Laporan Akhir Konduksi
Laporan Akhir Konduksi
Disusun Oleh:
Kelompok 5 Rabu
Atan Tuahta
1206226341
1206263370
1206263383
Syafarudin
1306482035
Kelompok 5R Konduksi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1 Tujuan Percobaan ..................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 4
2.1 Pengertian Konduksi ................................................................................................ 4
2.2 Hukum Fourier ......................................................................................................... 5
2.3 Konduktivitas Termal ............................................................................................... 6
2.4 Konduksi Tunak ....................................................................................................... 8
2.5 Konduksi Tak Tunak ................................................................................................ 10
2.6 Tahanan Kontak Termal ........................................................................................... 11
2.7 Koefisien Perpidahan Kalor Menyeluruh ................................................................. 12
BAB III PERCOBAAN ..................................................................................................... 15
3.1 Prosedur Percobaan .................................................................................................. 15
3.2 Hasil Pengamatan ..................................................................................................... 15
3.2.1 Percobaan 1 ...................................................................................................... 15
3.2.2 Percobaan 2 ...................................................................................................... 16
BAB IV PENGOLAHAN DATA ..................................................................................... 17
4.1 Percobaan 1 .............................................................................................................. 17
4.2 Percobaan 2 .............................................................................................................. 21
BAB V ANALISIS ............................................................................................................. 26
5.1 Analisis Percobaan ................................................................................................... 26
5.1.1 Percobaan 1 ...................................................................................................... 26
5.1.2 Percobaan 2 ...................................................................................................... 28
5.2 Analisis Hasil............................................................................................................ 31
5.2.1 Percobaan 1 ....................................................................................................... 31
5.2.2 Percobaan 2 ....................................................................................................... 34
5.3 Analisis Kesalahan ................................................................................................... 35
2
Kelompok 5R Konduksi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Percobaan
Menghitung koefisien perpindahan panas logam dan pengaruh suhu terhadap k, dengan
menganalisa mekanisme perpindahan panas konduksi steady dan un-steady.
Kelompok 5R Konduksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Konduksi
Konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana panas mengalir dari tempat yang
suhunya tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah, tetapi medianya tetap. Perpindahan
kalor secara konduksi tidak hanya terjadi pada padatan saja tetapi bisa juga terjadi pada cairan
ataupun gas, hanya saja konduktivitas terbesar pada padatan.
Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat secara atomik merupakan
pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana partikel yang energinya rendah dapat
meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi yang lebih tinggi. Konduksi terjadi
melalui getaran dan gerakan elektron bebas. Berdasarkan perubahan suhu menurut waktu,
konduksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu konduksi tunak dan konduksi tidak tunak.
Pada zat padat, energi kalor tersebut dipindahkan hanya akibat adanya vibrasi dari
atom-atom zat padat yang saling berdekatan. Hal ini disebabkan karena zat padat merupakan
zat dengan gaya intermolekular yang sangat kuat, sehingga atom-atomnya tidak dapat bebas
bergerak, oleh sebab itu perpindahan kalor hanya dapt terjadi melalui proses vibrasi.
Sedangkan proses konduksi pada fluida disebabkan karena pengaruh secara langsung karena
atom-atomnya dapat lebih bebas bergerak dibandingkan dengan zat padat.
Konduksi merupakan suatu proses perpindahan kalor secara spontan tanpa disertai
perpindahan partikel media karena adanya perbedaan suhu, yaitu dari suhu yang tinggi ke
suhu yang rendah.
Konduksi atau hantaran kalor pada banyak materi dapat digambarkan sebagai hasil
tumbukan molekul-molekul. Sementara satu ujung benda dipanaskan, molekul-molekul di
tempat itu bergerak lebih cepat. Sementara itu, tumbukan dengan molekul-molekul yang
langsung berdekatan lebih lambat, mereka mentransfer sebagian energi ke molekul-molekul
lain, yang lajunya kemudian bertambah. Molekul-molekul ini kemudian juga mentransfer
sebagian energi mereka dengan molekul-molekul lain sepanjang benda tersebut. Dengan
demikian, energi gerak termal ditransfer oleh tumbukan molekul sepanjang benda. Hal inilah
4
Kelompok 5R Konduksi
pada ukuran dan bentuk benda. Untuk mengetahui secara kuantitatif, perhatikan hantaran
kalor melalui sebuah benda uniform tampak seperti pada gambar berikut.
Konduksi dapat dibagi menjadi dua berdasarkan berubah atau tidaknya suhu terhadap
waktu, yaitu konduksi tunak (steady) dan konduksi tak tunak (unsteady). Konduksi tunak
dapat dijelaskan sebagai konduksi ketika suhu yang dihantarkan tidak berubah atau distribusi
suhu konstan terhadap waktu. Sebaliknya, konduksi tak tunak jika suhu berubah terhadap
waktu.
Perpindahan kalor secara konduksi dibedakan menjadi dua, yaitu konduksi tunak dan
konduksi tak-tunak. Aplikasi dari konduksi tunak ini ialah pada proses insulasi. Zaman ini,
sistem insulasi digunakan pada banyak kasus. Salah satu penerapan sistem insulasi yang
dikenal ialah sistem insulasi perpipaan. Fluida yang dialirkan dalam pipa memiliki kondisi
yang perlu dipertahankan sehingga membutuhkan sistem insulasi yang baik. contoh lain ialah
sistem insulasi pada oven dan kulkas. Oleh karena, hal tersebut diatas maka perlu dipelajari
dengan baik sistem perpipaan, diantaranya ialah tebal kritis insulasi, tahanan kalor tergabung,
dan konduktivitas termal.
