TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Karir
Karir adalah suatu rangkaian atau tahapan pekerjaan, jabatan, serta
kedudukan yang mengarah pada dunia kerja. 23 Selain itu, karir juga dapa diartikan
sebagai suatu perkembangan dan kemajuan dalam suatu pekerjaan serta rangkaian
sikap dan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama
rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus
berkelanjutan.24,25 Menurut munandir (1996), karir merupakan urutan posisi yang
terkait dengan pekerjaan yang diduduki seseorang sepanjang hidupnya. Karir juga
dianggap sebagai pola pengalaman berdasarkan pekerjaan (work-related
experiences) yang merentang sepanjang perjalanan pekerjaan yang dialami oleh
setiap individu/pegawai dan secara luas dapat dirinci ke dalam obyective events.26
2.2
Orientasi Karir
Orientasi karir adalah suatu bentuk sikap berupa kesiapan individu dalam
membuat keputusan untuk memilih dan menjalankan karir yang telah dipilih
dengan tepat. Orientasi karir merupakan paradigma yang menunjukan
kecenderungan arah individu dalam mengambil kesimpulan terhadap harapan
karir dimasa depan. Orientasi karir, secara objektif, terdiri dari dua aspek yaitu
aspek perkembangan sikap terhadap karir yang terdiri dari perencanaan dan
eksplorasi, serta aspek perkembangan pengetahuan dan keterampilan karir yaitu
membuat keputusan dan informasi karir. Jadi orientasi karir merupakan kesiapan
individu terhadap penentuan pilihan karir yang sesuai dengan harapan dimasa
depan secara tepat yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan keterampilan.27
Kematangan karir seseorang dapat digambarkan melalui lima dimensi,
antara lain informasi dan perencanaan, konsistensi pilihan karir, kristalisasi dan
kebijakan pilihan karir.28
a.
Informasi dan perencanaan merupakan dimensi yang berhubungan dengan
informasi tentang pilihan karir dan tingkat keterlibatan yang dimiliki
individu dalam aktivitas perencanaan karir.
b.
c.
d.
2.3
(13-14
tahun)
yaitu
ketika
anak
kegiatan
sesuai
3.
Realistik (19-25 tahun) pada tahap ini seorang individu sudah mampu
membuat perencanaan karir yang lebih rasional dan objektif. Tahap
realistis dibagi menjadi tiga subtahap yakni eksplorasi, kristalisasi, dan
spesifikasi. Pada subtahap eksplorasi, remaja mulai menerapkan
pilihan-pilihan yang telah dipikirkan pada tahap tentatif akhir, yaitu
yang sesuai dengan minat, kapasitas, dan nilai-nilai di masyarakat.
Subtahap berikutnya adalah kristalisasi, yaitu masa ketika remaja
mulai yakin dengan pilihan karir tertentu. Kemudian masuk subtahap
spesifikasi ketika remaja sudah mampu mengambil keputusan tentang
karir yang akan diambilnya.26,27
Teori perkembangan
Perencanaan karir merupakan perkembangan karir pada seseorang sebagai
individu
berkepentingan
untuk
melanjutkan
aspek-aspek
kerjanya.
Teori kepribadian
Teori ini memandang pilihan karir atau pekerjaan sebagai suatu ekspresi
dan
rencana
pensiun),
faktor-faktor
yang
dianggap
paling
Selain teori di atas, terdapat pula masa-masa tertentu dalam hidup individu
saat dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan karir. Menurut Gonzales (2008),
tugas perkembangan karir yaitu:31,32
a.
dari
preferensi
karir
mengharuskan
individu
untuk
c.
d.
Secara umum dapat disimpulkan perkembangan karir memiliki tahaptahap tertentu dengan sifat yang berbeda tiap tahapannya. Dari keunikan tiap
tahap tersebut kita dapat mempelajari tahap yang sesuai untuk melakukan
intervensi pemilihan karir dengan metode tertentu.
2.4
Pemilihan Karir
Teori pengharapan (Expectancy Theory) adalah landasan teori yang
digunakan
sebagai
landasan
teori
pemilihan
karir.
Teori
pengharapan
memperolehnya
3. Behavior component merupakan kegiatan untuk bertindak secara lebih
khusus dalam merespon kejadian dan informasi dari luar, sehingga
seseorang akan termotivasi untuk menjalankan tingkat usaha yang
tinggi.
