Herpes Simplex Keratitis
Herpes Simplex Keratitis
Lalu, rerata berulangnya HSK lebih tinggi pada kelompok control negative (47.3%),
pada kelompok positif (26.7%) dan kelompok uji (17.2%). Perbedaan signifikan
tampak pada perbanding antara kelompok uji dengan kelompok control negative
yaitu sebesar (p=0.0007), namun antara kelompok uji dengan kelompok positif tidak
terdapat perbedaan signifikan (p=0.358). Efek samping obat seperti neutropenia
ditemukan hanya pada satu pasien pada kelompok uji GCV.
Kesimpulan: Terapi jangka pendek GCV oral dapat menyembuhkan HSK
berulang dan endotelitis, menyingkat masa penderitaan dan menurunkan risiko HSK
berulang dan terkonfirmasi aman.
PEMBAHASAN
A. Pendahuluan
Keratitis herpes simpleks (HSK) disebabkan oleh virus herpes simpleks 1,
yang memiliki angka kejadian berulang dan menyebabkan gangguan penglihatan
berat yang mengarah kepada kebutaan akibat infkesi di dunia.
Beberapa studi menemukan HSV muncul pada masa laten infeksi nervus
trigeminus atau pada ganglia saraf sensorik, dan penyebaran virus berulang dapat
berujung pada penyakit yang mengenai satu atau kedua mata. Walaupun terapi
topical dengan antivirus menghambat replikasi HSV-1 dan perkembangan HSK, obat
topical tidak secara sempurna memusnahkan HSV-1 yang bersemayam di mata atau
ganglion nervus trigeminus.
Sekali saja fungsi imunitas terganggu, HSV-1 akan reaktivasi dan
menimbulkan HSK berulang. Dengan demikian, kata kunci pada profilaksis HSK
berulang adalah terapi antivirus sistemik dan mengatur resistensi sistem imun kepada
virus.
Barron dan Oda, melakukan studi acak tersamar ganda dan mengemukakan
bahwa tidak terdapat perbedaan efikasi terapi HSK yang signifikan antara obat oral
asiklovir (ACV) dan terapi placebo, namun studi yang lebih mendalam yang
dilakukan oleh Oda, Guess, Knickelbein, Jansen, Goldblum dan van Rooij
menemukan bahwa penggunaan obat oral ACV jangka panjang dengan dosis rendah
dapat menjadi prevensi HSK berulang dan herpes oris. Bagaimanapun, menurut
peneliti lain, obat Ganciclovir (GCV) disinyalir menunjukkan aktivitas antivirus
yang lebih baik, waktu paruh yang cukup lama dan resistensi obat yang rendah
dibandingkan ACV.
Peneliti pada jurnal ini melakukan studi prospektif, multisentral dan
terkontrol tersamar tunggal untuk menilai efikasi penggunaan obat GCV oral sebagai
tatalaksana dan keamanan GCV sebagai prevensi HSK berulang.
B. Metode
1. Subjek
Berdasarkan referensi yang ditulis Holland mengenai keratitis stroma dan
endotelitis pada empat kategori utama, kriteria inklusinya adalah pasien yang
didiagnosa dengan HSK berulang di departemen oftalmologi RS Mata & THT
Universitas Fudan, RSU Hangzhou dan RSU Nanjing dari bulan April 2010 hingga
bulan Desember 2013.
2. Kriteria Diagnostik
HSK didiagnosa dari pemeriksaan cukit kornea dan determinasi DNA HSV
yang dikumpulkan dari air mata menggunakan RT-PCR berdasarkan sistem
klasifikasi empat pokok yang diajukan Holland.
3. Pengelompokan
Pasien dibagi menjadi tiga grup menggunakan metode tabeL angka acak.
