Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PUTARAN SPINDLE DAN DEPTH OF CUT TERHADAP

PENYIMPANGAN GEOMETRIS ULIR

SKRIPSI
Konsentrasi Teknik Produksi

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Teknik

Disusun Oleh:

DIMAS BAGUS SETYAWAN


NIM. 0710623060-62

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2013

PENGARUH PUTARAN SPINDLE DAN DEPTH OF CUT TERHADAP


PENYIMPANGAN GEOMETRIS ULIR
Dimas Bagus Setyawan, Endi Sutikno, Femiana Gapsari
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Perum. Mondoroko blok M, no.29 , Singosari, 65153, Indonesia
e-mail : Dimasbase@gmail.com
ABSTRAK
Ulir merupakan suatu produk atau komponen yang sangat penting dalam bidang
manufaktur, sehinnga diperlukan kualitas produk yang baik. Diperlukannya kondisi
pemotongan yang sesuai guna melihat kondisi mana yang sesuai dalam pengerjaan
ulir dengan menggunakan mesin CNC. Dalam penelitian ini diambil salah satu
bentuk geometri yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini yaitu pada bagian
pitch ulir, dengan berbagai macam kondisi pemotongan yang ada kita mengambil
dua buah parameter yang mempengaruhi bentuk geometris ulir, yaituyang pertama
putaran spindle dengan variasi 200 rpm, 300 rpm, 400 rpm, 500rpm, 600 rpm, 700
rpm dan 800 rpm, dan pada depth of cut kita mengambil variasi sebesar 0.0203 mm,
0.0410 mm, dan 0.0610 mm. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah
penyimpangan geometris ulir. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan
semakin besar nilai depth of cut dan semakin cepat juga putaran spindle maka akan
dapat memperbesar bentuk penyimpangan ulir dan jika putaran spindle yang rendah
juga akan mempengaruhi bentuk geometris ulir tersebut.
Kata kunci : putaran spindle, depth of cut, penyimpangan geometris ulir
PENDAHULUAN
Fungsi ulir yaitu sebagai penyambung antara kedua komponen dan bisa juga
sebagai penerus daya. Ulir dengan standart
american memiliki berbagai macam
ukuran dan tipe antara lain tipe UNF
(Unified Fine) yang artinya ulir dengan
tipe unf memiliki jarak antar puncak pitch
yang kecil dan biasanya disebut ulir halus.
Ulir ini sesuai pada aplikasi yang terdapat
getaran yang besar seperti pada komponen
mesin.
Dalam penelitian ekperimental
Wijaya, P .tahun 2007 dapat diketahui
bahwa tool overhang dan depth of cut berpengaruh besar terhadap kebulatan benda
kerja, dimana dengan semakin bertambah
nya panjang tool overhang maka
penyimpangan kebulatan akan semakin
meningkat begitu pula dengan depth of cut,
dengan semakin bertambahnya depth of
cut maka tingkat penyimpangan kebulatan
benda kerja semakin besar.
Dalam proses pembubutan, kita
banyak mengenal berbagai macam

pengerjaan yang dapat dilakukan oleh


mesin bubut ini, salah satunya proses
penguliran.proses Pembubutan ulir dengan
menggunakan mesin bubut merupakan
salah satu rangkaian dari pembuatan ulir,
sebelum melakukan proses pembubutan
ulir dilakukan perbandingan antara putaran
spindle dan diameter dari ulir. Proses
terbentuknya profil ulir ini dibantu dengan
kecepatan putaran dan gerakan memanjang
searah sumbu benda kerja, dimana
sebelumnya harus dilakukan penyettingan
terlebih dahulu untuk ulir dimulai dari
kisar, kisar yaitu jarak antara puncak ulir,
dengan mengatur kondisi pemotongan
yang digunakan dan jenis ulir yang ingin
dipakai apakah jenis ulir metric atau
whitworth sesuai dengan kebutuhan.
Seperti pada gambar dibawah ini yaitu
proses pembubutan ulir

