Anda di halaman 1dari 20

pedofilia didefinisikan sebagai gangguan kejiwaan pada orang dewasa atau remaja yang telah

mulai dewasa (pribadi dengan usia 16 atau lebih tua) biasanya ditandai dengan suatu kepentingan
seksual primer atau eksklusif pada anak prapuber (umumnya usia 13 tahun atau lebih muda,
walaupun pubertas dapat bervariasi). Anak harus minimal lima tahun lebih muda dalam kasus
pedofilia remaja (16 atau lebih tua) baru dapat diklasifikasikan sebagai pedofilia.[1][2][3][4]
Kata pedofilia berasal dari bahasa Yunani: paidophilia ()pais (, "anak-anak")
dan philia (, "cinta yang bersahabat" atau "persahabatan",[5] meskipun ini arti harfiah telah
diubah terhadap daya tarik seksual di zaman modern, berdasarkan gelar "cinta anak" atau
"kekasih anak," oleh pedofil yang menggunakan simbol dan kode untuk mengidentifikasi
preferensi mereka.[6][7] Klasifikasi Penyakit Internasional (ICD) mendefinisikan pedofilia
sebagai "gangguan kepribadian dewasa dan perilaku" di mana ada pilihan seksual untuk anakanak pada usia pubertas atau pada masa prapubertas awal.[8] Istilah ini memiliki berbagai
definisi seperti yang ditemukan dalam psikiatri, psikologi, bahasa setempat, dan penegakan
hukum.
Menurut Diagnostik dan Statistik Manual Gangguan Jiwa (DSM), pedofilia adalah parafilia di
mana seseorang memiliki hubungan yang kuat dan berulang terhadap dorongan seksual dan
fantasi tentang anak-anak prapuber dan di mana perasaan mereka memiliki salah satu peran atau
yang menyebabkan penderitaan atau kesulitan interpersonal.[1] Pada saat ini rancangan DSM-5
mengusulkan untuk menambahkan hebefilia dengan kriteria diagnostik, dan akibatnya untuk
mengubah nama untuk gangguan pedohebefilik.[9] Meskipun gangguan ini (pedofilia) sebagian
besar didokumentasikan pada pria, ada juga wanita yang menunjukkan gangguan tersebut[10]
[11], dan peneliti berasumsi perkiraan yang ada lebih rendah dari jumlah sebenarnya pada
pedofil perempuan.[12] Tidak ada obat untuk pedofilia yang telah dikembangkan. Namun
demikian, terapi tertentu yang dapat mengurangi kejadian seseorang untuk melakukan pelecehan
seksual terhadap anak.[13][14] Di Amerika Serikat, menurut Kansas v. Hendricks, pelanggar
seks yang didiagnosis dengan gangguan mental tertentu, terutama pedofilia, bisa dikenakan pada
komitmen sipil yang tidak terbatas,[15] di bawah undang-undang berbagai negara bagian
(umumnya disebut hukum SVP[16][17][18]) dan Undang-Undang Perlindungan dan
Keselamatan Anak Adam Walsh pada tahun 2006.[19]
Dalam penggunaan populer, pedofilia berarti kepentingan seksual pada anak-anak atau tindakan
pelecehan seksual terhadap anak, sering disebut "kelakuan pedofilia."[2][13][20][21] Misalnya,
The American Heritage Stedman's Medical Dictionary menyatakan, "Pedofilia adalah tindakan
atau fantasi pada dari pihak orang dewasa yang terlibat dalam aktivitas seksual dengan anak atau
anak-anak."[22] Aplikasi umum juga digunakan meluas ke minat seksual dan pelecehan seksual
terhadap anak-anak dibawah umur atau remaja pasca pubertas dibawah umur.[23][24] Para
peneliti merekomendasikan bahwa tidak tepat menggunakan dihindari[23], karena orang yang
melakukan pelecehan seksual anak umumnya menunjukkan gangguan tersebut,[13][25][26]
tetapi beberapa pelaku tidak memenuhi standar diagnosa klinis untuk pedofilia, dan standar
diagnosis klinis berkaitan dengan masa prapubertas. Selain itu, tidak semua pedofil benar-benar
melakukan pelecehan tersebut.[27][28][29]
Pedofilia pertama kali secara resmi diakui dan disebut pada akhir abad ke-19. Sebuah jumlah

yang signifikan di daerah penelitian telah terjadi sejak tahun 1980-an. Saat ini, penyebab pasti
dari pedofilia belum ditetapkan secara meyakinkan.[30] Penelitian menunjukkan bahwa pedofilia
mungkin berkorelasi dengan beberapa kelainan neurologis yang berbeda, dan sering bersamaan
dengan adanya gangguan kepribadian lainnya dan patologi psikologis. Dalam konteks psikologi
forensik dan penegakan hukum, berbagai tipologi telah disarankan untuk mengkategorikan
pedofil menurut perilaku dan motivasinya.
Pedofilia terdiri dari dua suku kata; pedo (anak) dan filia (cinta).
Pedofilia adalah kecenderungan seseorang yang telah dewasa baik pria maupun wanita untuk
melakukan aktivitas seksual berupa hasrat ataupun fantasi impuls seksual dengan anak-anak
kecil. Bahkan terkadang melibatkan anak dibawah umur.
Biasanya anak-anak yang menjadi korban berumur dibawah 13 tahun. Sedangkan penderita
umumnya berumur diatas 16 tahun.
Adapun aktivitas seks yang dilakukan oleh para pedofil sangat bervariasi. Misalnya dengan
menelanjangi anak, melakukan masturbasi dengan anak, bersenggama dengan anak. bahkan jenis
aktivitas seksual lainnya termasuk stimulasi oral pada anak, penetrasi pada mulut anak, vagina
ataupun anus dengan jari, benda asing atau bisa jadi penis.
Definisi Pedofilia
Pedofilia adalah kelainan seksual berupa hasrat ataupun fantasi impuls seksual yangmelibatkan
anak di bawah umur. Orang dengan pedofilia umurnya harus di atas 16 tahun,sedangkan anakanak yang menjadi korban berumur 13 tahun atau lebih muda (anak pre-pubertas). Dikatakan
pedofilia jika seseorang memiliki kecenderungan impuls seks terhadapanak dan fantasi maupun
kelainan seks tersebut mengganggu si anakDi antara kasus parafilia yang dikenali, pedofilia
adalah jauh lebih sering dibandingkandengan yang lainnya. pedofilia lebih banyak terjadi pada
laki-laki, tetapi tidak ada informasi yangpasti tentang prevalensinya. Adanya prostitusi terhadap
anak-anak di beberapa negara danmaraknya penjualan materi-materi pornografi tentang anakanak, menunjukkan bahwa tingkatketertarikan seksual terhadap anak tidak jarang. Meskipun
demikian, pedofilia sebagai salahsatu bentuk perilaku seksual diperkirakan tidak secara umum
terjadi.Penyebab dari pedofilia belum diketahui secara pasti. Namun pedofilia
seringkalimenandakan ketidakmampuan berhubungan dengan sesama dewasa atau adanya
ketakutanwanita untuk menjalin hubungan dengan sesama dewasa. Jadi bisa dikatakan sebagai
suatukompensasi dari penyaluran nafsu seksual yang tidak dapat disalurkan pada orang
dewasa.Kebanyakan penderita pedofilia menjadi korban pelecehan seksual pada masa kanakkanak.Berdasarkan DSM-IV, seseorang dikatakan sebagai penderita pedofilia bila :A. Selama
waktu sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secaraseksual, dorongan
seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa aktivitas seksualdengan anak pre-pubertas
atau anak-anak (biasanya berusia 13 tahun atau kurang).B. Khayalan, dorongan seksual atau
perilaku menyebabkan penderitaan yang bermaknasecara klinis atau gangguan dalam fungsi

sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.C. Orang sekurangnya berusia 16 tahun dan
sekurangnya berusia 5 tahun lebih tua darianak-anak yang menjadi korban.
Seks adalah sebuah anugrah alami berbentuk kenikmatan indah tiada tara.
Namun jika seseorang mulai menjalani seks tidak wajar, kenikmatan itu akan menjadi sebuah
kebiasaan.
Jika kebiasaan itu tidak terkontrol, dia sangat bisa menjadi sebuah KELAINAN SEKSUAL.

Kelainan bukanlah sesesuatu yg orang itu tidak sadari & menikmatinya.


Dia sangat sadar akan kelainan itu dan sangat ingin berubah.
Namun, dia sendiri TIDAK MAMPU MENGUBAHNYA.

Silahkan baca 10 Macam Kelainan Seksual yg sumbernya kami tuliskan di bawah posting ini.

1. Eksibisionisme
yaitu kelainan seks yang suka memperlihatkan organ kelamin kepada orang lain yang tidak ingin
melihatnya dan juga suka melakukan autoeroticism (praktek seksual merangsang diri sendiri atau
masturbasi) sambil memperlihatkannya kepada orang lain.

2. Fetisisme
Orang dengan gangguan ini mencapai kepuasan seksual dengan menggunakan obyek bukan
manusia, paling sering pakaian dalam perempuan, sepatu, stocking, atau item pakaian lainnya.

3. Frotteurisme

Orang dengan gangguan ini sering menggosok-gosokkan organ kelaminnya kepada orang lain
yang tidak menginginkannya. Perilaku ini sering dilakukan pada saat sibuk, di tempat ramai
seperti dalam bus atau di kereta yang penuh sesak.

4. Pedofilia
Pedofilia melibatkan aktivitas seksual dengan anak kecil, umumnya di bawah usia 13. DSM-IVTR mendeskripsikan kriteria orang dengan pedofilia berusia di atas 16 tahun, dan setidaknya 5
tahun lebih tua dari si anak yang dijadikan obyek seksualnya. Orang dengan pedofilia bisa
tertarik dengan anak laki-laki atau perempuan, walaupun hampir dua kali lipat ketertarikan lebih
banyak pada anak laki-laki. Biasanya orang dengan gangguan ini mengembangkan prosedur dan
strategi untuk mendapatkan akses dan kepercayaan anak-anak.

5. Seksual masokisme
Masokisme adalah istilah yang digunakan untuk kelainan seksual tertentu, namun yang juga
memiliki penggunaan yang lebih luas. Gangguan seksual ini melibatkan kesenangan dan
kegembiraan yang diperoleh dari rasa sakit pada diri sendiri, baik yang berasal dari orang lain
atau dengan diri sendiri. Gangguan ini biasanya terjadi sejak kanak-kanak atau menginjak remaja
yang sudah mulai kronis. Orang dengan gangguan ini mencapai kepuasan dengan mengalami
rasa sakit. Masokisme adalah satu-satunya kelainan paraphilia yang dialami oleh perempuan,
sekitar 5 persen makosis adalah perempuan. Istilah ini berasal dari nama seorang penulis asal
Austria pada abad ke-19, Leopold von Sacher-Masoch, yang novelnya sering menyebutkan
karakter yang terobsesi dengan kombinasi seks dan rasa sakit. Dalam arti lebih luas, masokisme
mengacu pada pengalaman menerima kenikmatan atau kepuasan dari penderitaan sakit.
Pandangan psikoanalitik bahwa masokisme adalah agresi berbalik ke dalam, ke diri, ketika
seseorang merasa terlalu bersalah atau takut untuk mengungkapkannya secara lahiriah.

6. Seksual sadisme
Seorang individu sadisme mencapai kepuasan seksual dengan menyakiti orang lain. Dalam teori
psikoanalitik, sadisme terkait dengan rasa takut pengebirian, sedangkan penjelasan perilaku
sadomasokisme (praktek seksual menyimpang yang menggabungkan sadisme dan masokisme)
adalah perasaan secara fisiologis mirip dengan gairah seksual. Kriteria diagnostik klinis untuk
kedua gangguan ini adalah pengulangan dari perilaku selama setidaknya enam bulan, dan
kesulitan yang signifikan atau penurunan kemampuan untuk berfungsi sebagai akibat dari

perilaku atau terkait dorongan atau fantasi. Sadomasokisme bisa terjadi pada laki-laki dan
perempuan, baik heteroseksual dan hubungan homoseksual.

7. Transvestic fetisisme
Gangguan ini dicirikan dengan laki-laki heteroseksual yang mengenakan pakaian perempuan
untuk mencapai respons seksual. Gangguan ini dimulai pada saat remaja dan masih diam-diam
(tanpa ingin diketahui orang lain), dan kemudian saat beranjak dewasa mulai berpakaian
perempuan lengkap dan di depan umum. Sebagian kecil laki-laki dengan transvestic fetisisme
mungkin mengalami dysphoria (ketidakbahagiaan dengan jenis kelamin aslinya), yang kemudian
melakukan pengobatan hormonal atau operasi pergantian kelamin untuk membuat mereka hidup
secara permanen sebagai perempuan.

