terpisah oleh jantung da nisi mediastinum lainnya
kecuali struktur-struktur yang melewati hilus pulmonis. Paru-paru manusia berupa
spons, mengapung di dalam air, sangat elastic dan berkrepitasi bila diraba, karena ada
udara dalam alveoli. Paru orang dewasa dan bayi yang baru lahir berbeda secara fisik.
Sewaktu lahir, warna paru-paru manusia berwarna merah muda, dan seiring dengan

berjalannya waktu akan berwarna kelabu. Semakin berusia lanjut, bercak ini akan
menjadi hitam, karena granul dengan kandungan bahan karbon yang dihirup,
tersimpan pada jaringan penyambung dekat dengan permukaan. Biasanya apex
pulmonis dan tepi belakang paru, yang kurang dapat bergerak, berwarna lebih gelap.1
Paru memiliki apex (puncak), basis, tiga tepid an dua permukaan. Bentuk paru
menyerupai separuh kerucut. Normal paru kanan sedikit lebih besar daripada paru
kiri, karena mediastinum medius yang berisi jantung, menonjol lebih kea rah kiri
daripada arah kanan.1
Apex berkontrak dengan pleura cervcalis (cupula pleurae). Karena aperture
thoracis superior memiliki arah serong, apex berada 3-4 cm di sebelah cranial
ketinggian tulang rawan iga 1, tetapi di sebelah dorsal berada setinggi collum
costanya. Pleura cervicalis memisahkan apex dari membrane suprapleural.1
Basis paru berbentuk semilunar dan konkaf, terbaring pada permukaan
superior diaphragm, yang memisahkan paru kanan dari lobus dexter hepatis, fundus
ventriculi, lambung dan limpa. Permukaan costalis tampak konveks, dipisahkan dari
dinding thorax oleh pleura costalis. Permukaan ini memperlihatkan alur-alur yang
sesuai dengan iga-iga yang menutupinya.1
Permukaan mediastinalis/medial dibedakan atas bagian-bagian posterior dan
anterior. Bagian vertebral berkontak dengan sisi vertebra thoracal dan discus
intervertebrale, pembuluh-pembuluh intercostalis posterior dan n splanchinici. Daerah
mediastinal berhadapan dengan mediastinum, sangat konkaf, diadaptasikan kepada
jantung sebagai impression cardiac, yang lebih luas dan dalam pada paru kiri, karena
sebagai besar letak jantung berada di sebelah garis kiri tengah.1
Posterosuperior terhadap impression cardiac ini terdapat hillus pulmonis yang
berbentuk persegi tiga/koma. Melalui hillus ini beberapa struktur masuk atau
meninggalkan paru. Secara bersama struktur-struktur tersebut diliputi pleura yang
meluas kea rah caudal hillus dan di dorsal impression cardiac sebagai ligamentum
pulmonale.1

Lobus paru-paru
Paru-paru terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian kanan dan bagian kiri. Paru
kiri dibagi menjadi lobus superior dan lobus inferior dan dibatasi oleh fissura oblique.
Dimulai pda bagian posterosuperior hilus., fissure ini naik serong ke belakang,
melintasi tepi posterior paru kira-kira 6 cm dibawah apex. Kemudian turun di muka,

