Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR

Pengkajian
Biodata
Identitas Klien
Nama/Nama panggilan
:
Tempat tgl lahir/usia
:
Jenis kelamin
:
Agama
:
Pendidikan
:
Alamat
:
Tgl masuk
: ................................. (jam ............)
Tgl pengkajian
:
Diagnosa medik
:
Rencana terapi
:
Identitas Orang tua
Ayah
Nama
:
Usia
:
Pendidikan
:
Pekerjaan/sumber penghasilan :
Agama
:
Alamat
:
Ibu
Nama
:
Usia
:
Pendidikan
:
Pekerjaan/Sumber penghasilan:
Agama
:
Alamat
:
A.

I.
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
B.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

a.

2.
Riwayat kesehatan masa sekarang
Bayi dengan berat badan < 2.500 gram
3.
Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti kelainan kardiovaskular
Apakah ibu pernah mengalami sakit kronis

b.

Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan sebelumnya

c.

Apakah ibu seorang perokok

d.

Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat


4.
Apgar skore
System penilaian ini untuk mengevaluasi status kardiopulmonal dan persarafan bayi. Penilaian dilakukan 1
menit setelah lahir dengan penilaian 7-10 (baik), 4-6 (asfiksia ringan hingga sedang), dan 0-3 (asfiksia berat) dan
diulang setiap 5 meint hingga bayi dalam keadaan stabil.
Tanda
Frekwensi jantung

0
Tidak ada

1
< 100

2
> 100

Usaha bernapas

Tidak ada

Lambat

Menangis kuat

Tonus otot
Refleks

Lumpuh
Tidak bereaksi

Ekstremitas fleksi sedikit


Gerakan sedikit

Gerakan katif
Reaksi melawan

Tanda
Warna kulit

0
Seluruh tubuh biru atau
pucat

1
Tubuh kemeraha,
ekstremitas biru

2
Seluruh tubuh kemerahan

5.
Pemeriksaan cairan amnion
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada cairan amnion tentang jumlah
volumenya, apabila volumenya > 2000 ml bayi mengalami polihidramnion atau disebut hidramnion sedangkan
apabila jumlahnya < 500 ml maka bayi mengalami oligohidramnion
6.
Pemeriksaan plasenta
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keadaan plasenta seperti adanya pengapuran, nekrosis,
beratnya dan jumlah korion. Pemeriksaan ini penting dalam menentukan kembar identik atau tidak.
7.
Pemeriksaan tali pusat
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan dalam tali pusat seperti adanya vena dan
arteri, adanya tali simpul atau tidak.
8.
Pengkajian fisik
Aktifitas/istirahat
Status sadar, bayi tampak semi koma saat tidur malam, meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan
gerakan mata cepat (REM), tidur sehari rata-rata 20 jam.
b.
Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas normal (120 160 detik per menit). Murmur
jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus arterious (PDA)
c.
Pernapasan
Mungkin dangkal, tidak teratur, dan pernapasan diafragmatik intermiten atau periodik (40 60 kali/menit),
Pernapsan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal, juga derajat sianosis yang mungkin ada. Adanya
bunyi ampela pada auskultasi, menandakan sindrom distres pernapasan (RDS)
d.
Neurosensori
Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan karena ketidakadekuatan pertumbuhan mungkin terlihat
Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju,
tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah dan atas serta keterbatasan gerak, Pelebaran
tampilan mata.
e.
Makanan/cairan
Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala
Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan subkutan
Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan paha
Ketidakstabilan metabolik dan hipoglikemia / hipokalsemia
a.

f.
Genitounaria
Jelaskan setiap abnormalitas genitalia. Jelaskan jumlah (dibandingkan engnaberta badan), warna, pH, temuan labstick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan hidrasi) Periksa berat badan (pengukuran yang paling
akurat dalam mengkaji hidrasi).
g.

Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah
Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan
Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar pada tali pusat dengan warna kehijauan
Menangis mungkin lemah
h.
Seksualitas
Labia monira wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan klitoris menonjol
Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak pada skrotum.
i.