Ketiga faktor ini mendasarkan pemilihan karir berdasarkan tingkat pemahaman
dan sikap seseorang.33
Menurut Kunartinah dkk (2003) empat tahapan dalam karir yaitu: 27
1. Memilih karir (career choose): terjadi antar masa remaja sampai umur
20, ketika manusia mengembangkan visi dan indentitas mereka yang
berkenaan dengan masa depan atau gaya hidup, sesuai dengan pilihan
jurusan dan pendidikan mereka.
Frekuensi
11
291
9
4
315
Persentase (%)
3.5
92.4
2.9
1.3
100.0
juga sudah menjadi variasi pilihan dalam pemilihan karir mahasiswa kedokteran
khususnya yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.
Menurut Rizma dkk, dari 9 sampel yang memilih bidang nonklinis,
sebanyak 4 sampel (1.3%) yang memilih pendidikan medis, 2 sampel (0.6%)
memilih kebijakan kesehatan, dan 1 sampel (0.3%) masing-masing memilih
administrasi pelayanan kesehatan, epidemiologi, dan kesehatan & keselamatan
kerja. Alasan mereka memilih bidang non-klinis tersebut sebagai pilihan karir
karena ingin memiliki kesempatan berkarir di tingkat Internasional (1.0%), ingin
menjelajahi bidang baru (0.3%), dan minat, stabilitas kerja, terinspirasi dari
seseorang, dan tidak percaya diri saat memeriksa pasien masing-masing 0.6%. 39
Kedokteran Komunitas
Salah satu alternatif pilihan karir di bidang nonklinis yang terus
berkembang adalah kedokteran komunitas (community medicine). kedokteran
komunitas adalah cabang kedokteran yang memusatkan perhatian kepada
kesehatan anggota-anggota komunitas, dengan menekankan diagnosis dini
penyakit, memperhatikan faktor-faktor yang membahayakan (hazard) kesehatan
yang berasal dari lingkungan dan pekerjaan, serta pencegahan penyakit pada
komunitas (The Free Dictionary, 2010).40, 41
Kedokteran komunitas memberikan perhatian tidak hanya kepada anggota
komunitas yang sakit tetapi juga anggota komunitas yang sehat. Sebab tujuan
utama kedokteran komunitas adalah mencegah penyakit dan meningkatkan
kesehatan anggota-anggota komunitas. Karena menekankan upaya pencegahan
penyakit, maka kedokteran komunitas kadang-kadang disebut juga kedokteran
pencegahan (preventive medicine). Kedokteran komunitas memberikan pelayanan
komprehensif dari preventif, promotif, kuratif hingga rehabilitatif. 40,41
Fokus perhatian kedokteran komunitas adalah masalah kesehatan dan
penyakit yang terjadi pada komunitas di mana individu tersebut tinggal, bekerja,
atau bersekolah. Implikasinya, kedokteran komunitas memberikan prioritas
perhatian kepada penyakit-penyakit yang menunjukkan angka kejadian yang
tinggi pada populasi, yang disebut public health importance. Untuk itu seorang
dokter yang berorientasi kedokteran komunitas diharapkan memiliki kemampuan
untuk menghitung frekuensi penyakit dan angka kejadian penyakit pada populasi,
mendiagnosis
masalah
penyakit
pada
populasi
(community
diagnosis),
berbeda secara signifikan mengenai persepsi mereka mengenai hal yang tidak
menarik dalam ilmu kedokteran (P<0,01) dan apabila mereka dibandingkan
menurut umur dan tahun seberapa lama mereka telah belajar ilmu kedokteran
(P<0,01). Kebanyakan mahasiswa yang memilih karir non klinis setuju bahwa
penting untuk lulusan fakultas kedokteran untuk mengejar karir non klinis
(P<0,01) dan mereka yakin mereka akan sukses dibidang tersebut (P<0,05).42
