Anda di halaman 1dari 48

BAB 2

STUDI PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Kawasan Perbatasan
2.1.1 Pengertian Kawasan Perbatasan
Pengertian border (batas) seringkali diartikan sebagai batas dari
teritorial politik dan ruang tempat tinggal. Pada beberapa kasus, border
memiliki arti lebih luas lagi bagi kondisi politik dan ekonomi geografis
dengan kasus tertentu untuk membagi kekuasaan atas wilayah yang
berbatasan. Border area secara luas berkaitan dengan heterogenitas
spasial dalam istilah struktur ekonomi dan politik dengan terdiri atas dua
atau lebih kekuasaan.
Pengertian kawasan perbatasan dijelaskan secara formal dalam
beberapa undang-undang Indonesia. Dalam undang-undang No. 43 tahun
2008 tentang wilayah negara, kawasan perbatasan didefinisikan sebagai
bagian dari wilayah negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas
wilayah Indonesia dengan negara lain. Dalam hal batas wilayah negara di
darat, kawasan perbatasan berada di kecamatan. Adapun dalam undangundang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, kawasan perbatasan
didefinisikan sebagai wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan
demografis berbatasan dengan negara tetangga atau laut lepas. Kawasan
perbatasan negara meliputi kawasan perbatasan daratan dan kawasan
perbatsan laut termasuk pulau-pulau kecil terluar.
Adapun ruang lingkup kawasan perbatasan secara lebih spesifik
dijabarkan dalam undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan
ruang dan PP No. 26 tahun 2008 tentang rencana tata ruang wilayah
nasional dimana kawasan perbatasan merupakan kawasan strategis
nasional dari sudut pandang pertahanan dan keamanan yang meliputi 10

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -1

kawasan (3 kawasan perbatasan darat serta 7 kawasan perbatasan laut


dan pulau-pulau kecil terluar).
Dalam Bappenas (2008), dijelaskan mengenai sinkronisasi definisi
kawasan perbatasan dalam undang-undang tata ruang dan wilayah
negara dimana definisi yang ada dapat dipahami sebagai unit yang saling
mengisi, dimana pengembangan dengan unit kabupaten/kota perbatasan
diarahkan pada aspek ekonomi yang mencakup wilayah yang lebih luas
dan borderless dengan orientasi sebagai pusat pertumbuhan wilayah
sekitarnya dan di fokuskan di 26 PKSN (Pusat Kegiatan Strategi
Nasional). Sementara unit kecamatan perbatasan diarahkan pada
penguatan sabuk pertahanan, keamanan dan kesejahteraan masyarakat
yang didukung dengan pengembangan sarana dan prasarana sosial dasar
serta pemberdayaan masyarakat. Ini difokuskan pada kecamatan
perbatasan di 38 kabupaten/kota prioritas.
Berkaitan dengan perwujudan fisik batas wilayah perbatasan,
Batas wilayah tersebut dapat dibagi menjadi beberapa pendekatan:
1. Natural Border, yaitu wilayah dibatasi oleh batas alam seperti

gunung, sungai, danau, laut, pantai, atau selat. Karena urgensinya


terhadap

kepentingan

pertahanan

batas

tersebut

seringkali

dianggap sebagai batas politik.


2.

Artificial border, yaitu batas wilayah yang terdiri dari batas buatan
(batu, dinding), batas geometris (menggunakan batas koordinat
bumi), dan batas cultural/budaya (perbedaan budaya, etnis,
ideologi).

2.1.2. Karakteristik Wilayah Perbatasan


Beberapa hal penting yang menjadi fokus perhatian dalam wilayah
perbatasan adalah meningkatnya perhatian terhadap jaringan, mobilitas,
arus globalisasi, dan kosmopolitansi yang berperan dalam mewarnai sifat
sebuah kawasan perbatasan. Dalam teori sosial secara umum digunakan

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -2

sebuah pendekatan perbatasan dengan konteks ide jaringan yang terdiri


atas beberapa komponen penting, yaitu: mobilitas, kondisi yang berubahubah, dan karakter fisiknya. Beberapa komponen tersebut merupakan
kunci penting dalam memahami konteks wilayah perbatasan. (Rumford,
2006:3).
Kunci pergeseran paradigma mengenai kawasan perbatasan ini
berawal dari adanya kesadaran akan peran kawasan perbatasan. Kondisi
yang semula hanya berupa garis dalam sebuah peta, atau tanda batas
politik (security check points, passport control, transit points) mengalami
perkembangan ke arah dimensi yang lebih luas, sehingga nuansa
borderless semakin terlihat (seperti Uni Eropa). Perkembangan paradigma
tersebut

mendorong

pada

berkembangnya

aspek

prosperity/kesejahteraan, sehingga fungsi wilayah perbatasn menjadi


penting sebagai salah satu motor pertumbuhan ekonomi (kawasan
strategis) meskipun seringkali terletak di wilayah pinggiran/periphery.
Fenomena borderless maupun reborder (melihat kembali fungsi
perbatasan dari pertimbangan kontrol) merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan. Pada satu sisi berkembangnya borderless diakibatkan adanya
efek globalisasi yang menghapuskan batas antar wilayah dalam rangka
mengantisipasi gerakan ekonomi yang lebih besar, sedangkan di sisi lain,
adanya konsep rebordering dalam rangka pertimbangan keamanan dan
kakhawatiran akan perbatasan yang terbuka. Konsepsi tersebut berujubg
pada kontrol yang lebih baik terhadap pergerakan pekerja, pengungsi, dan
teroris (Andreas dan Snyder,2000).
Dalam konteks akselerasi

pertumbuhan

pasar

global

yang

mengindikasikan adanya prinsip keterbukaan, pengembangan perbatasan


dipandang sebagai suatu hal yang mendesak. Hal ini terlihat dari
besarnya kesenjangan antara negara kaya dan miskin yang mengarah
pada kondisi stabilitas dan keamanan. Perubahan paradigma perbatasan
kontemporer dapat dilihat dari pentingnya pendekatan keaman dalam
rangka ancaman global. Upaya ini dapat dipahami sebagai peningkatan
kerjasam yang menguntungkan dengan tetap mempertimbangkan faktor

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -3

keamanan dalam mengantisipasi dampak kerugian yang muncul akibat


prinsip keterbukaan kawasan perbatasan.
Wilayah perbatasan memiliki dimensi manusia dan pengalaman di
dalamnya. Hal tersebut menandakan dimensi penting tentang identitas
komunitas yang berujung pada manajemen dan regulasi khusus
masyarakat yang berada di kawasan perbatasan.
Pada level lokal, permasalahan yang dihadapi oleh daerah
perbatasan adalah berupa keterisolasiann, keterbelakangan, kemiskinan,
mahalnya harga barang dan jasa, keterbatasan prasarana dan saran
pelayanan publik (infrastruktur), rendahnya kualitas SDM pada umumnya,
dan penyebaran penduduk yang tidak merata.
Sementara pada level nasional, permasalahan daerah perbatasan
adalah berupa: kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada
pembangunan daerah perbatasan; masih kurangnya personil, anggaran,
prasarana dan sarana serta kesejahteraan; kurangnya akses dan media
komunikasi serta informasi dalam negeri; terjadinya proses degradasi
wawasan kebangsaan; serta belum optimalnya koordinasi lintas sektoral
dan lintas wilayah dalam penanganan wilayah perbatasan.
Pada level internasional, permasalahan daerah perbatasan adalah
berupa kesenjangan sarana dan prasarana yang terjadi pada daerah
perbatasan di Indonesia. Jika dibandingkan dengan negara tetangga, hal
ini dapat menimbulkan permasalahan politik dan hankam. Selanjutnya
adalah terjadinya eksodus WNI ke negara tetangga dikarenakan hampir
seluruh wilayah kecamatan di perbatsan tidak memiliki akses jalan menuju
ibukota kabupaten. Masalah lainnya adalah rendahnya daya saing
penduduk setempat dibandingkan dengan negara tetangga.
Mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh negara seharusnya
lebih intensif pada kawasan perbatasan, meskipun mungkin secara
geografis berada pada wilayah yang terpencil dan berada di tapal batas
kewenangan teritorial. Secara tradisional, perbatsan memiliki aspek
dinamis dari sebuah negara, termasuk manusia dan pengalamannya,
serta sebagai indikator dalam mengukur kekuatan sebuah negara
(Giddens, 1985:49).

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -4

Beberapa hal penting yang terkait dengan cara pandang kita


mengenai wilayah perbatasan bergantung pada beberapa hal, yaitu: 1)
apa yang terdapat di wilayah perbatasan; 2) kondisi polotik apa yang ada;
3) bagaimanakah hubungan antar negara dan komunitas sosial di
dalamnya.
2.1.3. Tipologi Pengembangan Kawasan Perbatasan
Tipologi kawasan perbatasan ini secara esensial menjelaskan kunci
karakteristik dari pengembangan kawasan perbatasan sehingga setiap
tahapan dapat diidentifikasikan. Tipologi ini berfokus pada faktor penting
yang berkontribusi ataupun yang menghalangi dalam pengembangan
wilayah perbatasan (Wu, 2001).
Fokus dalam membuat tipologi ini menyoroti sisi hubungan ekonomi
dan institusi, jaringan infrastruktur, biaya tenaga kerja dan migrasi.
Tipologi tersebut menggambarkan suatau kesatuan dengan menggunakan
terminologi Ratti, yang bergerak dari frontier (wilayah terdepan) menjadi
barrier (pembatas), kemudian menuju border (perbatasan) sebagai filter
kemudian menjadi border regions (wilayah perbatasan) sebagai zona
kontak dimana kerjasama pembangunan lebih terlihat.
Kawasan perbatasan memiliki karakteristik khusus yang berbeda
dengan wilayah lainnya. Penentuan tipologi kawasan dengan berawal dari
tinjauan secara kearakteristik sangat penting bagi sebuah kawasan
perbatasan. Hal ini terkait dengan konsep penanganan yang berbeda dan
pendekatan yang berbeda pula dalam penanganannya.
Tabel 2.1
Tipologi Pengembangan Kawasan Perbatasan

Type
Kawasan
Perbatasan

Hubungan
Ekonomi

Kerangka
Kerja
Institusi

Tipe
Jaringan
Perusahaan Infrastruktur

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Migrasi

Perbedaan
Biaya
Tenaga
Kerja

Contoh
Kasus

Hal : II -5

Border
Regions

Cross
Border
Regions

Sedikit terjadi
dan dikontrol
dengan ketat

Saling
tergantung

sedikit

Individu atau
UKM

Kontrol
ketat

Sangat
tinggi

RussiaChinaKorea Utara
(Tumen)

Mendesak
Pembanguna Idem
namun hanya n secara
pada satu sisi spontan

Idem

Tinggi

ThailandChinaBurma-Laos

Makanisme
konsultatif

Kontrol
migrasi
(terhadap
turis dan
pelajar)

Tinggi

PolandiaJerman

Perusahaan
besar dan
UKM bergerak
dibidangnya,
adanya joint
venture

Bottlenecks
karena
kontrol
perbatasan
yang tidak
praktis

Consultative
planning,
kontrol
perbatasan
masih
penting

Semakin
Hongkongberkurang Shenzen
Trans
Border
Regions

Saling
Kelembagaan Perusahaan
menguntungkan yang
jaringan
kooperatif
(adanya
transfer dan
sharing
terhadap
teknologi)

Perencanaan Prosedur
Sedikit
infrastruktur yang
bahkan
yang terpadu mudah dan tidak ada
pergerakan
yang bebas