Perpindahan kalor konduksi tak-tunak memiliki perbedaan dengan konduksi tunak
dimana pada konduksi tak-tunak terjadi perubahan pada energi internal.contoh dari konduksi
tak-tunak ialah proses pemanasan dan pendinginan makanan. Pada proses ini terjadi aliran
kalor yang tidak langsung setimbang secara termal. Aplikasi dari hukum fourier ini
membahas aliran kapasitas kalor tergabung, aliran kalor transien pada benda semi-infinite,
batasan-batasan konveksi, dan angka biot, angka fourier, serta bagan heisler.
2.2. Hukum Fourier
5
Besar fluks kalor yang berpindah berbanding lurus dengan gradien temperatur pada
benda tersebut. Secara matematis dinyatakan sebagai berikut:
Kelompok 5R Konduksi
q T
A x
(2.1)
q kA
T
x
(2.2)
Di mana:
q = energi panas atau laju perpindahan kalor konduksi (W)
A = luas cross section (m2)
k = konduktivitas material (Wm-1K-1) (konstanta proporsionalitas)
= gradien temperatur ke arah normal terhadap luas A
T = suhu (K)
x = jarak (m)
Q
T
Q x
k. A.
k
.
t
x
A.t T
(2.3)
Kelompok 5R Konduksi
dimana T adalah perbedaan suhu dan x adalah ketebalan permukaan media yang
memisahkan dua suhu Bila perubahan konduktivitas termal (k) merupakan fungsi liner
terhadap perubahan suhu, maka hubungan tersebut dapat dituliskan sebagai,
k k 0 1 T
(2.4)
Pada zat padat, energi kalor dihantarkan dengan cara getaran kisi bahan. Selain itu,
menurut hukum Wiedemann-Franz, konduktivitas termal zat padat mengikuti konduktivitas
elektrik, dimana pergerakan elektron bebas yang terdapat pada kisi tidak hanya menghasilkan
arus elektrik tapi juga energi panas. Hal ini adalah salah satu penyebab tingginya nilai
konduktivitas termal beberapa jenis zat padat, terutama logam.
Untuk kebanyakan gas pada tekanan sedang konduktivitas termal merupakan fungsi
suhu. Pada gas ringan, seperti hidrogen dan helium memiliki konduktivitas termal yang
tinggi. Gas padat seperti xenon memiliki konduktivitas kecil, sedangkan sulfur hexafluorida,
yang berupa gas padat, memiliki konduktivitas termal yang tinggi berdasar tingginya
kapasitas panas gas ini.
Konduksi energi kalor dalam zat cair, secara kualitatif, tidak berbeda dari gas. Namun,
karena molekul-molekulnya lebih berdekatan satu sama lain, medan gaya molekul (molecule
force field) lebih besar pengaruhnya pada pertukaran energi dalam proses tubrukan molekul.
Tabel 1. Konduktivitas Berbagai Jenis Zat
(sumber: ittelkom.ac.id)
Kelompok 5R Konduksi
2.4. Konduksi Tunak
Pada konduksi tunak, terjadi perpindahan energi dari bagian bersuhu tinggi ke bagian
bersuhu rendah, dimana suhu tidak berubah terhadap fungsi waktu. Berdasarkan arah
pergerakan laju perpindahan kalor, konduksi tunak dibagi atas konduksi tunak dimensi satu
dan konduksi tunak dimensi rangkap.
2.4.1. Konduksi Tunak Satu Dimensi
(2.5)
Dalam koordinat silindris persamaan ini menjadi
(2.6)
Dengan mengaplikasikan persamaan Fourier, pada dinding datar berlaku persamaan
q
k0 A
T2 T1 T2 2 T12
x
2
(2.7)
Jika dalam sistem teradapat lebih dari satu macam bahan (komposit), aliran kalor dapat
ditulis
q
T1 T4
x A x B xC
k A A k B A kC A
(2.8)
Untuk geometri lainnya, penurunan persamaannya dapat dilihat pada tabel 1 di bagian
lampiran.
Kelompok 5R Konduksi
dalam. Untuk sistem tunak yang disertai adanya kalor yang dibangkitkan, maka
digunakan persamaan umum,
(2.9)
Pada dinding datar dengan sumber kalor berlaku persamaan
T0
qL2
Tw
2k
(2.10)
Untuk geometri lainnya, persamaan yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1 lampiran.
2.4.2. Konduksi Tunak Dua Dimensi
Perpindahan kalor konduksi keadaan tunak dua dimensi, kalor mengalir dalam arah
kordinat ruang x dan y yang tidak saling bergantungan satu sama lain. Untuk keadaan
tunak berlaku persamaan Laplace
2T 2T
0
x 2 y 2
(2.11)
q x kAx
T
x
(2.12)
q y kAy
T
y
(2.13)
Kelompok 5R Konduksi
2.5. Konduksi Tak Tunak
Pada konduksi tak tunak, temperatur merupakan fungsi dari waktu dan jarak. Atau
dengan kata lain, perpindahan kalor konduksi tunak terjadi jika suhu tidak berubah terhadap
waktu dan konduksi tunak terjadi jika suhunya berubah terhadap waktu, sehingga pada
persamaan perpindahan kalor konduksi tak tunak terdapat suku T / t . Persamaan
perpindahan kalor konduksi tak tunak dapat dituliskan secara umum
2T
2T 2T 2T 1 T
x 2 y 2 z 2 t
(2.14)
T
x
q x kA
qAdx
cA
T T
T
q x dx kA
Ak
k
dx
x x dx
x x x
T
dx
t
(2.15)
Untuk yang alirannya lebih dari 1 dimensi, kita hanya perlu memperhatikan kalor yang
dihantarkan ke dalam dan keluar satuan volume itu dalam ketiga arah koordinat. Neraca
energi di sini menghasilkan
qx q y qz qgen qx dx q y dy qz dz
10
dE
dt
(2.16)
Kelompok 5R Konduksi
2.6. Tahanan Kontak Termal
Suatu daerah di mana analogi resistansi elektrik yang terabaikan tiba-tiba menjadi
begitu berpengaruh adalah pada interfasa dari dua media penghantar. Tidak ada dua
permukaan padatan yang selamanya memberikan kontak termal sempurna ketika keduanya
disambungkan. Adanya faktor kekasaran permukaan, menyebabkan terbentuknya celah udara
yang sempit seperti yang terlihat pada gambar 2.2(a). Konduksi melalui kontak bagian
padatan ke padatan sangat efektif, tetapi konduksi yang melalui celah udara yang memiliki
nilai konduktivitas termal yang kecil sangat tidak menguntungkan, ditambah lagi dengan
kemungkinan terjadinya radiasi termal pada celah tersebut.
