Anda di halaman 1dari 30

TUMOR PARU

( Muhammad Ichsan Lakota, Iriani Bahar )

A. PENDAHULUAN
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang
abnormal. Tumor jinak atau Noduler Paru biasanya tidak menyebabkan suatu gejala atau
tanda-tanda, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan foto toraks atau CT,
namun bisa menyebabkan bersin, batuk, batuk darah, nafas pendek, dan panas apabila
mengalami infeksi. Penentuan suatu Tumor benign atau suatu kanker ganas stadium awal
adalah penting sekali karena mempengaruhi prognosis atau kesembuhan dari
penderitanya.1
Penemuan dini tumor paru berdasarkan keluhan saja jarang terjadi. Keluhan yang
ringan biasanya terjadi pada mereka yang telah memasuki stadium II. Kasus tumor paru
di Indonesia terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada stadium lanjut. Penemuan
tumor paru stadium dini akan sangat membantu penderita. Penemuan diagnosis dalam
waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih
baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya.1
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5%) antara lain adenoma,
hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik. Kanker paru atau
Karsinoma bronkus, tumor primer paru yang paling sering hampir 95%. Kanker paru
adalah pembunuh nomor satu diantara pria di USA. Namun, kanker paru ini meningkat
dengan angka yang lebih besar pada wanita dibanding pada pria dan sekarang melebihi
kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita. 1,2
Lebih dari 90 % tumor paru-paru primer merupakan tumor ganas, dan sekitar 95%
tumor ganas ini termasuk karsinoma bronkogenik. Kebanyakan tumor ganas primer dari
saluran nafas bawah bersifat epiteliel dan berasal dari mukosa percabangan bronkus 1.
1

Kanker paru mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari
luar paru (metastasis tumor di paru)2. Keganasan di paru dapat berasal dari saluran
pernapasan itu sendiri, baik itu berasal dari sel-sel bronkus atau alveolus ataupun dari selsel yang memproduksi mukus yang mengalami degenerasi maligna, atau dari jaringan di
luar saluran pernapasan.. Kanker paru merupakan diagnosis kanker tersering di dunia ini,
dan merupakan penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. 2
Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik
regional dan tempat lain pada saat di diagnosis. Sebagai akibat, angka survival pasien
kanker paru adalah rendah. Bukti-bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk
timbul ditempat jaringan parut sebelumnya (tuberculosis, fibrosis) dalam paru. Sebagian
besar kanker paru berasal dari sel-sel di dalam paru; tetapi kanker paru bisa juga berasal
dari kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru. Kanker paru merupakan
kanker yang paling sering terjadi, baik pada pria maupun wanita.2
Melakukan suatu pemeriksaan radiologis dada adalah langkah pertama jika pasien
melaporkan gejala-gejala yang menimbulkan kecurigaan akan adanya suatu kanker paru.
Pemeriksaan ini mungkin mengungkapkan adanya massa yang jelas, pelebaran
mediastinum (sugestif dari penyebaran ke limfonodus yang ada di sana), atelektasis
(kolaps), konsolidasi (pneumonia), atau efusi pleura. Jika tidak ada temuan radiografi tapi
kecurigaan akan adanya kanker tinggi (seperti perokok berat dengan sputum bercampur
darah), bronkoskopi dan/atau CT-Scan mungkin menyediakan informasi yang
dibutuhkan. Bronkoskopi atau biopsi yang dipandu CT-Scan sering digunakan untuk
mengidentifikasi tipe tumor temuan abnormal.2,3
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Paru-paru adalah organ pada system pernapasan (respirasi) dan berhubungan
dengan system peredaran darah (sirkulasi). Fungsinya adalah menukar oksigen dari udara
dengan karbon dioksida dari darah. Paru-paru terdiri dari organ-organ yang sangat
kompleks. Bernapas terutama digerakkan oleh otot diafragma (otot yang terletak antara
dada dan perut). Saat menghirup udara, otot diafragma akan mengerut, ruang yang

menampung paru-paru akan meluas. Begitu pula sebaliknya, saat menghembuskan udara,
diafragma akan mengembang dan paru-paru akan mengempis mengeluarkan udara.3
Akibatnya, udara terhirup masuk dan terdorong keluar paru-paru melalui trakea
dan tube bronchial atau bronchi, yang bercabang-cabang dan ujungnya merupakan
alveoli, yakni kantung-kantung kecil yang dikelilingi kapiler yang berisi darah. Di sini
oksigen dari udara berdifusi ke dalam darah, dan kemudian dibawa oleh hemoglobin. 3
Selama hidup paru kanan dan kiri lunak dan berbentuk seperti spons dan sangat
elastis. Jika rongga thorax dibuka volume paru akan segera mengecil sampai 1/3 atau
kurang. Paru-paru terletak di samping kanan dan kiri mediastinum. Paru satu dengan
yang lain dipisahkan oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar serta struktur lain di
dalam mediastinum. Masing-masing paru berbentuk kerucut dan diliputi oleh pleura
visceralis, dan terdapat bebas di dalam cavitas pleuralis masing-masing, hanya dilekatkan
pada mediastinum oleh radix pulmonalis. 3
Setiap paru-paru memiliki 3,4 :
a. Apeks : tumpul, menonjol ke atas ke dalam leher sekitar 2,5cm di atas clavicula
b.
Permukaan costo-vertebral : menempel pada bagian dalam dinding dada
c. Permukaan mediastinal : menempel pada pericardium dan jantung
d. Basis pulmonis : terletak pada diafragma
Batas-batas paru 3 :
a.
b.
c.
d.