Uni Eropa

Sumber: Wu, 2001

2.1.4 . Kebijakan Umum Kawasan Perbatasan


Berbagai peraturan perundangan nasional yang terkait dengan
pengelolaan Perbatasan Negara antara lain UU No. 17 tahun 2005
tentang RPJP Nasional, Perpres No. 5 tahun 2010 tentang RPJM
Nasional (2010-2014), UU No. 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara,
UU No. 26 tahun 2007 tentang Penelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau
Kecil, Perpres No. 78 tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil
Terluar.
Perundang-undangan

tersebut

mengupayakan

percepatan

pembangunan terhadap kawasan yang terdapat di sisi terluar dari wilayah

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -6

negara atau kawasan perbatasan. Kawasan perbatasan telah ditetapkan


sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dari sudut pandang
pertahanan dan keamanan karena memiliki nilai strategis dalam menjaga
integritas wilayah negara.
Menurut Pereturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 tahun
2008, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, selain sistem
perkotaan nasional sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat 1
dikembangkan

Pusat

Kegiatan

Strategis

Nasional

(PKSN)

unruk

mendorong perkembangan kawasan perbatasan negara. Adapun Pusat


Kegiatan Strategis Nasional ditetapkan dengan kriteria:
a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas
batas dengan negara tetangga;
b. Pusat

perkotaan

yang

berfungsi

sebagai

pintu

gerbang

internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga;


c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya; dan/atau
d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi
yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Beberapa regulasi tambahan seperti Peraturan Presiden RI No. 49


tahun 2010 tentang pengamana perbatasan telah diberlakukan untuk
mendukung pengamanan wilayah perbatasan Indonesia, sebagai contoh
prajurit TNI dan pegawai negeri sipil yang ditugaskan secara penuh dalam
operasi pengamanan pada pulau-pulau kecil terluar dan wilayah
perbatasan diberikan tunjangan operasi pengamanan setiap bulan yang
besarnya berkisar antara 50%-150% dari gaji pokok mereka.
Selain itu sisi regulasi juga telah mencakup aspek peran serta
masyarakat dalam kawasan perbatasan mengingat peran masyarakat
sangat penting untuk menunjang keberlangsungan atau sustainabilitas
pengembangan kawasan perbatasan. Dalam hal ini tentang bentuk dan

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -7

cara peran serta masyarakat dalam penataan ruang telah tertuang dalam
Peraturan Pemerintah RI No. 68 tahun 2010 pasal 8.
Konsep kebijakan di wilayah perbatasan

pada

mempresentasikan

mengarah

program dan

komitmen

yang

saat

ini

paga

demokrasi global. Komitmen terhadap demokrasi global tersebut pada


realitanya menghadapi kondisi yang kompleks, karena unsur ideologi dan
kultural yang spesifik di wilayah perbatasan. Berkaitan dengan kebijakan
di perbatasan, pada dasarnya

hubungan yang terbentuk sangat

menentukan kebijakan antara kedua wilayah, baik dalam konteks regional


maupun internasional. Tanpa hubungan yang dapat diterima, kebijakan
yang memuaskan, dan hubungan diplomatik, tidak mungkin hubungan
tersebut berjalan dengan baik.
Dalam kaitannya terhadap konsep kebijakan pengembanhan
wilayah

perbatasan, terdapat lima elemen kunci kebijakan yang

berimplikasi pada pengembangan perbatasan. Seperti dijelaskan dalam


tabel berikut.
Tabel 2.2
Elemen Kunci Dalam Kebijakan Pengembangan Perbatasan
ELEMEN

IMPLIKASI

PENTING
Economic

Sifat dari komplementaritas, atau saling melengkapi dalam faktor

Complementary

produksi, terbukti mampu meningkatkan keuntungan dari kedua


belah pihak, contoh sukses dari sisi ini adalah perbatasan Hongkong-

Private Sector

Shenzen dan SIJORI (Singapore-Johor-Riau)


Seperti halnya dengan pengembangan bidang lain, pengembangan

Interest

cross border bergantung pada faktor lokasi yang mrnjanjikan, yang


seringkali posisinya tidak sama dengan persepsi pemerintah, sebagai
contoh adalah Shenzen yang relatif berkembang oleh faktor
kedekatan, kemudahan transportasi, kerjasama pemerintah. Namun
dalam beberapa hal tersebut yang terpenting adalah lokasi dan

ELEMEN

komplementaritas yang menarik swasta berinvestasi.


IMPLIKASI

PENTING
Goverment

Tidak banyak pemerintah yang memiliki sumberdaya dan ideologi

Intervention

untuk membangun kawasan perbatasan tanpa melibatkan sektor


swasta, meskipun dalam banyak kasus, keterlibatan sektor swasta

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -8

berperan penting dalam kesuksesan pembangunan. Namun dalam


hal investasi yang besar seperti dalam bidang infrastruktur perlu
adanya intervensi pemerintah, dimana perannya sebagai penyedia
kerangka kerja dan mengorganisasi kegiatan unyuk merangsang
Institutional

sektor swasta ikut berpartisipasi.


Hal ini sangat penting ketika pembangunan secara spintan terjadi,

Framework

institusi ini berguna sebagai transisi menuju fungsi formal dari cross
border development, dan mempromosikan serta mengolaborasikan
pembangunan dengan melihat faktor sosial dan lingkungan sebgai
bagian dari sustainabilitas pembangunan.
Beberapa penelitian mengindikasikan pentingnya elemen budaya

Cultural

dalam meminimisasi jarak psikis dan kognitif. Sebagai contoh antara


Jerman dan Belanda, meskipun perbedaan ekonomi sangat kecil,
namun perbedaan budaya tetap menjadi batas dalam perlakuan
transaksi. Kebijakan yang berasumsi bahwa pengembangan
kawasan perbatasan akan lebih cepat bila berfokus pada aspek
ekonomi tidak selalu tepat, program dan kebijakan yang relevan
dengan budaya/kultur yang ada memungkinkan berhasilnya
pengembangan kawasan perbatasan.
Sumber: Wu, 2001

A. Pendekatan dalam Pengembangan Kawasan Perbatasan


Banyak pendekatan dalam pengembangan wilayah perbatasan,
namun

terdapat

tiga

faktor

penting

dalam

kaitannya

dengan

pengembangan kawasan lebih lanjut, yaitu:


1. Mendahulukan pembangunan infrastruktur perekonomian
Kegiatan ini biasanya melibatkan peran pemerintah atau lembaga
multilateral dalam perencanaan pengembangan kawasan yang
belum atau tidak mempunyai nilai ekonomi secara signifikan. Hal
ini dikarenakan kawasan yang akan dikembangkan tersebut
secrara geografis adalah kawasan terpencil atau karena alasan
politik dan keamanan sehingga tidak berkembang. Dua contoh
kawasan yang mewakili pendekatan ini adalah Tumen River
Development Zone dan Hongkong-Shenzhen Special Economic
Zone (SEZ).
Grand Design Kawasan Perbatasan
Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -9

a. Tumen River Development Zone


Kawasan ini terletak di Timur Laut Cina. Dikembangkan atas
prakarsa dan kerjasama antara United Nations Development
Program (UNDP) dengan pemerintah China, Korea Utara,
Rusia dan Mongolia dengan dukungan Pemerintah Jepang dan
Korea seabagai partner.
Kawasan ini terkenal karena sumberdaya alamnya dan memiliki
pelabuhan laut dalam. Sejak 1991, UNDP telah mencoba
mengembangkan kawasan ini dengan membentuk koalisi
bersama

dengan

bebepara

negara

yang

mempunyai

kepentingan terhadap kawasan ini dengan maksud untuk


menarik investasi internasioanal. UNDP telah melakukan
investasi cukup besar dalam penelitian dan perencanaan
kawasan. Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan zona
tiga negara (China, Korea Utara dan Rusia) yang akan menjadi
simpul transportasi utama. UNDP menganggap kawasan ini
sangta strategis sebagai kawasan pengembangan industri dan
merupakan sebuah kawasan dinamis dengan 10 juta populasi
yang bermukim di kawasan ini.
Namun dalam pelaksanaannya ada tiga masalah kunci yang
muncul, yaitu: kecilnya tingkat koherensi keikutsertaan dan
common

interest

ketidakjelasan

diantara

dari

negara-negara

komplementaritas

yang

terlibat;

ekonomi

secara

langsung; dan ketidakmampuan dalam membantu mencapai


tujuan umum dan mengatasi kondisi kultural, etnis dan konflik
internal dari negara-negara peserta. Selain itu adanya faktorfaktor perubahan ekonomi dan iklim ekonomi internasional baik
dari negara-negara peserta maupun negara-negara pensupport, menyebabkan proyek ini mencapai kemajuan yang
lamban.

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -10

b. Hongkong-Senzhen Economic Zone (SEZ)


Kawasan perbatasan ini telah menarik perhatian dunia dalam
beberapa

dekade

terakhir,

dikarenakan

kawasan

ini

berkembang sangat pesat terutama di wilayah Senzhen sendiri


dan

seluruh

kawasan

Delta

Zhujiang.

Kawasan

ini

membutuhkan waktu hampir 10 tahun sebelum berkembang


seperti sekarang. Perhatian riset terfokus pada pengembangan
ekonomi

Senzhen

dikarenakan

transformasi

ekonomi

Hongkong dan munculnya hubungan simbiosis antara sektor


manufaktur di Hongkong dengan industri baru di Senzhen.
Kasus Hongkong-Senzhen adalah contoh yang tepat untuk
menggambarkan pendekatan ini. Didasarkan pada kondisi yang
mendukung,

perencanaan

top-down

dapat

menghasilkan

pembangunan yang signifikan dan berlanjut. Pendekatan


komplementaritas ekonomi adalah prasyarat utama.
Meskipun hasi yang dicapai Senzhen dalam proses ini sangat
signifikan, termasuk permasalahan kebijakan politiknya, namun
masih terdapat persoalan lain yaitu lemahnya institusi dalam
menangani permasalahan lintas batas. Permasalahan ini
diantaranya: regulasi pertanahan, proteksi lingkungan, dan
perencanaaan infrastruktur (Wu, 2001:30)

2. Mendahulukan investasi sektor swasta


Terdapat beberapa contoh pendekatan ini yang muncul di zona
perbatasan. Sering hal ini menjadi permulaan pengembangan
tetapi pengembangan sektor swasta berskala kecil cenderung
mendominasi pada awalnya.
a. Polandia-Jerman
Disparitas

ekonomi

dan

regional

disoroti

pada

upaya

penyesuaian ganda yang menghasilkan keuntungan dan

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -11

kerugian bagi kawasan perbatasan. Kasus ini menyoroti ciri-ciri


lain dari pengembangan kawasan perbatasan dalam rangka
ekonomi transisi.
Kawasan perbatasan Polandia memperoleh manfaat dari
pengalaman

transisis

ekonomi

yang

dilakukannya

serta

kedekatannya dengan pasar, sehingga membuat barang yang


diproduksinya mejadi terjangkau dan kompetitif. Pada kasus
dimana pengembangan industri terjadi, maka keterkaitan
dengan ekonomi domestik juga terjadi dengan sendirinya. Hal
ini berkembang dikarenakan investor tidak perlu menggunakan
keahlian industri di Polandia atau infrastruktur industri yang
ekstensif, tetapi tertarik pada pengalaman dan keterampilan di
bidang manufaktur serta tenaga kerja yang murah dan
kompetitif.
b. Thailand-Burma-China-Laos
Meskipun investasi Thailand semakin meningkat terhadap
negara tetangganya dan berkeinginan untuk meningkatkan
pengembangan kawasan perbatasannya dengan China, Burma
dan

laos

namun

Thailand

belum

memiliki

program

pengembangan kawasan perbatasan yang melibatkan negara


tetangganya secara komprehensif. Sejumlah inisiatif dan
prakarsa telah diambil, seperti merencanakan SEZ, deregulasi
kebijakan

dan

mendirikan

zona

perdagangan

bebas,

masterplans pariwisata, dan rencana fisik bagi kota-kota di


perbatasan (Pemerintah Thailand dan ADB, 1998). Tetapi yang
kemudian terjadi adalah para investor memby-passed kawasan
ini.
Sebaliknya perkembangan justru terjadi di berbagai tempat di
kawasan

selatan

dan

barat

perbatasan

yang

tidak

direncanakan sebelumnya, seperti di Kota Sodao dan Mae Sod.