Suhu tubuh

Tentukan suhu kulit dan aksila.


Tentukan dengan suhu lingkungan.
j.

Pengkajian kulit
Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda irirtasi, lepuh, abrasi, atau daerah terkelupas,
terutama dimana peralatan pemantau, infuse atau alat lain bersentuhan dengan kulit; periks, dan tempat juga dan
catat setiap preparat kulit yang dipakai (misal: plester povidone iodine).
Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, lembut, bersisik, terkelupas, dll.
Terngkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir
Tentukan apakah kateter infuse IV atau jarum terpasang dengan benar, dan periksa adanya tanda infiltrasi.
jelaskan pipa infus parenteral: lokasi, tipe (arterial, vena, perifer, umbilicus, sentral, vena perifer sentral); tipe infuse
(obat, salin, dekstrosa, elektrolit, lipid, nutrisi parenteral total); tipe pompa infuse dan kecepatan aliran; tipe kateter
atau jarum; dan tempat insersinya.
9.

Pengkajian psikologis
Orang tua klien tampak cemas dan khawatir melihat kondisi bayinya, dan orang tua klien berharap bayinya
cepat sembuh.
10. Pemeriksaan refleks
a.
Refleks berkedip: dijumpai namun belum sempurna
b.
Tanda babinski: jari kaki mengembang dan ibu jari kaki sedikit dorsofleksi
c.
Merangkak: bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki, namun belum sempurna
d.
Melangkah: kaki sedikt bergerak keatas dan kebawah saat disentuhkan ke permukaan
e.
Ekstrusi: lidah ekstensi kearah luar saat disentuh dengan spatel lidah
f.
Gallants: punggung sedikti bergerak kearah samping saat diberikan goresan pada punggungnya
g.
Morros: dijumpai namun belum sempurna
h.
Neck righting : belum ditemukan
i.
Menggengngam: bayi menunjukkan refleks menggenggam namun belum sempurna
j.
Rooting: byi memperlihatkan gerakan memutar kearah pipi yang diberikan sedikit goresan
k.
Kaget (stratle)
: bayi memberikan respon ekstensi dan fleksi lengan yang belum sempurna
l.
Menghisap: bayi memperlihatkan respon menghisap yang belum sempurna
m. Tonick neck: belum dilakukan karena refleks ini hanya terdapat pada bayi yang berusia > 2 bulan
11. Pemeriksaan diagnostik
a.
Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan anemia atau kehilangan darah
b.
Dektrosik: menyatakan hipoglikemia
c.
AGD: menentukan derajat keparahan distres bila ada
d.
Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia
e.
Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia
f.
Urinalis : mengkaji homeostasis
g.
Jumlah trombosit: trombositopenia mungkin meyertai sepsis
h.
EKG, EEG, USG, angiografik: defek kongenital atau komplikasi
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR yaitu:
1.
Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan
perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik
2.
Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi residu, penurunan massa
tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat,
cadangan metabolik buruk)
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas
produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
4.
Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
5.
Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem, kehilangan cairan
berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.