Dalam melakukan proses pembubutan, pemilihan gaya potong sangatlah


penting dikarenakan salah satunya dapat
mempengaruhi hasil pemotongan. Gaya
pemotongan ini dilakukan guna menghindari terjadinya besarnya gesekan ketika
terjadi proses pemakanan. Terdapat dua
macam gaya pemotongan yaitu:
Gambar 1 : Proses pembubutan ulir
Sumber : Youssef & Hofy (2008:61)
Bentuk dari benda kerja tergantung
dari alat potong, parameter - paremeter
yang mendukung dalam proses penguliran,
dan termasuk juga cara pemakanan, atau
disebut juga metode Infeed. dari metode
infeed sendiri terbagi atas 3 macam yaitu:
1. Radial infeed

Gambar 2 : Arah radial infeed


Sumber : Gunay
2. Flank infeed

Gambar 3 : Arah flank infeed


Sumber : Gunay
3. Incremental infeed

a. Gaya potong secara othogonal


(lurus)
Gaya pemotongan yang
posisi
potong pahat tegak lurus sumbu
utama benda membentuk sudut
b. Gaya potong secara oblique
(miring)
Posisi alat pemotongan ini me miliki sudut kemiringan yang
bervariasi, dengan menggunakan
posisi pemotongan secara oblique
maka akan membuat bidang kontak
antara mata potong pahat dengan
benda lebih besar dan selain itu
juga dapat mempercepat laju
pembuangan panas saat terjadi
proses pemotongan.
Bentuk - bentuk Ulir
Terlepas dari berbagai macam
standard ulir, terdapat berbagai macam
jenis bentuk atau profil ulir yang masingmasingnya memiliki fungsi yang berbedabeda. Dibawah ini terdapat berbagai
bentuk ulir antara lain:

Gambar 5 : Arah incremental infeed


Sumber : Gunay
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahi sejauh mana pengaruhputaran
spindle dan depth of cut terhadap
penyimpangan geometris ulir.
Gaya Pemotongan
2.3.1

Gaya Potong

Gambar 2.9 : Bentuk Ulir


Sumber:Narayana
1. Sharp V
Jenis ulir ini memiliki sudut 60o
dimana jarak puncak ulir gang per
milimiter, dengan luas kontak yang besar
dan memiliki ketahanan terhadap gesekan.

2. Whitworth
Ulir ini memiliki sudut 55o, jarak
antar puncak ulir dibuat dengan jumlah
gang per inch.
3. Buttress
Ulir ini sering diaplikasikan pada
penyegelan antar komponen mesin, dan
ulir ini memiliki dua buah sudut yaitu
sudut 45o dan 7o seperti yang ada di
gambar.
4. Square
Ulir ini memiliki efisiensi tinggi
dikarenakan tidak ada tekanan radial tetapi
jika mengalami cacat maka sulit diperbaiki
dan ulir ini dapat membawa beban yang
sangat besar.
5. Acme
Ulir ini memiliki sudut 29o, ulir
acme ini lebih kuat dibandingkan ulir
persegi karena memiliki luas yang lebih
besar pada bagian root ulir, dengan bagian
flank ulir yang miring memudahkan mur
bergerak cepat seperti lead screw pada
mesin bubut.
6. Worm
Ulir ini memiliki sudut yang sama
dengan ulir acme yaitu 29o tetapi ulir ini
lebih tinggi dan jarak pitsnya lebih besar
Geometri Ulir

Gambar 2.10 : Standard Profil Ulir UN


dan UNF
Sumber : Oberg , Jones, Horton &Ryffel
Dibawah ini merupakan salah satu dari
beberapa bentuk ulir yaitu eksternal
thread yang sering digunakan dalam
bidang manufaktur

