STUDI PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Kawasan Perbatasan
2.1.1 Pengertian Kawasan Perbatasan
Pengertian border (batas) seringkali diartikan sebagai batas dari
teritorial politik dan ruang tempat tinggal. Pada beberapa kasus, border
memiliki arti lebih luas lagi bagi kondisi politik dan ekonomi geografis
dengan kasus tertentu untuk membagi kekuasaan atas wilayah yang
berbatasan. Border area secara luas berkaitan dengan heterogenitas
spasial dalam istilah struktur ekonomi dan politik dengan terdiri atas dua
atau lebih kekuasaan.
Pengertian kawasan perbatasan dijelaskan secara formal dalam
beberapa undang-undang Indonesia. Dalam undang-undang No. 43 tahun
2008 tentang wilayah negara, kawasan perbatasan didefinisikan sebagai
bagian dari wilayah negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas
wilayah Indonesia dengan negara lain. Dalam hal batas wilayah negara di
darat, kawasan perbatasan berada di kecamatan. Adapun dalam undangundang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, kawasan perbatasan
didefinisikan sebagai wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan
demografis berbatasan dengan negara tetangga atau laut lepas. Kawasan
perbatasan negara meliputi kawasan perbatasan daratan dan kawasan
perbatsan laut termasuk pulau-pulau kecil terluar.
Adapun ruang lingkup kawasan perbatasan secara lebih spesifik
dijabarkan dalam undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan
ruang dan PP No. 26 tahun 2008 tentang rencana tata ruang wilayah
nasional dimana kawasan perbatasan merupakan kawasan strategis
nasional dari sudut pandang pertahanan dan keamanan yang meliputi 10
Hal : II -1
kepentingan
pertahanan
batas
tersebut
seringkali
Artificial border, yaitu batas wilayah yang terdiri dari batas buatan
(batu, dinding), batas geometris (menggunakan batas koordinat
bumi), dan batas cultural/budaya (perbedaan budaya, etnis,
ideologi).
Hal : II -2
mendorong
pada
berkembangnya
aspek
pertumbuhan
pasar
global
yang
Hal : II -3
Hal : II -4
Type
Kawasan
Perbatasan
Hubungan
Ekonomi
Kerangka
Kerja
Institusi
Tipe
Jaringan
Perusahaan Infrastruktur
Migrasi
Perbedaan
Biaya
Tenaga
Kerja
Contoh
Kasus
Hal : II -5
Border
Regions
Cross
Border
Regions
Sedikit terjadi
dan dikontrol
dengan ketat
Saling
tergantung
sedikit
Individu atau
UKM
Kontrol
ketat
Sangat
tinggi
RussiaChinaKorea Utara
(Tumen)
Mendesak
Pembanguna Idem
namun hanya n secara
pada satu sisi spontan
Idem
Tinggi
ThailandChinaBurma-Laos
Makanisme
konsultatif
Kontrol
migrasi
(terhadap
turis dan
pelajar)
Tinggi
PolandiaJerman
Perusahaan
besar dan
UKM bergerak
dibidangnya,
adanya joint
venture
Bottlenecks
karena
kontrol
perbatasan
yang tidak
praktis
Consultative
planning,
kontrol
perbatasan
masih
penting
Semakin
Hongkongberkurang Shenzen
Trans
Border
Regions
Saling
Kelembagaan Perusahaan
menguntungkan yang
jaringan
kooperatif
(adanya
transfer dan
sharing
terhadap
teknologi)
Perencanaan Prosedur
Sedikit
infrastruktur yang
bahkan
yang terpadu mudah dan tidak ada
pergerakan
yang bebas
Uni Eropa
tersebut
mengupayakan
percepatan
Hal : II -6
Pusat
Kegiatan
Strategis
Nasional
(PKSN)
unruk
perkotaan
yang
berfungsi
sebagai
pintu
gerbang
Hal : II -7
cara peran serta masyarakat dalam penataan ruang telah tertuang dalam
Peraturan Pemerintah RI No. 68 tahun 2010 pasal 8.