6.
Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan berkurangnya
nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis
imatur.
7.
Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
8.
Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran premature, lingkungan
NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
9.
Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban kulit.
10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang tua klien tampak
cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat sembuh.
C. Intervensi
1.
Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan
perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif
Kriteria hasil:
Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
Membran mukosa merah muda
Intervensi
Rasional
Mandiri:
Membantu dalam membedakan periode perputaran
Kaji frekwensi dan pola pernapasan, perhatikan pernapasan normal dari serangan apnetik sejati,
adanya apnea dan perubahan frekwensi jantung
terutama sering terjadi pad gestasi minggu ke-30
Isap jalan napas sesuai kebutuhan
Menghilangkan mukus yang neyumbat jalan napas
Posisikanm bayi pada abdomen atau posisi
Posisi ini memudahkan pernapasan dan
telentang dengan gulungan popok dibawah bahu
menurunkan episode apnea, khususnya bila ditemukan
untuk menghasilkan hiperekstensi
adanya hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnea
Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan
Magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat
yang akan memperberat depresi pernapasan pada
pernapasan dan aktifitas SSP
bayi
Hipoksia, asidosis netabolik, hiperkapnea,
Kolaborasi :
hipoglikemia, hipokalsemia dan sepsis memperberat
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai
serangan apnetik
indikasi
Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat
Berikan oksigen sesuai indikasi
meningkatkan funsi pernapasan
Berikan obat-obatan yang sesuai indikasi
2.
Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi residu, penurunan massa
tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat,
cadangan metabolik buruk).
Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan
Kriteria hasil :
Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 37,50C)
Intervensi
Rasional
Mandiri :
Hipotermia membuat bayi cenderung merasa stres
Kaji suhu dengan memeriksa suhu rektal pada
karena dingin, penggunaan simpanan lemak tidak
awalnya, selanjutnya periksa suhu aksila atau
dapat diperbaruai bila ada dan penurunan
gunakan alat termostat dengan dasar terbuka dan
sensivitas untuk meningkatkan kadar CO2 atau
penyebar hangat.
penurunan kadar O2.
tempatkan bayi pada inkubator atau dalam
Mempertahankan lingkungan termonetral,
keadaan hangat
membantu mencegah stres karena dingin
pantau sistem pengatur suhu , penyebar hangat
Hipertermi dengan peningkatan laju metabolisme
(pertahankan batas atas pada 98,6F, bergantung
kebutuhan oksigen dan glukosa serta kehilangan air
pada ukuran dan usia bayi)
dapat terjadi bila suhu lingkungan terlalu tinggi.
kaji haluaran dan berat jenis urine
Penurunan keluaran dan peningkatan berat jenis
pantau penambahan berat badan berturut-turut.
urine dihubungkan dengan penurunan perfusi ginjal
Bila penambahan berat badan tidak adekuat,
selama periode stres karena rasa dingin
tingkatkan suhu lingkungan sesuai indikasi.
Ketidakadekuatan penambahan berat badan

Perhatikan perkembangan takikardia, warna


kemerahan, diaforesis, letargi, apnea atau aktifitas
kejang.

meskipun masukan kalori adekuat dapat menandakan


bahwa kalori digunakan untuk mempertahankan suhu
lingkungan tubuh, sehingga memerlukan peningkatan
suhu lingkungan.
Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat berlanjut pada
kerusakan otak bila tidak teratasi.
Stres dingin meningkatkan kebutuhan terhadap
glukosa dan oksigen serta dapat mengakibatkan
masalah asam basa bila bayi mengalami metabolisme
anaerobik bila kadar oksigen yang cukup tidak
tersedia. Peningkjatan kadar bilirubin indirek dapat
terjadi karena pelepasan asam lemak dari meta
bolisme lemak coklat dengan asam lemak bersaing
Kolaborasi :
dengan bilirubin pada pada bagian ikatan di albumin.
pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi Membantu mencegah kejang berkenaan dengan
(GDA, glukosa serum, elektrolit dan kadar
perubahan fungsi SSP yang disebabkan hipertermi
bilirubin)
Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada
berikan obat-obat sesuai dengan indikasi
hiportemia dan hipertermia