Gambar 2.11 : Bentuk Ulir luar


Sumber : Narayana
Istilah-istilah yang terdapat pada
geometri ulir
a.
Puncak Ulir (crest of thread) :
puncak atau ujung ulir, baik dari ulir
luar maupun ulir dalam, berupa garis
lengkung tergantung pada jenis ulir nya.
b.
Sisi Ulir (flank of thread) : sisi yang
berada pada bagian antara puncak
ulir dengan dasar ulir atau lembah
ulir.
c.
Sudut ulir, (angle of thread,
included angle) : sudut ulir ini
berada pada bagian antara sisi ulir
satu dengan yang lain, dimana
pengukurannya melalui sumbu ulir
(bidang aksial).
d.
Sudut Sisi Ulir, 1,2 (flank angle) :
sudut antara salah satu sisi ulir
dengan bidang yang tegak lurus
sumbu ulir
e.
Pits, p/P (pitch) : jarak antara titik
puncak ulir dengan titik puncak ulir
yang lain.
f.
Kedalaman Ulir, t, T (depth of
thread) kedalaman ulir ini di ukur
dari titik puncak ulir dengan dasar
dari ulir
g.
Diameter mayor, d, D (mayor
diameter, outside diameter, crest
diameter, full diameter) : jarak dari
diameter luar ulir, diukur dari titik
puncak ulir
h.
Diameter minor, d1, D1 (minor
diameter, root diameter, core
diameter) : jarak dari titik bawah ulir
atau lembah ulir.

Penyimpangan Profil
Dalam proses pembuatan ulir
banyak faktor yang mempengaruhi, antara
lain, dari kondisi pemotongan, parameter
pemotongan, dan bahan yang digunakan.
Akibatnya kemungkinan terjadi penyimpangan bentuk ulir atau profil ulir, untuk
mengetahui penyimpangan yang terjadi
maka dari itu ada beberapa jenis
penyimpangan antara lain:
1.
Kesalahan diameter mayor.
2.
Kesalahan diameter minor.
Kesalahan diameter fungsional
1.
Kesalahan sudut sisi ulir.
2.
Kesalahan pits.
3.
Kesalahan diameter pits.
Yang berpengaruh dalam penyimpangan
profil ulir adalah kesalahan diameter
fungsional, untuk itu kita akan membahas
lebih dalam.
1. Kesalahan sudut sisi ulir
Kesalahan jenis ini biasanya disebabkan
oleh kesalahan dalam mengatur kondisi
pemotongan dalam hal ini sudut pe motongan, contohnya antara ulir pada
baut dan mur, ulir pada baut memiliki
sudut sisi ulir yang lebih kecil di
bandingkan dengan harga nominalnya,
sementara itu harga pitchnya benar,
Karena satu sudut sisi ulir lebih kecil
dari harga nominalnya (kesalahan
negatif), puncak dari ulir baut akan
masuk kedalam bagian mur teoritik
yang mempunyai profil yang benar atau
dasar ulir baut akan masuk kedalam
dasar mur teoritik bila kesalahan sudut
adalah positif. Dalam hal ini supaya
baut tetap dapat dipasang, maka
diameter pitch mur teoritik harus
diperbesar atau (diperkecil bagi
diameter pitch baut teoritik yang di pasang pada mur yang memiliki sudut
sisi ulir yang salah).
2. Kesalahan pitch
Kesalahan pitch bisa terjadi saat
proses
pemotongan
berlangsung,
sebelum melakukan proses pemotongan
terlebih dahulu dilakukan pengaturan
yang sesuai sehingga meminimalisir
terjadinya kesalahan, ada beberapa hal