Konsep kebijakan di wilayah perbatasan
pada
mempresentasikan
mengarah
program dan
komitmen
yang
saat
ini
paga
IMPLIKASI
PENTING
Economic
Complementary
Private Sector
Interest
ELEMEN
PENTING
Goverment
Intervention
Hal : II -8
Framework
institusi ini berguna sebagai transisi menuju fungsi formal dari cross
border development, dan mempromosikan serta mengolaborasikan
pembangunan dengan melihat faktor sosial dan lingkungan sebgai
bagian dari sustainabilitas pembangunan.
Beberapa penelitian mengindikasikan pentingnya elemen budaya
Cultural
terdapat
tiga
faktor
penting
dalam
kaitannya
dengan
Hal : II -9
dengan
bebepara
negara
yang
mempunyai
interest
ketidakjelasan
diantara
dari
negara-negara
komplementaritas
yang
terlibat;
ekonomi
secara
Hal : II -10
dekade
terakhir,
dikarenakan
kawasan
ini
seluruh
kawasan
Delta
Zhujiang.
Kawasan
ini
Senzhen
dikarenakan
transformasi
ekonomi
perencanaan
top-down
dapat
menghasilkan
ekonomi
dan
regional
disoroti
pada
upaya
Hal : II -11
transisis
ekonomi
yang
dilakukannya
serta
laos
namun
Thailand
belum
memiliki
program
dan
mendirikan
zona
perdagangan
bebas,
selatan
dan
barat
perbatasan
yang
tidak
dari
Badan
Investasi
Thailand,
namun
Hal : II -12
c. China-Vietnam
Pengembangan kawasan p;erbatasan Provinsi Guangxi dan
Quang
Ninh
sangat
menarik
karena
kawasan
ini
komersial
mendapatkan
keuntungan
dari
booming
Eropa
secara
kontras
merencanakan
integrasi
dan
Hal : II -13
Hal : II -14
b) Perekonomian Industri
Pada perekonomian ini terletak pada perkotaan modern yang
berperan penting adalah sektor industri. Ciri dari perekonomian
ini adalah tingkat produktivitas yang tinggi dan menjadi tempat
penampungan tenaga kerja yang di transfer sedikit demi sedikit
dari sektor subsisten. Dengan demikian perekonomian perkotaan
Hal : II -15
proses
pertumbuhan
berkesinambungan
(self-
dalam
tahapan
proses
perubahan
ekonomi
dari
negara
terhadap
dikompensasikan
oleh
konsumsi
bahan
peningkatan
makanan
permintaan
karena
terhadap
Hal : II -16
peningkatan
perdagangan
dalam
struktur
internasional
GNP
terjadi
yang
ada.
Di
juga
perubahan
sektor
yaitu
2.3.
Hal : II -17
ekonomi
daerah
adalah
suatu
proses
yang
mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industriindustri alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan
produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu
pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Dimana,
kesemuanya ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan
jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.
Pembangunan
ekonomi
oleh
beberapa
ekonom
dibedakan
PDRB/GNP
yang
berlaku
dalam
suatu
Ada
kondisi
yang
mempengaruhi
proses
perencanaan
Hal : II -18
mencapai
Hal : II -19
kota
yang
semakin
buruk
yang
dapat
meminimumkan
biaya
namun
memaksimalkan
banyak
digunakan
oleh
masyarakat.
Teori
ekonomi
yang
pembahasan
dalam
teori
ini,
dalam
upaya
peningkatan
Hal : II -20
tinggal
landas (take off), menuju kedewasaan (the drive maturity) dan masa
konsumsi tinggi (the age of high mass consumption).
2.4.3. Friedrich List
Menurut List, dalam bukunya yang berjudul Das Nationale der
Politispvhen Oekonomie (1840), sistem liberal yang
laizes-faire dapat
(Manufacturing),
perhatian
pada
perkembangan
Hal : II -21
2.5.
menggambarkan
hubungan
antara
perekonomian
daerah
dengan
dalam
menganalisis
perubahan
stuktur
ekonomi
daerah
Hal : II -22
tahun, tanpa batas umur maksimum. Tenaga kerja (manpower) dibagi pula
ke dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (laborforce) dan bukan
angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau
penduduk dalam usia yang bekerja, atau yang mempunyai pekerjaan
namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari
pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah
tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak
mempunyai
pekerjaan
dan
sedang
tidak
mencari
pekerjaan
(Dumairy,1996).