8. Voyeurism
Voyeurisme adalah paraphilia dimana seseorang menemukan kenikmatan seksual dengan
menyaksikan atau mengintip orang yang telanjang, membuka baju, atau melakukan seks.
Gangguan ini terjadi pada laki-laki dan yang menjadi obyek biasanya orang asing. Orang dengan
voyeurisme atau voyeur berfantasi melakukan hubungan seks dengan korbannya, tetapi ia tidak
benar-benar melakukan itu. Voyeur mungkin mengintip orang asing yang sama berulang-ulang,
tapi jarang ada kontak fisik.

9. Bestialitas
Bestialitas atau zoophilia adalah istilah yang menggambarkan perasaan atau perilaku seks yang
melibatkan hewan. Perasaan seksual orang dengan bestialitas mungkin berfokus pada hewan
piaraan seperti anjing, atau hewan ternak seperti domba atau kambing.

10. Necrophilia
Necrophilia adalah istilah yang menggambarkan perasaan atau perilaku seksual yang melibatkan
mayat.
Gangguan seksual merangkumi pelbagai tingkah laku seksual yang boleh dibahagikan
kepada lima jenis iaitu :

1. Gangguan secara lisan:


contohnya: kata-kata, komen, gurauan, usikan bunyi dan soalan-soalan yang berbentuk ancaman
atau cadangan seksual.
2. Gangguan secara isyarat/bukan lisan:
contohnya: pandangan atau kerlingan yang membayangkan sesuatu niat atau
keinginan, menjilat bibir atau memegang atau memakan makan dengan cara
menggoda,isyarat tangan atau bahasa isyarat yang membayangkan perlakuan seks, tingkah laku
mengurat yang berterusan.
3. Gangguan visual:
contohnya: menunjukkan bahan-bahan lucah, melukis gambar lucah, menulis surat berunsur
seksual, mendedahkan bahagian bahan yang sulit yang tidak sepatutnya didedah.
4. Gangguan psikologi:
contohnya: mengulangi jemputan sosial yang telah tidak diterima, memujuk rayu berterusan
untuk keluar bersama atau untuk bercumbuan.
5. Gangguan fizikal:
contohnya: sentuhan yang tidak diingini, menepuk, mencubit, mengusap, menggesel badan,
memeluk, mencium, serangan seksual.

A.

Perkembangan Seksualitas Normal

Ada fase-fase psikologis yang harus dilalui tiap individu. Antara lain fase
psikoseksual yaitu tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan fungsi seksual yang dapat
mempengaruhi perkembangan psikologis individu tersebut. Tiap individu akan mengalami
fase/tahap psikoseksual dalam tiap tahap perkembangan umurnya (0-18 tahun). Bila individu
tersebut gagal melewati suatu masa yang harus dilaluinya sesuai dengan tahap perkembangannya
maka akan terjadi gangguan pada diri orang tersebut.
Pada kesempatan ini kita akan melihat fase-fase psikoseksual yang pasti dilalui setiap individu
sesuai dengan tahap perkembangannya. Fase-fase tersebut adalah:

1. Fase oral/mulut (0-18 bulan)


Yaitu fase pertama yang harus dilalui oleh seorang anak sejak dilahirkan.
Pada bulan-bulan pertama kehidupan, bayi manusia lebih tidak berdaya dibandingkan dengan
bayi binatang menyusui lainnya, dan ketidakberdayaan ini berlangsung lebih lama daripada
spesies lain. Pada mulanya bayi tidak dapat membedakan antara bibirnya dengan putting susu
ibunya, yaitu asosias antara rasa kenyang dengan pemberian asi. Bayi hanya sadar akan
kebutuhannya sendiri dan pada waktu menunggu terpenuhi kebutuhannya, bayi menjadi frustasi
dan baru sadar akan adanya obyek pemuas pada waktu kebutuhannya terpenuhi.
Inilah pengalaman pertama kesadaran akan adanya obyek diluar dirinya. Jadi kelaparan
menuntutnya untuk mengenal dunia luar. Reaksi primitif pertama terhadap obyek yaitu bayi
berusaha memasukkan semua benda yang dipegangnya ke mulut. Bayi merasa bahwa mulut
adalah tempat pemuasan (oral gratification). Rasa lapar dan haus terpenuhi dengan menghisap
putting susu ibunya. Kebutuhan-kebutuhan, persepsi-persepsi dan cara ekspresi bayi secara
primer dipusatkan di mulut, bibir, lidah dan organ lain yang berhubungan dengan daerah mulut.
Dorongan oral terdiri dari 2 komponen yaitu dorongan libido dan dorongan agresif. Dorongan
libido yaitu dorongan seksual pada anak, yang berbeda dengan libido pada orang dewasa.
Dorongan libido merupakan dorongan primer dalam kehidupan yang merupakan sumber energi
dari ego dalam mengadakan hubungan dengan lingkungan, sehingga memungkinkan
pertumbuhan ego. Ketegangan oral akan membawa pada pencarian kepuasan oral yang ditandai
dengan diamnya bayi pada akhir menyusui. Sedangkan dorongan agresif dapat terlihat dalam
perilaku menggigit, mengunyah, meludah, dan menangis. Pada fase oral ini, peran Ibu penting
untuk memberikan kasih sayang dengan memenuhi kebutuhan bayi secepatnya. Jika semua
kebutuhannya terpenuhi, bayi akan merasa aman, percaya pada dunia luar. Hal ini merupakan
dasar perkembangan selanjutnya dalam berhubungan dengan dunia luar. Jika pada fase oral ini
bayi merasakan kekecewaan yang mendalam, hal ini akan mempengaruhi perkembangan
selanjutnya. Pada waktu dewasa akan mengalami gangguan tingkah laku seksual misalnya
kepribadian oral sadistik yang dimanifestasikan dalam penyimpangan seksual sadisme, yaitu
kepuasan seks yang dicapai bila didahului atau disertai tindakan yang menyakitkan. Sebaliknya,
bila bayi mendapat kepuasan yang berlebihan maka dalam perkembangan selanjutnya dapat
menjadi sangat optimis, narcistik (cinta diri sendiri), dan selalu menuntut.

2. Fase Anal (1 1/2 - 3 tahun)


Fase ini ditandai dengan matangnya syaraf-syaraf otot sfingter anus sehingga anak mulai dapat
mengendalikan beraknya. Pada fase ini kepuasan dan kenikmatan anak terletak pada anus.
Kenikmatan didapatkan pada waktu menahan berak. Kenikmatan lenyap setelah berak selesai.

Jika kenikmatan yang sebenarnya diperoleh anak dalam fase ini ternyata diganggu oleh
orangtuanya dengan mengatakan bahwa hasil produksinya kotor, jijik dan sebagainya, bahkan
jika disertai dengan kemarahan atau bahkan ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan, maka
hal ini dapat mengganggu perkembangan kepribadian anak. Dimana pada perkembangan
seksualitas deawasa anak merasa jijik (kotor) terhadap alat kelaminnya sendiri dan tidak dapat
menikmati hubungan seksual dengan partnernya.
Oleh karena itu sikap orangtua yang benar yaitu mengusahakan agar anak merasa bahwa alat
kelamin dan anus serta kotoran yang dikeluarkannya adalah sesuatu yang biasa (wajar) dan
bukan sesuatu yang menjijikkan. Hal ini penting, karena akan mempengaruhi pandangannya
terhadap seks nantinya.
Jika terjadi hambatan pada fase anal, anak dapat mengembangkan sifat-sifat tidak konsisten,
kerapian, keras kepala, kesengajaan, kekikiran yang merupakan karakter anal yang berasal dari
sisa-sisa fungsi anal. Jika pertahanan terhadap sifat-sifat anal kurang efektif, karakter anal
menjadi ambivalensi (ragu-ragu) berlebihan, kurang rapi, suka menentang, kasar dan cenderung
sadomsokistik (dorongan untuk menyakiti dan disakiti). Karakter anal yang khas terlihat pada
penderita obsesif kompulsif. Penyelesaian fase anal yang berhasil, menyiapkan dasar untuk
perkembangan kemandirian, kebebasan, kemampuan untuk menentukan perilaku sendiri tanpa
rasa malu dan ragu-ragu, kemampuan untuk menginginkan kerjasama yang baik tanpa perasaan
rendah diri.

3. Fase Uretral
Pada fase ini merupakan perpindahan dari fase anal ke fase phallus. Erotik uretral mengacu pada
kenikmatan dalam pengeluaran dan penahanan air seni seperti pada fase anal. Jika fase uretral
tidak dapat diselesaikan dengan baik, anak akan mengembangkan sifat uretral yang menonjol
yaitu persaingan dan ambisi sebagai akibat timbulnya rasa malu karena kehilangan kontrol
terhadap uretra. Jika fase ini dapat diselesaikan dengan baik, maka anak akan mengembangkan
persaingan sehat, yang menimbulkan rasa bangga akan kemampuan diri. Anak laki-laki meniru
dan membandingkan dengan ayahnya. Penyelesaian konflik uretra merupakan awal dari identitas
gender dan identifikasi selanjutnya.

4. Fase Phallus (3-5 tahun)


Pada fase ini anak mula mengerti bahwa kelaminnya berbeda dengan kakak, adik atau temannya.
Anak mulai merasakan bahwa kelaminnya merupakan tempat yang memberikan kenikmatan
ketika ia mempermainkan bagian tersebut. Tetapi orangtua sering marah bahkan mengeluarkan

ancaman bila melihat anaknya memegang atau mempermainkan kelaminnya. Pada fase ini, anak
laki-laki dapat timbul rasa takut bahwa penisnya akan dipotong (dikebiri). Ketakutan yang
berlebihan tersebut dapat menjadi dasar penyebab gangguan seksual seperti impotensi primer
dan homoseksual. Pada fase ini muncul rasa erotik anak terhadap orangtua dari jenis kelamin
yang berbeda. Rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang berhubungan dengan seks tampak dalam
tingkah laku anak, misalnya membuka rok ibunya, meraba buah dada atau alat kelamin
orangtuanya. Daya erotik anak laki-laki terhadap ibunya, disertai rasa cemburu terhadap
ayahnya, dan keinginan untuk mengganti posisi ayah disamping ibu, disebut kompleks Oedipus.
Untuk anak wanita disebut kompleks Elektra. Kompleks elektra biasanya disertai rasa rendah diri
karena tidak mempunyai kelamin seperti anak laki-laki dan merasa takut jika terjadi kerusakan
pada alat kelaminnya. Bila kompleks oedipus/Elektra tidak dapat diselesaikan dengan baik, dapat
menyebabkan gangguan emosi pada kemudian hari.

5. Fase Latensi (5/6 tahun-11/13 tahun)


Pada fase ini semua aktifitas dan fantasi seksual seakan-akan tertekan, karena perhatian anak
lebih tertuju pada hal-hal di luar rumah. Tetapi keingin-tahuan tentang seksualitas tetap berlanjut.
Dari teman-teman sejenisnya anak-anak juga menerima informasi tentang seksualitas yang sering
menyesatkan. Keterbukaan dengan orangtua dapat meluruskan informasi yang salah dan
menyesatkan itu. Pada fase ini dapat terjadi gangguan hubungan homoseksual pada laki-laki
maupun wanita.
Kegagalan dalam fase ini mengakibatkan kurang berkembangnya kontrol diri sehingga anak
gagal mengalihkan energinya secara efisien pada minat belajar dan pengembangan ketrampilan.

6. Fase genital (11/13 tahun-18 tahun)


Pada fase ini, proses perkembangan psikoseksual mencapai "titik akhir". Organ-organ seksual
mulai aktif sejalan denga mulai berfungsinya hormon hormon seksual, sehingga pada saat ini
terjadi perubahan fisik dan psikis. Secara fisik, perubahan yang paling nyata adalah pertumbuhan
tulang dan perkembangan organ seks serta tanda-tanda seks sekunder.
Remaja putri mencapai kecepatan pertumbuhan maksimal pada usia sekitar 12-13 tahun,
sedangkan remaja putra sekitar 14-15 tahun. Akibat perbedaan waktu ini, biasanya para gadis
tampak lebih tinggi daripada anak laki-laki seusia pada periode umur 11-14 tahun.
Perkembangan tanda seksual sekunder pada gadis adalah pertumbuhan payudara, tumbuhnya
rambut pubes dan terjadinya menstruasi, pantat mulai membesar, pinggang ramping dan suara
feminin. Sedangkan pada anak laki-laki terlihat buah pelir dan penis mulai membesar,
tumbuhnya rambut pubes, rambut kumis, suara mulai membesar. Terjadi mimpi basah, yaitu

keluarnya air mani ketika tidur (mimpi basah). Bersamaan dengan perkembangan itu, muncullah
gelombang nafsu birahi baik pada laki-laki maupun wanita. Secara psikis, remaja mulai
mengalami rasa cinta dan tertarik pada lawan jenisnya.
Kegagalan dalam fase ini mengakibatkan kekacauan identitas. Itulah fase-fase psikoseksesual
yang harus dialami oleh tiap-tiap individu. Dengan mengetahui akibat-akibat yang ditimbulkan
bila gagal ataupun berhasil dalam melewati tiap fase, maka hendaknya orangtua dan para
pendidik dapat mengambil manfaatnya, sehingga kita dapat memberikan kesehatan mental putraputri kita sedini mungkin.

B.

Gangguan Identitas Gender

Identitas gender adalah bagaimana seseorang merasa bahwa dirinya adalah seorang wanita atau
pria. Identitas gender secara normal didasarkan pada anatomi gender. Namun, pada gangguan
identitas gender (gender identity disorder) terjadi konflik antara anatomi gender seseorang
dengan identitas gendernya.
Gangguan identitas gender dapat berawal dari anak-anak. Anak-anak dengan gangguan ini
menemukan bahwa anatomi gender mereka merupakan sumber distress yang terus-menerus dan
intensif.
Diagnosis gangguan identitas gender diberikan baik pada anak atau orang dewasa yang
mempersepsikan diri mereka secara psikologis sebagai anggota dari gender yang berlawanan dan
terus-menerus menunjukan ketidaknyamanan terhadap anatomi gender mereka.
Meskipun belum ada studi yang pasti, namun diyakini bahwa kelainan ini terjadi lima kali lebih
banyak pada pria daripada wanita. Gangguan ini memiliki pola yang berbeda pada setiap orang,
bisa berakhir atau berkurang pada masa remaja ketika anak ini lebih menerima identitas gender
mereka. Atau bisa juga bertahan hingga dewasa dan menyebabkan identitas transeksual, bahkan
mereka bisa mengembangkan kelainan tersebut kedalam orientasi gay atau lesbian terutama pada
saat remaja.
Banyak orang dewasa transeksual melakukan operasi perubahan gender. Pada operasi ini akan
dibentuk alat genital eksternal yang semirip mungkin dengan alat genital gender yang
diinginkan. Orang yang telah melakukan operasi tersebut dapat melakukan aktivitas seksual
bahkan mencapai orgasme, namun mereka tidak akan mampu melahirkan anak karena tidak
memiliki organ reproduksi internal.

Identitas gender berbeda dengan orientasi seksual gay atau lesbian, gangguan identitas gender
sangat jarang ditemukan. Orang dengan gangguan identitas gender yang tertarik secara seksual
pada anggota dari anatomi gender mereka sendiri tidak menganggap diri mereka gay atau
lesbian. Gender yang mereka miliki sebelumnya merupakan kesalahan dimata mereka. Dari
sudut pandang mereka, mereka terperangkap pada tubuh dengan gender berbeda.
Tidak ada seorangpun yang mengetahui penyebab terjadinya gangguan identitas gender.
Teoritikus psikodinamika menunjuk kedekatan hubungan antara ibu-anak laki-laki yang ekstrem,
hubungan yang renggang antara ibu dan ayah, dan ayah yang tidak ada atau jauh dari anaknya.
Faktor-faktor keluarga ini dapat menjadi penyebab munculnya identifikasi yang kuat terhadap
ibu dari para pria muda, mengakibatkan pembalikan identitas dan peran gender yang diharapkan.
Anak perempuan yang memiliki ibu yang lemah dan tidak berpengaruh serta ayah yang kuat dan
maskulin dapat mengidentifikasikan dirinya secara berlebihan pada ayah dan mengembangkan
prasangka psikologis bahwa dirinya adalah laki-laki kecil.
Jika ada pengalaman belajar pada masa awal yang penting dalam hal gangguan identitas gender
maka gangguan itu akan terjadi sangat awal di kehidupan. Ketidakseimbangan hormonal di
masa-masa prenatal juga berpengaruh. Otak dapat terdiferensiasi pada identitas gender tertentu di
satu arah sementara alat genital berkembang di arah yang lain.
Namun, hingga sekarang spekulasi tentang asal-muasal gangguan identitas gender masih sulit
dibuktikan.

C.

Kelainan pada Perilaku Seksual

1.

Parafilia

Parafilia (paraphilia) diambil dari akar bahasa Yunani para, yang artinya "pada sisi lain", dan
philos artinya "mencintai". Pada parafilia orang menunjukan keterangsangan seksual sebagai
stimulus yang tidak biasa. Menurut DSM IV, parafilia melibatkan dorongan dan fantasi seksual
yang berulang dan kuat yang bertahan selama 6 bulan atau lebih yang berpusat pada (1) objek

bukan manusia seperti pakaian dalam, sepatu, kulit, atau sutra, (2) perasaan merendahkan atau
menyakiti diri sendiri atau pasangannya atau (3) anak-anak dan orang lain yang tidak mampu
memberikan persetujuan.
Sejumlah parafilia dapat melakukan fungsi seksual tanpa kehadiran stimulus atau fantasi.
Sementara yang lainnya menggunakan stimulus parafilia saat berada dibawah stress. Tetapi ada
pula yang tidak terangsang kecuali dengan menggunakan stimulus ini baik secara nyata maupun
fantasi. Bagi sejumlah individu, parafilia adalah sebuah cara eksklusif untuk mencapai kepuasan
seksual.
Sejumlah penderita parafilia secara relatif tidak berbahaya dan tidak menyebabkan jatuh korban.
Diantaranya terdapat fethisisme, fethisisme transverstik. Sedangkan yang lain seperti
ekshibisionisme dan pedofilia melibatkan orang lain sebagai korban. Parafilia paling berbahaya
adalah sadism seksual yang dilakukan dengan pasangan tanpa persetujuannya.
Ada 10 jenis Gangguan Parafilia antara lain:
Pedofilia
Eksibionisme
Voyeurisme
Sadisme Seksual
Masokhisme Seksual
Fetisisme
Transvestisme
Zofilia
Froteurisme
Homoseksual
Selain 10 jenis di bawah ini, masih ada gangguan seksual yang tidak tergolongkan yaitu
mencakup necrofilia (hubungan seks dengan mayat), telephon scatologia (gairah seks bertelepon
cabul)

2.