yang mempengaruhi ketelitian pits ini,


yaitu :
1. Kebenaran hasil bagi (rasio) antara
kecepatan makan (gerak translasi
pahat) dan kecepatan potong
2. Ketepatan (keterulangan) rasio,
maksudnya adalah proses pemotong
- an yang dilakukan dengan cara
berulangkali.
Dengan mengetahui tanda dari
kesalahan pits (positif/negatif) maka
bisa didapatkan kesalahan kumulatif
ulir (cumulative pitch error). terdapat 2
jenis dari kesalahan kumulatif pitch,
yaitu:
1. Kesalahan pitch progresif (progressive
pitch error)
Kesalahan ini terjadi apabila salah
dalam menentukan nilai dari kecepatan
makan dan kecepatan potong walaupun
harganya selalu konstan, hal ini
mungkin terjadi dalam menetapkan
kecepatan potong atau dikarenakan
pendekatan berupa pengerjaan untuk
ulir metris tetapi dikerjakan dengan
pembubutan yang memakai penggerak
ulir dalam inch. Hal lain yang
menyebabkan terjadinya kesalahan
kemungkinan pada ulir penggerak meja
mesin bubut.
2. Kesalahan pitch periodik (periodic
pitch error)
Adanya nilai yang tidak konstan antara
kecepatan makan terhadap kecepatan
potong. Hal tersebut kemungkinan
terjadi akibat kesalahan pitch pada roda
gigi yang menggerakkan ulir penggerak. Kesalahan pitch periodik ini
kemungkinan akibat adanya gerakan
aksial pada saat dilakukan proses
penguliran dari ulir penggerak mesin
akibat ketidakberesan bantalan tekan nya.
3. Ketidaklurusan alur ulir
Ketidaklurusan alur dari ulir disebabkan
adanya kesalahan pitch periodik yang
terjadi dalam selang satu pits. Ke
salahan jenis ini lebih sulit diperiksa,
tetapi pengaruhnya dapat dilihat dari

perubahan dimensi ulir, baik perubahan


dimensinya besar ataupun kecil.

Tabel 1. Data penyimpangan geometris


ulir (m)

METODE PENELITIAN
Penelitian
dilakukan
dengan
menggunakan metode eksperimental.
variabel yang digunakan adalah variasi
putaran spindle dengan variasi 200 rpm,
300 rpm, 400 rpm, 500 rpm, 600 rpm, 700
rpm, 800 rpm dan depth of cut dangan
variasi 0.0203 mm, 0.0407 mm dan 0.0610
mm sebagai variabel bebas. Sedangkan
variabel terikatnya adalah penyimpangan
geometris ulir
Alat-Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
Mesin CNC- ET 242
Profile projector
Software AUTOCAD 2012.
Benda Kerja

Analisa Varian Dua Arah


Dari hasil analisis varian dua arah
pada data tabel 1, maka didapatkan hasil
perhitungannya yang ditunjukan pada tabel
berikut.
Gambar 6 : Gambar pengujian

Tabel 2. Hasil Analisa Varian Dua Arah

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data hasil penyimpangan geometris
ulir ditunjukan pada tabel berikut.

Berdasarkan hasil perhitungan analisa


varian dua arah yang ditunjukan pada tabel
2 diatas, dengan mengambil tingkat
keyakinan 97% ( taraf nyata = 5%),
maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :

I.

Fb hitung > Fb tabel maka H 10 ditolak dan

H 11 diterima. ini berarti bahwa variasi


putaran spindle berpengaruh terhadap
penyimpangan geometris ulir hasil
pemotongan CNC pada baja S45C.
II. Fk hitung > Fk tabel maka H 02 ditolak dan
H 12 diterima, ini berarti bahwa variasi
depth of cut berpengaruh terhadap
penyimpangan geometris ulir hasil
pengerjaan mesin CNC pada baja
S45C.
III. Fbk hitung > Fbk tabel Maka H 30 diterima
dan H 13 ditolak, ini berarti bahwa
interaksi antara putaran spindle dan
depth of cut tidak saling berkaitan
terhadap penyimpangan geometris ulir
hasil pengerjaan CNC pada baja S45C.
Pembahasan
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat
Grafik hubungan putaran spindle dan
depth of cut dengan penyimpangan
geometris, yang dapat dilihat pada grafik
di bawah ini:
Pengaruh Hubungan Putaran Spindle
dan
Depth
Of
Cut
Terhadap
Penyimpangan Pitch Ulir