Meskipun beberapa proyek pengembangan telah mendapat
sangsi

dari

Badan

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Investasi

Thailand,

namun

Hal : II -12

pengembangannya tetap berlanjut. Sehingga permasalahan


kerusakan lingkungan dan polusi yang terjad sekarang tidak
dapat terkendali.

c. China-Vietnam
Pengembangan kawasan p;erbatasan Provinsi Guangxi dan
Quang

Ninh

sangat

menarik

karena

kawasan

ini

mempresentasikan pola pengembangan perbatasan berbasis


perdagangan dengan intensitas pembangunan zona industri
yang berhasil menarik investasi asing.
Pada kota-kota di kawasan perbatasan dimana pintu masuknya
saling berdampingan, perencanaan zona bisnis internasional
dan

komersial

mendapatkan

keuntungan

dari

booming

perdagangan di kawasan perbatasan. Pengembangan berbagai


kegiatan industri akhirnya membentuk zona industri yang
berorientasi ekspor. Seiring dengan itu berbagai fasilitas dan
infrastruktur pariwisata juga dibangun. Jika semua rencana
terealisasi, pengembangan tersebut akan membentuk sabuk
perkotaan (urban belt) sepanjang Teluk Tonkin sejauh 40km
melintasi perbatasan China dan Vietnam.
3. Mendahulukan Kebijakan Pembangunan
Uni

Eropa

secara

kontras

merencanakan

integrasi

dan

penggabungan negara-negara Eropa ke dalam kesatuan moneter


dan membentuk kawasan seolah-olah tanpa batas. Kedua ciri
tersebut mendorong secara aktif suatu kesepakatan resmi melalui
berbagai program spesifik dan financial assistance. Keberadaan
zona-zona industri utama seperti The Upper Rhine, Badden
Wurttemberg, dan Emilia Romagna telah menjalani proses
pembelajaran berdasarkan pengalaman yang relevan dari berbagai
kawasan di dunia, banyak diantaranya merupakan kawasan
perbatasan.

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -13

Dalam beberapa kasus, pengembangan perbatasan di Uni Eropa


akan dihadapkan pada berbagai masalah seperti konflik etnis dan
budaya serta bottlenecks transportasi. Hal ini menyebabkan
ekspektasi di Uni Eropa terhadap pengembangan perbatasan akan
menjadi semacam norma. Tujuan dari pengembangan kawasan
perbatasan ini adalah memperkuat keunggulan daya saing serta
komplementaritas ekonomi.
2.1.5 Badan Nasional Pengelola Perbatasan
Menurut Perpres No. 12 tahun 2010, Badan Nasional Pengelola
Perbatasan (BNPP) memnpunyai tugas: pertama, menetaokan kebijakan
program pembangunan perbatasan, mentapkan rencana kebutuhan
anggaran, mengoordinasikan pelaksanaan, dan melaksanakan evaluasi
dan pengawasan terhadap pengelolaan batas wilayah negara dan
kawasan perbatasan.
Adapun penerapan kebijakan pembangunan kawasan perbatasan
dalam ruang wilayah dilakukan melalui penetapan likasi prioritas
2010/2014 dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kecamatan di kawasan darat yang berbatasan langsung
dengan negara tetangga dan/atau terdapat exit/entry point.
2. Kecamatan di kawasan laut yang secara tradisional memiliki
interaksi intensif dari sisi sosial, budaya, maupun ekonomi
dengan penduduk negara tetangga disebelahnya.
3. Kecamatan yang ditetapkan sebagai PKSN
4. Kecamatan yang memiliki pilau-pulau kecil terluar
5. Pertimbangan khusus.
Adapun cakupan wilayah administrasi (CWA), wilayah konsentrasi
pengembangan (WKP) dan lokasi prioritas (Lokpri) 2010-2014 yaitu: 12
provinsi (CWA), 38 kabupaten/kota (WKP), 111 kecamatan (Lokpri).
2.2 Teori Perubahan Struktural
Grand Design Kawasan Perbatasan
Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -14

Teori perubahan struktural menitikberatkan pada mekanisme


transformasi ekonomi

yang dialami oleh negara sedang berkembang

yang semula lebih bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor


pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern dan sangat
di dominasi oleh sektor industri dan jasa.
2.2.1 Teori W. Arthur Lewis
Transformasi struktural suatu perekonomian subsisten di rumuskan
oleh seorang ekonom besar yaitu W. Arthur Lewis. Dengan teorinya model
dua sektor Lewis antara lain :
a) Perekonomian Tradisional
Dalam teori ini Lewis mengasumsikan bahwa di daerah pedesaan
dengan perekonomian tradisional mengalami surplus tenaga
kerja. Perekonomian tradisional adalah bahwa tingkat hidup
masyarakat berada pada kondisi subsisten, hal ini di akibatkan
kelebihan penduduk dan di tandai dengan produktivitas marjinal
tenaga kerja sama dengan nol. Ini merupakan situasi yang
memungkinkan Lewis untuk mendefinisikan kondisi surplus tenaga
kerja (surplus labor) sebagai suatu fakta bahwa jika sebagian
tenaga kerja tersebut di tarik dari sektor pertanian, maka sektor itu
tidak akan kehilangan outputnya.

b) Perekonomian Industri
Pada perekonomian ini terletak pada perkotaan modern yang
berperan penting adalah sektor industri. Ciri dari perekonomian
ini adalah tingkat produktivitas yang tinggi dan menjadi tempat
penampungan tenaga kerja yang di transfer sedikit demi sedikit
dari sektor subsisten. Dengan demikian perekonomian perkotaan

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -15

merupakan daerah tujuan bagi para pekerja yang berasal dari


pedesaan sehingga penambahan tenaga kerja pada sistem
produksi yang ada akan meningkatkan output yang di produksi.
Rangkaian

proses

pertumbuhan

berkesinambungan

(self-

sustaining growth) dan perluasan kesempatan kerja di sektor modern


tersebut di atas diasumsikan akan terus berlangsung sampai semua
surplus tenaga kerja pedesaan diserap habis oleh sektor industri.
Selanjutnya, tenaga kerja tambahan berikutnya hanya dapat di tarik dari
sektor pertanian dengan biaya yang lebih tinggi karena hal tersebut akan
mengakibatkan merosotnya produksi pangan. Transformasi struktural
perekonomian dengan sendirinya akan menjadi suatu kenyataan dan
perekonomian itu pun pada akhirnya pasti beralih dari perekonomian
pertanian tradisional yang berpusat di pedesaan menjadi sebuah
perekonomian industri modern yang berorientasi kepada pola kehidupan
perkotaan.
2.2.2. Teori Chenery
Analisis teori
struktur

dalam

Pattern of Development menjelaskan perubahan

tahapan

proses

perubahan

ekonomi

dari

negara

berkembang yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional


beralih ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan peran sektor industri dalam perekonomian sejalan dengan
peningkatan pendapatan perkapita yang berhubungan sangat erat dengan
akumulasi capital dan peningkatan sumber daya (Human Capital).
a) Dilihat dari Permintaan Domestik
Apabila dilihat dari permintaan domestik akan terjadi penurunan
permintaan

terhadap

dikompensasikan

oleh

konsumsi

bahan

peningkatan

makanan

permintaan

karena
terhadap

barangbarang non kebutuhan pangan, peningkatan investasi, dan


peningkatan anggaran belanja pemerintah yang mengalami

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -16

peningkatan
perdagangan

dalam

struktur

internasional

GNP
terjadi

yang

ada.

Di

juga

perubahan

sektor
yaitu

peningkatan nilai ekspor dan impor. Sepanjang perubahan


struktural ini berlangsung terjadi peningkatan pangsa ekspor
komoditas hasil produksi sektor industri dan penurunan pangsa
sektor yang sama pada sisi impor.
b) Dilihat dari Tenaga Kerja
Apabila dilihat dari sisi tenaga kerja ini akan terjadi proses
perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian di desa menuju
sektor industri di perkotaan, meski pergeseran ini masih tertinggal
(lag) dibandingkan proses perubahan struktural itu sendiri.
Dengan keberadaan lag inilah maka sektor pertanian akan
berperan penting dalam peningkatan penyediaan tenaga kerja,
baik dari awal maupun akhir dari proses tranformasi perubahan
struktural tersebut. Secara umum negara-negara yang memiliki
tingkat populasi tinggi yang pada dasarnya menggambarkan
tingkat permintaan potensial yang tinggi, cenderung untuk
mendirikan industri yang bersifat substitusi impor. Artinya mereka
memproduksi sendiri barang-barang yang dulunya impor untuk
kemudian dijual di pasaran dalam negeri. Sebaliknya negaranegara dengan jumlah penduduk yang relatif kecil, cenderung
akan mengembangkan industri yang berorientasi ke pasar
internasional. Teori perubahan struktural menjelaskan bahwa
percepatan dan pola transformasi struktural yang terdaji pada
suatu negara dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang
saling berkaitan satu dengan yang lain.

2.3.

Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -17

Pembangunan ekonomi daerah pada umumnya didefinisikan


sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita
penduduk suatu daerah meningkat dalam jangka panjang.
Pembangunan ekonomi daerah

adalah suatu proses dimana

pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola


berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang
pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut.
Pembangunan

ekonomi

daerah

adalah

suatu

proses

yang

mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industriindustri alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan
produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu
pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Dimana,
kesemuanya ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan
jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.
Pembangunan

ekonomi

oleh

beberapa

ekonom

dibedakan

pengertiannya dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi


diartikan sebagai :
a) Peningkatan pendapatan per kapita masyarakat, yaitu tingkat
pertambahan PDRB/GNP pada suatu tingkat tertentu adalah
melebihi tingkat pertambahan penduduk.
b) Perkembangan

PDRB/GNP

yang

berlaku

dalam

suatu

daerah/negara diikuti oleh perombakan dan modernisasi struktur


ekonominya.

Ada

kondisi

yang

mempengaruhi

proses

perencanaan

pembangunan daerah yaitu :

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -18

a) Tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar


negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses
pembangunan perekonomiannya.
b) Kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara
dipengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda-beda.

2.3.1 Teori Ekonomi Neo Klasik


Menurut teori ini ada 2 konsep pokok dalam pembangunan
ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor
produksi daerah. Artinya, sistem perekonomian akan

mencapai

keseimbangan alamiahnya jika modal bias mengalir tanpa retriksi


(pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang ber
upah tinggi menuju daerah yang ber upah rendah.
2.3.2. Teori Basis Ekonomi
Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan
ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan
barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan perindustrian yang
menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku
untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan
peluang kerja (job creation). Strategi pembangunan daerah yang muncul
didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti pentingnya
bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional
maupun internasional. Implementasinya

kebijakan yang mencakup

pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaan-perusahaan


yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah itu.
2.3.3. Teori Tempat Sentral
Teori tempat sentral (central place teory) menganggap bahwa ada
hirarki tempat (hirarchy of place). Setiap tempat sentral didukung oleh
sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumber daya. Tempat
sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasajasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -19

2.3.4. Teori Kausasif Kumulatif


Kondisi daerah-daerah sekitar

kota

yang

semakin

buruk

menunjukkan konsep dari teori kausasif kumulatif (cumulative causation).


Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antara
daerah maju dan terbelakang. Daerah yang maju mengalami akumulasi
keunggulan kompetitif dibanding daerah lain.
2.3.5. Teori Lokasi
Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi
yang terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan
pasar. Hal ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan cenderung memilih
lokasi

yang

dapat

meminimumkan

biaya

namun

memaksimalkan

peluangnya untuk mendekati pasar.


2.3.6. Teori Model Daya Tarik
Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang
paling

banyak

digunakan

oleh

masyarakat.

Teori

ekonomi

yang

mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi


pasarnya terhadap industrialis melalui pemberian subsidi dan insentif.
2.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah
2.4.1. Adam Smith
Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5
tahap yang berurutan yang dimulai dari masa berburu, masa berternak,
masa bercocok taman, masa berdagangan, dan tahap masa industri.
Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional
kemasyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan
ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja
antar pelaku ekonomi. Adam Smith memandang pekerja sebagai salah
satu input bagi proses produksi, pembagian tenaga kerja merupakan titik
sentral

pembahasan

dalam

teori

ini,

dalam

upaya

peningkatan

produktifitas kerja. Dalam pembangunan ekonomi modal memegang


peranan penting.
Menurut teori ini, akumulasi modal akan menentukan cepat atau
lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses
pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -20

keterkaitan satu sama lainnya. Timbulnya peningkatan kinerja pada suatu


sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong
kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi dan memperluas pasar.
Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat.
Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya
harus tunduk pada pada fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya
ekonomi.
2.4.2. Whilt Whitman Rostow
Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan
kedalam 5 tahap yaitu: masyarakat tradisional (the traditional society),
prasyarat untuk tinggal landas (the preconditions for take off),

tinggal

landas (take off), menuju kedewasaan (the drive maturity) dan masa
konsumsi tinggi (the age of high mass consumption).
2.4.3. Friedrich List
Menurut List, dalam bukunya yang berjudul Das Nationale der
Politispvhen Oekonomie (1840), sistem liberal yang

laizes-faire dapat

menjamin alokasi sumber daya secara optimal. Perkembangan ekonomi


menurut List melalui 5 tahap yaitu: tahap primitif, beternak, pertanian dan
industri pengolahan

(Manufacturing),

dan akhirnya pertanian, industri

pengolahan, dan perdagangan.


2.4.4 Harrod Domar
Teori ini menganggap setiap perekonomian dapat menyisihkan
suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika untuk mengganti
barang-barang modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan
perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai
tambahan stok modal. Rasio modal output (COR) sebagai suatu
hubungan antara investasi yang ditanamkan dengan pendapatan tahunan
yang dihasilkan dari investasi tersebut.
2.4.5. Thomas Robert Malthus
Malthus menitikberatkan

perhatian

pada

perkembangan

kesejahteraan suatu negara, yaitu pertumbuhan ekonomi yang dapat

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -21

dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Kesejahteraan


suatu negara sebagian tergantung pada jumlah output yang dihasilkan
oleh tenaga kerja, dan sebagian lagi pada nilai atas produk tersebut.

2.5.

Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Daerah


Ukuran-ukuran mengenai keterkaitan ekonomi pada dasarnya

menggambarkan

hubungan

antara

perekonomian

daerah

dengan

lingkungan sekitarnya. Analisis shift share merupakan teknik yang sangat


berguna

dalam

menganalisis

perubahan

stuktur

ekonomi

daerah

dibanding perekonomian nasional. Analisis ini memberikan data tentang


kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain
yaitu:
a) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis
perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan
dengan perubahan sektor yang sama diperekonomian yang
dijadikan acuan.
b) Pergeser proposional mengukur perubahan relatif, pertumbuhan
atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian
yang lebih besar dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan
kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi
pada industri-industri lebih cepat ketimbang perekonomian yang
dijadikan acuan.
c) Pergeseran diferensial membantu kita dalam menentukan seberapa
jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang
dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari
suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya
saingnya ketimbang industri yang sama pada perekonomian yang
dijadikan acuan.
2.6. Ketenagakerjaan
2.6.1. Definisi Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk yamg berumur di dalam batas usia
kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan yang
lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 15

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -22

tahun, tanpa batas umur maksimum. Tenaga kerja (manpower) dibagi pula
ke dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (laborforce) dan bukan
angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau
penduduk dalam usia yang bekerja, atau yang mempunyai pekerjaan
namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari
pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah
tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak
mempunyai

pekerjaan

dan

sedang

tidak

mencari

pekerjaan

(Dumairy,1996).
Selanjutnya, angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua subsektor
yaitu kelompok pekerja dan penganggur. Yang dimaksud pekerja adalah
orang-orang

yang

mempunyai

pekerjaan,

mencakup

orang

yang

mempunyai pekerjaan, dan memang sedang bekerja, serta orang yang


mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang
tidak bekerja. Adapun yang dimaksud penganggur adalah orang yang
tidak mempinyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan
masih mencari pekerjaan.
2.6.2. Tenaga Kerja di Negara Sedang Berkembang (NSB)
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan
lapangan kerja relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di
NSB menjadi semakin serius. Tingkat pengangguran terbuka di perkotaan
hanya menunjukkan aspek aspek yang tampak saja dari masalah
kesempatan kerja di NSB yang bagaikan ujung sebuah gunung es.
Tenaga kerja yang tidak bekerja secara penuh mempunyai berbagai
bentuk, termasuk berbagai bentuk dan underemployment di NSB sangat
jarang, tetapi dari hasil studi ditunjukkan bahwa sekitar 30 persen dari
penduduk perkotaan di NSB bisa dikatkan tidak bekerja secara penuh
(underutilitized). Untuk itu dalam mengurangi masalah ketenagakerjaan
yang dihadapi NSB perlu adanya solusi yaitu, memberikan upah yang
memadai dan menyediakan kesempatan-kesempatan kerja bagi kelompok
masyarakat miskin. Oleh karena itu, peningkatan kesempatan kerja

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -23

merupakan

unsur

yang

paling

esensial

dalam

setiap

strategi

pembangunan yang menitikberatkan kepada penghapusan.


2.7.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat diukur dengan indikator

utama yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (BPS, Kabupaten


Sambas 2013)
Sedangkan dalam Pembangunan Berkelanjutan dengan Optimasi
Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Membangun Perekonomian
dengan Basis Pertanian di Kabupaten Musi Banyuasin menjelaskan
pengertian PDRB adalah suatu indikator untuk menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara sektoral, sehingga dapat
dilihat penyebab pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tersebut (Gatot Dwi
Adiatmojo 2003).
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di
suatu wilayah/propinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga yang
berlaku atau atas dasar harga konstan. PDRB didefinisikan sebagai
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu
wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunnya.
Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu
sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat
pergeseran dan struktur ekonomis. Sedangkan harga konstan digunakan
untuk mengetahui pertambahan ekonomi dari tahun ke tahun.

2.8. Wilayah Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat


2.8.1. Kondisi Batas Wilayah Negara
Garis perbatasan darat di Provinsi Kalimantan Barat sepanjang
966 Kilometer memisahkan wilayah NKRI dengan wilayah Sarawak,
Malaysia.

Garis batas

ini

melintasi 5 (lima) kabupaten di Provinsi

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -24

Kalimantan Barat, yaitu


Kabupaten

Sintang,

Kabupaten

Sanggau, Kabupaten Sambas,

Kabupaten Kapuas

Hulu,

dan

Kabupaten

Bengkayang.
Delimitasi batas darat RIMalaysia yang sebagian besar berupa
watershed

(punggunggunung/bukit,

atau

garis

pemisah

air)

ini sudah selesai, tetapi secara demarkasi masih tersisa 10 (sepuluh)


titik bermasalah (outstanding boundary problems). Selama ini kedua
belah pihak bersepakat untuk terus menuntaskan masalah batas darat
ini

melalui

panitia

nasional

dan

panitia

teknis

survey

and

demarcation. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, telah dibentuk


Kelompok Kerja Bersama (Joint Working Group) antara kedua negara.
Dari 10 (sepuluh) lokasi yang belum disepakati di sepanjang
perbatasan darat

di Kalimantan

5 permasalahan berada di

sektor

antara Indonesia

dan

Malaysia,

barat (Kalimantan Barat dengan

Serawak), yaitu:
1

Daerah Prioritas III (DE) Gunung Raya

Daerah Prioritas III (DE) Titik D400

Daerah Prioritas VI (EF) Batu Aum

Daerah Prioritas VI (EF) Gunung Jagoi

Daerah Prioritas I (AC) Tanjung Datu

2.8.2. Kondisi Geografis dan Administratif Kawasan Perbatasan


Sanggau, Beng Sintang dan Kabupaten Kapuas Hulu. (Draft
RTR KSN Perbatasan
Ruang

Kementerian

Kalimantan Sabah Sarawak, Ditjen Penataan


PU). Badan

Nasional

Pengelola Perbatasan

(BNPP) dalam dokumen Desain Besar Pengelolaan Batas Wilayah


Negara dan Kawasan Perbatasan tahun 20112025 telah menetapkan
beberapa

Kabupaten/Kota di kawasan

Konsentrasi

Pengembangan

(WKP)

dalamnya sebagai Lokasi Prioritas


beserta

perbatasan sebagai Wilayah


dan

beberapa kecamatan di

(Lokpri). Kawasan

perbatasan,

WKP dan Lokpri di Kalimantan Barat dapat dilihat pada

tabel berikut.
Grand Design Kawasan Perbatasan
Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -25

Tabel 2.3. Daftar Kabupaten, Kecamatan dan Lokpri di kawasan


perbatasan Provinsi Kalimantan Barat
No

Kabupaten

Kecamatan

Sambas

Paloh dan Sajingan

Bengkayang

Jagoi Babang, Siding, dan Seluas

Sanggau

Entikong dan Sekayam

Sintang

Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah

Kapuas Hulu

Puring Kencana, Badau, Batang Lupar,


Embaloh Hulu, Putussibau Utara, dan Hulu
Kapuas

2.8.3. Kondisi Perekonomian Wilayah Konsentrasi Pengembangan


a. Struktur dan Pola Perkembangan Ekonomi Daerah
Struktur dan pola perkembangan ekonomi daerahdaerah yang
menjadi Wilayah
perbatasan

di

Konsentrasi Pengembangan (WKP) pada kawasan


Provinsi

Kalimantan

Barat

bervariasi.

Dengan

menggunakan data PDRB nonmigas Atas Dasar Harga Konstan


Periode

20042009,

dapat

dilihat

tipologi perkembangan

ekonomi

daerah melalui analisis Tipologi Klassen. Hasil analisis menunjukkan


bahwa hanya

satu Kabupaten

perekeonomiannya
Sanggau.

Hal

tergolong
ini

pada

kawasan

perbatasan yang

maju dancepat tumbuh, yaitu Kabupaten


ditandai

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

oleh

nilai

PDRB
Hal : II -26

per kapita dan laju pertumbuhan


kabupaten

yaitu

PDRB diatas ratarata provinsi.

Kabupaten

Bengkayang,

tergolong

Satu
daerah

berkembang cepat, yang ditandai oleh laju pertumbuhan PDRB diatas


ratarata provinsi, namun nilai PDRB per kapitanya masih dibawah rata
rata provinsi. Sedangkan tiga kabupaten lainnya, yaitu Kabupaten
Sambas, Sintang, dan Kapuas Hulu perekonomiannya masih tergolong
tertinggal karena baik laju pertumbuhan PDRB maupun nilai PDRB per
kapita masih dibawah ratarata provinsi.
b. Potensi Unggulan
Potensi daerahdaerah pada kawasan perbatasan di Provinsi
Kalimantan

Barat

yang

menjadi

Wilayah

Konsentrasi Pengembangan(WKP) meliputi :


Kabupaten Sambas memiliki sektor basis pada bidang : (1)
bahan

makanan, (2) Tanaman perkebunan,

Tanaman

(3) Perikanan,

(4)

Perdagangan besar dan eceran; (5) Angkutan jalan raya; (6) Sewa
bangunan; dan (7) Jasa perorangan dan rumah tangga.
Kabupaten

Bengkayang

memiliki sektor

basis pada

bidang : (1) Tanaman bahan makanan; (2) Tanaman perkebunan; (3)


Perikanan; (4) Penggalian; (5) Perdagangan besar dan eceran;
(6) Angkutan jalan raya;

(7) Sewa bangunan;

(8)

Jasa sosial

kemasyarakatan; dan (9) Jasa perorangan dan rumah tangga.