Apeks : atas paru (atas costae) sampai dengan di atas clavicula


Atas : dari clavicula sampai dengan costae II depan
Tengah : dari costae II sampai dengan costae IV
Bawah : dari costae IV sampai dengan diafragma

1. Pulmo Dekstra/ Paru-paru Kanan


Pulmo dekstra sedikit lebih besar dari pulmo sinister dan dibagi oleh fissura
obliqua dan fissura horizontalis pulmonis dexter menjadi tiga lobus : lobus superior,
lobus medius, dan lobus inferior. Fissura oblique berjalan dari pinggir inferior ke atas
dan ke belakang menyilang permukaan medial dan costalis sampai memotong pinggir
posterior sekitar 6,25cm di bawah apex pulmonis. Fissura horizontalis berjalan
horizontal menyilang permukaan costalis setinggi cartilage costalis IV dan bertemu
3

dengan fissure obliqua pada linea axillaris media.Pulmo dexter mempunyai sepuluh
segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus
medial, dan tiga buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini terbagi lagi
menjadi belahan-belahan yang bernama lobules. 1,2,3
Diantara lobules satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah, getah bening, dan saraf. Dalam tiap lobules terdapat sebuah
bronkeolus. Di dalam lobules, bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus
alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,20,3mm.
Segmen pulmo dexter :
a. Lobus superior :
- Segmen apicale
- Segmen posterior
- Segmen anterior
b. Lobus medius :
- Segmen lateral
- Segmen medial
c. Lobus inferior :
- Segmen apicobasal
- Segmen mediobasal
- Segmen anterobasal
- Segmen laterobasal
- Segmen posterobasal
Hilus pulmonalis dexter terdiri dari :
a.
b.
c.
d.

A. pulmonalis dextra
Bronchus principales dextra : bronchus lobaris superior, medius dan inferior
Vv. Pulmonalis dextra
Nodule lymphodeus

2. Pulmo Sinistra/ Paru-Paru Kiri


Pulmo sinister dibagi oleh fissure oblique dengan cara yang sama menjadi dua
lobus : lobus superior dan lobus inferior. Pada pulmo sinister tidak ada fissure
horizontalis. 1,2
Segmen pulmo sinister :
a. Lobus superior :
- Segmen apicoposterior
4

Segmen anterior
Segmen lingual superior
Segmen lingual inferior

b. Lobus inferior :
- Segmen apicobasal
- Segmen antero medial basal
- Segmen laterobasal
- Segmen posterobasal
Hilus pulmo sinister :
a.
b.
c.
d.

A. pulmonalis sinistra
Bronchus principales sinistra
Vv. Pumonalis sinistra
Noduli lymphoideus

Pada pulmo sinister terdapat incisura cardiac yang merupakan lengkung untuk jantung
(cardiac notch) dan impression cardiac yang lebih besar, karena 2/3 jantung terletak di pulmo
sinistra. 1,2

Ga
mbar 1. Lobus Paru Dextra dan Sinistra ( Sumber : Kepustakaan No.2)

Gambar 2. Segmen Paru Dextra dan Sinistra (Sumber : Kepustakaan No. 2)

Gambar 3. Batas-batas Paru (Sumber : Kepustakaan No. 2)

Gambar 4. Hilus Paru (Sumber Kepustakaan No. 3)

Gambar 5. Gambaran Radiologi Paru Normal (Sumber Kepustakaan No. 4)

C. DEFENISI TUMOR PARU


Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang
abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga
dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC (Small Cell Lung
Cancer)

dan

NSLC

(Non

Small

Cell

Lung

Cancer/Karsinoma

Skuamosa,

adenokarsinoma, karsinoma sel besar). 1,2,3


Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
napas. Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker
paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang
terkena kanker. Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru.