Bidang Karir Nonmedis
Menurut Rizma, dkk, pilihan karir di bidang non-medis, dari 4 sampel
yang memilih, sebanyak masing-masing 1 sampel (0.3%) memilih menjadi
peneliti, berpolitik, bekerja di bidang perdagangan, dan bekerja di bidang seni dan
budaya. Alasan mereka memilih bidang non-medis tersebut sebagai pilihan karir
karena tidak berniat melakukan praktik klinis sebagai full time job (1.0%) dan
tingkat pendapatan dokter yang rendah (0.3%).39
2.6
penting dan kompleks. Selain faktor minat dan bakat, terdapat banyak faktor lain
yang mempengaruhi pemilihan karir, seperti prospek karir di masa depan, gaya
hidup yang diinginkan, jumlah penghasilan, keseimbangan pekerjaan kehidupan,
bakat dan keterampilan yang dirasakan, kepuasan intelektual, jumlah kontak
dengan pasien, serta faktor demografis, seperti jenis kelamin, usia, dan tempat
tinggal.43,44
Faktor lain meliputi latar belakang pendidikan, pencapaian dan prestasi
selama pendidikan, peran orang tua meliputi pekerjaan, penghasilan serta
intervensi orang tua dimana teori occupational following menyatakan banyak anak
akan mengikuti jejak orang tuanya. Beberapa penelitian lain menyatakan bahwa
adaya role models yang baik ternyata dapat meningkatkan ketertarikan mahasiswa
untuk memilih bidang tersebut sebagai salah satu pilihan karir, hal tersebut
dibuktikan oleh penelitian di Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa banyak
wanita yang memilih spesialisasi seperti ilmu penyakit dalam dan ilmu kesehatan
telinga, hidung, dan tenggorokan karena banyak dokter wanita menjadi role
models yang sukses di bidang tersebut, dan kebalikannya di bidang radiologi yang
sedikit dokter role models wanita maka sedikit juga mahasiswa kedokteran wanita
yang memilih karir menjadi spesialis radiologi.44-48
Dalam dunia kedokteran, Glynn dan Kerin (2010) menemukan beberapa
faktor teratas yang mempengaruhi pemilihan karir pada mahasiswa kedokteran,
yaitu:34
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Swasta
14,
bidang kedokteran merupakan profesi dengan pilihanTipepaling
banyak.
kepribadian
mahasiswa
Misi/struktur:
Struktur departemen
Penekanan penelitian
Biaya kuliah
Komposisi fakultas
Maturasi
Life events
Pendidikan
Prestasi
Keuangan
Panitia pendaftaran
Komposisi
mahasiswa
Nilai fakultas
Budaya
lembaga
Panitia kurikulum
Kurikulum
Konten
Format
Lokasi
Nilai lulusan
Memenuhi:
Memenuhi:
Personal
Personal
Sosial
Sosial
Ekspektasi
Ekspektasi orang
orang
lain
lain
Persepsi
Persepsi terhadap
terhadap
bidang
bidang spesialis
spesialis
Karakteristik
spesialistik
Kontak pasien
Pendapatan
Aspek teknis
Pilihan
n
Nurture (buatan)
Pengalaman klinis
Paparan role model
Kesan dari fakultas dan staf klinis
Kesan pada prestise disiplin
Paparan penelitian
Pengalaman post-kualifikasi
Finansial
yang luas pula. Tidak dapat dipungkiri bahwa jenjang karir dokter memiliki
banyak varietas dibandingkan profesi lain35 sehingga dokter lebih sulit dalam
menentukan pilihan karir lanjutan.
Penelitian yang dilakukan dari Oktober 1994 hingga Oktober 2004
mengenai faktor-faktor terkait pilihan karir terhadap dokter yang baru lulus di
Negara Eropa menunjukkan bahwa lebih dari 60% dokter yang baru lulus dari
sekolah kedokteran lebih memilih untuk mengambil spesialisasi medis.