Selanjutnya, angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua subsektor
yaitu kelompok pekerja dan penganggur. Yang dimaksud pekerja adalah
orang-orang
yang
mempunyai
pekerjaan,
mencakup
orang
yang
Hal : II -23
merupakan
unsur
yang
paling
esensial
dalam
setiap
strategi
Garis batas
ini
Hal : II -24
Sintang,
Kabupaten
Kabupaten Kapuas
Hulu,
dan
Kabupaten
Bengkayang.
Delimitasi batas darat RIMalaysia yang sebagian besar berupa
watershed
(punggunggunung/bukit,
atau
garis
pemisah
air)
melalui
panitia
nasional
dan
panitia
teknis
survey
and
di Kalimantan
5 permasalahan berada di
sektor
antara Indonesia
dan
Malaysia,
Serawak), yaitu:
1
Kementerian
Nasional
Pengelola Perbatasan
Kabupaten/Kota di kawasan
Konsentrasi
Pengembangan
(WKP)
beberapa kecamatan di
(Lokpri). Kawasan
perbatasan,
tabel berikut.
Grand Design Kawasan Perbatasan
Kecamatan Jagoi Babang
Hal : II -25
Kabupaten
Kecamatan
Sambas
Bengkayang
Sanggau
Sintang
Kapuas Hulu
di
Kalimantan
Barat
bervariasi.
Dengan
20042009,
dapat
dilihat
tipologi perkembangan
ekonomi
satu Kabupaten
perekeonomiannya
Sanggau.
Hal
tergolong
ini
pada
kawasan
perbatasan yang
oleh
nilai
PDRB
Hal : II -26
yaitu
Kabupaten
Bengkayang,
tergolong
Satu
daerah
Barat
yang
menjadi
Wilayah
Tanaman
(3) Perikanan,
(4)
Perdagangan besar dan eceran; (5) Angkutan jalan raya; (6) Sewa
bangunan; dan (7) Jasa perorangan dan rumah tangga.
Kabupaten
Bengkayang
memiliki sektor
basis pada
(8)
Jasa sosial
Sintang
memiliki
Perkebunan;
(2)
sector
basis
Peternakan
pada
bidang :
dan hasilhasilnya;
(5)
Penggalian;
(6) Angkutan jalan raya; (7) Jasa sewa bangunan; dan (8) Jasa
social kemasyarakatan.
Grand Design Kawasan Perbatasan
Kecamatan Jagoi Babang
Hal : II -27
basis
pada
bidang:
dan
pertahanan;
(10)
Jasa
social
di
Provinsi
Kalimantan
Barat
yang
dimiliki kecamatan
perbatasan
sebagian
seperti
Kalimantan
Darat
(Dayak
dan
Melayu),
tersendiri
serta
dapat
menjadi
permasalahan
di kemudian
lain
pelaksanaan
social antar
penduduk
terlihat
adanya kerjasama
saling
membantu
mulai
dari
persiapan
Selain
itu
sampai
berdasarkan
Hal : II -28
inan diluar suku (seperti suku Dayak dengan Melayu, suku Jawa dengan
Melayu,
ini
dikarenakan mulai dari orang tuanya sudah lahir dan menetap di daerah
ini bertahuntahun lamanya, bahkan dikatakan sebagai kampong sendiri.
d. Kondisi Pertahanan dan Keamanan
Kawasan perbatasan di Kalimantan Barat RISerawak Malaysia
masih diwarnai oleh maraknya kegiatan illegal, seperti perdagangan
illegal,
penyelundupan
kayu,
pembalakan
merupakan
aktivitas
TKI illegal,
dan
liar,
illegal.
perdagangan yang
Perdagangan
dilakukan
tanpa
perdagangan
lintas
batas
illegal
skala
kecil
yang
tidak
(seperti
makanan
dan
minuman
kaleng,
barangbarang
Hal : II -29
prosedur bea cukai dan imigrasi (LIPI, 2008). Selain perdagangan lintas
batas illegal yang merupakan perdagangan skala kecil, di kawasan
perbatasan darat IndonesiaMalaysia juga banyak terjadi perdagangan
illegal skala besar yang tidak mengikuti aturan kepabeanan dan ekspor
impor, baik yang keluar dari atau masuk ke wilayah Indonesia. Hasil hutan
(kayu) merupakan komoditas perdagangan illegal dengan volume terbesar
di kawasan perbatasan Kalimantan Barat ke Malaysia.