menyebrangi permukaan costal, mencapai tepi bawah hampir pada ujung anteriornya.
Akhirnya naik pada permukaan medial menuju bagian bawah hillus. Lobus supeprior
berada di sebelah anterosuperior terhadap fissure ini. Dekat ujung bawah tepi anterior
lobus superior ini terdapat incisura cardiac, karena dari arah mediastinum medius
jantung berproyeksi ke dalam cavum pleura kiri. Biasanya ujung bawah incisura
cardiac lobus superior ini memiliki sebuah taju kecil, yakni lingual. Lobus inferior
yang lebih besar, berada postero-inferior terhadap fissure oblique tersebut.1,3,4
Paru kanan terbagi menjadi lobus superior, medius, dan inferior oleh dua
fissure. Fissura oblique memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan lobus
superior. Fissura oblique tersebut menyerupai fissure oblique kiri, tetapi agak vertical
memotong tepi inferior paru, kira-kira 7,5 cm di sebelah dorsal ujung anteriornya.
Pada tepi posterior, fissure ini mulai setinggi vertebra thoracal 4 atau sedikit lebih
rendah. Fissura horizontal yang pendek memisahkan lobus superior dan lobus medius.
Kadang-kadang bagian medial lobus superior terbagi sebagian oleh fissure yang
bervariasi kedalamannya, yang berisi bagian terminal v. azygos, membentuk lobus v.
azygos.1,3,4
Pada bagian lebih lanjut, paru-paru bercabang yang disebut dengan bronchus.
Bronchus berada setinggi discus intervertebrale T4/5 trachea bercabang menjadi
bronchus primer/principalis dextra dan sinistra. Bronchus principalis dextra lebih
lebar, lebih pendek dan lebih vertical daripada yang kiri, panjangnya 2,5 cm.
Diameter lebar yang lebih besar dan arahnya lebih vertical, menjelaskan kekerapan
suatu benda asing yang tersedak, lebih sering memasuki bronchus principalis dextra
daripada yang sinistra.1,4
Bronchus lobus superior kanan (eparterialis) berpangkal dari aspek lateral
bronchus principalis dan melintas kea rah superolateral untuk memasuki hillus. Kirakira 1 cm dari pangkalnya, bronchus ini bercabang menjadi tiga bronchus
segmentorium/tertier. Bronchus lobus medius dipercabangkan sekitar 2 cm di sebelah
caudal pangkal bronchus lobus superior, turun ke arah anterolateral dan
mempercabangkan dua bronchus segmentorium. Bronchus lobus inferior kanan
merupakan lanjutan bronchus principalis di sebelah caudal pangkal bronchus lobus
medius. Sedikit di sebelah caudal terhadap pangkalnya, bronchus lobus inferior
tersebut mempercabangkan lima bronchus segmentorium.1,3
Bronchus principalis sinistra lebih sempit dan kurang vertical dari yang kanan
dan panjangnya hampir 5 cm. Bronchus ini melintas ke arah inferior kiri menuju arcus

aortae, menyilang oesophagus, ductus thoracicus dan aorta descendens di sebelah


anterior. Bronchus sekunder lobus superior kiri berasal dari aspek anterolateral
bronchus principalis sinistra, melengkung ke lateral dan bercabang menjadi empat
bronchus segmentorium. Bronchus sekunder inferior kiri turun posterolateral sejauh 1
cm dan selanjutnya memberikan empat cabang bronchus segmentorium.1,3
Ada 10 segmen bronchopulmonalis pada masing-masing paru; pada paru
sebelah kiri beberapa segmen bronchopulmonalis tersebut menyatu. Kesepuluh
segmen pada paru kanan dan delapan segmen paru kiri tersebut adalah :
Paru kanan
- Lobus superior

: (1) apicalis, (2) posterior, (3) anterior

- Lobus medius

: (4) lateralis, (5) medialis

- Lobus inferior

: (6) superior, (7) mediobasalis, (8) anterobasalis, (9)


laterobasalis, (10) posterobasalis

Paru kiri
- Lobus superior

: (1) apicoposterior, (2) anterior, (3) lingual superior, (4) ligula


inferior

- Lobus inferior

: (5) superior, (6) anteromediobasalis, (7) laterobasalis, (8)


posterobasalis

Gambar 1. Bagian paru-paru


Masing-masing

segmen

dikelilingi

oleh

jaringan

penyambung

yag

berkesinambungan dengan pleura visceralis. Selanjutnya, masing-masing bronchi


segmentorium ini memberikan 20-25 generasi percabangan dan akhirnya menjadi
bronchioles terminalis. Dinding bronchus tetep terbuka oleh lempeng-lempeng tulang

rawan yang meluas dan tidak berkesinambungan; sedangkan pada bronchiolus tidak
ditemukan

lagi

tulang

rawan.