Konduktansi interfasial, hc, ditempatkan pada permukaan kontak secara seri dengan
material penghantar pada sisi-sisinya. Koefisien hc ini analog dengan koefisien perpindahan
kalor. Jika T adalah perubahan suhu yang terjadi pada daerah interfasa, maka Q = AhcT, di
mana pada tahanan kontak Q = T/ Rt, dan Rt = 1/(hcA)
Gambar 4. a) Transfer kalor melalui permukaan kontak antara 2 permukaan padatan, (b) Konduksi melalui 2 unit
daerah dengan tahanan kontak
Pada gambar 4(b), dengan menerapkan neraca energi pada kedua bahan (bahan pertama A,
bahan kedua B) diperoleh
q kA A
T T
T 1T2 A T 2 AT2 B
k B A 2B 3
x A
1 hc A
x B
(2.17)
T1 T3
x A k A A 1 h2 A x B k B A
(2.18)
11
dengan memberi tanda Ac untuk bidang kontak termal dan Av untuk celah, serta memberi Lg
untuk tebal celah dan kf untuk konduktivitas termal fluida yang mengisi celah. Luas
penampang total batangan adalah A, maka dapat ditulis
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
Kelompok 5R Konduksi
q
T2 A T2 B
T T2 B T2 A T2 B
k f Av 2 A
Lg 2k A Ac Lg 2k B Ac
Lg
1 hc A
hc
1
Lg
Ac 2k A k B
v k f
A k A kB A
(2.19)
(2.20)
Meskipun belum ada teori yang dapat meramalkan konsep tahanan kontak ini secara lengkap,
beberapa hipotesis dapat diambil:
Tahanan kontak meningkat jika tekanan gas sekitar diturunkan hingga di bawah nilai
terbesar mean free path karena konduktivitas termal efektif akan menurun pada
keadaan ini.
U, yang diformulasikan,
Q UATmenyeluruh
(2.21)
Kelompok 5R Konduksi
Pada gambar 2.2 perpindahan kalor dinyatakan oleh
q h1 ATA T1
kA
T1 T2 h2 AT2 TB
x
(2.22)
(a)
(b)
Perpindahan kalor menyeluruh, yang terjadi secara konveksi dan konduksi, dihitung
dengan jalan membagi beda suhu menyeluruh dengan jumlah tahanan termal,
TA TB
1 h1 A x kA 1 h2 A
(2.23)
1
1 h1 x k 1 h2
(2.24)
Pada silinder bolong (gambar 6) yang terkena lingkungan konveksi di permukaan bagian
13
dalam dan luarnya, luas bidang konveksi tidak sama untuk kedua fluida karena tergantung
diameter dalam tabung dan tebal dinding.
Kelompok 5R Konduksi
TA TB
ln ro ri
1
1
hi Ai
2kL
ho Ao
(2.25)
Besaran Ai dan Ao merupakan luas permukaan dalam dan luar tabung dalam. Koefisien
perpindahan kalor menyeluruh dapat didasarkan atas bidang dalam atau luar tabung, sehingga
Ui
Uo
1 Ai ln ro ri Ai 1
hi
2kL
Ao ho
(2.26)
1
Ao 1 Ao ln ro ri 1
Ai hi
2kL
ho
(2.27)
Beberapa nilai koefisien perpindahan kalor menyeluruh diberikan pada tabel 2 (lampiran).
Nilai-nilai yang tertera pada tabel tidak sepenuhnya cocok untuk kondisi-kondisi khusus, yang
perlu diperhatikan adalah
Fluida dengan konduktivitas termal yang rendah biasanya memiliki nilai h yang
rendah. Ketika fluida tertentu mengalir ke suatu sisi heat exchanger, nilai U umumnya
menjadi kecil.
Kondensasi dan pendidihan merupakan proses transfer kalor yang sangat efektif.
Keduanya meningkatkan U namun nilai
Untuk nilai U yang besar, semua resistansi pada exchanger pasti bernilai kecil.
Konduktor cairan, seperti air dan logam cair, memilki nilai h dan U yang tinggi.