Persentase ini lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Aspek karir
menjadi lebih penting bagi laki-laki daripada perempuan. Beban kerja
merupakan alasan bagi wanita untuk menolak karir alternatif. Dokter pria
memilih bagian spesialisasi yang berbeda daripada wanita. Laki-laki lebih
memilih ilmu bedah dan penyakit dalam. Dokter perempuan terutama lebih
memilih obstetri-ginekologi dan pediatri. Di Inggris, usia saat memasuki
fakultas kedokteran bukan merupakan faktor yang signifikan dalam
mempengaruhi pilihan karir untuk mengambil spesialisasi.4
Tabel 3. Faktor-Faktor Terkait Pilihan Karir terhadap Dokter yang
Baru Lulus di Negara Eropa 4
Factors associated with
medical career choice
the
postgraduate
Personal characteristics
Enthusiasm
Self-appraisal related to expected tasks
Domestic circumstances
Life long calling
Human interest
Expected job characteristics
Working conditions
Working hours
Career and promotion prospects
Particular hospital teacher or department
Financial prospects
Job content
Prior experiences
Important
specialty
percentages
62-68
52-68
18-40
35
72
41-48
44-47
27-58
18-27
12-49
40
factor
choice
for
in
45-55
21-45
Karakteristik
personal
Antusias
62-68
Penilaian diri
52-68
Keadaan rumah 18-40
tangga/
dalam
negeri
Status sarjana
Umur
35
(lanjutan) 4,6
Faktor
Pengalaman
sebagai
mahasiswa
pengalaman
selama setahun
Kecendrungan
sebelum
menjalani
pendidkan
kedokteran
14
n
66
58
44
44
43
40
33
32
32
32
%
45,8
40,3
30,6
30,6
29,9
27,8
22,9
22,2
22,2
22,2
32
31
28
22,2
21,5
19,4
25
25
22
22
17,4
17,4
15,3
15,3
21
21
14
14
10
22
14,6
14,6
9,7
9,7
6,9
15,3
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 250 mahasiswa, terdiri atas 130
pria dan 120 wanita, yang berasal dari 5 fakultas kedokteran di Mangalore,
Karnataka India di dapatkan persentase yang memilih untuk mengambil
spesialisasi klinis yaitu sebanyak 95,26% dengan bidang spesialisasi ilmu
penyakit dalam, bedah, obstetri dan ginekologi, pediatri yang paling diminati,
sedangkan 4,74% memilih bidang preklinis dan paraklinis. Perbedaan jenis
kelamin cukup berpengaruh secara signifikan dalam pemilihan spesilisasi. Pria
lebih banyak memilih spesialisasi dibidang ilmu penyakit dalam, sedangkan
wanita lebih memilih utnuk mengambil spesialisasi di bidang obstetri-ginekologi
dan pediatri.49 Penelitian pada 590 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
King Khalid Saudi Arabia mengenai pilihan spesialisasi oleh mahasiswa
Gambar 1. Spesialisasi49
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 terhadap 771 mahasiswa dari 4
fakultas kedokteran di Pakistan mengenai preferensi spesialisasi mahasiswa
kedokteran di Pakistan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya didapatkan
bahwa kebanyakan mahasiswa memilih untuk mengambil spesialisasi dengan
persentase bedah dan subspesialisasinya sebanyak 50,3% diikuti penyakit dalam
dengan subspesialisasinya sebanyak 26.8%, pediatri 23.2%, kulit dan kelamin
16,7%, obstetric dan ginekologi 16,7%, jiwa 13,1%, radiologi 10,8%, THT 8,8%,
anestesi 8,7%, mata 7,5%, dan patologi klinik 61%, sedangkan yang memilih
administrasi kesehatan sebanyak 8,6%.49
Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan spesialisasi oleh lebih dari 70%
dari mahasiswa kedokteran adalah faktor personal, prestige, dan International
opportunities, sedangkan surgical skill, ketersediaan lapangan kerja, prospek
keuangan, dan prestasi akademik merupakan faktor yang mempengaruhi 50-70%
mahasiswa kedokteran. Lingkungan rumah sakit, orang tua, praktik umum, dan
kesehatan pribadi yang paling sedikit berpengaruh yaitu sekitar 50% atau kurang
mahasiswa kedokteran.49
Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa gaji yang tinggi lebih
mempengaruhi mahasiswa laki-laki (69,7%) untuk mengambil spesialisasi
daripada
mahasiswa
perempuan
(57,2%)
(p=0,003),
surgical
work/skill
mengambil spesialisasi, dengan bidang yang lebih diminati yaitu bedah (19,6%)
dan pediatri (16,0%) dengan (P<0,002), sedangkan persentase bidang yang lain
yaitu obstetri dan ginekologi (22,6%), anestesi (3,1%), jiwa (0,3%). 5 Faktor