fenobarbital
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas
produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria hasil :
Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat
Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal dengan penambahan berat
badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.
Intervensi
Rasional
Mandiri :
Menentukan metode pemberian makan yang tepat
Kaji maturitas refleks berkenaan dengan
untuk bayi
pemberian makan (misalnya : mengisap, menelan, Pemberian makan pertama bayi stabil memiliki
dan batuk)
peristaltik dapat dimulai 6-12 jam setelah kelahiran.
Auskultasi adanya bising usus, kaji status fisik
Bila distres pernapasan ada cairan parenteral di
dan statuys pernapasan
indikasikan dan cairan peroral harus ditunda
Kaji berat badan dengan menimbang berat badan Mengidentifikasikan adanya resiko derajat dan
setiap hari, kemudian dokumentasikan pada grafik resiko terhadap pola pertumbuhan. Bayi SGA dengan
pertumbuhan bayi
kelebihan cairan ekstrasel kemungkinan kehilangan
Pantau masuka dan dan pengeluaran. Hitung
15% BB lahir. Bayi SGA mungkin telah mengalami
konsumsi kalori dan elektrolit setiap hari
penurunan berat badan dealam uterus atau mengalami
Kaji tingkat hidrasi, perhatikan fontanel, turgor
penurunan simpanan lemak/glikogen.
kulit, berat jenis urine, kondisi membran mukosa,
Memberikan informasi tentang masukan aktual
fruktuasi berat badan.
dalam hubungannya dengan perkiraan kebutuhan
Kaji tanda-tanda hipoglikemia; takipnea dan
untuk digunakan dalam penyesuaian diet.
pernapasan tidak teratur, apnea, letargi, fruktuasi
Peningkatan kebutuhan metabolik dari bayi SGA
suhu, dan diaphoresis. Pemberian makan buruk,
dapat meningkatkan kebutuhan cairan. Keadaan bayi
gugup, menangis, nada tinggi, gemetar, mata
hiperglikemia dapat mengakibatkan diuresi pada bayi.
terbalik, dan aktifitas kejang.
Pemberian cairan intravena mungkin diperlukan untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan, tetapi harus dengan
Kolaborasi :
hati-hati ditangani untuk menghindari kelebihan cairan
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi Karena glukosa adalah sumber utama dari bahan

Glukas serum
bakar untuk otak, kekurangan dapat menyebabkan

Nitrogen urea darah, kreatin, osmolalitas


kerusakan SSP permanen.hipoglikemia secara
serum/urine, elektrolit urine
bermakna meningkatkan mobilitas mortalitas serta
Berikan suplemen elektrolit sesuai indikasi
efek berat yang lama bergantung pada durasi masingmisalnya kalsium glukonat 10%
masing episode.

Kolaborasi :
Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3 jam lahir
bayi SGA saat cadangan glikogen dengan cepat
berkurang dan glukoneogenesis tidak adekuat karena
penurunan simpanan protein obat dan lemak.
Mendeteksi perubahan fungsi ginjal berhubungan
dengan penurunan simpanan nutrien dan kadar cairan
akibat malnutrisi.
Ketidakstabilan metabolik pada bayi SGA/LGA
dapat memerlukan suplemen untuk mempertashankan
homeostasis.
4.
Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteri hasil :
Suhu 350C
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Leukosit 5.000 10.000
Intervensi
Rasional
Mandiri :
Untuk mengetahui lebih dini adanya tanda-tanda
Kaji adanya tanda tanda infeksi
terjadinya infeksi
Lakukan isolasi bayi lain yang menderita infeksi Tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan
sesuai kebijakan insitusi
terjadinya infeksi yang lebih luas
Sebelum dan setelah menangani bayi, lakukan
Untuk mencegah terjadinya infeksi
pencucian tangan
Untuk mencegah terjadinya infeksi
Yakinkan semua peralatan yang kontak dengan Untuk mencegah terjadinya infeksi yang berlanjut
bayi bersih dan steril
pada bayi
Cegah personal yang mengalami infeksi
menular untuk tidak kontak langsung dengan bayi.
5.
Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem, kehilangan cairan
berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.
Tujuan : cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
bebas dari tanda dehidrasi.
Menunjukkan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.
Intervensi
Rasional
Mandiri :
Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara
Bandingkan masukan dan pengeluaran urine
kebutuhan terapi cairan kira-kira 80-100 ml/kg/hari
setiap shift dan keseimbangan kumulatif setiap
pada hari pertama, meningkat sampai 120-140
periodik 24 jam
ml/kg/hari pada hari ketiga postpartum. Pengambilan
Pantau berat jenis urine setiap selesai berkemih
darah untuk tes menyebabkan penurunan kadar Hb/Ht.
atau setiap 2-4 jam dengan menginspirasi urine dari Meskipun imaturitas ginjal dan ketidaknyamanan
popok bayi bila bayi tidak tahan dengan kantong
untuk mengonsentrasikan urine biasanya
penampung urine.
mengakibatkan berat jenis yang rendah pada bayi
Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, dan
preterm ( rentang normal1,006-1,013). Kadar yang
keadaan fontanel anterior.
rendah menandakan volume cairan berlebihan dan
Pantau tekanan darah, nadi, dan tekanan arterial kadar lebih besar dari 1,013 menandakan
rata-rata (TAR)
ketidakmampuan masukan cairan dan dehidrasi.
Kolaborasi :
Kehialangan atau perpindahan cairan yang minimal
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai dengan dapat dengan cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat
indikasi Ht
oleh turgor kulit yang buruk, membran mukosa kering,
Berikan infus parenteral dalam jumlah lebih
dan fontanel cekung.
besar dari 180 ml/kg, khususnya pada PDA,
Kehilangan 25% volume darah mengakibatakan
displasia bronkopulmonal (BPD), atau entero coltis syok dengan TAR < 25 mmHg menandakan hipotensi.