Kanker paru

merupakan abnormalitas dari sel sel yang mengalami proliferasi dalam paru. 5

D. ETIOPATOGENESIS

Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker
paru6:
1. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari)
dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai
kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang
perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali
ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon
karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada
kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Radiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru)
berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga
merupakan agen etiologi operatif. 6
3. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru
paru hematite) dan orang orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat
juga mengalami peningkatan insiden. 6
4. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari
pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari
industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. 6,7
5. Genetik.
Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.
Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam
genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara
10

menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/inS) sebagian susunan pasangan


basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis
(mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell death). Perubahan
tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah
menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian
kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran
kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya. 6,7
6. Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. 6
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan
adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan
displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia
menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung
pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu
cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus
dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi. 7
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur struktur
terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka. 7
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan,
faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya
tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation
yang merangasang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan
yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor. 7,8
Inisiasi agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang
berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik
(DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan

11

berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama


mingguan sampai tahunan. 8
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan.
Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa).
Karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan
adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan
napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama
bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang
bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat
cepat sehingga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan
adenokar. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya di
dalam rongga dada atau toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan sel ini
lambat. 8
E. KLASIFIKASI
1. Tumor jinak paru
Tumor jinak paru jarang dijumpai, hanya sekitar 2% dari seluruh tumor paru,
biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan rutin, karena tumor jinak jarang
memberikan keluhan dan tumbuh lambat sekali. Tumor jinak paru yang sering dijumpai
adalah hamartoma. Jenis tumor jinak lain yang lebih jarang dijumpai adalah fibroma,
kondroma, lipoma, hemangioma, tumor neurogenik, papiloma, leiomiofibroma, dan lainlain. 9
1. Hamartoma
Hamartoma merupakan tumor jinak paru yang pertambahan besarnya berlangsung
dengan sangat lambat. Tumor ini jarang didapati pada anak-anak, biasanya di atas umur
40 tahun. Sebagian besar (90%0 ditemukan di perifer paru dan sebagian lagi di sentral
(endobronkial) dan sering terdapat di beberapa bagian paru (multiple).
Bentuk tumor bulat atau bergelombang (globulated) dengan batas yang tegas.
Biasanya ukuran kurang dari 4cm dan sering mengandung kalsifikasi berbentuk bercakbercak garis atau gambaran pop corn. Kalsifikasi ini akan bertambah dengan bertambah
besarnya tumor. Pembentukan kavitas tidak pernah terjadi. 9

12

Gambar 6. Hamartoma ( Sumber: Kepustakaan No. 5


2. Kista Paru
Terbentuknya kista paru merupakan hiperinflasi udara ke dalam parenkim paru
melalui suatu celah berupa klep akibat suatu peradangan kronis. Kista paru dapat pula
disebabkan kelainan kongenital yang secara radiologik tidak dapat dibedakan dengan
kista paru didapat (akibat peradangan). Gambaran radiologik memberi bayangan bulat
berdinding tipis dengan ukuran bervariasi. Bila kista paru lebih dari satu dan tersebar di
kedua paru dikenal sebagai paru polikistik. 8,9

Gambar 7. Kista Paru ( Sumber : Kepustakaan No. 5


2. Tumor Ganas Paru
13

Semua keganasan mengenai paru, baik berasal dari paru sendiri maupun dari
tempat lain yang bermetastasis ke paru. 9
1.
Klasifikasi tumor ganas paru menurut Leebow adalah :
Tumor ganas epitelial (Primary malignant epithelial tumours)
a. Karsinoma bronkogen
1) Epidermoid (squamous cell ca) : 45-60%.
2) Adenokarsinoma : 15%.
3) Karsinoma anaplastik : 30%.
4) Campuran (mixed).
b. Karsinoma bronkiolar (Alveolar cell carsinoma/Pulmonary adenomatosis)
c. Adenoma bronkial

2. Sarkoma
a. Differentiated spindle cell sarcoma
b. Differentiated sarcoma
c. Limfosarkoma primer
3. Mixed epithelial and sarcomatous tumor (Carcinosarcoma)
4. Neoplasma asal sistem retikuloendotelial (RES) dalam paru
5. Metastasis pada paru
Kategori Lama :
1. Ca paru epidermoid (squamous cell lung cancer): sel kanker mirip epitel saluran
penapasan atas
2. Ca paru adeno-karsinoma (adeno-carcinoma of the lung): sel kanker mirip sel
kelenjar mukus paru
3. Ca paru dengan sel-sel berdiferensiasi rendah
- Ca paru dengan sel-sel besar (large cell lung cancer)
- Ca paru dengan sel-sel kecil (small cell lung cancer)
Kategori Baru :
1. Ca Paru jenis Sel Kecil (Small Cell Lung Cancer / SCLC)
2. Ca Paru Bukan Sel Kecil (Non Small Cell Lung Cancer / NSCLC)
Klasifikasi Primer
: Tumor paru yang metastase ke otak, tulang dan hepar
Klasifikasi Sekunder : berasal dari Ca mammae, Ca cervix & korpus uteri, testis, hati,
usus, tulang, tiroid.
Klasifikasi berdasarkan Tumor paru bentuk khas :
1. Carsinoma insitu : Tumor yang masih terbatas pada mukosa

bronkus, belum

menembus membrana basalis.