ketertarikan dalam spesialisasi (66,6%), prospek karir (9,1%), dan skill/ bakat
(5,6%) adalah factor penentu utama pilihan karir untuk mengambil spesialisasi
medis daripada pengaruh faktor lain seperti pengaruh dari orang tua (1,7%),
dll.53,54
Tabel 7. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Spesialisasi Mahasiswa
Lulusan Fakultas Kedokteran di Nigeria 53,54
Factor
Men,
No Women, No (%)
(%)
Personal interest in specialty
144 (65.8)
47 (69.1)
Job
security/advancement 18 (8.2)
8 (11.8)
prospects
Appraisal of own skill/aptitudes
15 (6.8)
1 (1.5)
Influence of consultants/mentors
11 (5.0)
4 (5.9)
Prevailing concept of primary
10 (4.6)
2 (2.9)
Health care
Financial prospects (income)
8 (3.7)
3 (4.4)
Prestige of specialty
4 (1.8)
2 (2.9)
Altruistic motives
5 (2.3)
0 (0.0)
Influence of parents/relations
4 (1.8)
1(1.5 )
P
0.608
0.374
0.091
0.781
0.559
0.776
0.575
0.256
0.845
Number (%)
39/171 (22.8)
27/97 (27.8)
31/157 (19.7)
35/110 (31.8)
55/103 (53.4)
11/166 (6.6)
30/66 (45.5)
35/201 (17.4)
37/99 (37.4)
29/168 (17.3)
X2= 21.6, df=1, P=
0.000
26/54 (48.1)
37/208 (17.8)
utama seorang dokter umum adalah untuk mengidentifikasi penyakit serius lalu
merujuknya ke pelayanan yang bersifat spesialisasi (82%), tatalaksana pada
penyakit kronis (62%), hanya 38% yang memilih promosi kesehatan sebagai tugas
utama. Kebanyakan mahasiswa, baik perempuan maupun laki-laki menganggap
bahwa yang paling menarik dari pekerjaan dokter umum adalah dapat menangani
berbagai hal dan menantang (78%) dan memiliki kesempatan untuk bertemu
bermacam-macam pasien di berbagai usia dan menjalin hubungan dokter-pasien
yang komprehensif 40%, sedangkan faktor yang kurang menarik dari pekerjaan
dokter umum menurut perempuan dibanding laki-laki adalah terlalu kesepian
(P=0,037), faktor yang kurang menarik dari pekerjaan dokter umum menurut lakilaki dibanding perempuan adalah banyak berhubungan dengan masalah non klinis
(P=0,043), dan pekerjaan dokter umum yang bersifat yang rutin dan
membosankan (P=0,0048). Persepsi mereka mengenai pekerjaan dokter umum ini
sangat penting karena dapat mempengaruhi pilihan karir mereka dalam
mengambil spesialisasi di bidang lain.58
Tabel 9. Faktor yang Kurang Menarik dari Pekerjaan Dokter Umum
Menurut Mahasiswa Kedokteran di Universitas Helsinki di Finlandia 58
Features of a GP s work
Males%
(n=109)
Females%
(n=200)
Pvalue
67.9
43.1
60.6
69.5
55.5
48.5
0.77
0.037
0.043
24.8
27.5
0.60
23.9
26.5
0.61
30.4
16.5
0.0048
11.5
0.42
16.0
0.60
5.0
0.85
5.5
Ekstrinsik
Fleksibilitas
Lingkungan kerja
Pengalaman kerja sejak lulus
memilih kesehatan masyarakat. Sebagian lulusan lain, yang tidak terlibat dalam
pelatihan residensi, 80% bekerja sebagai dokter umum di klinik spesialis, 1%
memilih praktek umum, 15% memilih kesehatan masyarakat dan 5% memilih
pekerjaan lain. Hampir 20% dari dokter yang bekerja sebagai residen di kesehatan
masyarakat tidak memiliki keinginan untuk tetap bekerja di spesialisasi ini pada
lima tahun selanjutnya, berlawanan dengan hampir semua residen praktek klinis
dan umum. Ada lebih banyak pria daripada wanita yang terlibat dalam pelatihan
spesialisasi klinis, dan lebih banyak perempuan daripada laki-laki pada praktek
umum dan kesehatan masyarakat. Sebagian besar lulusan bekerja full-time, tapi
selanjutnya mereka akan lebih memilih bekerja kurang dari waktu sebenarnya.
Peneliti juga menemukan bahwa ketersediaan bekerja sesuai waktu dan
pengalaman penelitian sering menuntut ketika mendapatkan tugas residen klinis,
serta pengalaman kerja setelah kelulusan adalah penting untuk menjadi seorang
dokter umum atau residen kesehatan masyarakat. Untuk residen klinis dan praktik
umum, antusiasme pada bidang tertentu adalah faktor yang paling penting dalam
memilih sebuah karir, dan bagi residen kesehatan masyarakat bekerja sesuai
dengan jam kantor dan kemungkinan untuk menggabungkan ini dengan
kehidupan keluarga. Prospek keuangan dan saran dari orang lain merupakan
faktor yang lebih penting dalam pilihan karir bagi laki-laki daripada perempuan.