Masing-masing

bronchiolus

terminalis

mempercabangkan banyak generasi bronchiolus respirasi dan masing-masing


bronchiolus respirasi mempercabangkan 2-11 ductus alveolaris. Masing-masing
ductus alveolaris memberikan 5-6 saccus alveolaris. Alveolaris paru merupakan unit
dasar pertukaran gas di dalam paru.1
Setelah mengetahui secara anatomi bagian-bagian paru-paru, selanjutnya kita
akan membahas sel-sel apakah yang terdapat pada paru-paru. Sebelumnya, paru-paru
dibungkus oleh semacam selaput yang disebut pleura. Pleura ini dibagi menjadi 2,
yaitu pleura visceralis dan parietalis. Pleura disusun oleh jaringan ikat fibrosa dengan
serat elastin dan kolagen dan sel fibroblast, dilapisi oleh selapis mesotel.2
Bronkus terdiri dari ekstrapulmonal dan intrapulmonal. Bronkus intrapulmonal
merupakan mukosa membentuk lipatan longitudinal. Epitel yang menyusunnya adaah
epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Bronkus ini berbentuk sferis dan tersusun
dari tulang rawan tidak beraturan serta susunan ototnya seperti spiral.2
Bronkiolus berdiameter kira-kira 1 mm. Bronkiolus tidak tersusun dari tulang
rawan. Epitelnya adalah epitel selapis torak + silia. Bronkiolus ini terbagi 2, yaitu
bronkiolus terminalis dan respiratorius. Bronkiolus terminalis berdiameter kira-kira
0,5 mm. Epitelnya adalah torak bersilia. Lapisan luarnya merupakan serat kolagen,
serat elastin, pembuluh darah, dan saraf. Bronkiolus respiratorius berdiameter kirakira 0,5 mm. Epitel penyusunnya adalah epitel selais kubus dan terdapat sel clara.2
Duktus alveolaris berdinding tipis, sebagian besar terdiri dari alveoli dan
dikelilingi sakus alveolaris. Jaringan yang terdapat pada bagian ini adalah jaringan
ikat serat elastin, serat kolagen dan bagian ini adalah ruangan yang menghubungkan
beberapa sakus alveolaris. 2
Sakus alveolaris merupakan kantong yang dibentuk oleh beberapa alveoli.
Sakus ini terdapat serat elastin dan serat retikulin yang melingkari muara sakus
alveoli. Alveolus adalah kantong kecil yang terdiri dari selapis sel seperti sarang
tawon. Fungsi dari alveolus adalah untuk pertukaran gas antara udara dan darah.
Epitel yang menyusun alveolus adalah epitel selapis gepeng. Sel-sel di dinding
alveolus pada mikroskop electron dapat dibedakan menjadi 4 yaitu :

Sel alveolar tipe I / sel epitel alveoli / sel alveolar kecil / pneumonosit tipe I
Sel alveolar tipe II / sel septal / sel alveolar besar / pneumonosit tipe II
Sel alveolar fagosit
Sel endotel kapiler

Gambar 2. Bagian paru-paru


Setelah mengetahui berbagai macam bagian dari paru-paru, selanjutnya kita
akan membahas tentang bagaimana mekanisme pernapasan itu berjalan. Mekanisme
pernapasan meliputi pertukaran O2 dan CO2. Fungsi utama sstem pernapasan adalah
yaitu penyediaan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme sel-sel tubuh dan
mengeluarkan CO2 hasil metabolism secara terus menerus.2,5,6
Respirasi mencakup 2 proses yang terpisah tetapi berkaitan, yaitu :

Respirasi internal ( Internal Respration / celluler respiration )

Respirasi ini menunjuk kepada proses-proses metabolic intrasel yang dilakukan di


dalam mitokondria, yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selagi
mengambil energy dari molekul nutrient. 2,5

Respirasi eksternal ( External Respiration )

Respirasi ini merujuk kepada seluruh rangkaian kejadian dalam pertukaran O2 dan
CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Respirasi ini terdiri dari 4 langkah
yaitu :2,5

Udara secara bergantian diasukkan ke dan dikeluarkan dari paru sehingga


udara dapat dipertukarkan antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan
kantung udara (alveolus) paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh tindakan
mekanis bernapas atau vetilasi. Kecepatan ventilasi diatur untuk
menyesuaikan aliran darah antara atmosfer dan alveolus sesuai kebutuhan

metabolic tubuh akan penyerapan O2 dan CO2.