Kabupaten Sanggau memiliki sektor basis pada bidang :
(1) Tanamanperkebunan; (2) Kehutanan; (3) Pertambangan tanpa
migas; (4) Industri tanpa migas; (5) Jasa penunjang keuangan; (6)
Jasa sewa bangunan; (7) Jasa sosial kemasyarakatan; dan (8)
Jasa perorangan dan rumah tangga.
Kabupaten
(1) Tanaman

Sintang

memiliki

Perkebunan;

(2)

sector

basis

Peternakan

(3) Kehutanan; (4) Pertambangan tanpa migas;

pada

bidang :

dan hasilhasilnya;
(5)

Penggalian;

(6) Angkutan jalan raya; (7) Jasa sewa bangunan; dan (8) Jasa
social kemasyarakatan.
Grand Design Kawasan Perbatasan
Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -27

Kabupaten Kapuas Hulu memiliki sector

basis

pada

bidang:

(1) Tanaman bahan makanan (2) peternakan dan hasilhasilnya;


(3)Kehutanan; (4) Perikanan; (5) Penggalian;

(6) Bangunan; (7)

Angkutan jalanraya; (8) Jasa sewa bangunan; (9) Jasa administrasi


pemerintahan

dan

pertahanan;

(10)

Jasa

social

kemasyarakatan; dan (11) Jasa perorangan dan rumah tangga.


Perekonomian kecamatan perbatasan yang menjadi lokasi prioritasp
engembangan kawasan perbatasan

di

Provinsi

Kalimantan

Barat

memiliki Kontribusi dalam mendukung pengembangan sektor unggulan


kabupaten. Potensi

yang

dimiliki kecamatan

perbatasan

sebagian

besar sejalan dengan sektor basis kabupaten. Potensi ekonomi pada


kecamatan lokasi prioritas di Provinsi Kalimantan Barat diperlihatkan.
c. Sosial Budaya
Adanya kesamaan budaya, adat, dan keturunan di beberapa kawasa
n perbatasa

seperti

Kalimantan

Darat

(Dayak

dan

Melayu),

menyebabkan adanya kegiatan melintas batas tradisional yang illegal


yang sulit dicegah.

Di beberapa kawasan perbatasan terdapat tanah

adat/tanah ulayat yang berada di kedua wilayah negara. Tanah ulayat


ini sebagian menjadi ladang penghidupan yang diolah seharihari oleh
masyarakat

perbatasan, secara geografis memerlukan pengaturan

tersendiri

serta

dapat

menjadi

permasalahan

di kemudian

hari jika tidak ditanggulangi secara serius.


Disisi lain, masyarakat Provinsi Kalimantan Barat merupakan
campuran multi etnis yang terdiri dari masyarakat suku Dayak, Cina,
Melayu dan pendatang dari daratan Pulau Jawa dan Madura. Dari
segi hubungan
terutama dalam
sama

lain

pelaksanaan

social antar

penduduk

terlihat

adanya kerjasama

hal adanya pesta perkawina dan kematian, satu

saling

membantu

mulai

kegiatan (pesta perkawinan).

dari

persiapan

Selain

itu

sampai

berdasarkan

informasi dari beberapa masyarakat bahwa, penduduk kabupaten


kabupaten perbatasan telah terjadiasimilasi sebagai akibat adanya perkaw

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -28

inan diluar suku (seperti suku Dayak dengan Melayu, suku Jawa dengan
Melayu,

suku Sunda dengan

Dayak ataupunMelayu),halini terbuktibahwa ternyata ada orang Jawayang


tidak pernahtahumengenai kampupos lintasng halamannya hal

ini

dikarenakan mulai dari orang tuanya sudah lahir dan menetap di daerah
ini bertahuntahun lamanya, bahkan dikatakan sebagai kampong sendiri.
d. Kondisi Pertahanan dan Keamanan
Kawasan perbatasan di Kalimantan Barat RISerawak Malaysia
masih diwarnai oleh maraknya kegiatan illegal, seperti perdagangan
illegal,

penyelundupan

kayu,

perdagangan manusia. Salah

pembalakan

merupakan

aktivitas

TKI illegal,

dan

satu kegiatan illegal yang menonjol di

Provinsi Kalimantan Barat adalah perdagangan


illegal

liar,

illegal.

perdagangan yang

Perdagangan

dilakukan

tanpa

mengindahkan aturanaturan formal yang berlaku, meliputi dua jenis :


(1)

perdagangan

lintas

batas

illegal

skala

kecil

yang

tidak

mengindahkan pengaturan lintas batas (Border Crossing Agreement


BCA) dan perjanjian perdagangan lintas batas (Border Trade
Agreement BTA), serta
(2) perdagangan illegal skala besar yang tidak mengindahkan aturan
perdagangan eksporimpor. Perdagangan lintas batas ilegal skala
kecil muncul karena adanya aktivitas perdagangan lintas batas yang
melebihi limit transaksi sebesar RM 600/orang/bulan namun tidak
membayar pajak ekspor atau biaya impor. Data tentang besar nilai
transaksi perdagangan lintas batas tersebut sulit diperoleh, namun
indikas ilegalitas dari perdagangan lintas batas yang terjadi
dapat dilihat dari beragamnya jenis barang belanjaan daripara pelintas
batas

(seperti

makanan

dan

minuman

kaleng,

barangbarang

keperluan rumah tangga, barang elektronik, hingga pupuk).


Perdagangan lintas batas ilegal di kawasan perbatasan Indonesia
Malaysia dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain keterbatasan
kesempatan kerja dan kemiskinan, kedekatan geografis dan kemudahan
Grand Design Kawasan Perbatasan
Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -29

sarana prasarana yang berdampak pada tingginya perbedaan harga


barang antara produk Malaysia dengan Indonesia, serta pengaruh dari
adanya hubungan kekerabatan. Banyaknya jalan setapak/jalan tikus yang
menghubungkan dua wilayah perbatasan di dua Negara memfasilitasi
terjadinya arus barang dan orang dengan

bebas tanpa melalui

prosedur bea cukai dan imigrasi (LIPI, 2008). Selain perdagangan lintas
batas illegal yang merupakan perdagangan skala kecil, di kawasan
perbatasan darat IndonesiaMalaysia juga banyak terjadi perdagangan
illegal skala besar yang tidak mengikuti aturan kepabeanan dan ekspor
impor, baik yang keluar dari atau masuk ke wilayah Indonesia. Hasil hutan
(kayu) merupakan komoditas perdagangan illegal dengan volume terbesar
di kawasan perbatasan Kalimantan Barat ke Malaysia.
Penyelundupan dan

perdagangan illegal melintasi perbatasan

negara yang berjalan beriringan dengan penebangan liar tersebut terjadi


karena peran dari banyak pihak serta melibatkan jaringan dari dalam dan
luar negeri. Selain masyarakat, baik penduduk setempat maupun
pendatang, juga terlibat pemilik modal (dalam dan luar negeri), pihak
birokrasi dan aparat keamanan. Tingginya intensitas mobilitas penduduk
mengangkut kayu illegal terjadi karena banyaknya jalan setapak/jalan
tikus

yang

menghubungkan

wilayah kedua

negara yangtersebar di

puluhan desa di sepanjang perbatasan IndonesiaMalaysia.


semua kabupaten di

Hampir

Provinsi Kalimantan Barat ditemukan jalur

perdagangan kayu illegal. Penyelundupan lewat jalur darat didominasi


oleh pengangkutan kayu dari Sajingan (Sambas) menuju Biawak dan Aruk
(Serawak), dari Jagoibabang (Bengkayang) menuju Serikin, dan dari
Badau (Kapuas Hulu) menuju Lubuk Anto. Selain itu ada juga
penyelundupan kayu melewati pintu perbatasan resmi yaitu dari Entikong
ke Tebedu.
Dampak dari perdagangan dan penebangan illegal tersebut tidak
hanya dirasakan oleh Negara dari sisi financial karena hilangnya
pemasukan yang bisa diperolehdari kegiatan eksploitasi dan perdagangan
kayu, namun juga dirasakan oleh masyarakat luas berupa bencana alam

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -30

seperti banjir akibat kerusakan hutan dengan laju yang tinggi. Memgingat
besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan penyelundupan dan
perdagangan kayu illegal, perlu dilakukan upaya yang sungguhsungguh
untuk mencegahnya. Salah satu upaya yang mungkin dilakukan adalah
dengan

memperketat

penjagaan

dan

pengawasan

di

sepanjang

perbatasan melalui penambahan pospos pengamanan perbatasan


maupun PLB yang dilengkapi dengan petugas dalam jumlah yang cukup.
Selain itu para petugas juga
bertindak

sesuai

dituntut

profesionalismenya

untuk

dengan ketentuan serta menegakan hukum yang

berlaku dan tidak mudah tergoda untuk bekerja sama dengan pelaku
kegiatan illegal.
Permasalahan lain yang

cukup krusial di kawasa perbatasan

IndonesiaMalaysia adalah mobilitas TKI illegal. Kawasan perbatasan


merupakan pintu keluar/masuk serta daerah transit TKI dari daerah lain
untuk menyeberang ke negara tetangga secara illegal (tanpa dilengkapi
dokumen resmi) maupun daerah pengembalian (deportasi) TKI illegal dari
negara tetangga. Keadaan ini terutama disebabkan letak geografis yang
berdekatan dengan Malaysia yang menjadi tujuan TKI. Selain itu adanya
kemudahankemudahan yang diberikan kepada penduduk yang menetap
di wilayah perbatasan dalam hal izin untuk berkunjung ke negara tetangga
dengan menggunakan Pas Lintas Batas juga sering dimanfaatkan secara
illegal untuk tujuan bekerja. TKI illegal sangat rentan terhadap praktek
perdagangan manusia, karenadengan tidak dilengkapidokumendokumen
resmi dapatdengan

mudah

menjadi objek eksploitasi, mulai dari proses pemberangkatan sampai


dengan tempat tujuan mereka bekerja. Oleh

karena itu,

kawasan

perbatasan perlu didukung oleh kebijakan local yang bersifat lintas sector
untuk menangani persoalan TKI illegal mulai dari tahap rekrutmen,
pengiriman, dan pengembalian (deportasi) TKI dari negara tetangga.
Kebijakankebijakan

ditingkat

lokal

ini

juga

harus

didukung kebijakan di tingkat nasional dan juga di daerahdaerah asal TKI.


Selain

itu,

daerah

perbatasan juga

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

perlu

didukung

aparat

Hal : II -31

aparatyang bersih, sehingga

dapat

mencegah

praktek mobilitas penduduk secara illegal (LIPI, 2008).