Kelompok 5R Konduksi
BAB III
PERCOBAAN
15
dx (m)
T1 (mV)
T2 (mV)
T air (C)
T air (C)
0,183
3,847
3,916
30
30
0,025
2,369
2,39
30
30
0,057
1,189
1,2
30
30
0,045
1,07
1,079
29
30
0,045
0,949
0,956
30
29
0,045
0,841
0,846
29
30
0,035
0,625
0,627
30
30
0,027
0,514
0,517
30
29
0,045
0,4
0,401
29
30
10
0,045
0,287
0,283
30
30
29,7
29,8
Trata-rata
Kelompok 5R Konduksi
3.2.2. Unit 3
Node
Percobaan 2
Tegangan (mV)
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 2
34.5
35
3.516
3.520
21
22
35
35
3.141
3.162
21
22
35
35
2.756
2.758
22
22
35
35
2.397
2.396
22
21
35
35
2.090
2.090
21
21
35
35
1.834
1.830
21
21
35
35
1.575
1.577
21
21
35
35
1.360
1.352
21
22
35
35
1.178
1.177
22
21
10
35
35
1.007
1.006
22
21
16
Kelompok 5R Konduksi
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Unit 2
1. Konversi nilai T1 dan T2 dari mV menjadi oC dengan persamaan sebagai berikut:
dx (m)
0.183
0.025
0.057
0.045
0.045
0.045
0.035
0.027
0.045
0.045
T1 (mV)
3.847
2.369
1.189
1.07
0.949
0.841
0.625
0.514
0.4
0.287
T2
(mV)
3.916
2.39
1.2
1.079
0.956
0.846
0.627
0.517
0.401
0.283
T1 (C)
125.22254
88.53858
59.25098
56.2974
53.29418
50.61362
45.2525
42.49748
39.668
36.86334
T2 (C)
T avg (C)
126.93512
89.0598
59.524
56.52078
53.46792
50.73772
45.30214
42.57194
39.69282
36.76406
126.07883
88.79919
59.38749
56.40909
53.38105
50.67567
45.27732
42.53471
39.68041
36.8137
Trata-rata
T air
(C)
30
30
30
29
30
29
30
30
29
30
29.7
T air
(C)
30
30
30
30
29
30
30
29
30
30
29.8
dimana :
17
= 0,00654 kg/s
= 4200 J/kg s
To w
Ti w
= 25 oC
= 0.00079 m2
Kelompok 5R Konduksi
Nilai k untuk stainless steel diperoleh dari node 1 dan 2, aluminium dari node 3 sampai 6,
dan magnesium dari node 7 sampai 10, maka diperoleh :
Selang
node
1-2
dx (m)
dT1 (C)
dT2 (C)
0.025 36.68396
37.87532
dT avg
(C)
37.27964
T node avg
k
k avg
(C)
107.43901 109.6390531 109.6391
3-4
0.045
2.95358
3.00322
2.9784
57.89829 2470.167867
4-5
0.045
3.00322
3.05286
3.02804
5-6
0.045
2.68056
2.7302
2.70538
52.02836 2719.450863
7-8
0.027
2.75502
2.7302
2.74261
43.906015 1609.521144
8-9
0.045
2.82948
2.87912
2.8543
9-10
0.045
2.80466
2.92876
2.86671
41.10756
2577.56647 2251.165
38.247055 2566.408173
diperoleh kesalahan relatif untuk stainless steel, aluminium dan magnesium berturut-turut
adalah 50,19%; 1157,31% dan 1322.627%
4. Menghitung nilai
, dan
Node
Q air
Q bahan
Q loss
1-2
129,0996
247,8403
118,7407
Kelompok 5R Konduksi
3-6
129,0996
3,4326
-125,6669
7-9
129.0996
7.99
-121.1096
4. Menghitung nilai hc
Asumsi : fluida yang terperangkap di dalam ruang kosong adalah udara, sehingga harga kf
sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai kA dan kB. Dengan demikian nilai hc dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
dimana : Lg
kf
Ac
Av
21020381,9
238677225
10724363,6
17746213,6
= 96,01 %
% KL hc alumunium-magnesium
= 1244.95 %
19
Kelompok 5R Konduksi
5. Menghitung nilai
avg
menggunakan data k dan T nodeavg dari aluminium dan magnesium berdasarkan rumus :
y = -42.024x + 4848.6
R = 0.6179
2500
2000
k
y = -168.45x + 9172.4
1500
Alumunium
1000
Magnesium
500
0
0
20
40
60
80
20
Kelompok 5R Konduksi
Magnesium (Al)
4.2 Unit 3
Node
Tegangan (mV)
Temperatur (oC)
Temperatu
Rata-rata
(oC)
34.5
35
3.516
3.520
21
22
117.00712
117.1064
117.0567
35
35
3.141
3.162
21
22
107.69962 108.22084
107.9602
35
35
2.756
2.758
22
22
98.14392
98.19356
98.1687
35
35
2.397
2.396
22
21
89.23354
89.20872
89.2211
35
35
2.090
2.090
21
21
81.6138
81.6138
81.613
35
35
1.834
1.830
21
21
75.25988
75.1606
75.2102
35
35
1.575
1.577
21
21
68.8315
68.88114
68.8563
35
35
1.360
1.352
21
22
63.4952
63.29664
63.3959
35
35
1.178
1.177
22
21
58.97796
58.95314
58.9655
10
21
35
35
1.007
1.006
22
21
54.73374
54.70892
54.7213
Kelompok 5R Konduksi
2. Menghitung laju alir massa
Laju alir massa dapat diperoleh dengan mengolah data dari volume air keluar yang diukur
selama 5 detik:
dimana :
Q = laju alir volume
V = volume
T = waktu
Kemudian, persamaan yang digunakan untuk mencari laju alir massa adalah:
dimana :
Q = laju alir volume
= laju alir massa
= massa jenis
Dengan menggunakan nilai = 1000 kg/m3 dan t = 5s maka laju alir massa dapat
diperoleh dengan hasil sebagai berikut:
22
Percobaan 2
Volume
Q (m3/s)
Q (ml/s)
(kg/s)
Rata-rata
21
22
21.5
4.3
0.0000043
0.0043
21
22
21.5
4.3
0.0000043
0.0043
22
22
22
4.4
0.0000044
0.0044
22
21
21.5
4.3
0.0000043
0.0043
21
21
21
4.2
0.0000042
0.0042
21
21
21
4.2
0.0000042
0.0042
21
21
21
4.2
0.0000042
0.0042
21
22
21.5
4.3
0.0000043
0.0043
22
21
21.5
4.3
0.0000043
0.0043
22
21
21.5
4.3
0.0000043
0.0043
0.00428
Kelompok 5R Konduksi
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai laju alir massa yang diperoleh adalah sebesar:
0.00428 kg/s.