Oksigen dan karbon dioksida dipertukarkan antara udara di alveolus dan

darah di dalam kapiler paru melalui proses difusi.


Darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru dan jaringan.
Oksigen dan karbon dioksida antara jaringan dan darah melalui proses
difusi menembus kapiler sistemik (jaringan).

Udara cenderung mengalir dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah. Udara mengalir masuk dan keluar paru selama tindakan bernapas
karena berpindah mengikuti gradient tekanan antara alveolus dan atmosfer yang
berbalik arah secara bergantian dan ditimbulkan oleh aktivitas siklik otot pernapasan.
Ada 3 macam tekanan yang berperan penting dalam ventilasi :5
-

Tekanan atmosfer
Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di
atmosfer pada benda di permukaan bumi. Pada ketinggian permukaan laut,
tekanan ini sama dengan 760 mmHg. Tekanan atmosfer berkurang seiring
dengan penambahan ketinggian di atas permukaan laut karena lapisanlapisan udara di atas permukaan bumi juga semakin menipis. Pada setiap
ketinggian terjadi perubahan minortekanan atmosfer karena perubahan

kondisi cuaca.
Tekanan intra-alveolus ( tekanan intra-paru )
Tekanan yang ada di dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan
atmosfer melalui saluran napas penghantar, udara cepat mengalir menuruni
gradient tekanannya setiap tekanan intra-alveolus berbeda dari tekanan

atmosfer, udara terus mengalir sampai kedua tekanan seimbang.


Tekanan intra-pleura
Tekanan sering disebut sebagai tekanan intra-thoraks. Tekanan ini ada di
dalam kantung pleura, merupakan tekanan yang ditimbulkan di luar paru
di dalam rongga thorax. Tekanan intrapleural biasanya lebih rendah
daripada tekanan atmosfer, dengan rata-rata 756 mmHg saat istirahat.

Paru-paru menempati bagian terbesar dari rongga dada. Rongga dada dibentuk
oleh 12 pasang tulang iga yang berhubungan dengan sternum di anterior dan vertebra
torakalis di posterior dan diafragma dibagian inferior. Kontraksi otot-otot intercostal
dan diafragma mengubah bentuk dan luas rongga dada. Dalam keadaan normal,
seharusnya tekanan intra-alveolaris harus lebih kecil dari tekanan atmosfer agar udara
dapat dapat mengalir masuk ke dalam paru-paru saat inspirasi. Demikian juga tekanan
alveolus harus lebih besar daripada tekanan atmosfer agar udara dapat mengalir keluar
dari paru-paru sewaktu ekspirasi.2,5

Inspirasi
Proses dalam bernapas dimulai dengan berkontraksinya otot inspirasi. Sebelu
inspirasi dimulai, otot-otot pernapasan dalam keadaan lemas, tidak ada udara yang
mengalir, dan tekanan intra-alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Otot inspirasi
utama yang berkontraksi untuk melakukan inspirasi sewaktu bernapas tenang. Otototot ini dirangsang sehingga membuat rongga thorax mengembang. Yang merupakan
otot inspirasi utama adalah diafragma. Dalam keadaan lemah, diafragma berbentuk
seperti kubah yang menonjol ke atas ke dalam rongga thorax. Ketika berkontraksi,
diafragma turun dan memperbesar volume rongga thorax dengan meningkatkan
ukuran vertical. Dinding abdomen, dalam keadaan melemas menonjol keluar pada
waktu inspirasi karena diafragma yang turun menekan isi abdomen ke bawah dank e
depan. Dua set otot interkostais terletak diantara iga-iga. Kontraksi otot intercostal
eksterna memperbesar rongga thorax dalam dimensi lateral. Ketika berkontraksi, otot
intercostal eksterna mengangkat iga dan selanjutnya sternum ke atas dan ke depan.5
Sebelum inspirasi, pada akhir ekspirasi sebelumnya, tekanan intra alveol sama
dengan tekanan atmosfer, sehingga tidak ada udara masuk/keluar paru-paru. Sewaktu
rongga thorax mengembang, paru juga dipaksa mengembang untuk mengisi rongga
thorax yang sudah membesar. Sewaktu paru membesar, tekanan intraalveolus karena
jumlah molekul udara yang sama kini menempati voume paru yang membesar.
Karena tekanan intra-alveol sekarang lebih kecil, maka udara mengalir ke dalam paruparu.5
Ekspirasi