Untuk memfasilitasi aktivitas lintas batas, Pemerintah Indonesia dan
Malaysia telah menyepakati penetapan 27 titik Pos Lintas Batas (exitentry
point) melalui Border Crossing Agreement (BCA) IndonesiaMalaysia
tanggal 12 Januari 2006. Ditinjau dari klasifikasinya, terdapat 2 PLB
Internasional dan 25 PLB tradisional. Sedangkan ditinjau dari tipologinya,
terdapat 4 PLB laut dan 23 PLB darat. PLB Entikong sejak 25 Februari
1991 telah diresmikan sebagai Pos Lintas Batas Internasional atau istilah
dalam keimigrasian disebut dengan Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI).
Sesuai hasil kesepakatan SOSEK MALINDO, beberapa PLB tradisional
akan ditingkatkan statusnya menjadi PLB internasional, antara lain PLB
Nanga Badau di Kapuas Hulu dan PLB Aruk di Sambas. Keberadaan Pos
Lintas Batas beserta fasilitas bea cukai, imigrasi, karantina dan keamanan
(CIQS) sebagai gerbang yang mengatur arus keluar masuk orang dan
barang di kawasan perbatasan sangat penting. Sebagai pintu gerbang
negara, sarana dan prasarana ini diharapkan dapat mengatur hubungan
sosial ekonomi antar masyarakat Indonesia dengan masyarakat wilayah
Negara tetangga (Malaysia). Meskipun telah ditetapkan PLB tradisional
dan internasional di beberapa lokasi tersebut, namun kegiatan illegal
masih sulit untuk dikendalikan. Hal ini disebabkan pintu lintas batas tidak
resmi jauh lebih banyak dari pada PLB resmi. Sebagai contoh, di
Kalimantan

Barat tercatat sebanyak

50 jalur jalan

setapak

yang

menghubungkan 55 desa di Kalimantan Barat dan 32 kampung di


Sarawak, dan hanya 12 desa yang ditetapkan sebagai Pos Lintas Batas
(PLB). Permasalahan lainnya adalah penempatan petugas yang jauh dari
garis perbatasan (4 Km) serta banyaknya pemohon Pas Lintas Batas dari
kecamatan di luar kecamatan perbatasan yang disebabkan oleh
pemekaran wilayah. Kendala yang lain adalah dalam hal penyediaan
sarana

dan

prasarana

penunjang

seperti

alat

transportasi,

alat

komunikasi, listrik, air dan peralatan kantor yang tidak memadai.

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -32

2.9.

Isu-Isu Strategis

A. Batas Wilayah Negara


1.

Belum disepakatinya

beberapa

segmen

batas

Negara

dengan

Malaysia. Segmen batas darat dengan Negara tetangga belum


disepakati dimana masih terdapat 5 OBP dengan Malaysia yang
belum

tuntas

disektor

barat, diantaranya (a) Tanjung

Datu: Hasil

pengukuran bersama tidak sesuai dengan perjanjian tahun 1891


sehingga Indonesia dirugikan seluas 1.499Ha (Zona Status Quo
Camar Bulan); (b) TITIK D 400: Hasil survey RIMalaysia tahun
1987/1988 tidak menemukan Watershed;(c) GunungRaya: Garis
batas G. Raya I & II, hasil joint survei tidak dapat disepakati oleh
kedua pihak : (d) S. Buan/G. Jagoi : Kenyataan di lapangan tidak
sesuai

dengan

konvensi

London

1928;

(e)

Batu

Aum

Penerapan arah &jarak tidakditerima kedua belah pihak.


2.

Kondisi pilar batas negara yang terancam rusak, hilang dan bergeser.
Ancaman hilangnya sebagian wilayah RI di perbatasan Kalimantan
Barat dengan Malaysia Timur akibat rusaknya patok batas Negara
setidaknya kini menjadi 21 patok yang terdapat di Kecamatan Seluas,
kabupaten Bengkayang, memerlukan perhatian. Selain di Kabupaten
Bengkayang, kerusakan patokpatok batas juga terjadi di wilayah
Kabupaten Sintang dan Kapuas Hulu, masingmasing berjumlah tiga
dan lima patok.

B. Pertahanan, Keamanan, dan Hukum


1.

Minimnya sarana dan prasarana

Pos Lintas

Batas

(PLB)

di

perbatasan Kalimantan Barat. Kawasan perbatasan mempunyai posisi


strategis yang berdampak terhadap hankam dan politis mengingat
fungsinya sebagai outlet terdepan Indonesia, dimana terjadi banyak
pelintas batas baik dari dan ke Indonesia maupun Malaysia. Ancaman
di bidang hankam dan politis ini perlu diperhatikan mengingat
kurangnya

pos

lintas

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

batas

legal

yang

disepakati

Hal : II -33

oleh kedua belah pihak,

misalnya

di

Kalimantan

Barat

dengan

Serawak/ Sabah hanya ada 2 pos lintas batas legal dari 16


poslintas batas yang ada.
2.

Adanya

potensi perselisihan

dengan negara

tetangga

terkait

perbatasan negara. Adanya masalah atau gangguan hubungan


bilateral antar negara yang berbatasan akibat adanya

peristiwa

peristiwa baik yang terkait dengan aspek keamanan dan politis,


maupun pelanggaran dan eksploitasi sumber daya alam yang lintas
batas negara, baik sumber daya alam darat maupun laut.
3.

Maraknya pelintas batas tradisional ilegal. Banyaknya pelanggaran


batas

yang

dilakukan WNI ataupun WNA diakibatkan

oleh

tidak jelasnya batas negara.


4.

Masih maraknya kegiatan illegal di perbatasan. Jenisjenis kegiatan


illegal

yang

sering

terjadi

adalah

atau manusia), perdagangan gelap,

penyelundupan

human/woman

(barang
trafficking,

maupun perambahan hutan.


5.

Kegiatan eksploitasi SDA yang paling fenomenal di kawasan


perbatasan darat adalah pembalakan liar (illegal logging). Praktek
pembalakan liar dan eksploitasi hutan yang tidak mengindahkan
kelestarian, mengakibatkan kerusakan sumber daya hutan yang tidak
ternilai harganya, kehancuran kehidupan masyarakat dan kehilangan
kayu senilai milyaran Dollar AS, diantaranya berupa pendapatan
Negara setiap tahunnya. Kerugian tersebut belum menghitung
hilangnya nilai keanekaragaman hayati serta jasajasa lingkungan
yang dapat dihasilkan dari sumber daya hutan.

6.

Isu perpindahan wilayah dan pergantian status kewarganegaraan di


daerah perbatasan Kalimantan Barat Serawak (Malaysia) perlu
diperhatikan dengan serius. Kenyataannya, hamper seluruh penduduk
di

desadesa

perbatasan

menggunakan

fasilitas

pendidikan,

kesehatan, listrik, maupun air bersih dari Malaysia tanpa dipungut


biaya atau gratis.

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -34

C. Ekonomi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup


1.

Pola dan struktur

perkembangan ekonomi daerah

di

kawasan

perbatasan belum berimbang, dimana sebagian (daerah) WKP masih


memiliki

tipologi

perekonomian

yang

relatif

tertinggal (Sambas, Sintang, dan Kapuas Hulu).


2.

Potensi

SDA,

berupa

tanaman

bahan

makanan,

tanaman

perkebunan, kehutanan, perikanan, dan penggalian memiliki peran


penting bagi perkembangan ekonomi kawasan perbatasan di
Kalimantan Barat dimana bidang usaha ini menjadi sektor basis di
sebagian besar WKP. Potensi SDA yang menjadi sektor basis di
kawasan ini meliputi: (a) Tanaman bahan makanan di Kabupaten
Sambas, Bengkayang, dan Kapuas Hulu; (b) Tanaman perkebunan di
Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang, dan Kapuas Hulu;

(c)

Peternakan dan hasilhasilnya di Sintang dan Kapuas Hulu;

(d)

Kehutanan

(e)

di

Sanggau, Sintang,

dan

Perikanan di Sambas, Bengkayang,

Kapuas Hulu;
dan

Kapuas

Hulu; (f) Pertambangan tanpa migas di Sanggau dan Sintang; serta


(g) Penggalian di Bengkayang, Sintang, dan Kapuas Hulu.
3.

Sektor industri

pengolahan

belum

tumbuh

merata

dan

baru

terkonsentrasi di Kabupaten Sanggau.


D. Sosial dan Budaya
1.

Rendahnya kesejahteraan penduduk di kawasan perbatasan yang


disebabkan oleh rendahnya aksesibilitas. Keterisolasian ini menjadi
pemicu tingginya keinginan masyarakat setempat menjadi pelintas
batas ke Negara tetangga (contohnya Malaysia), bahkan berani
melakukan kegiatan illegal guna memenuhi kebutuhan hidupnya
mengingat tingkat perekonomian Malaysia lebih berkembang.

2.

Minimnya pelayanan

sosial dasar. Tingkat

pelayanan

kesehatan,

pendidikan, dan keterampilan penduduk di perbatasan umumnya


masihrendah sehingga kualitas

SDM

relative

tergolong

rendah.

Sarana prasarana pendidikan dan kesehatan di perbatasan masih

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -35

terbatas. Peningkatan pelayan public terutama transportasi, informasi,


pendidikan dan kesehatan sulit diwujudkan tanpa adanya insentif
(guru, dokter, penyuluh maupun sector swasta), termasuk sangat
terbatasnya sarana prasarana pendidikan dan kesehatan.
3.

IPM Kalbar berada pada urutan ke 27 dari 33 Provinsi yang ada


di Indonesia dengan angka skor 68, sehingga menempatkan Kalbar
sebagai Provinsi yang IPMnya terendah di Kalimantan. Kemudian
(World Bank,2010). KabupatenKabupaten yang berada di wilayah
perbatasan Kalbar dan Sarawak Malaysia, kondisi IPM hamper
semuanya berada pada posisi terendah dengan skor berada di bawah
70. Sedangkan kondisi pendidikan berdasarkan indicator Angka Melek
Huruf (AMH) angka terendah di wilayah kabupaten perbatasan berada
di kabupaten Bengkayang (85,9%) dan Kabupaten Sintang (86,2%).
Kondisi kesehatan berdasarkan indicator Angka Harapan Hidup (AHH)
angka terendah di wilayah kabupaten perbatasan berada di
Kabupaten Sambas (60,1%). Berdasarkan indicator persentase
penduduk miskin, persentase penduduk miskin tertinggi di wilayah
perbatasan juga berada di Kabupaten Sambas sebanyak (16, 61%).

4.

Arus informasi dan komunikasi sangat minim di kawasan perbatasan


dan cenderung informasi dari negara tetangga.

E. Kelembagaan
1

Belum adanya keterpaduan kebijakan antara pusat dan daerah dalam


rangka pembangunan dan memajukan kawasan perbatasan.

Sinkronisasi dan keterpaduan program yang masihrendah.

2.5. Arah Kebijakan dan Strategi


A. Batas Wilayah Negara
Arah kebijakan:

Mempercepat kejelasan batas wilayah negara

dengan negara tetangga.


Strategi untuk mendukung arah kebijakan ini adalah:
(a) Peningkatan upaya diplomasi perbatasan dalam rangka penetapan

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -36

batas wilayah negara (demarkasi);


(b) Peningkatan

kualitas

Program

IRM

(Investigation,

Refixation,

Maintenance) dengan cara melengkapi petugas IRM Indonesia


dengan ditunjang dengan peralatan, sarana dan prasarana kerja yang
memadai minimal setara dengan peralatan yang dimiliki oleh tim IRM
Malaysia. Kualitas tersebut akan lebih baik lagi jika dibarengi dengan
melibatkan masyarakat lokal perbatasan sebagai bagian dari Tim IRM
Indonesia.
B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum
Arah kebijakan : Mempercepat pembangunan sistem pengamanan
perbatasan yang terintegrasi, handal, serta mengoptimalkan kerjasama
antar negara untuk meneg akan kedaulatan, keamanan, dan hukum.
Strategi untukmendukung arah kebijakan ini adalah:
(a) Penyediaan sistem pertahanan dan keamanan
terintegerasi.