nekrotisan (NEC)
Berikan tranfusi darah.

Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas normal 4553% kalium serum


Hipoglikemia dapat terjadi karena kehilangan
melalui selang nasogastrik diare atau muntah.
Penggantian cairan darah menambah volume darah,
membantu mengenbalikan vasokonstriksi akibat
dengan hipoksia, asidosis, dan pirau kanan ke kiri
melalui PDA dan telah membantu dalam penurunan
komplikasi enterokolitis nekrotisan dan displasia
bronkopulmonal.
Mungkin perlu untuk mempertahankan kadar Ht/Hb
optimal dan menggantikan kehilangan darah.

6.
Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan berkurangnya
nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis
imatur.
Tujuan : pasien mendapatkan asuhan untuk mencegah cedera dan memeprtahankan aliran darah sistemik dan otak
memadai, glukosa dan oksigen otak adekuat; tidak memperlihatkan adanya perdarahan intaventrikular.
Kriteria hasil:
Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan intrakranial atau perdarahan intraventrikel.
Intervensi
Rasional
Kurangi rangsangan lingkungan
Respons stres, terutama peningkatan tekanan darah,
Organisasikan asuhan selama jamsibuk normal dapat miningkatkan resiko peningkatan TIK
sebanyak mungkin
Untuk meminimalkan gangguan tidur dan
Tutup dan buka kelambu dan lampu tidur
kebisingan intermiten yang sering
Tutup inkubator dengan kain dan pasang tanda Untuk memungkinkan jadwal siang dan malam
jangan diganggu
Untuk mengurangi cahaya dan tidak
Kaji dan tangani nyeri menggunakan metode
membangunkan periode istirahat bayi
farmakologis dan non-farmakologis
Nyeri meningkatkan tekanan darah
Kenali tanda stres fisik dan stimulasi berlebih
Untuk segera memberi intervensi yang memadai
Hindari obat dan larutan hipertonis
Akan meningkatkan tekanan darah otak
Pertahankan oksigenasi yang adekuat
Hipoksia akan meningkatkan aliran darah otak
Hindari memutar kepala ke samping tiba-tiba
tekanan intrakranial
Akan mengurangi aliran arteri karotis dan
oksigenasi ke otak
7.
Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
Tujuan: pasien tidak memperlihatkan adanya nyeri yang dirasakan
Kriteria hasil :
Pasien tidak merintih/menagngis kesakitan
Pasien tidak memperlihatkan tanda nyeri atau tanda nyeri yang minimal
Intervensi
Kaji keefektifan upaya kontrol nyeri non
farmakologis
Dorong orang tua untuk memberikan upaya
kenyamanan bila mungkin
Tunjukkan sikap sensitif dan kasih sayang pada
bayi