Pada akhir inspirasi, otot inspirasi melemas. Diafragma mengambil posisi


aslinya yang seperti kubah ketika melemas. Ketika otot intercostal eksternal melemas,
sangkar iga yang sebelumnya terangkat turun karena gravitasi. Tanpa gaya-gaya yang
menyebabka expansi dinding dada, maka dinding daad dan paru yang semula tegang
mengalama recoil ke ukuran prainspirasinya karena sifat-sifat elastiknya, seperti balon
yang dikempaskan saat teregang.5
Sewaktu paru kembali mengecil, tekanan intra alveol meningkat, karena
jumlah molekul udara yang lebih banyak dari semula tersimpan di dalam volume paru
yang besar dan pada akhir inspirasi kini termampatkan ke dalam volume yang lebih
kecil.5

Transpor O2 dan CO2


Oksigen yang diserap oleh darah di paru harus diangkut ke jaringan untuk
digunakan oleh sel. Sebaliknya CO2yang diproduksi di tingkat sel harus diangkut ke
paru-paru untuk dikeluarkan. Transpor pertukaran antara gas oksigen dengan karbon
dioksida dikenal dengan nama difusi. Faktor yang terpenting dalam difusi yaitu
perbedaan tekanan parsial gas antara alveoli dan darah. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi kecepatan difusi adalah sebagai berikut :
-

Perbedaan tekanan parsial gas dan tekanan gas


Luas penampang lintang antar muka gas-cairan
Panjang jarak yang harus ditembus molekul-molekul gas
Daya larut gas

Perbedaan antara tekanan di O2 lebih besar sehingga difusi pada O2


berlangsung lebih cepat dari difusi CO2. CO2 diangkut dalam dua bentuk yaitu dalam
bentuk plasma dan dalam bentuk sel daram merah. Bentuk pengangkutan CO2 yang
terbesar adalah dalam bentuk ion bikarbonat plasma, kemudian dalam bentuk
karbamino, asam karbonat dan dalam bentuk plasma. Meskipun pengangkutan karbon
dioksida dalam bentuk karbamino tidka sebanyak dalam bentuk ion bikarbonat,
namun jenis pengangkutan ini adalah pengangkutan terpenting.2

Transpor CO2 ini berhubungan dengan efek bohr yang mengatakan bahwa pengikatan
O2 pada Hb akan mengusir CO2 dari ikatannya sebagai karbamino Hb.2

Seperti yang kita ketahui, semakin tinggi kita berada dari permukaan laut
maka tekanan atmosfernya akan semakin rendah. Penurunan tekanan atmosfer ini
menyebabkan kadar/komposisi gas di udara dan tekanan gas menurun. pO2 di
alveolus sekitar 60 mmHg. Dengan kadar tekanan O2 seperti itu, orang yang berada
pada ketinggian sekitar 3000 m akan dirangsang untuk terus melakukan ventilasi
secara terus-menerus. Apabila

Penutup
Kesimpulan
dfass

1. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia. 2007. h.1
2. Salim D, Husin E, Lumbanraja S, Hartati, Wibawani N, Dewajanthi A, dkk.
Sistem respirasi-1. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana. 2012.
3. Pearce E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta. Gramedia. 2012. h. 216-8

4. Suryo J. Sistem pernapasan. Jakarta. PT Bentang Pustaka. 2010. h. 9


5. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta. EGC. 2012. h.497-552
6. Sloane E. Anatomi dan fisiologi pemula. Jakarta. EGC. 2004. h. 266

Anda mungkin juga menyukai