Penyelundupan dan
yang
menghubungkan
wilayah kedua
negara yangtersebar di
Hampir
Hal : II -30
seperti banjir akibat kerusakan hutan dengan laju yang tinggi. Memgingat
besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan penyelundupan dan
perdagangan kayu illegal, perlu dilakukan upaya yang sungguhsungguh
untuk mencegahnya. Salah satu upaya yang mungkin dilakukan adalah
dengan
memperketat
penjagaan
dan
pengawasan
di
sepanjang
sesuai
dituntut
profesionalismenya
untuk
berlaku dan tidak mudah tergoda untuk bekerja sama dengan pelaku
kegiatan illegal.
Permasalahan lain yang
mudah
karena itu,
kawasan
perbatasan perlu didukung oleh kebijakan local yang bersifat lintas sector
untuk menangani persoalan TKI illegal mulai dari tahap rekrutmen,
pengiriman, dan pengembalian (deportasi) TKI dari negara tetangga.
Kebijakankebijakan
ditingkat
lokal
ini
juga
harus
itu,
daerah
perbatasan juga
perlu
didukung
aparat
Hal : II -31
dapat
mencegah
50 jalur jalan
setapak
yang
dan
prasarana
penunjang
seperti
alat
transportasi,
alat
Hal : II -32
2.9.
Isu-Isu Strategis
Belum disepakatinya
beberapa
segmen
batas
Negara
dengan
tuntas
disektor
Datu: Hasil
dengan
konvensi
London
1928;
(e)
Batu
Aum
Kondisi pilar batas negara yang terancam rusak, hilang dan bergeser.
Ancaman hilangnya sebagian wilayah RI di perbatasan Kalimantan
Barat dengan Malaysia Timur akibat rusaknya patok batas Negara
setidaknya kini menjadi 21 patok yang terdapat di Kecamatan Seluas,
kabupaten Bengkayang, memerlukan perhatian. Selain di Kabupaten
Bengkayang, kerusakan patokpatok batas juga terjadi di wilayah
Kabupaten Sintang dan Kapuas Hulu, masingmasing berjumlah tiga
dan lima patok.
Pos Lintas
Batas
(PLB)
di
pos
lintas
batas
legal
yang
disepakati
Hal : II -33
misalnya
di
Kalimantan
Barat
dengan
Adanya
potensi perselisihan
dengan negara
tetangga
terkait
peristiwa
yang
oleh
yang
sering
terjadi
adalah
penyelundupan
human/woman
(barang
trafficking,
6.
desadesa
perbatasan
menggunakan
fasilitas
pendidikan,
Hal : II -34
di
kawasan
tipologi
perekonomian
yang
relatif
Potensi
SDA,
berupa
tanaman
bahan
makanan,
tanaman
(c)
(d)
Kehutanan
(e)
di
Sanggau, Sintang,
dan
Kapuas Hulu;
dan
Kapuas
Sektor industri
pengolahan
belum
tumbuh
merata
dan
baru
2.
Minimnya pelayanan
pelayanan
kesehatan,
SDM
relative
tergolong
rendah.
Hal : II -35
4.
E. Kelembagaan
1
Hal : II -36
kualitas
Program
IRM
(Investigation,
Refixation,
Wilayah
perbatasan
negara
perbatasan yang
yang
sangat
luas
BaratSearawak
pengamanan
wilayah
menjadi
kendala
bagi
perbatasan.
Jumlah
pos
tersedia
tidak sebanding
dengan
sarana
prasarana
dan
pelayanan
CIQS
yang
deserta
fasilitas
bea
cukai,
imigrasi,
karantina, dan
Hal : II -37
Sebagai
pintu
gerbang
negara,
keberadaan
PLB
Indonesia
dengan
masyarakat
di
wilayah
negara
infrastruktur
representatif,
jalan,
pendukung
seperti
pasokan listrik,
bangunan
alat komunikasi,
yang
peralatan
tetangga.
melalui
pusatpusat
pertumbuhan
baru
(cluster).
PKSN
distribusi
antara
daerah
daerah
yang
relatiif
tertinggal
perekonomiannya
Hal : II -38
perkembangan
ekonominya
agar
mampu
mengejar
masyarakat
pada
kawasan perbatasan
di provinsi
Kalimantan Barat.
Strategi yang dapat dilakukan antara lain:
(a) Peningkatan
produktivitas
tanaman
bahan
makanan,
tanaman
pengolahan
yang
melayani
kawasan produksi;
(c) Pengembangan jalur
tata
niaga
yang
menguntungkan produsen;
(d) Peningkatan keterampilan angkatan kerja setempat
berbasis potensi yang ada;
(e) Pengembangan sektor ekonomi unggulan dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan;
(f) Penyediaan sarana dan prasana pendukung pengembangan sektor
unggulan serta kemudahan akses permodalan;
(g) Pemberdayaan kegiatan ekonomi lokal pada desadesa yang
termasuk kecamatan lokasi prioritas.
Arah kebijakan: Memepercepat penyelarasan pemanfaatan sumber
daya alam terutama dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan
hidup dan keberlangsungan ekosistem.
Strategi untuk mendukung arah kebijakan iniadalah:
(a) Mewujudkan keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan
sebaran yang proporsional dengan mengoptimalkan aneka fungsi
hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi
produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan
ekonomi, yang seimbang dan lestari;
(b) Peningkatan daya dukung dan pengurangan daya rusak daerah
Hal : II -39
aliran sungai;
(c) Pemberdayaan
masyarakat
secara
partisipatif,
berkeadilan, dan
kebijakan:
Mempercepat
uapaya
pengembangan
usaha
dikembangkan
agribisnis
dengan
adalah: Penyusunan
tujuan
untuk
konsep
meningkatkan
pengembangan
kelayakan
dalam
kebijakan:
mempercepat
saing
penyusunan
langkahlangkah
perikanan.
Hal : II -40
sesuai
karakteristik
wilayah berupa
kepulauan serta
perencanaan
penganggaran;
(c) Peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur, sarana prasarana
satuan kerja pengelola kawasan perbatasan; dan
Hal : II -41
umumnya,
bahwa
ada
kesenjangan
sosial,
ekonomi
dan
Keputusan
Mahkamah
Internasional
yang
menetapkan
Hal : II -42
mengembangkan
daerah
perbatasannya
sebagai
kawasan
Hal : II -43
dioptimalkan
pemanfaatannya
untuk
meningkatkan
pertumbuhan
keterisolasian
wilayah,
ketergantungan
masyarakat
Hal : II -44
dukungan
investasi
bagi
pengembangan
pertumbuhan
Hal : II -45
ekonomi
seperti
kawasan-kawasan
perdagangan,
berikat,
industri,
kualitas
sumberdaya
manusia
(SDM)
melalui
transito,
stasiun
riset
dan
pariwisata
alam,
serta
Hal : II -46
minimnya
akses
informasi
terhadap
negara
sendiri,
dan
sebagainya.
2.6.3. Kebijakan Dan Program
Pembangunan kawasan perbatasan merupakan salah satu komitmen
dan kebijakan pembangunan yang telah digariskan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2004-2025. Dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2004-2025, salah satu arah
kebijakan pembangunan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang
merata dan dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsa di berbagai
wilayah Indonesia dilakukan melalui pengembangan kawasan perbatasan
termasuk pulaupulau kecil terluar yang selama ini luput dari perhatian.
Pengembangan kawasan perbatasan dimaksudkan untuk pengurangan
ketimpangan
antar
wilayah.
Salah
satu
sasaran
pengurangan
Hal : II -47
wilayah
perbatasan
dalam
suatu
sistem
wilayah
Hal : II -48