Kondisi keluarga dan bekerja sesuai dengan jam kantor merupakan faktor yang
lebih penting dalam pilihan karir bagi perempuan daripada laki-laki.59
Hubungan antara faktor-faktor biografi dan prestasi akademis, dan
preferensi khusus diselidiki pada lima spesialisasi kedokteran (pediatri dan
kedokteran umum, bedah, penyakit dalam dan psikiatri). Souethout dkk
menemukan bahwa jenis kelamin perempuan dan memiliki orang tua yang
merupakan dokter umum, secara positif terkait dengan preferensi untuk berkarir
pada praktek umum, dan jenis kelamin laki-laki berasosiasi positif dengan
preferensi untuk berkarir di bedah. Pada mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa
yang tidak memiliki pengalaman kepaniteraan, jenis kelamin laki-laki secara
positif terkait dengan preferensi untuk berkarir di penyakit dalam. Pada
mahasiswa dengan pengalaman kepaniteraan semasa studi berasosiasi negatif
sistem pemungutan suara nasional yang hanya didasarkan pada nilai SMA. Oleh
karena itu, perbedaan dalam karakteristik biografi dan prestasi akademik terhadap
preferensi karir mungkin terutama terkait dengan perbedaan dalam kurikulum
medis dari dua sekolah kedokteran. Beberapa karakteristik biografis, seperti latar
belakang medis dari orang tua, mungkin dimasukkan dalam prosedur seleksi
untuk masuk ke sekolah kedokteran, atau dalam program residensi untuk
mencapai perencanaan tenaga kerja yang lebih memadai, terutama di bidang
layanan primer. Sekolah kedokteran dapat meningkatkan program pelayanan
kesehatan, misalnya dengan menawarkan kepaniteraan di panti jompo atau praktik
umum, dan akibatnya mempengaruhi preferensi karir siswa. Wawasan yang lebih
dalam hubungan antara preferensi karir dan pilihan sebenarnya dari karir medis
cukup penting, karena masih ada perbedaan antara niat untuk menjadi seorang
spesialis dalam profesi medis tertentu dan menjadi spesialis.60
Pada tahun 2004, 60 dari 190 mahasiswa tahun 2002 mahasiswa telah
menyelesaikan kepaniteraan mereka dalam waktu dua tahun, semua ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini. Mahasiswa laki-laki yang menyelesaikan
kepaniteraan mereka sedikit lebih terwakili, dibandingkan dengan mahasiswa
perempuan, dan dibandingkan dengan total populasi mahasiswa (47% dan 53%
dibandingkan 34% dan 66%, p <0,001).63
2.7
dokter yang tidak merata sehingga terdapat ketimpangan jumlah tenaga dokter
terutama di daerah terpencil.1
Hingga tahun 2013, di Indonesia rasio dokter umum per 100.000
penduduk adalah sebesar 38,1. Rasio ini belum mencapai dari rasio ideal
berdasarkan Indikator Indonesia Sehat yaitu 40 dokter umum per 100.000
penduduk. Ketersedian dokter umum di Indonesia baru mencukupi 95,25% dari
total kebutuhan dokter. Meski belum mencapai target nasional dan hanya 8
provinsi di Indonesia yang telah mencapai target, namun angka ini telah
mendekati angka 100%. Berbeda dengan dokter umum, jumlah dokter spesialis
yang teregistrasi hingga tahun 2013 mencapai 24.541 dokter dengan rasio 9,88
dokter spesialis per 100.000 penduduk. Rasio ini sudah melebihi target rasio ideal
berdasarkan Indikator Indonesia Sehat yaitu 6 dokter spesialis per 100.000
penduduk.1,2,3 Di banyak negara, jumlah dokter umum masih belum cukup.
