Anda di halaman 1dari 31

Obat Obatan dalam Anastesia

Disusun Oleh :
1. Widhi Astuti
2. Rizki Putra Sanjaya
3. Nadya Ayu Shefia
4.Utari Gita Mutiara
5. Difitasari Cipta Perdana
SMF ANASTESI RS ABDOEL MOELEOK
KEPANITERAAN KLINIK 2014

1.

1. Premedikasi

Obat-obat yang biasa digunakan


untuk premedikasi antara lain adalah
benzodiazepine, phenotiazin, opioid,
antikolinergik, dan obat-obat yang
digunakan asam profilaksis aspirasi.

Benzodiazepin adalah obat dengan efek sedatif,


hipnotik, anticemas, antikejang, dan zat penyebab
amnesia. Obat tersebut memproduksi seperti
sedasi dan sebagai premedikasi andalan sejak rute
oral yang digunakan digantikan dengan suntikan
intramuscular.

Diazepam : 0,1-0,2 mg/kgBB (oral)


Midazolam : 0,2 mg/kgBB (oral); dewasa 3,75-15
mg
Termazepam : 0,5 mg/kgBB (oral); dewasa 10-30
mg

Opioid digunakan sebagai analgesik yang


pemberiannya dikombinasikan dengan
phenotiazine atau antikolinergik yang
memiliki efek antiemetik. Keduanya adalah
partikel yang digunakan dalam individu
yang sehat dengan rasa nyeri yang sudah
ada. Contohnya pada fraktur femur.
Phetidine : 1,0-1,5 mg/kgBB IM
Morphine :0,15-0,2 mg/kgBB IM
Papaveratumm : 0,2-0,3 mg/kgBB IM

Phenothiazine adalah antihistamin dengan


sedative dan efek antiemetik. Obat
tersebut diadministrasikan secara oral
dan intramuskular dan dikombinasikan
dengan opioid, biasanya adalah phetidine.

Promethazine : 0,25-0,5 mg/kgBB IM,


dewasa : 12,5-25 mg/kgBB
Trimeprazine : 3-4 mg/kg oral (dalam
bentuk syrup).

Antikolinergik merupakan agen yang


biasanya digunakan sebagai resep
predomian untuk antisialoguge effek.

Atropine
: 0,02 mg/kgBB IM
Hyosine/scopolamine : 0,008
mg/kgBB IM
Glykoplorite
: 0,004-0,008
mg/kgBB IM

Asam profilaksis asprasi diindikasikan kepada pasien-pasien


yang memiliki kerentanan dalam regurgitasi anesthesia.
Reseptor H2 antagonis (contohnya ranitidine, cimetidin), proton
pump inhibitor (contohnya omeprazole) digunakan dengan
dikombinasikan dengan antacid untuk mereduksi volume dan
asam lambung. Penambahan pengguanaan gastrokinetik agen
(metroclorpamid) berfungsi dalam memendekan waktu paruh
labung dan menurunkan volume lambung sejak dilakukan
induksi anastesia dan pada saat gawat darurat.

Ranitidine : 150 mg oral; 50 mg IV


Cimetidine : 200 mg/6 jam, 400 mg nocte oral; 200 mg IV
Omeprazole : 40 nocte oral dan day of surgery
0,3 M sodium citrate : 30 ml
Metroclorporpamide : 10 mg

2. Agen Induksi Intravena

Obat Anastetik intravena dapat digunakan untuk


induksi anastesia dan rumatan pada anstesia total
intravena (TIVA).Kebanyakan kerja dari obat-obat
anastesia menyebabkan ketidaksadaran dalan satu
sirkulasi otak walaupun kecepatan dari onset kerja
obatnya dapat terlambat dan lemah pada individuidividu tertentu.