Besar jari-jari dan luas dari setiap node kemudian dapat dituliskan sebagai berikut :
dx
dr (m)
0.025
0.00113
0.014814
0.000689
0.025
0.00113
0.015945
0.000798
0.025
0.00113
0.017077
0.000916
0.025
0.00113
0.018209
0.001041
0.025
0.00113
0.019341
0.001175
0.025
0.00113
0.020473
0.001316
0.025
0.00113
0.021605
0.001466
0.025
0.00113
0.022736
0.001623
0.025
0.00113
0.023868
0.001789
10
0.025
0.00113
0.025
0.001963
23
r (m)
A (m2)
Node
Kelompok 5R Konduksi
4. Menghitung nilai k
Nilai k didapatkan dari penurunan azas Black:
Dengan menggunakan
didapat dari perhitungan sebelumnya, maka k pun dapat dihitung antara setiap node:
Node
dT1
dT2
dT avg
A avg
node 1-2
9.3075
8.88556
9.09653
0.000744
13222.982
node 2-3
9.5557
10.02728
9.79149
0.000857
10657.529
node 3-4
8.91038
8.98484
8.94761
0.000979
10214.527
node 4-5
7.61974
7.59492
7.60733
0.001108
10609.969
node 5-6
6.35392
6.4532
6.40356
0.001246
11212.977
node 6-7
6.42838
6.27946
6.35392
0.001391
10118.526
node 7-8
5.3363
5.5845
5.4604
0.001545
10604.099
node 8-9
4.51724
4.3435
4.43037
0.001706
11832.244
node 9-10
4.24422
4.24422
4.24422
0.001876
11231.957
Kelompok 5R Konduksi
6.
Menghitung nilai
dan
data nilai
dan
dari grafik
12000
10000
y = 12.912x + 9987.3
R = 0.0724
8000
6000
0
20
40
60
80
T node (rata-rata)
dan
25
Maka nilai
100
120
140
Kelompok 5R Konduksi
BAB V
ANALISIS
5.1 Analisis Percobaan
Percobaan konduksi ini merupakan bentuk aplikasi dari pembelajaran dan pendalaman
materi perpindahan kalor (heat transfer). Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan nilai
koefisien perpindahan panas logam (k) dan pengaruh suhu terhadap nilai k itu sendiri
(melibatkan dengan nilai ). Dalam hal ini, percobaan dilakukan dengan menganalisa,
mekanisme perpindahan panas konduksi baik untuk kondisi steady maupun untuk kondisi
non-steady. Selain itu, percobaan ini juga bertujuan untuk menghitung nilai koefisien kontak
yang terjadi antara dua logam. Untuk memenuhi tujuan ini, dilakukan percobaan dengan
menggunakan unit 2 dan unit 3 yang masing-masing unit memiliki spesifikasi tertentu terkait
perpindahan panas konduksi. Unit 2 merupakan terdiri atas gabungan 3 logam yang saling
dihubungkan (Stainless Steel, Fe Alumunium, Al Magnesium, Mg), dimana ujung yang
satu (Fe) dihubungkan dengan suatu pemanas yang bersumber dari listrik
Percobaan pertama dilakukan pada unit 2. Unit 2 tersusun dari material yang berbeda
yaitu baja, alumunium, dan magnesium. Pada percobaan unit 2 ini dilakukan pengamatan
tentang kemampuan masing-masing dari ketiga logam tersebut dalam menghantarkan panas
secara konduksi. Energi kalor antar logam dan melintasi node-node seperti pada skema di
bawah ini.
heater
Baja
Al
7 8
10
Mg
Pada setiap node dipasang sebuah termokopel yang berfungsi sebagai sensor suhu pada titik
tersebut. Termokopel ini dihubungkan dengan konektor dan voltmeter sehingga pada titik
tersebut dapat dilakukan pembacaan suhu. Karena yang digunakan adalah voltmeter, suhu
yang terbaca ditransformasikan menjadi besaran tegangan atau potensial listrik dengan satuan
mV. Data suhu dapat diperoleh dengan cara mengkonversikan data potensial listrik. Switch
pada voltmeter digunakan untuk mengubah pembacaan suhu dari satu node ke node lainnya di
sepanjang batang.
26
Pada percobaan unit 2 akan dipelajari bagaimana cara menentukan koefisien kontak
dan pengaruhnya terhadap perpindahan panas konduksi. Prinsipnya adalah adanya driving
force berupa gradien suhu di antara gabungan logam tersebut. Di sepanjang gabungan logam
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
Kelompok 5R Konduksi
akan terjadi suatu profil temperatur yang cenderung turun dari arah Fe menuju Mg. Dari profil
ini, kita bisa menentukan nilai tahanan termal konduksi dari masing-masing logam dan juga
tahanan kontak termal yang terjadi di antara pertemuan antara 2 logam (Fe-Al dan Al-Mg).
Penurunan ini disebabkan fluks kalor yang melewati dua jenis bahan yang berbeda akan
terhambat karena adanya tahanan kontak termal yang akan menyebabkan penurunan suhu
yang tiba-tiba pada bidang logam yang kedua. Penurunan suhu juga terjadi karena faktor
kekasaran antara dua permukaan benda tersebut akan menyebabkan terbentuknya celah udara
yang sempit yang menimbulkan tahanan kontak termal. Ini akan memicu penurunan suhu di
antara sambungan logam. Panas dialirkan dari pemanas menuju stainless steel, yang akan
menyebabkan peningkatan suhu dari logam tersebut. Molekul-molekul yang bergerak lebih
cepat karena dipanaskan
molekul-molekul lain sepanjang benda tersebut. Dengan demikian, energi gerak termal
ditransfer oleh tumbukan molekul sepanjang benda.