Kurangnya dokter pelayanan primer ini berdampak pada rendahnya status
kesehatan dan tingginya biaya kesehatan akibat kurang penggunaan pada upaya
preventif.4,5 Kurangnya jumlah mahasiswa kedokteran yang tertarik menjadi
dokter umum dan banyaknya mahasiswa yang memilih melanjutkan pendidikan di
spesialisasi klinis akan semakin mengurangi jumlah dokter layanan primer.5 Di
era SJSN ini, dengan diberlakukannya UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN, UU
No 24 Tahun 2011 tentang BPJS, dan Peraturan BPJS No 1 Tahun 2014 maka
sistem pelayanan kesehatan di Indonesia akan mengalami perubahan, dimana
peran dokter di tingkat primer yaitu dokter umum dan dokter layanan primer akan
sangat dibutuhkan. Dengan demikian, kurangnya ketersediaan dokter di tingkat
primer dikarenakan jumlah dokter umum yang kurang dan masalah distribusi
dokter yang tidak merata juga masih merupakan tantangan tersendiri.
Jumlah tersebut analog dengan jumlah pendaftar tiap tahunnya
sebagaimana tercermin dalam tabel di bawah ini:
Tabel 11. Rekapitulasi jumlah pendaftar program PPDS Indonesia64-68
No.
Program
PPDS
Unsri
UGM
Unbraw
Unhas
UNS
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Anestesi
Bedah
Anak
Mata
Penyakit
Dalam
Jiwa
Kardiologi
Kulit
Kelamin
Saraf
Kebidanan
Ortopedi
Patologi
Anatomi
Patologi
Klinik
Radiologi
THT
20
28
22
14
20
17
22
31
15
27
9
4
11
3
15
22
12
22
12
21
11
8
10
3
15
5
34
21
2
17
10
2
25
16
5
6
18
40
4
19
52
14
5
7
10
12
-
9
41
15
5
4
8
1
-
18
12
10
8
5
3
10
7
2
3
2.8
Konseling mengenai karir dapat meliputi perencanaan mengambil postgraduate training, menyusun lamaran kerja dan daftar riwayat hidup, memberi
referensi dan memberi saran mengenai bagaimana menghadapi wawancara.
Masalah-masalah karir, pada pokoknya berhubungan dengan masalah pemahaman
individu mahasiswa mengenai kebutuhan-kebutuhan, kecakapan, keterampilan,
sikap, minat, dan ciri-ciri pribadi lain pada dirinya. Pada intinya adalah masalah
dalam mengadakan pemaduan di antara segala aspek tersebut untuk menentukan
pilihan karir.
Biro konsultasi mahasiswa pada umumnya merupakan unit yang secara
administratif berdiri sendiri, di bawah pembantu rektor atau pembantu dekan
bidang kemahasiswaaan. Staf pengajar berperan sebagai konselor maupun
pembimbing akademik. Biro konsultasi mahasiswa sebaiknya terdiri dari staf atau
konselor khusus yang bertugas penuh di bagian tersebut dan sudah mendapatkan
pelatihan khusus untuk bimbingan dan konseling.
konselor khusus adalah bahwa mereka selalu siap sedia untuk menerima
mahasiswa yang akan melakukan konsultasi, dan mudah ditemui. Biro konsultasi
mahasiswa bertanggungjawab untuk mengadakan pelatihan bagi staf atau tutor
yang akan menjadi basis bimbingan dan konseling.69
Pengaruh Role Models dalam Pemilihan Karir
Variabel penelitian utama dalam penelitian Scott dkk adalah bagaimana
penilaian siswa dan kedekatan mereka dengan figur dosen yang dijadikan panutan
(role models). Dari seluruh responden yang telah lulus, sembilan puluh persen
menyatakan bahwa mereka telah mengidentifikasi role models selama masa
pendidikan kedokteran. Kepribadian, keterampilan klinis dan kompetensi, serta
kemampuan mengajar adalah yang paling penting dalam pemilihan role models
tersebut, sedangkan prestasi penelitian dan jabatan akademik dianggap kurang
penting. Odds rasio antara berinteraksi dengan role models dalam bidang klinis
tertentu dan akhirnya memilih bidang klinis yang sama untuk residensi adalah
12,8 untuk pediatri, 5.1 untuk kedokteran keluarga, 4,7 untuk penyakit dalam, dan
3,6 untuk bedah. Kebanyakan siswa (63%) menerima konseling karir dan saran
dari role models mereka.70
Namun, dalam penelitian lain didapatkan bahwa peran role models tidak
banyak berpengaruh dalam pemilihan karir. Dalam penelitian ini, didapatkan
bahwa pengaruh dari mentor mendapat peringkat ketiga setelah minat. Namun,
ketika ditanya tentang mentor khusus, responden merasa bahwa mentor tidak
memberikan pengaruh apapun. Pada analisis selanjutnya, diakui bahwa mungkin
temuan ini adalah keterbatasan penelitian: penelitian ini hanya melihat mahasiswa
kedokteran tahun ketiga dari satu universitas dan hanya 65,7% siswa memiliki
mentor. Oleh karena itu, siswa cenderung menemui mentor setelah mereka telah
memutuskan jalur karir tertentu.71
Sosialisasi Alternatif Pilihan Karir oleh Fakultas
Maldistribusi tenaga kesehatan dokter di Indonesia, dapat disebabkan
karena kurangnya pengetahuan mengenai pilihan karir mahasiswa kedokteran
yang dapat digapai. Bidang spesialis masih menjadi pilihan mayoritas mahasiswa
kedokteran karena dianggap paling prestige dan mudah dijangkau. Padahal, masih
banyak pilihan karir lain yang prestigenya jauh lebih tinggi, seperti pekerja
internasional, atau bidang nonklinis lainnya. Namun, hal tersebut masih belum
membudaya di Indonesia karena motivasi untuk belajar lebih giat masih sangat
minim untuk mengejar karir bertaraf internasional tersebut.