Gambar 3 : Grafik hubungan antara


putaran spindle dan penyimpangan geometris ulir
Dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan analisa varian dua arah, kita
mendapatkan bahwa parameter putaran
spindle berpengaruh terhadap hasil pe -

nyimpangan geometris ulir, kesimpulan ini


didapat dari nilai Fhitung yang lebih besar
bila dibandingkan dengan nilai Ftabel.
Pada parameter depth of cut, ber pengaruh juga terhadap hasil penyimpang an geometris ulir hal ini dikarenakan nilai
Fhitung lebih besar nilainya bila dibanding kan nilai Ftabel, saat kedua parameter ini
dikombinasikan secara bersamaan yaitu
putaran spindle dan depth of cut, maka hal
itutidak saling berpengaruh terhadap hasil
penyimpangan geometris ulir, hal ini
didasarkan pada uji statistik interaksi
keduanya, dimana Fhitung nilainya lebih
kecil dari Ftabel.
Pada gambar 4.1 terlihat hubungan
antara kedua parameter yang digunakan
ada pada sumbu y yaitu penyimpangan
geometris dan sumbu X yaitu putaran
spindle. Pada penelitian ini didapatkan
hubungan penyimpangan geometris ulir
pada nilai depth of cut yang berbeda,
terlihat pada depth of cut 0,0203 yang
lebih kecil penyimpangannya dibanding kan dengan depth of cut 0,0407 pada
putaran 200 rpm, hal ini terjadi karena
gaya potong akan semakin besar saat nilai
depth of cut diperbesar sehingga dengan
nilai depth of cut yang besar akan memperluas bidang kontak pahat dan akan
memperbesar daya pemotongan pada
proses pembuatan ulir.
Pada gambar 4.2 terlihat, depth of
cut 0,0203 saling berpotongan dengan
depth of cut 0,0407, pada sumbu x,
dengan putaran 400 rpm dan sumbu y
sebesar 2,116 mm, ini menunjukkan nilai x
dan y pada variasi untuk depth of cut,
memiliki nilai yang sama, yaitu pada harga
depth of cut 0,0203 sebesar 2,116 dan
depth of cut 0,0407 sebesar 2,116.
Setelah melewati titik perpotongan,
terjadi penyimpangan yang lebih besar.
Terlihat bahwa depth of cut 0,0407 lebih
besar penyimpangannya dari pada depth of
cut 0,0203, pada putaran 500 rpm keatas.
Pada depth of cut 0,0203 dan
0,0407 dengan putaran diatas 500 rpm,
peningkatan
penyimpangan
menjadi
sejajar. Pada depth of cut 0,0610 memiliki

penyimpangan jauh lebih besar bila di bandingkan dengan kedua depth of cut
tersebut.
Pada depth of cut 0,0610 dengan
putaran 200 rpm, penyimpangan geo metris ulirnya 2,124 m,hal ini disebabkan
dari besarnya depth of cut dan besarnya
feeding pada nilai putaran yang kecil, yang
mengakibatkan beban pada pahat semakin
besar.
Untuk depth of cut 0,0610 saat
putaran 200 rpm dinaikkan menjadi 300
rpm, maka akan terjadi penurunan
penyimpangan. Hal ini terjadi dikarenakan
putaran yang dinaikkan akan menurunkan
beban pada pahat sehingga gaya potong
yang dihasilkan menjadi lebih besar,
sedangkan pada putaran diatas 400 rpm
terjadi peningkatan penyimpangan. Hal ini
disebabkan oleh sudut geram yang kecil
sehingga akan memperbesar gaya potong
pada pahat.