Wilayah

perbatasan

negara

perbatasan yang

yang

sangat

luas

memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini tidak


terlepas dari masalahmasalah yang timbul dari berbagai kegiatan
illegal yang marak terjadi di kawasan perbatasan. Selain itu,
keterbatasan pos pengamanan perbatasan dan fasilitasnya di
perbatasan Kalimantan
efektifnya

BaratSearawak

pengamanan

wilayah

penjaga dan fasilitas yang

menjadi

kendala

bagi

perbatasan.

Jumlah

pos

tersedia

tidak sebanding

dengan

panjangnya garis perbatasan darat wilayah Indonesia. Demikian


juga dengan jumlah pos polisi di sepanjang perbatasan yang masih
minim baik jumlah maupun fasilitasnya. Oleh karena itu, ke depan
fasilitas pos penjaga perbatasan dan kantor polisidi kawasan
perbatasan perlu ditingkatkan.
(b) Peningkatan

sarana

prasarana

dan

pelayanan

CIQS

yang

terintegerasi di Pos Lintas Batas (PLB). Keberadaan Pos Lintas Batas


(PLB)

deserta

fasilitas

bea

cukai,

imigrasi,

karantina, dan

keamanan (CIQS) sebagai pintu/gerbang yang mengatur arus keluar

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -37

masuk (exit/entry) orang dan barang di kawasan perbatasan Sangay


penting.

Sebagai

pintu

gerbang

negara,

keberadaan

PLB

diharapkan dapat mengaturhubungan social dan ekonomi antara


masyarakat

Indonesia

dengan

masyarakat

di

wilayah

negara

tetangga. Untuk mendukung kelancaran fungs PLB ini, maka harus


disiapkan

infrastruktur

representatif,

jalan,

pendukung

seperti

pasokan listrik,

bangunan

alat komunikasi,

yang

peralatan

teknologi informasi yang memadai, dan lain sebagainya.


(c) Peningkatan kerjasama

keamanan dengan degara

tetangga.

Masalah perbatasan tidak dapat diselesaikan oleh suatu negara tanpa


melibatkan negara tetangga, karena kegiatankegiatan illegal yang
berlangsung di kawasan perbatasan melibatkan pelaku (actors)
maupun sasaran (target) yang bersifat lintas batas. Untuk menangani
masalah ini perlu dilakukan kerjasama yang melibatkan aparat
keamanan baik militer maupun polisi antara negara yang berbatasan.
Kegiatan kerjasama yang bisa dilakukan antara lain patroli bersama
pengamanan perbatasan, tukar menukar informasi intelijen, dan
sebagainya.

C. Ekonomi, SDA dan LH


Arah kebijakan: Penciptaan keberimbangan pertumbuhanekonomi da
erah(balance growth) pada kawasan perbatasan di Provinsi Kalimantan
Barat

melalui

pusatpusat

pertumbuhan

baru

(cluster).

PKSN

Jagoibabang, PKSN Jasa, dan PKSN Nanga Badau, dengan prioritas


pengembangan pertanian tanaman keras dan industri berat, yang
berorientasi ke PKW/PKSN Entikong, PKSN Temajok Aruk, PKW
Putussibau, dan PKW Sambas.
Strategi yang dapat dilakukan antara lain dengan :
(a) Penciptaan sinergi kegiatan produksi dan

distribusi

antara

daerah

cepat maju dan cepat tumbuh dengan daerah lain di sekitarnya


khususnya

daerah

yang

relatiif

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

tertinggal

perekonomiannya

Hal : II -38

(Kabupaten Sambas, Sintang, dan Kapuas Hulu);


(b) Pemberian prioritas pembangunan kepada daerah yang relatif
tertinggal

perkembangan

ekonominya

agar

mampu

mengejar

ketertinggalan dari daerah lain.


Arah kebijakan: Mempercepat peningkatan daya saing ekonomi dan
kesejahteraan

masyarakat

pada

kawasan perbatasan

di provinsi

Kalimantan Barat.
Strategi yang dapat dilakukan antara lain:
(a) Peningkatan

produktivitas

tanaman

bahan

makanan,

tanaman

perkebunan, kehutanan, perikanan, dan penggalian;


(b) Pengembangan pusatpusat industri

pengolahan

yang

melayani

kawasan produksi;
(c) Pengembangan jalur

distribusi dan sistem

tata

niaga

yang

menguntungkan produsen;
(d) Peningkatan keterampilan angkatan kerja setempat
berbasis potensi yang ada;
(e) Pengembangan sektor ekonomi unggulan dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan;
(f) Penyediaan sarana dan prasana pendukung pengembangan sektor
unggulan serta kemudahan akses permodalan;
(g) Pemberdayaan kegiatan ekonomi lokal pada desadesa yang
termasuk kecamatan lokasi prioritas.
Arah kebijakan: Memepercepat penyelarasan pemanfaatan sumber
daya alam terutama dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan
hidup dan keberlangsungan ekosistem.
Strategi untuk mendukung arah kebijakan iniadalah:
(a) Mewujudkan keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan
sebaran yang proporsional dengan mengoptimalkan aneka fungsi
hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi
produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan
ekonomi, yang seimbang dan lestari;
(b) Peningkatan daya dukung dan pengurangan daya rusak daerah

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -39

aliran sungai;
(c) Pemberdayaan

masyarakat

secara

partisipatif,

berkeadilan, dan

berwawasan lingkungan, untuk menjamin distribusi manfaat yang


berkeadilan dan berkelanjutan;
(d) Pengembangan kegiatan budidaya yang berwawasan lingkungan di
dalam kawasan hutan dengan menerapkan pola insentif dan
disinsentif, serta pengawasan dan penegakan hukum.
Arah kebijakan: Mempercepat upaya peningkatan pemanfaatan
sumberdaya perikanan dalam mendukung ekonomi dan tetap menjaga
kelestariannya.
Strategi untuk mendukung arah kebijakan iniadalah:
(a) Penataan dan perbaikan lingkungan perikanan budidaya;
(b) Penataan industri perikanan dan kegiatan ekonomi masyarakat di
wilayah pesisir;
(c) Peningkatan peran aktif masyarakat dan swasta dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan;
(d) Peningkatan kualitas pengolahan dan nilai tambah produk perikanan
melalui pengembangan teknologi pasca tangkap/ panen;
(e) Peningkatan kemampuan SDM danpenyuluhperikanan; dan
(f) Penguatan sistem kelembagaan dan pengembangan peraturan
daerah sebagai instrumen penting untuk mempertegas pengelolaan
sumber daya perikanan yang ada.
Arah

kebijakan:

Mempercepat

uapaya

pengembangan

usaha

pertaniandengan pendekatan kewilayahan secara terpadu. Strategi yang


dapat

dikembangkan

agribisnis

dengan

adalah: Penyusunan

tujuan

untuk

konsep

meningkatkan

pengembangan

kelayakan

dalam

pengembangan/ skala ekonomi, sehingga akan lebih meningkatkan


efisiensi dan nilai tambah serta mendukung pembangunan pedesaan dan
perekonomian daerah.
Arah

kebijakan:

mempercepat

untuk meningkatkan daya

saing

penyusunan

langkahlangkah

produk pertanian dan

perikanan.

Strateginya melalui dorongan untuk peningkatan pasca panen dan

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -40

pengolahan hasil pertanian dan perikanan, sistem standar mutu dan


keamanan pangan, melindung ipetani dan nelayan dari persaingan yang
tidak sehat.
D. Sosial dan Budaya
Arah kebijakan: Mempercepat peningkatan kualitas sumber daya
manusia (SDM) di kawasan perbatasan Kalimantan Barat.
Strategi untukmendukung keberhasilan arah kebijakan ini adalah:
(a) Peningkatan akses dan pelayanan kesehatan, air bersih dan sanitasi
lingkungan bagi masyarakat perbatasan dengan sistem dan didesain
khusus

sesuai

karakteristik

wilayah berupa

kepulauan serta

memperhatikan kearifan kokal.


(b) Peningkatan akses dan pelayanan pendidikan bagi masyarakat
perbatasan dengan sistem yang didesain khusus sesuai karakteristik
wilayah berupa kepulauan serta memperhatikan kearifan lokal.
Kawasan perbatasan laut dan pulaupulau kecil terluar sangat
tertinggal pada dunia pendidikan bila dibandingkan dengan daerahdaerah lain di Indonesia.
E. Kelembagaan
Arah kebijakan: Mempercepat penguatan kapasitas kelemagaan
pembangunan kawasan perbatasan di wilayah Kalimantan Barat.
Arah kebijakan dalam rangka penguatan kapasitas kelembagaan
dalam upaya pengembangan kawasan perbatasan secara terintergrasi
dapat dilakukan dengan strategi sebagai berikut:
(a) Mempertegas pembagian wewenang antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dalam pengelolaan perbatasan;
(b) Mendorong integrasi dokumen pengelolaan perbatasan dengan
dokumen

perencanaan

pembangunan nasional serta dokumen

penganggaran;
(c) Peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur, sarana prasarana
satuan kerja pengelola kawasan perbatasan; dan

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -41

(d) Penguatan kapasitas pemerintah kecamatan dan desa di perbatasan.


(e) Menggali sumbersumber pembiayaan bagi pengembangan kawasan
perbatasan melalui kemitraan dengan stakeholder nonpemerintah,
khususnya swasta.
2.6. Program Pembangunan Kawasan Perbatasan Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang
berbatasan dengan 10 negara tetangga di darat dan di laut. Di laut,
Indonesia berbatasan dengan India, Singapura, Malaysia, Thailand,
Vietnam, Filipina, Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua New Guinea.
Sedangkan di darat Indonesia berbatasan dengan Malaysia, Timor Leste,
dan Papua New Guinea. Kawasan perbatasan Indonesia dengan negara
tetangga tersebar di 12 provinsi yaitu : (i) NAD, (ii) Sumatera Utara, (iii)
Riau, (iv) Kepulauan Riau, (v) Kalimantan Barat, (vi) Kalimantan Timur,
(vii) Sulawesi Utara, (viii) Maluku; (ix) Maluku Utara; (x) Nusa Tenggara
Timur; (xi) Papua, dan (xii) Papua Barat. Setidaknya, terdapat 38 wilayah
kabupaten/kota di kawasan perbatasan yang secara geografis dan
demografis berbatasan langsung dengan negara tetangga, serta perlu
memperoleh perhatian khusus.
Isu pengembangan kawasan perbatasan negara dalam beberapa
tahun terakhir telah menjadi topik yang sering dibicarakan dalam berbagai
kesempatan, mulai dari rapat-rapat terbatas dan koordinasi antar
departemen/instansi pusat dan daerah, seminar, lokakarya, pembahasan
di DPR, sampai ke sidang kabinet. Maraknya pembicaraan masalah
perbatasan ini sebenarnya telah dimulai sejak dulu. Terutama sejak
dibukanya pintu perbatasan (border gate) di beberapa titik di Kalimantan,
yang ternyata telah memperlihatkan kepada masyarakat Indonesia,
khususnya masyarakat di sekitar perbatasan dan masyarakat Indonesia
pada

umumnya,

bahwa

ada

kesenjangan

sosial,

ekonomi

dan

kesejahteraan antara masyarakat perbatasan di Indonesia dan di


Malaysia.