2. Pancoast tumor : Pancoast tumor adalah suatu tumor ganas primer pada paru berupa
suatu perselubungan atau massa yang terletak pada apeks paru yang dapat menekan
14

pleksus brakialis sehingga menyebabkan rasa sakit pada bahu, lengan dan
menyebabkan Sindrom Horner karena menekan saraf simpatis.
Sebagian besar (45-60%) tumor ganas paru termasuk karsinoma bronkogen
adalah jenis epidermoid. Agaknya insiden karsinoma paru mempunyai kecenderungan
meningkat, mungkin berhubungan dengan meningkatnya polusi udara dan mental stress
yang sering dihubung-hubungkan. Salah satu pendekatan diagnosis dini adalah
pemeriksaan radiologik. 9
Dikatakan karsinoma epidermoid ditemukan terutama pada laki-laki dengan rasio
10-20 banding 1 dengan golongan umur terbanyak pada 60 tahun. Karsinoma epidermoid
dapat mengalami nekrosis dan membentuk kavitas; tumor ini dapat menjalar melalui
hematogen pada stadium lanjut. 9,10
Adenokarsinoma lebih sering ditemukan pada wanita dan letaknya sering di
perifer paru, kadang-kadang di sentral, perkembangan jenis tumor ini cepat dan cepat
bermetastasis melalui hematogen atau limfogen. 9,10
Karsinoma anaplastik sering ditemukan sentral dengan pembesaran kelenjar hilus
dan metastasis melalui saluran limfe, oleh karena itu sering dianggap suatu
limfosarkoma. Jenis ini jarang mengalami nekrosis dan membentuk kavitas.
Karsinoma sel alveolar bersifat multilokal tetapi beberapa penyelidik menganggap
fokus tunggal (single focus) dengan cepat menjalar secara limfogen. 10
Ada 2 bentuk yaitu :
1. Bentuk noduler
2. Bentuk difus yang secara radiologik menyerupai konsolidasi pneumonia
Adenoma bronkial digolongkan ke dalam tumor ganas karena bermetastasis
secara limfogen, tetapi prognosisnya lebih baik dibanding tumor ganas paru lain
meskipun pada operasi sudah ditemukan metastasis ke kelenjar hilus. Tumor ini terjadi
pada umur relatif muda dan frekuensi pada wanita lebih daripada laki-laki (five years
survival rate 90% atau lebih).

F. DIAGNOSIS
1. Manifestasi Klinis: 11
15

a. Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari 3
minggu
b. Batuk darah
c. Sesak napas
d. Suara serak
e. Nyeri dada yang persisten
f. Sulit / sakit menelan
g. Benjolan di pangkal leher
h. Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri
yang hebat.
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah keluhan akibat metastasis di luar paru,
seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah
tulang. Ada pula keluhan yang tidak khas seperti :

Berat badan berkurang

Nafsu makan hilang

Demam hilang timbul

Sindrom paraneoplastik, seperti hypertrophic pulmonary osteoartheopathy, trombosis


vena perifer dan neuropatia.
Keluhan ringan terjadi pada mereka yang masih dalam stage dini yaitu stage I dan II.

Data di Indonesia maupun laporan negara maju kebanyakan kasus kanker paru terdiagnosis
ketika penyakit telah berada pada stage lanjut (stage III dan IV).
Melakukan suatu pemeriksaan radiologis dada adalah langkah pertama jika pasien
melaporkan gejala-gejala yang menimbulkan kecurigaan akan adanya suatu kanker paru.
Pemeriksaan ini mungkin mengungkapkan adanya massa yang jelas, pelebaran mediastinum
(sugestif dari penyebaran ke limfonodus yang ada di sana), atelektasis (kolaps), konsolidasi
(pneumonia), atau efusi pleura. Jika tidak ada temuan radiografi tapi kecurigaan akan adanya
kanker tinggi (seperti perokok berat dengan sputum bercampur darah), bronkoskopi dan/atau
CT-Scan mungkin menyediakan informasi yang dibutuhkan. Bronkoskopi atau biopsi yang
dipandu CT-Scan sering digunakan untuk mengidentifikasi tipe tumor temuan abnormal. 11
2. Pemeriksaan 11
16

a. Foto Thorax dapat mendeteksi 61 % tumor paru. Pada kanker paru, pemeriksaan
foto rontgen dada ulang diperlukan juga untuk menilai doubling time-nya.
Kebanyakan kanker paru mempunyai doubling time antara 37 465 hari. Bila
doubling time > 18 bulan, berarti tumor benigna. Tanda-tanda tumor benigna
lainnya adalah lesi berbentuk bulat konsentris, solid, dan adanya kalsifikasi yang
tegas. Pemeriksaan foto rontgent dada dengan cara tomografi lebih akurat
menunjang kemungkinan adanya tumor paru, bila dengan cara foto dada biasa
tidak dapat memastikan keberadaan tumor.