Ekshibisionisme

Ekshibisionisme melibatkan dorongan kuat dan berulang untuk menunjukan alat genital pada
orang yang tak dikenal yang tidak menduganya, dengan tujuan agar korban terkejut, syok, atau
terangsang secara seksual. Orang tersebut dapat bermasturbasi sambil membayangkan atau
benar-benar menunjukan alat genitalnya. Penderita hampir selalu pria dan sasarannya hampir
selalu wanita.
Orang yang didiagnosis mengidap ekshibisionisme biasanya tidak tertarik pada kontak seksual
actual dengan korban dan karenanya biasanya tidak berbahaya. Namun begitu, korban dapat
merasa dirinya dalam bahaya besar dan dapat mengalami trauma karena peristiwa itu. Saran yang

paling baik untuk korban adalah untuk tidak menunjukan reaksi apapun pada orang yang
mengekspos dirinya dan tetap bersikap biasa saja.
Pria dengan gangguan ini cenderung pemalu, tergantung serta kurang memiliki keterampilan
sosial dan seksual, bahkan terhambat secara sosial. Sejumlah orang meragukan maskulinitas
mereka dan memiliki perasaan inferior. Rasa jijik dan ketakutan korban membangkitkan rasa
menguasai situasi dan meningkatkan keterangsangan seksual mereka.

3.

Fetishisme

Kata Prancis fetiche diduga berasal dari bahasa Portugis feticio yang berarti suatu daya tarik
ajaib. Dalam kasus ini ajaib terletak pada kemampuan objek untuk merangsang secara seksual.
Cirri utama dari kelainan ini adalah dorongan seksual yang kuat dan berulang serta
membangkitkan fantasi yang melibatkan objek tidak hidup, seperti bagian tertentu dari pakaian.
Normal bagi pria untuk menyukai tampilan, rasa dan aroma baju milik kekasih mereka. Namun,
pria fethisisme lebih memilih objeknya daripada orang yang memilikinya dan tidak dapat
terangsang tanpa objek tersebut. Mereka sering mengalami kepuasan seksual melalui masturbasi
sambil membelai, menggosok-gosok atau mencium objek tersebut, atau melihat pasangannya
memakai benda tersebut ketika melakukan aktivitas seksual.

4.

Transvestime (Transvestik fethisisme)

Ciri utama dari transvestik fethisisme adalah dorongan yang kuat dan berulang serta fantasi yang
berhubungan dan melibatkan memakai pakaian lawan jenis (cross-dressing) dengan tujuan untuk
mendapatkan rangsangan seksual. Orang dengan kelainan fethisisme dapat dipuaskan dengan
memegang objek seperti pakaian wanita sambil bermasturbasi, sedangkan transvestik ingin
mengenakannya. Mereka dapat memakai pakaian feminism dan dandanannya secara lengkap
atau lebih menyukai satu bagian dari sebuah pakaian. Kelainan ini dilaporkan hanya terjadi pada
pria heteroseksual. Biasanya, pria yang memakai pakaian lawan jenis melakukannya dengan
tertutup, dan membayangkan diri mereka adalah wanita yang dicumbunya sambil bermasturbasi.
Pria gay kemungkinan memakai pakaian lawan jenis untuk menarik perhatian pria lain atau
karena menyamar sebagai wanita merupakan gaya tersendiri pada beberapa lingkungan sosial
bukan karena mereka terangsang secara seksual dengan memakainya. Pria dengan gangguan
identitas gender memakai pakaian wanita karena tidak nyaman dengan pakaian pria, bukan
karena alasan rangsangan seksual. Sebagian besar penderita transvestik sudah menikah dan
terlibat aktivitas seksual dengan istri mereka, namun mereka mencari tambahan kepuasan lain
dengan cara berpakaian seperti wanita.

5.

Voyeurisme

Ciri utama dari voyeurisme adalah bertindak berdasarkan atau mengalami distress akibat
munculnya dorongan seksual yang kuat dan terus-menerus sehubungan dengan yang melibatkan
atau memperhatikan orang, biasanya tidak dikenal, yang sedang berpakaian atau membuka
pakaian atau sedang melakukan aktivitas seksual dimana mereka tidak menduganya. Tujuan
mengintip ini adalah untuk mencapai kepuasan seksual. Orang voyeurisme biasanya tidak
menginginkan hubungan seksual dengan objek yang diobservasi.

6.

Froterisme

Kata prancis frottage mengacu pada teknik artisitk dari membuat gambar dengan cara
menggosok pada objek yang timbul. Ciri utama dari parafilia froterisme adalah adanya dorongan
seksual yang kuat secara persisten dan fantasi terkait yang melibatkan menggosok atau
menyentuh tubuh orang tanpa ijin. Froterisme biasanya terjadi di tempat-tempat ramai, seperti
kereta api bawah tanah, bus atau lift. Tindakan menggosok-gosokan atau menyentuhlah, bukan
aspek kekerasannya, yang membangkitkan hasrtat seksual seorang pria. Ia mungkin
membayangkan dirinya sendiri menikmati hubungan seksual yang eksklusif dan penuh kasih
sayang dengan korban. Karena kontak fisik yang terjadi hanya sesaat dan dilakukan secara
sembunyi-sembunyi, orang yang melakukan berkemungkinan kecil untuk ditangkap oleh yang
berwajib. Bahkan mungkin korban tidak akan menyadari apa yang terjadi pada saat itu atau tidak
mengeluarkan banyak protes.

7.

Pedofilia

Pedofilia diambil dari bahasa yunani paidos berarti anak. Ciri utama dari pedofilia adalah
dorongan seksual yang kuat dan berulang serta adanya fantasi terkait yang melibatkan aktivitas
seksual dengan seorang anak yang belum puber. Penganiayaan seksual terhadap anak-anak bisa
muncul dan bisa juga tidak. Untuk mendiagnosis pedofilia orang itu setidaknya harus berusia 16
tahun, dan setidaknya 5 tahun lebih tua daripada anak yang mereka rasakan ketertarikan secara
seksual atau menjadi korban. Pada beberapa kasus orang itu hanya tertarik pada anak-anak
namun pada kasus lain penderita tertarik pada anak-anak dan orang dewasa.
Meskipun beberapa orang dengan pedofilia membatasi aktivitas mereka pada atau melucuti
pakaian anak-anak, yang lainnya terlibat dalam ekshibisionisme, mencium, membelai, seks oral,
hubungan seks anal, dan pada beberapa kasus anak perempuan terjadi hubungan seks vaginal.
Beberapa pria dengan pedofilia membatasi aktivitas seksual tersebut pada anak yang masih
memiliki hubungan keluarga sedangkan yang lain hanya menganiaya anak-anak yang tidak
memiliki hubungan keluarga dengannya. Namun, tidak semua penganiaya anak menderita

pedofilia, definisi pedofilia hanya dikemukakan ketika ketertarikan seksual pada anak secara
berulang dan terus-menerus.
Terlepas dari streotip yang ada, kebanyakan kasus pedofil tidak melibatkan pria tua kotor yang
berkeliaran disekitar halaman sekolah dengan menggunakan jas hujan. Pria dengan gangguan ini
biasanya (sebaliknya) pengikut hukum yang setia, warga masyarakat yang dihormati,
kebanyakan sudah menikah atau bercerai dan memiliki anak.
Penyebab pedofilia kompleks dan bervariasi. Sejumlah kasus cocok dengan streotip orang yang
lemah, pemalas, mempunyai hubungan sosial yang canggung dan seorang yang penyendiri yang
merasa terancam oleh hubungan dengan orang dewasa dan berbelok pada anak-anak untuk
mendapatkan kepuasan seksual karena anak-anak tidak banyak mengkritik dan menuntut. Pada
sejumlah kasus lain bisa jadi pengalaman seksual masa kanak-kanak dengan anak lain dirasa
sangat menyenangkan sehingga pria tersebut pada saat dewasa berkeinginan untuk merasakan
kembali kegembiraan masa lalu. Atau mungkin pada beberapa kasus pedofilia pria yang
teraniaya secara seksual pada masa kecilnya membalikan situasi sebagai usaha untuk
mendapatkan perasaan kekuasaan.
8.

Masokisme

Masokisme seksual berasal dari nama seorang novelis Australia, Leopard Ritter von SacherMasoch yang menulis cerita dan novel tentang pria yang mencari kepuasan seksual dari wanita
yang memberikan rasa nyeri/sakit padanya, sering dalam bentuk dipukul atau dicambuk.
Masokisme seksual melibatkan dorongan kuat yang terus-menerus dan fantasi yang terkait
dengan tindakan seksual yang melibatkan perasaan dipermalukan, diikat, dicambuk, atau dibuat
menderita dalam bentuk lainnya. Dorongan ini dapat berupa tindakan yang dapat membuat
distress secara personal. Pada sejumlah kasus masokisme seksual, orang tersebut tidak dapat
mencapai kepuasan seksual jika tidak ada rasa sakit atau malu.
Pada sejumlah kasus, masokisme seksual melibatkan situasi mengikat atau menyakiti diri sendiri
pada saat masturbasi atau berfantasi seksual. Pada kasus lain pasangan diminta untuk mengikat,
menutup mata, memukul, atau mencambuk. Ekspresi masokisme yang paling berbahaya adalah
hipoksifilia dimana partisipan merasa terangsang secara seksual dengan dikurangi konsumsi
oksigennya misalnya dengan jerat, kantung plastik, bahan kimia, atau tekanan pada dada saat
melakukan aktivitas seksual.

9.

Sadisme

Sadisme dinamai berdasarkan nama Marquis de Sade, pria Prancis pada abad ke-18 yang
terkenal, yang menulis cerita tentang kenikmatan mencapai kepuasan seksual dengan
memberikan rasa sakit atau rasa malu pada orang lain. Sadisme seksual melibatkan dorongan

yang kuat dan berulang serta fantasi yang terkait untuk melakukan suatu tindakan dimana
seseorang dapat terangsang secara seksual dengan menyebabkan penderitaan fisik atau rasa malu
pada orang lain. Orang dengan parafilia jenis ini ada yang mewujudkan fantasi mereka atau
malah terganggu dengan adanya fantasi tersebut. Mereka dapat mencari pasangan yang sejalan,
bisa jadi kekasih atau seorang istri dengan kelainan masokistik, atau bisa juga pekerja seks.

10. Zoofilia (Bestialitas)


Bestialis adalah bentuk hubungan seksual antara manusia dengan binatang, contohnya manusia
dengan kuda, anjing, sapi, kambing, babi, simpanse, maupun makhluk lainnya yang
dikategorikan sebagai binatang, baik secara anal, vaginal, maupun oral. Beastilitas lebih sering
dilakukan dengan motivasi produksi film porno. Walaupun sebagian kecil manusia memang
melakukannya atas dasar nafsu seksual menyimpang dan kecintaan yang berlebihan pada
binatang. Sampai hari ini kelegalan beastilitas masih diragukan atau kontroversial karena
bertentangan dengan norma agama dan dilarang dalam kitab-kitab agama, beastilitas juga sering
dikategorikan sebagai salah satu bentuk penyiksaan hewan oleh sebagian orang.

D.

Disfungsi Seksual

Secara umum, fungsi seksual yang normal memiliki 4 fase respon seksual, yaitu :
Fase 1: Perangsangan
Secara umum karakteristiknya adalah tahap ini bisa berlangsung dari hanya beberapa menit
sampai bahkan beberapa jam, termasuk di dalamnya:

Meningkatnya tekanan otot-otot

Denyut jantung yang semakin cepat dan nafas yang memburu

Kulit yang menjadi memerah (terkadang timbul semburat merah di sekitar dada dan
punggung)

Puting yang mengeras


Aliran darah menuju organ genital yang meningkat, yang berakibat klitoris dan labia
minora (bibir vagina dalam) pada wanita menjadi basah serta penis pria menegang.

Organ intim (vagina) wanita secara umum menjadi basah.

Payudara menjadi tegang dan seakan-akan penuh serta organ intim wanita merekah.

Testis pria akan mengembang dan scrotum akan penuh cairan yang siap dikeluarkan.

Fase 2: Dataran tinggi (plateau)


Karakteristiknya adalah kelanjutan dan titik sebelum terjadinya orgasme yang ditandai dengan:

Organ intim wanita yang semakin mengembang karena meningkatnya aliran darah serta
perubahan kulit sekitar organ intim menjadi ke-ungu-an dan menjadi lebih gelap.

Klitoris yang menjadi semakin sensitif (bahkan terkadang nyeri bila disentuh) dan
terkadang kembali masuk tertutup klitoris untuk menghindari perangsangan oleh penis.

Napas, denyut jantung dan tekanan darah yang terus meningkat

Otot mengejang di kaki, muka dan tangan

Tekanan otot meningkat

Fase 3: Orgasme
Orgasme adalah puncak dari siklus rangsangan seksual. Fase ini adalah fase terpendek dan
umumnya hanya berlangsung selama beberapa detik saja. Tanda-tandanya antara lain:

Kontraksi otot yang tak beraturan dan tidak terkontrol

Teakan darah, denyut jantung dan nafas berada dalam kondisi puncak dengan kebutuhan
oksigen yang masimal.

Otot sekitar kaki yang mengejang penuh.

Pelepasan yang tiba-tiba dari tekanan seksual

Pada wanita organ intim akan berkontraksi, rahim akan terus berkontraksi.

Pada pria, kontraksi ritmis otot pada pangkal penis akan mengakibatkan ejakulasi dan
pengeluaran semen.


Gerakan tubuh tak beraturan akan berlanjut dan keringat akan cenderung keluar dari poripori tubuh.

Fase 4: Resolusi
Selama fase ini, tubuh akan kembali pada kondisi normal. Bagian-bagian tubuh yang
mengembang dan pmeregang lambat laun akan kembali normal pada ukuran dan warna semula.
Tahap ini juga ditandai dengan perasaan puas oleh pasutri, keintiman dan bahkan kelelahan.
Beberapa wanita mampu melanjutkan fase orgasme tersebut dengan sedikit rangsangan dan
inilah yang disebut sebagai multiple orgasm. Sebaliknya pria memerlukan waktu setelah orgasme
yang disebut dengan periode refraksi, dimana pada waktu ini pria tidak akan mampu orgasme
lagi. Periode refraksi ini berlangsung berbeda-beda pada pria, biasanya semakin tua umur maka
periode refraksi ini akan berlangsung makin lama.

Disfungsi seksual pada umumnya ditandai dengan hambatan dalam hasrat atau dalam kekuatan
(gairah) seksual serta perubahan psikofisiologis khas yang terjadi dalam siklus respon seksual
yang lengkap.

Beberapa gangguan seksual atau disfungsi seksual, yaitu :


1.

Gangguan hasrat seksual

Dibagi menjadi dua:


a.

Hipoactive sexual Desire Disorder

Defisiensi atau tidak adanya fantasi seksual dan hasrat untuk aktivitas seksual

b.

Sexual Aversion Disorder

Keengganan terhadap atau menghindari kontak seksual genital dengan pasangan seksual

2.

Gangguan rangsang seksual

1.

Gang Rangsangan Seksual Wanita (Sexual Arousal Disorder)

Ketidakmampuan menetap atau rekuren untuk mencapai atau mempertahankan respon lubrikasipembengkakan yang adekuat dari rangsangan seksual, sampai selesainya aktivitas seksual
2.

Gangguan Erektil Laki-laki

Disebut juga disfungsi erektil dan impotensi


Ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang adekuat sampai selesainya
aktivitas seksual

3.

Gangguan orgasme

a.

Gang orgasmik wanita

Keterlambatan atau tidak adanya orgasme yang menetap atau rekuren setelah fase rangsangan
seksual yang normal
b.

Gang orgasmik Laki-laki

Ejakulasi Prematur
Ejakulasi yang persisten atau rekuren pada stimulasi yang minimal sebelum, pada, atau segera
setelah penetrai dan sebelum pasien menginginkan
4.

Gangguan nyeri seksual

a.

Dispareunia

Nyeri genital yang menetap atau rekuren yang berhub dg hubungan seksual baik pada laki-laki
ataupun perempuan
b.

Vaginismus

Kontraksi/kekakuan otot pada sepertiga bagian luar vagina yang terjadi secara involunter yang
menghalangi insersi penis dan hubungan seks

III.
Simpulan

PENUTUP


Perkembangan seksual secara normal terdiri dari, fase oral, fase anal, fase uretral, fase
phallus, fase latensi, dan fase genital. Penyimpangan yang terjadi ketika perkembangan
seksualitas ini adalah yang paling rentan dalam menyebabkan kelainan seksual dimasa depan

Kelainan seksual dapat berupa gangguan identitas gender, parafilia (kelainan dalam
memenuhi hasrat seksual), dan disfusngsi seksual (fungsi seksualitas seseorang yang tidak
normal secara fisiologis)

Gangguan identitas gender adalah ketika terjadi konflik antara anatomi gender dengan
identitas gender

lain

Parafilia meliputi, ekshibisionisme, fethisisme, pedofilia, sadisme, masokisme, dan lain-

Disfungsi seksual meliputi hambatan gairah seksual, hambatan rangsang seksual,


hambatan orgasme, dan gangguan nyeri seksual.
Treatmen yang digunakan untuk menyembuhkan pasien bukan hanya bergantung pada pasien,
akan tetapi individu yang bersangkutan juga sangat berperan. Misalnya, seberapa besar
keinginan dari dalam diri pasien untuk merubah perilaku seksual yang menyimpang, motivasi
yang dimiliki oleh pasien, sikap individu yang bersangkutan terhadap tingkah laku seksual yang
menyimpang, treatmnen ini juga tergantung pada struktur kepribadian individu yang
bersangkutan, dan usia pasien itu sendiri (jika usia pasien sudah tua, maka akan semakin sulit
untuk penyembuhannya). Adakalanya pasien diberi obat medis. Misalnya pada pengidap
gangguan seksual yang tidak mampu mengendalikan hasrat seksualnya, maka akan diberi obat
anti-estrogen yang fungsinya untuk menurunkan libido.

Anda mungkin juga menyukai