Masalah kurangnya motivasi belajar pada mahasiswa kedokteran untuk
menggapai berbagai bidang karir yang lebih prestige, sangat ditentukan dari
sosialisasi mengenai berbagai prospek kerja di bidang kedokteran. Menurut
penelitian Dessy (2013), pemberian informasi mengenai prospek kerja efektif
terhadap peningkatan motivasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran.72
Hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran di
Jepang mengenai ketertarikan terhadap ilmu kedokteran dasar, dari 268 responden
yang terdiri atas 171 laki-laki (63,6%) dan 97 perempuan ( 36,1%) didapatkan
bahwa hanya 24,5% mahasiswa kedokteran yang tertarik di bidang ilmu
kedokteran dasar. Mahasiswa yang gemar akan penelitian lebih memilih ilmu
kedokteran dasar sebagai pilihan karir masa depan (p<0,05) oleh sebab itu
fakultas kedokteran harus meningkatkan minat siswa untuk melakukan penelitian
dan memberikan kuliah yang berhubungan dengan penelitian. Meskipun 24,5%
mahasiswa tertarik pada ilmu kedokteran dasar, tetapi hanya setengah dari mereka
yang mempertimbangkannya sebagai pilihan karir di masa depan karena mereka
ingin menjadi seorang klinisi dan masalah pendapatan.73
kesehatan
(health
knowledge),prilaku
sehat
(health
mengapa, apa dan bagaimana sesuatu masalah dibidang kesehatan terjadi. Teori
dan model juga digunakan untuk membentuk intervensi yang bersesuaian dengan
kumpulan sasaran. Kebanyakan teori dan model promosi kesehatan berasaskan
kepada ilmu sosial dan tingkah laku yang merangkum berbagai disiplin ilmu
seperti psikologi, sosiologi, ekonomi, dan politik, secara umum terdapat lima
kategori teori dan model perubahan tingkah laku kesehatan dimana setiap satu
teori dan model memilikikekuatan dan kelemahan tersendiri dan harus digunakan
berdasarkan kesesuaian suatu masalah dan dapat berdampak terhadap programprogram sebelum dan sesudahnya.76,77
Nutbeam dan harris merangkum beberapa model teoritis terkait promosi
kesehatan guna menunjang pendekatan dalam melaksanakan promosi kesehatan.
Tahapan penyusunan rencana dan pengevaluasian promosi kesehatan meliputi
tujuh tahapan seperti; definisi permasalahan, penciptaan solusi, mobilisasi sumber
daya, implementasi, penilaian dampak, penilaian hasil- antara (immediate
outcome), penilaian outcome. Semua tahapan tersebut telah dikembangkan
berbagai teori lain tentang bagaimana melaksanakan setiap langkah tersebut
dengan cara yang paling efektif, yaitu mengenali target yang akan menjadi sasaran
intervensi, menjelaskan bagaimana serta kapan perubahan dapat dicapai pada
sasarn dan bagaiman mencapai perubahan organisasional serta meningkatkan
kesadaran individu dan masyarakat, menyediakan tolak ukur yang dapat dilakukan
dengan program idealnya serta mendefinisikan outcome serta pengukuran yang
akan digunakan dalam pengevaluasian.77
Adapaun teori dan model promosi kesehatan berdasarkan Nutbeam dapat
dilihat pada gambar. 13