perbesar penyimpangan depth of thread


(kedalaman ulir).
Pada depth of cut 0,0203 terlihat
bahwa terjadi peningkatan penyimpangan
kedalaman ulir, hal ini dikarenakan
semakin besar putaran spindle maka gaya
potong yang terjadi akan semakin besar
sehingga menimbulkan beban yang akan
berpengaruh pada proses penguliran.
Pada depth of cut 0,0410 terlihat
relatif naik dengan putaran 200 rpm
sampai 500 rpm. Harga penyimpangan
mencapai 1,657 m, hal ini dikarenakan
semakin besar depth of cut maka aliran
geram yang terjadi akan semakin cepat
sehingga akan memperbesar gaya potong
pahat.
Pengaruh Hubungan Putaran spindle
dan Depth Of Cut Terhadap Pe nyimpangan Angle Of Thread

Pengaruh Hubungan Putaran Spindle


dan Depth of cut Terhadap penyimpang
- an Depth Of Thread (Kedalaman Ulir)

Gambar 4.2 : Grafik hubungan antara


putaran spindle dan penyimpangan depth
of thread dengan berbagai variasi depth of
cut
Pada gambar 4.2 terlihat hubungan
antara kedua parameter yang digunakan
ada pada sumbu y yaitu penyimpangan
depth of thread dan sumbu X yaitu putaran
spindle, dimana gambar 4.2 diatas mem perlihatkan bahwa semakin besar putaran
spindle dan depth of cut maka akan mem -

Pada gambar 4.3 terlihat hubungan


antara kedua parameter yang digunakan
ada pada sumbu y yaitu penyimpangan
angle of thread dan sumbu X yaitu putaran
spindle, dimana gambar 4.3 diatas mem perlihatkan bahwa semakin besar putaran
spindle dan depth of cut maka akan
memperbesar penyimpangan angle of
thread (sudut ulir).
Pada depth of cut 0,0203 terlihat
bahwa terjadi peningkatan penyimpangan
sudut ulir, hal ini dikarenakan semakin
besar putaran spindle maka gaya potong
yang terjadi akan semakin besar sehingga
menimbulkan beban yang akan ber pengaruh pada proses penguliran.
Pada depth of cut 0,0410 dan
0,0610 terlihat bahwa penyimpangan yang

terjadi semakin besar, jika dilihat pada


rumus gaya yang terjadi pada proses pe ngelupasan geram (chip) yaitu
0

45 0 0

2
2
Maka dapat diketahui bahwa
semakin besar depth of cut dan putaran
spindle maka akan memperbesar sudut
geser () dan sudut geram () dimana hal
ini akan membuat gaya potong untuk
proses penguliran menjadi besar.
Dibawah ini terdapat tabel dari ketiga sisi
ulir terhadap selisih penyimpangan geo metris dan standard ulir.
Tabel 4.4 : Selisih Penyimpangan
Geometris Ulir

Dari tabel 4.4 diatas, dapat di lakukan pembahasan mengenai hubungan


Hubungan putaran spindle dan depth of cut
terhadap selisih dari penyimpangan geo metris ulir.
Pengaruh Hubungan Putaran Spindle
dan Depth Of Cut Terhadap Selisih
Penyimpangan Pitch Ulir

Gambar 4.4 : Grafik hubungan antara


putaran spindle dan Selisih penyimpangan
pitch ulir dengan berbagai variasi depth of
cut