Pada unit 2 ini, dilakukan pengambilan data suhu keluaran air dan suhu yg dibaca di
voltmeter untuk sepuluh node. Pengambilan data untuk setiap node, dilakukan tiap selang
waktu 1 menit. Hal ini bertujuan agar suhu yang dibaca sudah stabil. Pembacaan suhu di
voltmeter dan suhu air keluaran dilakukan pada waktu yang sama. Pengambilan data
dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada menit ke 1 setelah perubahan node dan 30 detik
setelahnya. Hal ini bertujuan untuk melihat pengaruh waktu terhadap konduksi. Dalam
perhitungan, data yang digunakan adalah rata-rata dari nilai suhu yang diperoleh dari dua data
tersebut.
Konduktivitas thermal dipengaruhi oleh jenis material dan temperatur. Semakin besar
konduktivitas thermalnya, material tersebut akan semakin mudah menghantarkan kalor.
Dengan asumsi bahwa fluks kalor tetap, pada material batang yang sama, suhu batang akan
semakin menurun seiring bertambahnya jarak dari sumber kalor. Pada material batang yang
berbeda, besarnya gradient suhu akan berbanding terbalik dengan konduktivitas thermal
batang kedua. Semakin besar konduktivitasnya, gradient suhu akan semakin kecil.
Hubungan dari satu batang ke batang lainnya tidak benar-benar rapat. Hal ini dilakukan
agar suatu batang tidak menjadi heat sink bagi batang lainnya. Ada dua unsur pokok yang
27
menentukan perpindahan kalor pada sambungan. Yang pertama adalah konduksi antara zat
padat dengan zat padat pada titik singgung. Yang kedua adalah konduksi melalui gas yang
terkurung pada ruang-ruang kosong yang terbentuk karena persambungan tersebut.Ruang-
Kelompok 5R Konduksi
ruang kosong di persambungan logam ini akan diisi oleh fluida (biasanya udara) yang
memiliki konduktivitas thermal lebih kecil dibandingkan dengan konduktivitas logam.
Selain itu, pada percobaan ini, dilakukan pengukuran terhadap suhu yang
direpresentasikan pada tegangan yang terukur pada masing-masing node yang terpasang pada
ketiga logam (node 1-2 : Fe, 3-6 : Al, 7-10 : Mg). Pada setiap node dipasang sebuah
termokopel yang berfungsi sebagai sensor suhu pada titik tersebut Termokopel ini
dihubungkan dengan konektor dan voltmeter sehingga pada titik tersebut dapat dilakukan
pembacaan suhu dengan satuan mV karena digunakan voltmeter. Kita akan menghitung
koefisien dari data yang diperoleh ; nilai ini selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung
nilai konduktivitas bahan (nilai k).
Perbedaan konduktivitas thermal yang cukup besar ini memberikan suatu tahanan
terhadap perpindahan kalor yang terjadi. Tahanan ini disebut sebagai tahanan kontak thermal
(thermal contact resistance). Akibatnya pada bagian tersebut akan terjadi penurunan suhu
yang cukup drastis. Kuantifikasi dari besarnya tahanan kontak dinyatakan sebagai koefisien
kontak, hc. Berdasarkan skema alat percobaan, tahanan kontak thermal terhadap perpindahan
kalor akan terjadi di antara node 2-3 (persambungan baja alumunium) dan antara node 6
dan 7 (persambungan alumunium magnesium).
tembaga (Cu) dalam menghantarkan panas secara konduksi. Unit 3 ini merupakan suatu
sistem dari logam tembaga (Cu) yang dihubungkan dengan plat pemanas yang berdiri secara
vertikal dengan luas penampang yang mengkerucut menjadi kecil atas ke bawah. Perubahan
Kelompok 5R Konduksi
nilai perubahan konduktivitas termal yang terjadi sepanjang logam dapat dideteksi dengan
menggunakan profil temperatur tertentu. Variabel yang berpengaruh terhadap perpindahan
kalor pada unit 3 adalah jarak antara node dengan sumber kalor dan luas penampang.
Di dalam sistem unit 3 ini digunakan air pendingin yang dialirkan dengan laju yang
kecil sehingga perubahan temperatur pada tiap node dapat diamati dengan mudah sesuai
dengan Azas Black dan mencegah terjadinya rugi kalor akibat dari perpindahan panas secara
koveksi. Selain itu, air pendingin ini juga berguna untuk merepresentasikan daya panas yang
mengalir sepanjang sistem dan juga mempertahankan kondisi steady dari sistem.
Laju alir yang dibutuhkan dalam sistem ini adalah laju alir yang kecil, karena apabila
air dialirkan dengan laju yang terlalu besar maka kalor yang akan diserap semakin besar pula
sehingga tidak mudah untuk dapat mengamati distribusi temperatur pada tiap-tiap node.
Dalam percobaan unit 3 ini, perlu diperhatikan beberapa komponen yang ada yaitu: 1.