Rasional
Beberapa upaya (misalnya menggosok) dapat
meningkatkan distres bayi prematur
Sebagai orang tua bayi, kenyamanan lebih efektif
diberikan langsung oleh orang tua kepada bayinya
Seorang bayi sangat membutuhkan kasih sayang,
khususnya dari orang tua

8.
Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran premature, lingkungan
NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
Intervensi
Rasional
Berikan nutrisi yang maksimal
Untuk menjamin penambahan berat badan dan
Berikan periode istrahat yang teratur tanpa
pertunbuhan otak yang tetap

gangguan
Kenali tanda stimulus yang berlebihan (terkejut,
menguap, aversi aktif, menangis)
Tingkatkan interaksi orang tua-bayi

Untuk mengurangi panggunaan O2 dan kalori yang


tidak perlu
Untuk membiarkan istirahat bayi denagn tenang
Sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal

9.
Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban kulit.
Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit
Kriteria hasil:
Kulit tetap bersih dan utuh
Tidan terlihat adanya tanda-tanda terjedinya iritasi
Intervensi
Rasional
Observasi tekstur dan warna kulit.
Untuk mengetahui adanya kelainan pada kulit
Jaga kebersihan kulit bayi.
secara dini
Ganti pakaian setiap basah.
Meminimalkan kontak kulit bayi dengan zat-zat
Jaga kebersihan tempat tidur.
yang dapat merusak kulit pada bayi
Lakukan mobilisasi tiap 2 jam.
Untuk meminimalisir terjadinya iritasi pada kulit
bayi
Untuk mencegah kerusakan kulit pada bayi
10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang tua klien tampak
cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat sembuh.
Tujuan: keluarga mendapat informasi tentang kemajuan kondisi bayinya
Kriteria hasil:
Orang tua/ keluarga mengekpresikan perasaan dan keprihatinan mengenai bayi dan prognosis serta
memperlihatkan pemahaman dan kjeterlibatan dalan asuhan
Intervensi
Rasional
Kaji tingkat pemahaman klien berikan
Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan
instruksi /informasi pada klien maupun keluarga
diingatkan pada tahapan individu
tentang penyakitnya, baik tertulis atau lisan.
Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan
Jelaskan proses penyakit individu. Dorong orang perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
terdekat menanyakan pertanyaan
Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan
Jelaskan tentang dosis obat, frekwensi, tujuan
dan mencegah penghentian obatsesuai perbaikan kondisi
pengobatan dan alasan tentang pemberian obat
pasien.
kepeda keluarga
Mencegah/menurunkan ketidaknyaman sehubungan
Kaji potensial efek samping pengobatan
dengan terapi dan meningkatkan kerjasam dalam
program
D.

Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai denga yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri
dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan
atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarakan oleh hasil keputusan bersama dengan
dokter atau petugas kesehatan lain.
E.

Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

PERAWATAN BAYI DALAM INKUBATOR


A.

Definisi

Incubator bayi adalah alat yang digunakan untuk merawat bayi premature atau bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) dengan cara memberikan suhu dan kelembaban yang stabil dan kebutuhan oksigen yang sesuai
dengan kondisi dalam kandungan ibu.
Incubator bayi merupakan salah satu alat medias yang berfungsi untuk menjaga suhu sebuah ruangan supaya suhu
tetap konstan dan stabil. Pada modifikasi manual-otomatis incubator bayi, terdapat sebuah boks control yang dibagi
menjadi 2 bagian (bagian atas dan bagian bawah).
Boks bagian atas digunakan untuk meletakkan sensor, display sensor, kontroler dan rang kaian elektronik.
Sedangkan pada boks bagian bawah dibagi menjadi 3 ruangan yang dibatasi dengan sekat yang digunakan untuk
meletakkan heater, tempat atau wadah air dan kipas. Sensor yang digunakan adalah sensor suhu (PT100) dan sensor
kelembapan, dimana sensor suhu PT100 dan sensor kelembapan diletakkan di dalam boks tidur bayi (di luar boks
kontrol).