Gambar 8. Tumor Paru (Sumber: Kepustakaan No. 5)

Gambar 9. Golden S Sign pada Ca Bronchogen (Sumber Kepustakaan No. 5)


Golden S Sign pertama kali ditemukan oleh Golden sejak tahun 1925, pada pasien
dengan Carsinoma Bronchogen. Golden S Sign dapat terlihat pada foto thoraks PA
maupun CT Scan. Dinamakan Golden S Sign karena bentuknya menyerupai huruf S

17

terbalik, dengan bagian proksimal atau medial dari fissura minor convex kearah superior,
dan bagian distal atau lateral fissura minor kea rah inferior.

Gambar 10. Gambaran Pancoast Tumor ( Sumber Kepustakaan No. 5 )


Pada foto torak posisi PA diatas terlihat massa tumor di daerah apex paru kiri
berupa suatu perselubungan radioopak, dan terlihat destruksi iga 2 dan 3. Kombinasi dari
terdapatnya massa di daerah apex paru dan adanya destruksi iga adalah karakteristik
pancoast tumor.

Gambar 11. Gambaran USG Tumor Paru


Pemeriksaan CT scan pada toraks lebih sensitif daripada pemeriksaan foto dada
biasa, karena bias mendeteksi kelainan atau nodul dengan diameter minimal 3 mm,
walaupun positif palsu untuk kelainan sebesar itu mencapai 25 60 %. Bila fasilitas ini
18

memungkinkan, pemeriksaan CT scan dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining


kedua setelah foto dada biasa.

Gambar 12. CT-Scan

Tumor Paru
( Sumber : Kepustakaan No.5)

MRI tidak rutin digunakan untuk penjajakan pasien kanker paru. Pada keadaan
khusus, MRI dapat digunakan untuk mendeteksi area yang sulit diinterpretasikan pada
CT scan toraks seperti diafragma atau bagian apeks paru (untuk mengevaluasi
keterlibatan pleksus brakial atau invasi ke vertebra).
MRI sangat akurat dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya dalam menilai
invasi Pancoast tumor pada dinding dada dan pleksus brakialis, memeriksa struktur
pembuluh darah, bahkan anatomi apeks paru dapat terlihat lebih bagus dengan MRI
karena saraf dari pleksus brachialis dan pembuluh darah bertemu pada apeks paru.

Gambar
12.
Gambaran MRI Tumor Paru ( Sumber Kepustakaan No. 8 )

19

Gambar

13. Gambaran PET

Tumor

Paru ( Sumber

Kepustakaan No. 8)
b. Arteriogram/venogram
Arteriogram atau venogram merupakan foto x-ray yang diambil setelah
menyuntikkan zat opaque (non transparan) ke dalam pembuluh darah.
Arteriogram atau venogram hanya dipakai bila tumor telah menginvasi arteri
atau vena dibawah klavikula, dan kejadian ini sangat jarang.12
c. Bronkoskopi adalah pemeriksaan visual dari cabang-cabang tenggorokan dan
paru-paru yang dilakukan oleh spesialis penyakit paru dengan menggunakan
ruang lingkup yang fleksibel. Bronkoskopi menggunakan sikat kecil untuk
mengumpulkan sel-sel dari lapisan jaringan sistem pernafasan, bilasan dari
jaringan pernapasan untuk analisis sel, dan biopsi (pengangkatan dan pemeriksaan
dalam jumlah kecil jaringan). Jika bronkoskopi masih unrevealing, atau "negatif,"
jarum biopsi dapat dilakukan. 12

20

Gambar 14. Bronkoskopi

( Sumber: Kepustakaan
No. 10 )

d. Patologi anatomi
Biopsi (mengambil sel-sel tumor untuk diperiksa di bawah mikroskop).
Berdasarkan hasil biopsi, dokter dapat menentukan diagnosis pada 95% pasien
berdasarkan hasil biopsi jarum halus, begitupun dengan bimbingan fluoroskopi
atau dengan bimbingan CT scan.12

Gambar 15. Sel squamosa pada apex paru (Pulmonary Pathology),


(Sumber: Kepustakaan No. 10)
e. Biopsi jarum, dengan panduan CT, dapat dilakukan pada area yang
mencurigakan pada paru-paru atau pleura. Aspirasi jarum halus (FNA)
menggunakan jarum, ramping berongga yang melekat pada jarum suntik. Jarum
dimasukkan ke dalam massa mencurigakan dan itu mendorong maju mundur
untuk membebaskan beberapa sel, yang disedot (dibuat) ke dalam jarum suntik
dan yang dioleskan pada slide kaca untuk analisis. jarum besar, atau biopsi inti,
21

menggunakan besar lubang jarum untuk mendapatkan sampel jaringan untuk


analisis. 12
f. Bone scan juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan kecurigaan metastasis ke
tulang. Metastasis adalah proses dimana sel-sel kanker melepaskan diri dari
perjalanan, tumor asli, dan tumbuh dalam bagian tubuh lainnya. 12

G. DIFERENSIAL DIAGNOSIS 13
Pemeriksaan radiologik untuk mencari tumor ganas bermacam-macam antara lain
bronkografi invasif, CT-Scan dengan pesawat yang canggih, tetapi pemeriksaan
radiologik konvesional (toraks PA, lateral, fluoroskopi) masih tetap mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi, meskipun kadang-kadang tumor itu sendiri tidak terlihat tetapi
kelainan sebagai akibat adanya tumor akan sangat dicurigai ke arah keganasan, misalnya
kelainan emfisema setempat, atelektasis, peradangan sebagai komplikasi tumor atau
akibat bronkus terjepit dan pembesaran kelenjar hilus yang unilateral. Efusi pleura yang
progresif dan elevasi diafragma (paralisis nervus frenikus) juga perlu dipertimbangkan
sebagai akibat tumor ganas paru).
1. Atelektasis
Gambaran perselubungan padat akibat hilangnya aerasi yang disebabkan
sumbatan bronkus oleh tumor, dapat terjadi secara segmental, lobaris, atau seluruh
hemitoraks. Gambaran atelektasis yang disebabkan oleh penyumpatan bronkus
lainnya. 3

Gambar 16.
Kepustakaan No. 10)
2. Pembesaran
Suatu

Atelektasis (Sumber :
hilus unilateral
perbedaan besar hilus antara

kedua hilus atau perbedaan besar hilus dengan foto-foto sebelumnya perlu
dicurigai adanya suatu tumor dan perlu penelitian bronkus dengan tomografi atau
bronkoskopi. 3
22

Gambar 17.
( Sumber:

Pembesaran hilus unilateral


Kepustakaan No. 10

3. Kavitas atau
abses yang soliter
Suatu kavitas soliter dengan tanda infeksi yang tidak berarti terutama pada
orang berusia lanjut, perlu dipikirkan suatu karsinoma bronkogen jenis
epidermoid. Biasanya dinding kavitas tebal dan irregular. 3

Gambar 18. Foto Thorax


cavitas dengan air-fluid
karakteristik dari abses paru.

Posisi Lateral, tampak adanya


level yang merupakan
( Sumber: Kepustakaan No.

10)
4. Pneumonitis yang sukar sembuh
Peradangan paru sering disebabkan aerasi tidak sempurna akibat sumbatan
sebagian bronkus dan pengobatan dengan antibiotik umumnya tidak memberikan
hasil yang sempurna atau berulang kembali peradangannya. Sering setelah
peradangan berkurang, di daerah peradangan berkurang, di daerah peradangan
terlihat gambaran massa yang sangat dicurigai sebagai keganasan paru. 3
5. Efusi pleura
Adanya gambaran cairan dalam rongga pleura yang cepat bertambah
(progresif) atau bersamaan ditemukan bayangan massa dalam paru, perlu
dipertimbangkan suatu keganasan paru yang sudah bermetastasis ke pleura.
Biasanya cairan pleura tersebut terdiri atas cairan darah. 3
23

Gambar
pleura

19.

Efusi

(Sumber:

Kepustakaan No. 10

H. PENATALAKSANAAN 14
Tujuan pengobatan tumor paru:
1. Kuratif:
Menyembuhkan atau memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka
harapan hidup pasien
2. Paliatif:
Mengurangi dampak kanker dan meningkatkan kualitas hidup
3. Rawat Rumah (Hospice Care) pada kasus terminal:
Mengurangi dampak fisik maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga
4. Suportif
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif, dan terminal seperti pemberian nutrisi,
transfusi darah dan komponen darah, growth factor, obat anti nyeri, dan obat anti
infeksi
1. Pembedahan
Pada kasus karsinoma bronkogenik, pembedahan dapat sebagai terapi kuratif
maupun paliatif. Setiap kasus dengan karsinoma bronkogenik yang akan dilakukan
pembedahan kuratif, harus ditentukan stadium pra bedah. Pembedahan hanya dilakukan
pada penderita kanker paru stadium I, II, dan III-a tanpa IV-2. Status faal paru penderita,
serta syarat-syarat operasi besar lainnya dikerjakan pada pra bedah. Dari faal paru pra
bedah, bila FEV1 penderita 60% nilai predicted dan VC 50% atau diatas 1,7 L,

24

umumnya penderita tahan terhadap tindakan pneumectomi. Bila FEV1 kurang dari 40%
nilai predicted risiko terjadi gagal napas besar.14
2. Radiasi
Radioterapi pada kanker paru dapat bersifat terapi kuratif atau paliatif. Pada terapi
kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neo adjuvan untuk stadium III A.
Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk meringankan
keluhan penderita, seperti sindrom vena kava superior, nyeri tulang akibat invasi tumor
ke dinding dada & metastasis tumor di tulang atau otak. Dosis radiasi yang diberikan
secara umum adalah 5000-6000 cGy, dengan cara pemberian 200 cGy/kali, 5 hari
seminggu. 14
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis kanker paru. Syarat utama harus
ditentukan jenis histologis dan tampilan (performance status) yang harus lebih dari dosis
skala Karnofsky atau mempunyai nilai 2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan
dengan menggunakan satu jenis obat anti kanker atau kombinasi beberapa jenis obat
dalam sebuah regimen kemoterapi. Berdasar konsensus PDPI yang telah disepakati,
prinsip pemilihan jenis panduan obat anti kanker adalah: (1) Platinum based therapy
(sisplatin atau karboplatin); (2)Respon obyektif satu obat anti kanker > 15%; (3)
Toksisitas obat tidak lebih dari grade 3 skala WHO; (4) Harus dihentikan atau diganti
bila setelah pemberian 2 siklus pada penilaian terjadi tumor progresif. 14
I. PROGNOSIS 14
1. Small Cell Lung Cancer (SCLC)
a. Dengan adanya perubahan terapi dalam 15-20 tahun belakangan ini kemungkinan
hidup rata-rata yang tadinya < 3 bulan meningkat menjadi 1 tahun.
b. Pada kelompok Limited Disease kemungkinan hidup rata-rata naik menjadi 1-2
tahun, sedangkan 20% daripadanya tetap hidup dalam 2 tahun.
c. 30% meninggal karena komplikasi lokal dari tumor
d. 70% meninggal karena karsinomatosis
e. 50% bermetastasis ke otak (autopsi)
2. Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
a. Yang terpenting pada prognosis kanker paru ini adalah menentukan stadium dari
penyakit
25

b. Dibandingkan dengan jenis lain dari NSCLC, karsinoma skuamosa tidaklah seburuk
yang lainnya. Pada pasien yang dilakukan tindakan bedah, kemungkinan hidup 5
tahun setelah operasi adalah 30%.
c. Survival setelah tindakan bedah, 70% pada occult carcinoma ;35-40% pada stadium
I ; 10-15% pada stadium II dan kurang dari 10% pada stadium III
d. 75% karsinoma skuamosa meninggal akibat komplikasi torakal, 25% karena ekstra
torakal, 2% di antaranya meninggal karena gangguan sistem saraf sentral.
e. 40% adenokarsinoma dan karsinoma sel besar meninggal akibat komplikasi torakal,
55% karena ekstra torakal.
f. 15% adenokarsinoma dan karsinoma sel besar bermetastasis ke otak dan 8-9%
meninggal karena kelainan sistem saraf sentral.
g. Kemungkinan hidup rata-rata pasien tumor metastasis bervariasi, dari 6 bulan
sampai dengan 1 tahun, dimana hal ini sangat tergantung pada : performance status
(skala Karnofsky), luasnya penyakit, adanya penurunan berat badan dalam 6 bulan
terakhir.
J. KAJIAN ISLAM
Wawasan Islam tentang kesehatan fisik dapat ditemukan melalui konsepnya
tentang kebersihan dan gizi (larangan makanan dan minuman yang tidak baik, perintah
memakan makanan dan minuman yang halal lagi bergizi). Sementara, penjelasannya
tentang kesehatan psikologis dapat ditemukan ilustrasinya dalam konsep Islam tentang
penyakit hati dan perintah makan makanan yang halal. Pertama, penjelasan Islam tentang
kebersihan tercermin dalam perintah berwudhu sebelum salat, mencuci tangan sebelum
makan, menggosok gigi, dan lain sebagainya. Kedua, larangan memakan makanan atau
meminum minuman yang haram dan tidak thayyib (baik) dapat dicermati penjelasannya
dalam Q.S. al-Baqarah, 2: 172-173, al-Maidah, 5: 90, dan al-Araf, 7: 30.
Dalam Q.S. Abasa, 80: 24, Allah kembali meminta perhatian manusia melalui
firmanNya:



Hendaklah manusia memperhatikan makanannya.

26

Lebih jauh, Islam mengemukakan secara rinci dan gamblang jenis-jenis makanan
dan minuman yang baik untuk dikonsumsi manusia karena pengaruh positif dalam
meningkatkan kualitas kesehatannya. Di antaranya Al-Quran menguraikan jenis makanan
seperti daging, ikan, tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Dalam ayat-ayat yang berbicara
tentang minuman, ditemukan jenis-jenis minuman yang bergizi, antara lain susu, madu, dan
air.
Itulah prinsip-prinsip umum yang dicetuskan Islam tentang kesehatan. Akan
tetapi, tulisan ini hanya akan menfokuskan diri pada hak-hak kesehatan perempuan dalam
Islam. Di samping akan dikemukakan perlunya perlakuan khusus bagi kaum perempuan
yang berada pada posisi sulit untuk mendapatkan kehidupan yang sehat karena beberapa
alasan. Antara lain kemiskinan, tinggal di daerah terpencil, dan kurangnya akses informasi.

Ruang Lingkup Kesehatan dalam Fiqih Islam


Ada 2 (dua) istilah yang digunakan Islam untuk menunjuk kepada kesehatan,
yaitu istilah shihhah dan fiah. Bahkan dalam banyak hadits ditemukan banyak doa yang
mengandung permohonan fiah di samping shihhah. Apa perbedaan makna kedua kata
ini? Secara gramatikal kata shihhah lebih bersifat fisik-biologis, sementara makna fiah
merupakan kesehatan yang bersifat mental-psikologis. Tangan yang sehat adalah mata yang
dapat memandang atau melihat benda-benda empiris. Sedangkan mata yang fiah adalah
mata yang hanya melihat hal-hal yang mubah dan bermanfaat. Orang yang sehat adalah
orang yang memiliki kondisi tubuh yang segar, normal, dan seluruh anggota badannya
dapat bekerja dengan baik. Sedangkan orang yang fiah adalah orang yang memiliki
ketenangan batin atau jiwa. Maknanya lebih berorientasi psikologis. Kesimpulan ini
diperkuat oleh redaksi Al-Quran sendiri yang menyebut perintah makan sebanyak 27 kali
dalam berbagai bentuk dan konteksnya dengan senantiasa menekankan salah satu dari dua
sifat halal dan thayyib (baik dan bergizi). Bahkan terdapat 4 ayat yang menggabungkan
keduanya.
Dengan demikian, maka kesehatan yang dimaksud Islam adalah kesehatan fisikbiologis sekaligus kesehatan mental-psikologis. Dalam perspekif Ilmu kesehatan, dikenal
27

juga ada beberapa bentuk kesehatan. Di antaranya kesehatan fisiologis, psikologis, dan
sosial/ masyarakat. Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) merumuskan kesehatan
sebagai ketahanan jasmaniah, ruhaniah, dan sosial yang dimiliki manusia sebagai karunia
Allah SWT yang wajib disyukuri dengan cara mengamalkan, memelihara, dan
mengembangkannya. Ada banyak dalil yang mengilustrasikan sekaligus menegaskan
tentang kebutuhan manusia kepada ketiga bentuk kesehatan di atas.
Berkaitan dengan kesehatan fisik Allah SWT berfirman:

Allah senang kepada orang yang bertaubat dan suka membersihkan diri. (QS al-Baqarah, 2:
222)

K. KESIMPULAN
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel sel yang mengalami proliferasi dalam
paru (Underwood, Patologi, 2000).
Penyebab tumor paru yakni dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/
sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,
hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia
dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi
langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah
satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus
dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.

28

DAFTAR PUSTAKA
1. Wilson, Loraine M. Tumor Ganas Paru-Paru dalam Patofisiologi Konsep KliniS ProsesProses Penyakit. Ed.4 Jakarta : EGC, 1995. Hal: 100-10
2. Jusuf, Anwar dkk. Perhimpunan dokter paru indonesia dan perhimpunan onkologi
indonesia. Kanker paru: jenis karsinoma bukan sel kecil. Pedoman nasional untuk
diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2005. Hal: 25-9
3. Sjahriar Rasad. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Badan Penerbit FKUI. Jakarta.
2011.Hal: 30-5
4. Price, Sylvia. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC. 2004.
Hal: 205-11
5. Underwood, J.C.E, Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, EGC, Jakarta. 1999. Hal:
201-11
6. Suyono, Slamet, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta. 2001 Hal: 1120-25
7. Ferlay J, Bray F, Pisani P and Parkin DM. GLOBOCAN 2002: Cancer Incidence,
Mortality and Prevalence Worldwide. IARC CancerBase No. 5, Version 2.0, Lyon: IARC
Press, 2004. Dapat di tinjau di :http://www.aafp.org/afp/2007/1001/p987.html
8. Amin Zulkifli, Bahar Asril, Tumor paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II,
Edisi Ketiga, Penerbit FKUI, Jakarta, 2001.Boyle P and Ferlay J, Cancer incidence and
mortality in Europe, 2004. Annal Oncol (2005)Hal:16;481

29

9. Anonim, 2006, Kanker Pembunuh Nomor Satu, Info Aktual, Koran media Indonesia,
No.9204/Tahun XXXVI
10. Amin, Zulkifli. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo, Aru W dkk. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: Departemen ilmu penyakit dalam FKUI. 2006. Hal.
1005-11
11. Respiratory Health Effects of Passive Smoking. Lung Cancer and Other Disorders,
Washington DC, US Environmental Protection Agency, 1992 Dapat di tinjau di
:http://www.aafp.org/afp/2007/1001/p987.html
12. Sweet David G, Carnielli Virgilio, Greisen Gorm, dkk, European Consensus Guidelines
Med 1992; 156:25-29.
13. Pershagen G, Akerblom G, Axelson O, Clavensjo B, Damber L, Desai G, Enflo
A, Lagarde F, Mellander H, Svartengren M, et al: Residential radon exposure and lung
cancer in Sweden. N Engl J Med 1994; 330:159-164.
14. National Research Council (NRC), Committee on Passive Smoking. Environmental

Tobacco Smoke: Measuring Exposures and Assessing Health Effects (1986) Dapat di
tinjau di :http://www.aafp.org/afp/2007/1001/p987.html

30

Anda mungkin juga menyukai