Memilih unit yang akan dicari temperaturnya yaitu unit 2 dan unit 3. Kemudian,
thermocouple selector yang menunjukkan node-node dari node 1 sampai node 10 dan
kemudian divariasikan nodenya sehingga temperatur tiap node pada suatu unit dapat dibaca
dengan menggunakan temperature recorder. Kemudian, terdapat tombol untuk mengatur
29
voltmeter yang digunakan untuk mengubah pembacaan temperatur dari satu node ke node
lainnya. Selanjutnya, air keliaran akan diukur suhu nya dengan menggunakan termometer
dengan cara menampung air keluaran dari selang unit yang telah dipilih sebelumnya (apakah
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
Kelompok 5R Konduksi
selang yang berasal dari unit 2 atau unit 3) dalam gelas beaker dan menunggu selama 1 menit.
Pengambilan data dilakukan dengan menunggu selama 1 menit ini bertujuan agar suhu air
yang keluar selang sesudahnya sudah stabil dan data yang diperoleh akan lebih akurat, serta
distribusi temperatur pada tiap node sudah merata.
30
Kelompok 5R Konduksi
Dimana nilai k yang digunakan adalah nilai k dari hasil perhitungan sebelumnya untuk tiaptiap logam. Nilai kf merupakan konduktifitas fluida dalam ruang fluida sebagai akibat
ketidak sempurnaan kontak dapat kita abaikan karena nilai kf ini dianggap terlalu kecil
dibandingkan konstanta logam A dan konstanta logam B yakni kA dan kB. untuk pengolahan
data ini, kami melakukan asumsi terhadap nilai Ac dan Lg. dimana Lg merupakan tebal ruang
kosong antara A dan B bernilai 5.10-6 m sedangkan Ac merupakan luas penampang batang
kontak bernilai 0.5 A. Untuk nilai A adalah luas penampang batang total dan Av merupakan
luas penampang batang tidak kontak.
Nilai hc yang kami peroleh cukup jauh dari nilai hc secara literature , sehingga kami
memiliki kesalahan listeratur yang cukup besar. Hal ini akan dibahas pada analisa kesalahan.
Adapun relative kesalahan yang kami peroleh adalah; 84.4% untuk hc bahan Aluminum
Stainless Steel dan Aluminum. Sedangkan relative kesalahan untuk hc bahan Aluminum
Magnesium adalah 74.358%.
Perhitungan Nilai pada Unit 2 Dan Unit 3
Tujuan kami melakukan perhitungan nilai adalah untuk mengetahui hubungan nilai
konduktifitas kalor (k) terhadap suhu. Nilai koefisien untuk setiap bahan percobaan dapat
diperoleh dari plot data ke grafik antara nilai k dan Tnode average dengan metode least
square, persamaan yang digunakan yaitu;
Persamaan yang diatas dapat diturunkan dari persamaan regresi grafik yang telah
diplot sebelum nya, dimana nilai k sebagai sb.y , ko sebagai intersept sedangkan Ko. sebagai
slope. Sehingga kita akan memperoleh nilai koefisien B pada bahan material logam adalah;
31
Aluminum= -0.00559
Magnesium = -0.0136
Tembaga = 0.051
Kelompok 5R Konduksi
Pada unit dua terdapat tiga jenis logam yaitu stainless steel, aluminium, dan magnesium.
Pada perhitungan diperoleh harga kavg stainless steel yaitu sebesar 109,6391 J/msoC, kavg
alumunium sebesar 2539,764 J/msoC, dan kavg magnesium sebesar 2251.165. Sedangkan nilai
k literature untuk stainless steel, alumunium, dan magnesium secara berurutan yaitu 73
J/msoC, 202 J/msoC, dan 158 J/msoC.
Nilai k menunjukkan kemampuan suatu benda dalam menghantarkan panas secara
konduksi, semakin besar nilai k maka benda tersebut semakin mudah dalam menghantarkan
panas dan jumlah kalor yang dipindahkan juga akan semakin banyak. Berdasarkan literatur,
logam alumunium mempunyai nilai k yang paling besar dibanding stainless steel dan
magnesium sehingga alumunium juga paling mudah menghantarkan panas secara konduksi
dibanding kedua logam lain. Kesalahan literatur k percobaan unit 2 untuk logam stainless
steel, alumunium, dan magnesium secara berurutan adalah 50,1905%, 1157,309% dan
1322.627%.
Dari data hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai dari konduktivitas termal
yang didapatkan mempunyai kesalahan literatur yang cukup besar. Hal ini kemungkinan dapat
disebabkan oleh kesalahan dalam mengambil data atau pada unit 2 terdapat Heat Loss yang
besar dan tidak dilibatkan dalam perhitungan untuk mencari nilai k. Selain itu dari hasil diatas
dapat disimpulkan bahwa nilai konduktivitas termal terbesar adalah nilai konduktivitas termal
dari Magnesium, lebih tinggi dari stainless steal dan juga alumunium. Artinya Magnesium
sangat baik dalam mengantarkan panas. Hal ini terbutkti dengan data literatur maupun data
yang didapatkan pada percobaan
Nilai hc yang dihasilkan pada percobaan pada logam stainless steel-alumunium dan
alumunium-magnesium secara berurutan yaitu 21020381,9 m20C/Watt dan 238677225
m20C/Watt. Sedangkan berdasarkan literatur pada logam stainless steel-alumunium dan
alumunium-magnesium
secara
berurutan
yaitu
10724363.6
m20C/Watt
17746213.6
m20C/Watt. Kesalahan literatur untuk logam stainless steel-alumunium dan alumuniummagnesium secara berurutan yaitu 96,00587% dan 1244.947%. Nilai Koefisien kontak (hc)
yang besar menunjukan luas penampang node yang besar. Namun nilai hc yang didapatkan
pada percobaan masih terlalu kecil dari literatur hal ini dapat disebabkan oleh permukaan
kontak sudah tidak sebesar sebelum-belumnya ketika alat masih baru dan sebagainya.