Pada gambar 4.4 terlihat, pada


putaran 200 rpm dengan depth of cut
0,0203 terlihat nilai penyimpangan pitch
sebesar 0,002 m lebih kecil pe nyimpangannya bila dibandingkan dengan
depth of cut 0,0407 pada putaran 200 rpm,
dengan nilai penyimpangan 0,005 m. jika
putaran dinaikkan sebesar 300 rpm, maka
akan terlihat saling berpotongan antara
depth of cut 0,0203 dengan depth of cut
0,0407. Hal ini dapatdilihat pada tabel 4.4,
bahwa pada putaran 300 rpm dengan depth
of cut 0,0203, nilai penyimpangannya naik
sebesar 0,003 m, sedangkan untuk depth
of cut 0,0407 penyimpangannya turun
sebesar 0,002 m.
Pada putaran 400 rpm sampai 800
rpm dengan depth of cut 0.0203, terlihat
penyimpangan semakin naik dengan nilai
penyimpangan mencapai 0,009 m, tetapi
pada putaran 600 rpm terlihat saling
berpotongan antara depth of cut 0,0203
dan depth of cut 0,0407. Pada depth of cut
0,0203 nilai penyimpangan sebesar 0,006
m sedangkan untuk depth of cut 0,0407
nilai penyimpangan sebesar 0,004 m.
Untuk nilai depth of cut 0,0407
terjadi penurunan pada putaran 200 rpm
sampai 400 rpm dengan sumbu y mencapai
0, yang artinya putaran 400 rpm tidak
memiliki nilai penyimpangan. Jika putaran
diperbesar lagi mencapai 800 rpm, maka
nilai penyimpangan yang terjadi akan
semakin meningkat dengan nlai sumbu y
sebesar 0,012 m.
Pada depth of cut 0,0610 dengan putaran
200 rpm sampai 300 rpm, terjadi pe nurunan penyimpangan pada sumbu y
mecapai 0,008 m, dan pada putaran 400
rpm sampai 800 rpm terjadi peningkatan
yang signifikan sebesar 0,016 m.
Pengaruh Hubungan Putaran Spindle
dan Depth Of Cut Terhadap Selisih
Penyimpangan Depth Of Thread
(Kedalaman Ulir)

Pengaruh Hubungan Putaran Spindle


dan Depth of cut Terhadap Selisih
Penyimpangan Angle Of Thread (Sudut
Ulir)

Gambar 4.5 : Grafik hubungan antara


putaran spindle dan Selisih penyimpangan
Depth Of Thread (Kedalaman Ulir) dengan
berbagai variasi depth of cut.
Pada gambar 4.5, terlihat hubungan
antara kedua parameter yang digunakan,
ada pada sumbu y yaitu penyimpangan
geometris dan sumbu X yaitu putaran
spindle. Pada penelitian ini didapatkan
hubungan penyimpangan depth of thread
dan putaran spindle yang semua nilainya
berada pada batas atas penyimpangan
geometris ulir.
Untuk depth of cut 0,0203 terlihat
dari putaran 200 rpm sampai 800 rpm pe nyimpangan geometrisnya mengalami
penurunan yang signifikan, dengan nilai pe
- nyimpangan mencapai 0,134 m.
Pada depth of cut 0,0407dengan
putaran 200 rpm sampai 500 rpm, pe nyimpangan ulir yang terjadi relatif
menurun dengan nilai penyimpangan
sebesar 0,195 m sampai 0,176 m, dan
jika putaran dinaikkan lagi dari 600 rpm
sampai 800 rpm, maka terlihat pe nyimpangan pada ulir lebih menurun
dengan nilai penyimpangan antara 0,153
m sampai 0,112 m.
Pada depth of cut 0,0610, terlihat
penyimpangan yang terjadi lebih kecil bila
dibandingkan dengan depth of cut 0,0203
dan 0,0407, hal ini dibuktikan pada
putaran 200 rpm sampai 800 rpm nilai
penyimpangan ulir yang terjadi semakin
menurun, dengan nilai penyimpangan
antara 0,192 m sampai 0,066 m.