Keputusan

Mahkamah

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Internasional

yang

menetapkan

Hal : II -42

kepemilikan Malaysia terhadap Pulau Sipadan-Ligitan serta terjadinya


konflik batas laut, misalnya di Blok Ambalat baru-baru ini, semakin
menambah ramainya perbincangan masalah perbatasan baik di darat
maupun laut.
Kesan kurangnya perhatian dari Pemerintah terhadap kawasan
perbatasan selalu dikaitkan dengan pendekatan pembangunan yang
digunakan dimasa lampau, yang lebih menekankan pada keamanan
(security) dibanding dengan peningkatan kesejahteraan (prosperity).
Apabila kita memperhatikan kondisi sosial, politik, dan keamanan pada
masa itu, terdapat kesan kuat bahwa dalam pengembangan kawasan
perbatasan lebih menekankan aspek dan pendekatan keamanan. Namun
pada saat ini dimana situasi kemanan yang semakin kondusif dan adanya
proses globalisasi yang ditandai dengan berbagai kerjasama ekonomi baik
regional maupun sub-regional, maka pendekatan keamanan perlu disertai
dengan pendekatan kesejahteraan secara seimbang. Dipihak lain,
beberapa negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Indonesia
telah

mengembangkan

daerah

perbatasannya

sebagai

kawasan

pertumbuhan ekonomi yang telah maju dengan berbagai sarana dan


prasarana fisik yang lengkap serta sumberdaya manusia yang berkualitas.
Penataan Ruang Kawasan Perbatasan saat ini telah ditetapkan
sebagai Kawasan Strategis Nasional dari sudut pandang pertahanan dan
keamanan. Penggunaan istilah ini bukan berarti pengembangan kawasan
perbatasan semata-mata berorientasi kepada pendekatan hankam
semata. Pendekatan kesejahteraan bersama-sama dengan pendekatan
hankam dan lingkungan menjadi strategi pengembangan kawasan
perbatasan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk
menjamin kedaulatan wilayah NKRI.
2.6.1. Isu Pembangunan Kawasan Perbatasan
Kawasan perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil terluar, memiliki
potensi sumber daya alam (SDA) yang sangat besar yang dapat

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -43

dioptimalkan

pemanfaatannya

untuk

meningkatkan

pertumbuhan

perekonomian daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain


itu, kawasan perbatasan merupakan kawasan yang sangat strategis bagi
pertahanan dan keamanan negara. Potensi yang dimiliki oleh kawasan
perbatasan bernilai ekonomis yang sangat besar, terutama potensi
sumberdaya alam (hutan, tambang dan mineral, perikanan dan kelautan)
yang terbentang di sepanjang dan di sekitar perbatasan. Sebagian besar
dari potensi sumberdaya alam tersebut belum dikelola dan sebagian lagi
merupakan kawasan konservasi atau hutan lindung yang memiliki nilai
sebagai paru-paru dunia (world heritage) yang perlu dijaga dan
dilindungi. Beberapa sumberdaya alam tersebut saat ini berstatus taman
nasional dan hutan lindung yang perlu dijaga kelestariannya, seperti:
Cagar Alam Gunung Nyiut, Taman Nasional Bentuang Kerimun, dan
Suaka Margasatwa Danau Sentarum yang sangat indah di Kalimantan
Barat. Selain itu terdapat pula Taman Nasional Kayan Mentarang di
Kalimantan Timur dan Taman Nasional Wasur di Merauke, Papua. Potensi
lainnya adalah kawasan perairan di Sangihe Talaud dan di Riau
Kepulauan yang memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan sering
menjadi daerah tangkap tidak sah bagi nelayan Philipina dan Thailand.
Namun demikian, hingga saat ini kondisi perekonomian sebagian
besar wilayah di kawasan perbatasan tersebut masih relatif tertinggal jika
dibandingkan dengan pembangunan di wilayah lain. Di beberapa kawasan
terjadi kesenjangan pembangunan kawasan perbatasan dengan negara
tetangga. Kondisi ini pada umumnya disebabkan oleh masih terbatasnya
ketersediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi seperti sarana dan
prasarana perhubungan, telekomunikasi, permukiman, perdagangan,
listrik, air bersih, pendidikan, dan kesehatan. Keterbatasan sarana dan
prasarana sosial ekonomi di kawasan perbatasan tersebut menyebabkan
minimnya kegiatan investasi, rendahnya optimalisasi pemanfaatan SDA,
rendahnya penciptaan lapangan pekerjaan, sulit berkembangnya pusat
pertumbuhan,

keterisolasian

wilayah,

ketergantungan

masyarakat

terhadap pelayanan sosial ekonomi dari negara tetangga, tingginya biaya

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -44

hidup, serta rendahnya kualitas sumberdaya manusia.


Pengembangan perekonomian kawasan perbatasan perlu dilakukan
secara seimbang dengan pengelolaan aspek keamanan yang juga sering
muncul sebagai isu krusial di kawasan ini. Kegiatan eksploitasi SDA
secara ilegal oleh pihak asing, seperti illegal logging dan illegal fishing,
masih marak terjadi dan menyebabkan degradasi lingkungan hidup.
Adanya kesamaan budaya dan adat antara masyarakat di kedua negara
serta faktror kesenjangan ekonomi menyebabkan munculnya mobilitas
penduduk lintas batas yang memerlukan penanganan khusus. Lemahnya
sistem pengawasan di kawasan perbatasan menyebabkan adanya potensi
kerawanan kawasan ini terhadap transnasional crime. Permasalahan lain
yang tidak dapat dilepaskan dalam pengelolaan kawasan perbatasan
adalah belum disepakatinya penetapan wilayah negara di beberapa
segmen batas darat dan laut melalui kesepakatan dengan negara
tetangga. Kerusakan atau pergeseran sebagian patok-patok batas darat
sering menyebabkan demarkasi batas di lapangan menjadi kabur. Perlu
diperhatikan pula eksistensi pulau-pulau terluar yang menjadi lokasi
penempatan Titik Dasar/Titik Referensi sebagai acuan dalam menarik
Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.

2.6.2. Strategi Pembangunan Kawasan Perbatasan


Untuk menjadikan kawasan perbatasan sebagai kawasan beranda
depan yang berinteraksi positif dengan negara tetangga, diperlukan upaya
dan komitmen dari seluruh komponen bangsa, mulai dari pemerintah
pusat dan daerah, legislatif, dunia usaha, masyarakat adat dan
sebagainya. Dari pemerintah diperlukan adanya kebijakan nasional dan
strategi pengembangan serta investasi sarana dan prasarana fisik dasar
seperti jalan, pelabuhan, air bersih, listrik dan sebagainya. Pihak legislatif
perlu mendukung setiap kebijakan dan peraturan yang berkaitan dengan
pengembangan kawasan perbatasan, sedangkan dari dunia usaha
diperlukan

dukungan

investasi

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

bagi

pengembangan

pertumbuhan

Hal : II -45

ekonomi

seperti

kawasan-kawasan

perdagangan,

berikat,

industri,

pariwisata, dan kawasan lainnya. Bagi masyarakat di sekitar perbatasan


seperti masyarakat adat, perlu diikutsertakan secara aktif dalam setiap
pengambilan keputusan karena mereka merasa memiliki hak-hak ulayat
yang telah ada sejak sebelum Republik berdiri. Namun pengorbanan
masyarakat adat ini perlu disertai dengan reward kepada mereka yang
diatur secara adil dan transparan.
Strategi pengembangan kawasan perbatasan secara umum meliputi:
1) Menjadikan kawasan perbatasan sebagai pintu gerbang ke negara
tetangga.
2) Membangun kawasan perbatasan dengan pendekatan kesejahteraan
(prosperity), keamanan (security), dan lingkungan (environment)
secara serasi.
3) Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di kecamatankecamatan yang langsung berbatasan secara selektif dan bertahap
sesuai prioritas dan kebutuhan.
4) Meningkatkan perlindungan sumberdaya alam hutan tropis (tropical
forest) dan kawasan konservasi, serta mengembangkan kawasan
budidaya secara produktif bagi kesejahteraan masyarakat lokal.
5) Meningkatkan

kualitas

sumberdaya

manusia

(SDM)

melalui

pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, perhubungan dan


informasi.
6) Meningkatkan kerjasama pembangunan di bidang sosial, budaya,
keamanan dan ekonomi dengan negara tetangga.
Sedangkan strategi pengembangan kawasan perbatasan secara
khusus harus disesuaikan dengan kondisi potensi dan masalah di masingmasing kawasan perbatasan. Beberapa model pengembangan kawasan
perbatasan darat yang dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi dan
potensi kawasan perbatasan yang ada antara lain sebagai pusat
pertumbuhan,

transito,

stasiun

riset

dan

pariwisata

alam,

serta

agropolitan. Di dalam masing-masing model tersebut dapat dibangun

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -46

beberapa komponen pembentuk kawasan perbatasan, seperti PLB,


pelabuhan darat (dry port), kawasan wisata alam/lingkungan dan budaya,
akuakultur, kawasan berikat (bounded zone), kawasan industri, dan
welcome plaza. Pengembangan ekonomi kawasan perbatasan perlu
mempertimbangkan beberapa aspek antara lain pasar di negara tetangga,
potensi komoditas daerah, peluang bagi investasi swasta, serta jaminan
keamanan, baik di internal maupun yang berhubungan dengan negara
tetangga. Sedangkan konsep pengembangan kawasan perbatasan laut
perlu lebih ditekankan pada upaya pengembangan pulau-pulau terluar
yang tersebar dari mulai Selat Malaka, kepulauan Sangihe Talaud sampai
di bagian selatan yaitu Pulau Wetar beserta kawasan di sekitarnya. Pulaupulau terluar yang merupakan halaman depan negara di wilayah laut,
harus dikembangkan segera sesuai fungsi dan potensi pulau. Masalah
yang sering ditemui di sebagian besar pulau kecil terluar antara lain
adalah tidak tersedianya sarana dan prasarana dasar dan ekonomi, tidak
terjaga oleh aparat keamanan, penduduknya lebih banyak berorientasi ke
negara tetangga karena letak pulau yang lebih dekat ke negara tetangga,
sangat

minimnya

akses

informasi

terhadap

negara

sendiri,

dan

sebagainya.
2.6.3. Kebijakan Dan Program
Pembangunan kawasan perbatasan merupakan salah satu komitmen
dan kebijakan pembangunan yang telah digariskan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2004-2025. Dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2004-2025, salah satu arah
kebijakan pembangunan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang
merata dan dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsa di berbagai
wilayah Indonesia dilakukan melalui pengembangan kawasan perbatasan
termasuk pulaupulau kecil terluar yang selama ini luput dari perhatian.
Pengembangan kawasan perbatasan dimaksudkan untuk pengurangan
ketimpangan

antar

wilayah.

Salah

satu

sasaran

pengurangan

ketimpangan antar wilayah adalah terwujudnya percepatan pembangunan


Grand Design Kawasan Perbatasan
Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -47

di wilayah-wilayah cepat tumbuh dan strategis, wilayah tertinggal,


termasuk

wilayah

perbatasan

dalam

suatu

sistem

wilayah

pengembangan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis. Untuk mencapai


sasaran ini, kebijakan pembangunan diarahkan pada upaya untuk
pengembangan kawasan perbatasan dengan mengubah arah kebijakan
pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking
menjadi outward looking. Orientasi outward looking dimaknai kedalam
upaya-upaya untuk memanfaatkan kawasan perbatasan sebagai pintu
gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga.
Adapun pendekatan pembangunan yang dilakukan selain menggunakan
pendekatan yang bersifat keamanan, juga diperlukan pendekatan
kesejahteraan, termasuk pendekatan lingkungan.
Program Pengembangan Wilayah Perbatasan yang dilaksanakan
untuk mencapai dua tujuan sekaligus, yaitu:
(1) Menjaga keutuhan wilayah NKRI melalui penetapan hak kedaulatan
NKRI yang dijamin oleh hukum internasional; dan
(2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan menggali
potensi ekonomi, sosial dan budaya, serta keuntungan lokasi
geografis yang sangat strategis untuk berhubungan dengan negara
tetangga.

Grand Design Kawasan Perbatasan


Kecamatan Jagoi Babang

Hal : II -48

Anda mungkin juga menyukai