32
Kelompok 5R Konduksi
-0,00867 dan -0.001836. Nilai akan berpengaruh terhadap nilai k yang terpengaruh oleh
suhu. Apabila nilai makin besar maka nilai k yang terpengaruh oleh suhu juga akan besar.
Nilai yang negatif menunjukkan bahwa nilai k pada suhu tertentu lebih kecil daripada k
pada suhu standar. Hal ini sesuai dengan persamaan:
k = k0 (1+ T)
Nilai yang negatif menandakan telah terjadi penyusutan luas penampang logam. Hal ini
dapat terjadi karena telah terjadi korosi pada logam tersebut sehingga logam menjadi keropos
dan dapat disebabkan pula terdapat pengotor-pengotor pada logam tersebut.
Pada analisis ini akan dijelaskan mengenai grafik yang telah didapatkan pada pengolahan
data. Berikut ini adalah grafik yang didapatkan:
y = -42.024x + 4848.6
R = 0.6179
2500
2000
k
y = -168.45x + 9172.4
1500
Alumunium
1000
Magnesium
500
0
0
20
40
60
80
Pada grafik diatas (Unit 2) terlihat bahwa nilai k akan semakin turun seiring dengan
kenaikan suhu dimana hal tersebut bertentangan dengan teori dimana nilai semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya suhu (T). Penurunan grafik atau nilai k dapat menunjukan
bahwa terjadinya kontak termal terhadap logam magnesium karena perpindahan panas hanya
dalam arah aksial sehingga terjadi penurunan suhu tiba-tiba.
Pada grafik alumunium juga mengalami hal yang sama, yaitu akibat adanya tahanan
kontak termal yang cukup besar. tahanan Tahanan kontak termal ini terjadi karena adanya
ketidaksempurnaan kontak antara alumunium dan magnesium sehingga terdapat fluida yang
33
terperangkap di dalam ruangan yang kosong antara kedua logam sehingga penghantaran panas
antar logam terdapat gangguan.
Kelompok 5R Konduksi
Selanjutnya adalah percobaan pada Unit 3. Pada unit ini hanya terdapat satu bahan
penyusun node yaitu tembaga (Cu). Berikut ini adalah hasil pengolahan data unit 3:
Unit 3
Bahan Node
Kesalahan
Relatif
Stainless Steel
11078.312
385
2777.48 %
0.00129
Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa nilai kesalahan relatif sangatlah besar.
Hal ini menunjukkan bahwa ketidak-idealan sistem konduksi yang terjadi tinggi sehingga data
yang diperoleh oleh praktikuan kurang akurat sehingga menyebabkan besarnya nilai
kesalahan literatur.
Berdasarkan teori, dapat diketahui bahwa semakin besar nilai konduktivitas termal (k),
makin baik pula kemampuan material tersebut untuk menghantarkan panas baik dalam bentuk
melepaskan maupun menerima kalor. Berdasarkan pada nilai k hasil percobaan dan nilai k
literatur, dimana nilai k tembaga termasuk besar, maka barang tentu kemampuan logam
tembaga dalam menghantarkan panas sangat baik. Pada unit 3 tidak terdapat koefisien kontak
(hc) dikarenakan hanya terdapat satu bahan.
Selain k, data yang diperoleh dari percobaan unit 3 ini adalah
0.00129. Pada perhitungan diperoleh nilai yang positif yang menunjukkan tidak adanya
korosi pada logam tembaga sebagai bahan node. Tetapi hal ini bisa dikatakan kurang akurat,
karena pada umumnya nilai bernilai negatif, karena logam selalu mengalami korosi bahkan
korosi karena air.
Pada percobaan ini, diperoleh nilai kesalahan relatif yang sangat besar yang dapat
disebabkan oleh indikasi alat percobaan yang digunakan gagal memberikan insulasi yang baik
untuk mencegah adanya heat loss. Kenyataannya, heat loss yang terjadi sangat besar
sedemikian hingga nilai perhitungan k menjadi tidak akurat.
Rumus berikut:
34
m. Cp air. T air = k. A. T / x
Kelompok 5R Konduksi
adalah rumus yang berlaku bilamana heat loss yang dialami oleh sistem adalah 0 atau paling
tidak sangat kecil hingga dapat diabaikan. Kenyataan yang terjadi adalah bahwa heat loss
yang terjadi pada alat percobaan konduksi terlalu besar, sehingga rumus di atas harus
dikoreksi/diperbaiki menjadi :
heat loss + m. Cp air. T air = k. A. T / x
Jika heat loss pada sistem dapat diukur, maka tentu nilai k yang akan kami peroleh
tidak akan jauh beda dengan apa yang ditunjukkan oleh literatur. Hal ini juga berlaku pada
perhitungan-perhitungan lain termasuk
dan lain-lain.
Kelompok 5R Konduksi
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan konduksi antara lain :
1. Perpindahan panas secara konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana panas
mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah, tetapi
medianya tetap. Perpindahan kalor secara konduksi tidak hanya terjadi pada padatan
saja tetapi bisa juga terjadi pada cairan ataupun gas, hanya saja konduktivitas terbesar
pada padatan.
2. Rumus umum untuk perpindahan panas secara konduksi adalah
Kelompok 5R Konduksi
melepaskan panas ke lingkungan dengan laju tertentu, yang disebut dengan heat loss.
Heat loss dirumuskan sebagai selisih antara qteoritis dan qeksperimen.
6. Pada percobaan ini diperoleh hasil:
7. Unit 2
Untuk perhitungan nilai konduktivitas termal:
k aluminium
k magnesium
= 238677225
tembaga =
6.2.
SARAN
saat
praktikum
berlangsung,
cuaca
nya
hujan
gerimis
sehingga
37
Kelompok 5R Konduksi
DAFTAR PUSTAKA
38