Kelompok kontrol negatif (plasebo) diberikan obat topikal gel GCV 0.15% (satu
tetes per jam, 4x1) dan tetes mata fluorometholon 0.1% (satu tetes per jam, 3x1)
yang dititis kan pada sakus konjungtiva. Kelompok kontrol positif (AcyclovirACV) mendapatkan terapi identik dengan kelompok plasebo namun dengan
kombinasi ACV oral (400 mg per jam, 5x1 selama 10 minggu). Sedangkan
kelompok uji (Ganciclovir-GCV) juga mendapat terapi identik dengan kelompok
plasebo dengan kombinasi GCV oral (1000 mg tiap jam, 3x1 selama 8 minggu).
4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Inklusi: Pasien yang tidak sedang mengkonsumsi obat sistemik apapun, atau
telah berhenti mengkonsumsi obat antivirus dalam waktu maksimal 1 minggu
sebelum penelitian, dan secara ketat dilarang menggunakan antivirus lain apapun
selama penelitian ini berlangsung, tidak memiliki masalah mata dan fungsi ginjal
yang normal (rerata klirens kreatinin 70 ml/menit). Eksklusi: pasien hamil dan
menyusui, menderita penyakit hepar, jantung, paru dan ginjal yang berat, riwayat
diabetes mellitus dan tumor maligna.
7. Analisis Statistik
C. Hasil Penelitian
1. Data Umum
Gambar table diatas menunjukkan sebanyak 173 orang subjek pada penelitian
ini, diantaranya 58 kasus pada grup plasebo, 55 kasus pada grup ACV dan 60 kasus
pada grup GCV, didapatkan rata-rata perkembangan 32.1 12.3 bulan (rentang 7-48
bulan). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan berdasarkan usia, jenis kelamin,
keadaan bola mata dan klasifikasi HSK.
Gambar tabel 2 diatas menunjukkan adanya kasus yang hilang atau berhenti
dari studi ini, sebanyak 6 kasus pada grup plasebo, 15 kasus pada grup ACV dan 13
kasus pada grup GCV. Namun tidak memunculkan perbedaan statistik bermakna.
kelainan tidak ditemukan pada pemeriksaan darah rutin, urinalisa fungsi hati dan
ginjal, bagaimanapun subjek tetap ingin diskontinu dari studi. Pada grup GCV satu
subjek mengundurkan diri karena terjadi pengurangan granulosit 1 bulans setelah
terapi. Secara umum tidak dapat perbedaan bermakna pada ketiga grup.
D. Diskusi
Ada beberapa konsistensi penelitian ini dengan penelitian-penelitian
sebelumnya, dan ada juga yang tidak sesuai. Penelitian-penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa GCV memiliki efikasi 60 kali lipat dari pada ACV, karena cara
kerjanya 5 kali lebih cepat dari pada ACV. Walaupun pada penelitian ini GCV lebih
efektif mengurangi perjalanan penyakit dan angka kejadian HSK berulang dari pada
plasebo, tetap tidak ditemukan perbedaan signifikan antara efikasi GCV dan ACV.
Keadaan ini merupakan kekurangan dari penelitian ini. Beberapa factor
sangat mungkin menjadi penyebab ketidak konsisten ini, seperti lamanya waktu
follow up, lemahnya penyesuaian dan tingginya tingkat putus subjek (umumnya
disebabkan ketidaknyamanan pasien akan efek samping obat sistemik GCV dan
ACV) pada studi ini, yang disebabkan oleh perhitungan distribusi waktu dan
banyaknya data yang hilang serta kurangnya atensi terhadap keamanan terapi yang
masih perlu ditingkatkan.
E. Kesimpulan
Secara keseluruhan, peneliti menyimpulkan dan menyarankan penggunaan
GVC dapat dipertimbangkan dengan pemberian dosis tinggi jangka pendek, karena
dapat menyingkat waktu perjalanan penyakit HSK, serta secara profilaktif tidak
berbeda efikasi dengan ACV dosis rendah jangka panjang untuk mengurangi risiko
HSK berulang.