Incubator tipe IF 4.1M


B.

Tujuan

1. Memberikan perawatan khusus yang diperlukan untuk mempertahankan terbukanya jalan nafas dan menghindari
kemungkinan aspirasi isi lambung.
2. Sebagai tempat untuk mengatur suhu bayi yang mempunyai berat badan lahir rendah.
3. Untuk menjaga stabilitas suhu tubuh bayi.
C.

Syarat-syarat bayi dirawat dalam inkubator

1. Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR). Bayi dengan berat badan kurang dari 1500gr dan kebanyakan
adalah premature.
2. Bayi yang mengalami ikterus, bayi yang menjadi kuning pada hari pertama kelahiran karena terjadinya penghancuran
sel dan darah merah yang berlebihan yang biasanya terjadi akibat ketidakcocokan golongan darah.
3. Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut berat dan umur bayi
Berat bayi
<1500 g
1500-2000 g
2100-2500 g
>2500 g

35oC
1-10 hr

Suhu inkubator (oC) menurut umur


34oC
33oC
11 hr- 3mg
3-5 mg
1-10hr
11 hr- 4mg
1-2 hr
3hr-3 mg
1-2 hr

Selain itu bayi-bayi yang dirawat di Inkubator diantaranya adalah :


1. Infeksi Neonatal
2. Kejang Neonatal
3. Kesulitan bernafas yang disebabkan asfiksia lahir.
D.

Standar Prosedur Pengoperasian Inkubator menurut kebijakan DEPKES RI


Procedure

Pra-syarat
1. SDM terlatih dan siap
2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat
3. Kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian

32oC
>5 mg
>4 mg
>3 mg
>2hr

4. Alat layak pakai


5. Aksesoris alat lengkap dan baik
6. Bahan operasional tersedia.
Persiapan
1. Lepaskan penutup debu
2. Tempatkan alat pada ruang perawatan
3. Pasang aksesoris dengan baik dan benar
4.
Periksa pengatur posisi kasur, sungkup pengontrol, volume air, tabung oksigen termasuk flow meter dan kondisi
filter, serta skin sensor temperature
5. Periksa hubungan alat ke terminal pembumian.
Pemanasan
1. Hubungkan alat dengan catu daya
2. Hubungkan alat dengan menekan atau memutar tombol ON/OFF ke posisi ON
3. Atur dan cek temperataur selector, humidity, oksigen, fan dan alarm untuk mengetahui fungsi alat
4. Lakukan pemanasan secukupnya.
Pelaksanaan
1. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
2. Perhatikan protap pelayanan
3. Atur temperature selector sesuai kebutuhan
4. Atur aliran oksigen sesuai kebutuhan
5. Pasang skin system temperature, bila ada
6. Lakukan pelayanan
7. Selesai melakukan tindakan, cuci tangan dengan ari yang mengalir dan keringkan
Pengemasan atau Penyimpanan
1. Tutup regulator oksigen pada tabung oksigen
2. Kembalikan posisi regulator oksigen dan temperature ke posisi OFF/minimum
3. Matikan alat dengan menekan atau memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF
4. Lepaskan alat dengan catu daya
5. Bersihkan alat
6. Pasang penutup debu
7. Simpan alat pada tempatnya
8. Catat beban kerja alat/jumlah pasien per bulan
E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan pemasangan inkubator
2. Catat respon klien saat pemasangan

DAFTAR PUSTAKA
Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.
Doenges, E. Marilynn. (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC.
Tambayong, (2000) . Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

WWW. Pediatric.com
Direktorat Bina Kesehatan Keluarga. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar
(PONED). Jakarta: Depkes RI
http://www.scribd.com/doc/47352330/Inkubator-Bayi
http://www.scribd.com/doc/86864688/26-Incubator-Perawatan

Anda mungkin juga menyukai