Gambar 4.6 : Grafik hubungan antara


putaran spindle dan Selisih penyimpangan
angle of thread (Sudut Ulir) dengan
berbagai variasi depth of cut.
Pada gambar 4.6 terlihat hubungan
antara sumbu x yang merupakan putaran
spindle dan sumbu y yaitu penyimpangan
dari sudut ulir. Dapat dilihat bahwa depth
of cut 0,0203 terlihat semakin menjauh
dari titik nol yang merupakan standard dari
sudut ulir tersebut, yang artinya dengan
semakin besar nilai dari sumbu x maka
akan memperbesar nilai penyimpangan
pada batas atas, dengan nilai selisih
sudutnya 0,71 sampai
2,65.
Pada gambar 4.6 dengan depth of
cut 0,0407, terjadi peningkatan nilai pe nyimpangan secara signifikan dari putaran
200 rpm hingga 800 rpm. dengan semakin
besarnya putaran spindle maka akan
memperbesar penyimpangan pada batas
atas, hal ini dikarenakan semakin besar
depth of cut maka akan memperbesar gaya
potong pada proses penguliran.
Untuk depth of cut 0,0610, nilai
penyimpangan pada batas atas lebih besar
bila dibandingkan dengan kedua depth of
cut tersebut, hal ini dapat dilihat dari nilai
putaran spindle 200 rpm sampai 800 rpm
dengan nilai penyimpangan sudutnya 1,25
sampai 3,41.

Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa:
Putaran spindle berpengaruh pada
penyimpangan bentuk geometris ulir,
dimana jika nilai putaran spindle
dinaikkan, maka akan semakin besar
juga penyimpangan dari bentuk ulir.
Semakin besar nilai depth of cut
(kedalaman pemotongan), maka akan
semakin besar juga penyimpangan
bentuk geometris ulir.
Penyimpangan geometris yang rendah
terjadi pada depth of cut 0,0203 dan
0,0407 mm, dengan nilai putaran
berkisar antara 300 rpm sampai 500
rpm.
Saran
1.
Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang penggunaan berbagai
macam kondisi pemotongan.
2.
Pada nilai putaran spindle digunakan
putaran yang lebih besar lagi.
3.
Sebaiknya digunakan putaran yang
lebih besar lagi dengan depth of cut
yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA
[1].

Amstead, B H. 1995. Teknologi


Mekanik. Jakarta : Erlangga

[2]

Gunay,
Mustafa.
2011.
Investigation of the Effects on
Screw Thread of Infeed Angle
during External Threading. Turkey
: Karabuk University.
Nalbant,
Muammer,
Gunay,
Mustafa & Yildiz, Yakup. 2008.
Modelling of the Effect of
Different Infeed Angles and
Cutting Areas on the Cutting
Forces in External Threading.
Turkey : Gazi University.
Narayana, K L. 1994. Machine
Drawing (ThirdEdition). India :
Indian Institute Of Technology.

[3]

[4]

[5]

Oberg, Erick. 2008. Machinerys


Handbook 28 Edition. Industrial
Press. New York.

[6]

Riadi, Purwito. 2004. Pengaruh


Putaran Spindl dan Kecepatan
Pemakanan Terhadap Umur Efektif
Pahat Pada Proses Turning. Malang
: Jurusan Teknik Mesin FT
Unibraw.
Rochim, T. 1993. Teori dan
Teknologi
ProsesPermesinan.
Laboratorium Teknik Produksi dan
Metrologi industri, Jurusan Teknik
Mesin, FTI, ITB.Bandung.

[7]

[8]

[9]

Rochim, T. Dan Wirjomartoyo,


S.H. 1985 Spesifikasi Geometris
Metrologi Industri dan Kontrol
Kualitas, Jurusan Teknik Mesin,
FTI, ITB. Bandung.
www.mitsubishi.com

[10]

Schnelder, George Jr. 2002.


Cutting Tool Application. Michigan
:LawrenceTechnologicalUniversity
.

[11]

Schnmetz,
Alois.
1990.
Pengerjaan Logam Dengan Mesin.
Bandung : Angkasa.

[12]

Youssef,
Helmi
A.
2008.
Machining Technology Machine
Tools and Operations. Egypt :
Alexandria University

[13]

Walpole,
Ronald
E.
1995.
Pengantar Statistika. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai