Anda di halaman 1dari 9

Fraktur pada Os Temporal yang Menyebabkan Epidural Haemorragie

Wan Aishah Fariha binti Wan Nazri


102016269
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi: Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510, Indonesia
Email : wanaishah_11@yahoo.com

Abstrak

Pernapasan merupakan satu proses pertukaran gas-gas respirasi yaitu oksigen dan karbon dioksida.
Fungsi utama pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme
sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida hasil dari metabolisme tersebut. Sistem pernapasan
meliputi saluran pernapasan yang berfungsi dalam konduksi udara yang bermula dari rongga hidung,
pharynx, larynx sehingga paru, organ pertukaran gas, dan sistem sirkulasi darah yang membawa
oksigen ke jaringan tubuh dan membawa karbon dioksida ke alveolus. Pada proses pernapasan salah
satu struktur yang terpenting adalah struktur makroskopis serta struktur mikroskopisnya. Pada
mekanisme pernapasan, ekspirasi dan inspirasilah yang sangat berperan. Pada saat inspirasi, manusia
mengambil oksigen dan pada saat ekspirasi, manusia mengeluarkan karbon dioksida yang merupakan
hasil metabolisme tubuh.

Kata kunci : Oksigen, karbon dioksida, metabolism tubuh

Abstract

Breathing is a process of exchange of respiratory gases of oxygen and carbon dioxide. The primary
function of breathing is to provide oxygen for the survival of the metabolic processes of the body's
cells and produce carbon dioxide from the metabolism reaction. The respiratory system includes
respiratory tracts that function in air conduction starting from the nasal cavity, pharynx, larynx to the
lungs, gas exchange organs, and the circulatory system that carries oxygen to the body tissues and
carries carbon dioxide to the alveolus. In the respiratory process, one of the most important
structures is the macroscopic structure and microscopic structure. In breathing mechanism,
expiration and inspiration are very important. During inspiration, humans take oxygen and during
expiration, humans emit carbon dioxide which is the product of body metabolism.

Keywords : Oxygen, carbon dioxide, body metabolism

1
Pendahuluan

Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen(O 2) serta
menghembuskan udara yang banyak mengandung karbon dioksida (CO 2) keluar dari tubuh.
Respirasi adalah pertukaran gas antara individu dan lingkungan atau keseluruhan proses
pertukaran gas antara udara atmosfer dan darah dan antara darah dengan sel-sel tubuh.
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu O2 yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan
CO2 yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Sistem
respirasi adalah sistem organ yang berfungsi untuk mengambil O2 dari atmosfer ke dalam
sel-sel tubuh untuk mentranspor CO2 yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer.
Organ-organ respiratorik juga berfungsi untuk produksi bicara dan berperan dalam
keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing,dan pengaturan hormonal
tekanan darah.1
Pernafasan merupakan suatu proses yang paling penting dalam kehidupan manusia. Setiap
struktur yang berada di dalamnya memegang peran penting dalam tubuh manusia. Jika terjadi
gangguan dalam struktur tersebut, dapat mengganggu proses pernafasan tersebut. Salah satu
contohnya adalah sesak nafas. 1

Struktur Makroskopis Paru

Bentuk paru menyerupai separuh kerucut. Normal paru kanan sedikit lebih besar daripada
paru kiri, karena mediastinum medius yang berisi jantung, menonjol ke arah kiri daripada ke
arah kanan.2

Paru kiri dibagi menjadi lobus-lobus superior dan inferior oleh fissura obliqua. Lobus
superior berada di sebelah anterosuperior terhadap fissura ini. Dekat ujung bawah tepi
anterior lobus superior ini terdapat incisura cardiac. Lobus inferior yang lebih besar berada
postero-inferior terhadap fissura obliqua tersebut.2

Paru kanan terbagi menjadi lobus superior, medius, dan inferior oleh dua fissura. Fissura
obliqua memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan lobus superior. Pada tepi posterior,
fissura ini mulai setinggi vertebra thoracal 4 atau sedikit lebih rendah. Fissura horizontal yang
pendek memisahkan lobus superior dan lobus medius.2

Setinggi discus intervertebrale thoracal 4 atau 5 trachea bercabang menjadi bronchus


primer dexter dan sinister. Bronchus primer dexter lebih lebar, lebih pendek dan lebih vertikal

2
daripada yang kiri. Bronchus sekunder lobus superior kanan, sebagai cabang pertama
bronchus principalis, berada di sebelah posterosuperior terhadap A. Pulmonalis kanan.2

Bronchus lobus superior kanan berpangkal dari aspek lateral bronchus primer dan melintas
ke arah superolateral untuk memasuki hilus. Bronchus lobus medius mempercabangkan dua
bronchus segmentorum. Bronchus lobus inferior kanan merupakan lanjutan bronchus primer
di sebelah caudal pangkal bronchus lobus medius. Sedikit di sebelah caudal terhadap
pangkalnya, bronchus lobus inferior tersebut mempercabangkan lima bronchus segmentorum.
Bronchus primer sinister bercabang menjadi bronchus-bronchus sekunder lobus superior dan
inferior.2

Bronchus sekunder lobus superior kiri berasal dari aspek anterolateral bronchus primer
sinister, melengkung ke lateral dan bercabang menjadi empat bronchus segmentorum.
Bronchus sekunder lobus inferior kiri turun posterolateral dan selanjutnya memberikan empat
cabang bronchus segmentorum.2

Selanjutnya, masing-masing bronchi segmentorum ini memberikan 20 sampai 25 generasi


percabangan dan akhirnya menjadi bronchiolus terminalis. Masing-masing bronchiolus
terminalis mempercabangkan banyak generasi bronchiolus respirasi dan masing-masing
bronchiolus respirasi mempercabangkan ductus alveolaris. Masing-masing ductus alveolaris
memberikan saccus alveolaris. Alveolus paru merupakan unit dasar pertukaran gas di dalam
paru.2

Struktur Mikroskopis Paru-Paru

3
a. Bronkus
Bronkus terdiri atas 2 yaitu bronkus ekstrapulmonal dan bronkus intrapulmonal. Bronkus
ekstrapulmonal sama dengan trakea tapi diameternya lebih kecil. Bronkus intrapulmonal
dilapisi oleh epitel bertingkat torak bersilia besel goblet dan membran basalisnya jelas.
Pada lamina propianya terdapat jaringan ikat jarang, serat elastis dan muskulus poros
spiral, noduli limfatisi, dan kelenjar bronkialis menjadi kelenjar campur. 3
b. Bronkiolus
Bronkiolus tidak memilki tulang rawan dan dilapisi oleh epitel selapis torak bersilia dan
ada yang bersel goblet dan ada yang tidak. Pada lamina propianya tipis, memiliki serat
elastin, otot polos relatif lebih banyak daripada jaringan ikat, dan tidak memiliki kelenjar
dan noduli limfatisi. Terdapat dua bronkiolus yaitu bronkiolus terminalis dan bronkiolus
respiratorius.4
Pada bronkiolus terminalis dilapisi oleh epitel selapis torak rendah dan di antara sel ini
terdapat sel clara yang memiliki mikrovili dan bergranula kasar. Lamina propia sangat
tipis dan berserat elastin serta tidak memiliki kelenjar. Pada lapisan luarnya tesusun atas
serat kolagen, serat elastin, pembuluh darah, limfe dan saraf.1
Bronkiolus respiratorius merupakan bagian antara konduksi dan bagian respirasi. Dilapisi
epitel torak rendah atau epitel selapis kubis. Lamina propianya tersusun dari serat
kolagen, serat elastin, dan otot polos terputus-putus.2
c. Duktus alveolaris
Duktus alveolaris berdinding tipis, sebagian besar terdiri dari alveoli dan dikelilingi sakus
alveolaris. Di mulut alveolus dilapisi epitel selapis gepeng. Terdapat jaringan ikat elastin,
serat kolagen, berotot polos ataupun tidak sebagai titik-titik kecil. Terbuka ke atrium yaitu
ruangan yang menghubungkan sakus alveolaris.1
d. Sakus alveolari
Merupakan kantong yang dibentuk oleh beberapa alveoli. Terdapat serat elastin dan serat
retikulin yang melingkari muara sakus alveoli dan sudah tidak punya otot polos.1

e. Alveolus
Merupakan kantong kecil yang terdiri dari selapis sel. Pada alveolus terjadi pertukaran
gas yaitu O2 dan CO2 antara udara dan darah. Di sekitar alveoli terdapat serat elastin yang
akan melebar pada saat inspirasi dan menciut pada saat ekspirasi dan serat kolagen yang
mencegah regangan yang berlebihan sehingga kapiler dan septum intra-alveolaris tidak
rusak.4
Alveolus dilapisi oleh epitel selapis gepeng. Pada dinding alveolus terdapat lubang-
lubang kecil stigma alveolaris. Stigma ini penting apabila terjadi sumbatan di salah satu

4
cabang bronkus atau bronkiolus karena udara dapat mengalir dari alveolus satu ke
alveolus lain.4
Sel-sel dinding alvelus terdiri atas 4 yaitu sel alveolar tipe I, sel alveolar tipe II, sel
alveolar fagosit, dan sel kapiler endotel. Sel alveolar tipe I mempunyai inti yang gepeng,
sitoplasma tipis mengelilingi seluruh dinding alveol dan mempunyai membrana basalis
yang memisahkan sel ini dengan sel endotel kapiler.4
Sel alveolar tipe II sering menonjol ke lumen dan sitoplasmanya mengandung
multilameral bodies, zat ini dilepas ke permukaan sel, sebagai surfaktan untuk
megurangkan tegangan permukaan alveoli agar permukaan alveoli tidak kolaps pada
akhir ekspirasi.1
Sel alveolar fagosit disebut juga sel debu dan memiliki inti bulat. Selain pada dinding
alveoli terdapat juga pada lumen alveolus. Berasal dari monosit darah. Sel ini berkerja
memfagosit debu mikroorganisme dan benda asing yang terdapat dalam alveoli yang ikut
saat inspirasi. Sel endotel kapiler melpisi kapiler darah dan mempunyai inti gepeng dan
kromatin inti halus.1

Keseimbangan Asam-Basa

Sistem respirasi tubuh, selain berfungsi untuk pertukaran gas untuk proses metabolisme,
juga berpengaruh terhadap keseimbangan asam-basa di tubuh kita. Seperti yang kita ketahui,
derajat keasaman atau pH normal seseorang adalah 7,4 dengan toleransi ± 0,5 (7,35-7,45).
Ketika pH tubuh kurang atau lebih dari angka tersebut, maka terjadilah gangguan pada organ-
organ tubuh yang dapat menimbulkan kerusakan.5

Agar bisa mempertahankan pH tubuh yang normal, maka tubuh kita memiliki suatu sistem
buffer yang terbagi secara fisika dan kimiawi. Sistem buffer kimiawi sendiri dibagi menjadi 3
jenis, yaitu buffer fosfat, buffer protein plasma, dan buffer bikarbonat. Jenis buffer bikarbonat
adalah yang paling penting, karena selain kadarnya yang tinggi di dalam tubuh kita, transport
CO2 dalam bentuk H2CO3 dikendalikan oleh sistem pernapasan.6

Apabila sistem pernapasan di tubuh kita terganggu, maka secara otomatis keseimbangan
asam-basa di tubuh kita pun akan ikut terganggu. Ion H2CO3 yang berlebihan dapat
menurunkan pH kita yang disebut dengan asidosis respiratorik, dan apabila ion H2CO3 kurang
dari jumlah ideal, maka dapat menaikan pH kita yang disebut dengan alkalosis respiratorik.5

5
Bunyi pernapasan vesicular adalah bunyi tenang, bernada rendah. Inspirasi 3x lebih
panjang dari ekspirasi. Diproduksi oleh udara jalan napas di alveol. Wheezing adalah bunyi
seperti bersiul, kontinu, yang durasinya lebih lama dari krekels. Secara klinis pernafasan
ekspirasi kedengaran lebih jelas dari pernafasan inspirasi. Hal ini akibat dari udara melewati
jalan napas yang menyempit sebagian.6

Mekanisme Pernafasan

Sewaktu inspirasi, diafragma berkontraksi, bergerak ke arah bawah, dan mengembangkan


rongga dada dari atas ke bawah. Otot-otot interkostal eksterna menarik iga ke atas dan ke
luar, yang mengembangkan rongga dada ke arah samping kiri kanan serta ke depan dan
belakang. Dengan mengembangnya rongga dada, pleura parietal ikut mengembang. Tekanan
intrapleura menjadi makin negatif. Perlekatan yang diciptakan oleh cairan serosa,
memungkinkan pleura viseral untuk mengembang dan hal ini turut mengembangkan paru-
paru.7 Dengan mengembangnya paru-paru, tekanan intrapulmonal turun di bawah tekanan
atmosfer, dan udara memasuki hidung dan terus mengalir melaui saluran pernafasan sampai
ke alveoli. Masuknya udara terus berlanjut sampai tekanan intrapulmonal sama dengan
tekanan atmosfer; ini merupakan inhalasi normal.8

Ekspirasi bermula ketika diafragma dan otot-otot interkosta rileks. Karena rongga dada
menjadi lebih sempit, paru-paru terdesak, dan jaringan ikat elastiknya yang meregang selama
inhalasi, mengerut dan juga mendesak alveoli. Dengan meningkatnya tekanan intrapulmonal
di atas tekanan atmosfer, udara didorong ke luar paru-paru sampai kedua tekanan sama
kembali.9

Volume dan Kapasitas Paru

Volume udara yang dihirupkan dan dikeluarkan selama proses bernapas dapat diukur pada
sebuah spirometer. Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah udara yang masuk dan keluar
dari paru-paru. Kapasitas paru-paru bervariasi sesuai dengan ukuran dan usia seseorang.
Makin tinggi individu tersebut, makin besar paru-parunya jika dibandingkan dengan individu
yang lebih pendek. Makin tua satu individu, kapasitas paru-parunya juga menurun karena
paru-paru kehilangan daya elastisitasnya dan otot-otot pernapasan menjadi kurang efisien.
Metoda yang umum untuk memeriksa fungsi paru adalah dengan mengukur volume
pernapasan dalam kondisi yang berbeda dan hasilnya dibandingkan dengan nilai rata-rata
normal.10,11

6
a) Volume Tidal (VT)
Jumlah udara yang terlibat dalam satu kali inhalasi dan ekshalasi normal. Rata-rata
volume tidal adalah 500 ml, tetapi banyak orang sering mempunyai volume tidal yang
lebih rendah karena napas cepat.10,11

b) Minute Respiratory Volume (MRV)


Jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan dalam 1 menit. MRV dihitung dengan
mengalikan volume tidal dengan jumlah pernapasan per menit. Misalnya jika pernapasan
per menit adalah 12 kali dan volume tidal 500 ml maka MRV adalah 6000 ml atau 6 liter
udara per menit yang merupakan MRV rata-rata.10,11

c) Volume Cadangan Inspirasi


Jumlah udara di luar volume tidal yang dapat diambil dengan inspirasi sedalam mungkin,
normalnya berkisar 2000 sampai 3000 ml.10,11

d) Volume Cadangan Ekspirasi


Jumlah udara di luar volume tidal yang dapat dikeluarkan dengan ekspirasi yang paling
kuat, normalnya berkisar dari 1000ml.10,11

e) Vital Capacity(VC)
Jumlah dari volume tidal, cadangan inspirasi, dan cadangan ekspirasi. Dengan kata lain
kapasitas vital adalah jumlah udara yang terlibat dalam inhalasi paling dalam diikuti
dengan ekshalasi yang paling kuat. Rata-rata kapasitas vital berkisar 3500 sampai 5000
ml.10,11

f) Residual Volume (RV)


Jumlah udara yang tetap berada di dalam paru-paru setelah ekshalasi yang paling kuat;
rata-rata berkisar 1000 sampai 1500 ml. Udara residu sangat penting untuk memastikan
bahwa selalu terdapat udara di dalam paru-paru sehingga pertukaran gas-gas tetap dapat
terjadi, bahkan di antara saat bernapas. Kapasitas inspirasi dan kapasitas residu

7
fungsional mempunyai makna penting dalam mendiagnosa kelainan paru-paru.10,11

g) Kapasitas Pernapasan (1C)


Jumlah udara maksimal yang masih dapat dihirup setelah ekspirasi normal : IC = TV +
IRV. Normalnya 3500 ml.10,11

h) Kapasitas Residu Fungsional


Jumlah udara yang tersisa dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal: FRC = ERV +
RV. Normalnya 2200 ml.10,11

i) Kapasitas Paru Total (TLC)


Jumlah volume udara total yang dapat ditahan paru-paru yang juga merupakan jumlah
dari keempat volume paru: TLC = TV + IRV + ERV + RV normalnya 5.700 ml.10,11

Daftar Pustaka

1. Gunardi Santoso, Wibawani Ninik, Tirtarahardja Hartati, Lumbanraja Sahala, Husin Elly,
Goenawan J, dkk. Respirasi 1. Jakarta: FK Ukrida. 2010.

2. Gunardi Santoso. Anatomi sistem pernafasan. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2007.
3. Janquiera LC, Carneioro J. Histologi dasar. Edisi 10. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC; 2007.
4. Bloom and Fawcet. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC; 2003.
5. Horne MM, Swuaringen PL. Keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Jakarta:
Penerbit EGC; 2007
6. Marks DB, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: Penerbit EGC; 2005

8
7. Appleton, Lange. Handbook of laboratory and diagnostic tests with nursing implications.
Jakarta: EGC; 2002.p.318-25.

8. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Santoso BI, editor. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001. h. 419-22.

9. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2009. h. 256-70.

10. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo, 2007. h. 68-76.

11. Suryo J. Herbal. Penyembuh gangguan sistem pernapasan.Yogyakarta: Medika Utama;


2000.h.64-8.

Anda mungkin juga menyukai