Thiopenthone 4-5 mg/kgBB


Methohexitone : 1-1,5 mg/kg
Propofol : 2-2,5mg/kgBB ; 2,5-4 mg/kgBB pada anakanak <8 tahun.
Ketamin : 2 mg/kgBB IV; 5mg/kgBB IM

Fenthanyl 1-5 g/kg BB


Alfentanil 5g/kg BB
Midazolam 0,2 mg/kg BB
Etimidate 0,25 -0,3 mg/kgBB

3. Obat Inhalasi Anastesia

Obat Nitrous Oxide secara frekuensi


diberikan bersama dengan oksigen dalam
rasio 2:1. Ini merupakan perbandingan
anastesia yang cukup adil dalam efek
analgesi. Karena dengan penggunaan
kelarutan yang tinggi dibandingkandengan
nitrogen dapat menyebabkan
pneumothorak dan kelumpuhan organ
cerna, telinga tengah, dan retina
menyebabkan emboli udara pada vena.

Volatile anesthetik agent termasuk halothan,


enflurane, isoflurane dan desoflurane. Hal ini
menyebabkan kardiak depress, pheripheral
vasodilatasi dan depressi serta bronkhodilatasi
dalam derajat yang berbeda. Efek samping
yang tidak diingikan termasuk cardiac arithmia
dan autoimmune hepatitis dengan
menggunakan halotan dan eliptiform
electronchephalography (EEG). Zat ini
merupakan volatile anastetic yang digantikan
dengan isoflurane, sevoflurane dan desflurane.

Sevoflurane dapat diganti dengan


menggunakan halotan sebagai agen
induksi inhalasi yang menjadi pilihan
karena tidak menyebabkan iritasi dan
onset yang cepat dari onset of actionnya.
Desflurane, mungkin ini memiliki profil
farmakologik yang terbaik, namun tidak
lebih popular karena membutuhkan
sebuah pemanas elektrik vaporizer
special untuk penyampaiannya.

4. NEUROMUSCULAR BLOCKING DRUGS

Suxamethonium, relaksan otot


depolarisasi, adalah agen pilihan anestesi
darurat dan kesulitan pernafasan.
Suxamethonium (succinylcholine):
1,0-1,5 mg/kg
Obat ini memiliki onset cepat (dalam 45
detik) durasipendek (5-7 menit) dan
menghasilkan relaksasi otot yang kondisi
sangat baik untuk melakukan intubasi.

Efek samping yaitu myalgia,


bradikardia, hyperkalemia,
dantekananintracavity (intrakranial,
intraokular, intragastric).
Obat depolarisasi neuromuskular
sebelumnya (misalnya, kurare,
alcuronium, pancuronium, gallamine)
telah digantikanoleh agen dengan
efek samping yang lebih sedikit yang
lebih baik.

5. REVERSAL AGENTS

Neuromuskular blokade di hasilkan oleh


non-depolarisasi neuromuskular blocker
digantikan dengan campuranduaobat,
anticholinesterase (biasanyaneostigmine)
dan antimuscarinic agent (atropine
atauglycopyrrolate). Suxamethonium
tidak memerlukan reversal agen; reversal
agen dapat membuat dual blok jika
dikelola secara tidak baik.

LOCAL ANAESTHETICS

Anestesi lokal digunakan dalam bentuk


locoregional anestesi. Mereka dapat
digunakan sebagai agen tunggal atau dalam
kombinasi dengan opioid
(biasanyaduragesicatausufentanil) di pusat
neuraxial blokade. Efek samping termasuk
cardiotoxicity. Eksitasi CNS dengan kejangkejang, dan depresi pernapasan ketika agen
ini secara tidak
Sengaja disuntikkan kedalam sirkulasi
sistemik.

Bupivacaine adalah agen anestesi


lokal yang paling sering digunakan,
agen-agen baru termasuk ropivacaine
dan levobupivacaine
(turunandaribupivacaine).
Ropivacaine, meskipun kurang kuat
dari pada bupivacaine, namun tidak
terlalu cardiotoxic dan menghasilkan
lower limb motor block lebih rendah
bila digunakan dalam rute epidural.

Dosismaksimum yang aman:


buvicaine: up to 2 mg/kg of plain
solution in any 4 hour period, or 3
mg/kg with adrenaline
lignocaine: plain solution 3 mg/kg;
with adrenaline 7 mg/kg
prilocaine: plain solution 5-6 mg/kg;
with adrenaline 8 mg/kg
ropivacaine: 3-4 mg/kg

6. ANALGESIC AGENTS

Analgesikgoglongannarkotikaseringdi
gunakandalaminduksi,
pemeliharaandanuntuk analgesia
pascaoperasisetelahoperasibesar.
Merekadapatdiberikanparenteral
(biasanya IV, kadang-kadang IM),
epidural atauintrathecal.

fentanyl: 1-5 g/kg IV; 10-50 g/kg IV as sole


induction agent for cardiac anaesthesia; 15-25 g (in
combination with local anaesthetic) intrathecally;
50-100 g epidural bolus or 2 g/ml (in combination
with local anaesthetic) for postoperative analgesia.
Pethidine: 1 mg/kg IM as premedication or
postoperative analgesia; 25-50 mg IV bolus; 25-50
mg epidural bolus for postoperative analgesia.
Morphine: 0,1-0,2 mg/kg IV; 2,5-10 mg SC; 0,1-0,2
mg intrathecally; 3-5 mg epidural bolus for
postoperative analgesia.
Alfentanil: 5 g/kg/min, range 0,005-0,5 g/kg/min
by intravenous infusion.
Nalbuphine: 0,2 mg/kg; usual dose 10 mg in adult.

Analgesik bukan narkotik terdiri dari golongan


miscellaneous yang efisien mengatasi nyeri ringan
sampai sedang pasca operasi. Mereka berfungsi
sebagai tambahan untuk analgesik opioid dan
memiliki beberapa opioid-sparing efek, sehingga
mengurangi insiden dan keparahan efek samping
dari beberapa opioid.

Obatinflamasi non-steroid (OAINS) yang


selektifsiklooksigenase 2 (COX-2) inhibitor
menyebabkan lebih sedikit gangguan pencernaan
dan hematologikal dibandingkan non selektif
inhibitor COX-1 dan COX-2, walaupun efek samping
tetap masalah.

Ketorolac: 10-30 mg IM or IV.


Diclofenac: 0,5-1 mg/kg rectally.
Celecoxib: 100-200 mg bd oral.
Parecoxib: 40 mg IM or IV; maximum
dose 80 mg/day.
Etoricoxib: 120 mg daily oral.
Meloxicam: 7,5 mg bd oral.
Paracetamol: 15-20 mg/kg oral; 20-30
mg/kg rectally.

7. INOTROPIC AND
SYMPATHOMIMETIC AGENTS
Adrenaline
Intravenous bolus:
for severe anaphylactic reaction: 1mg diluted to 10 ml (1:10,000
solution), 0,5-1 ml )50-100 g) at a time, titrate againts BP and
heart rate.
For cardiac arrest (adult): 1 mg repeat every 3-5 minutes, doses up
to 0,1 mg/kg every 3-5 minutes have been used.
For cardiac arrest (paediatric): 10 g/kg (0,1 ml/kg of 1:10,000
solution)
Intravenous infusion:
dilution (0,3 x body weight (kg)) mg in 50 ml (1 ml/hr = 0,1
g/kg/min.
dose range: 0,1-1 g/kg/min.
Subcutaneous infiltrationg:
1:100,000 solution: not more than 10 ml in 10 minutes.
1:200,000 solution: not more than 20 ml in 20 minutes.

Dopamine and donutamine


dilution (3 x body weight (kg)) mg in 50 ml (1 ml/hr = 1
g/kg/min).
dose range: 2,5-20 g/kg/min.

Ephedrine: 5-10 mg repeated doses.


Phenylephrine: 50-100 g repeated doses.
Isoprenaline: 0,5-5 g/min IV infusion (3 mg in 50 ml at
0,5-5 ml/hr).
Noradrenaline:
only by intravenous infusion via a central vein, no
intravenous bolus should be given.
Essensial to have continoushaemodynamic monitoring.
Dose range: 0,01-0,2 g/kg/min.

Salbutamol:
nebulizer: 2,5-5 mg (0,5-1 ml of 0,5% solution),
dilute to 2,0-2,5 ml with normal saline.
Subcutaneous: 8 g/kg (500 g in adult) 4
hourly.
Intravenous injection: 4 g/kg (250 g in adult)
slowly.
Infusion 0,05-0,5 g/kg/min.

Terbutaline:
inhaler: 0,25 mg per puff.
Subcutaneous: 0,5-0,75 g/kg 6 hourly.

8. HYPOTENSIVE AGENTS

Esmolol: 0,5-1 mg/kg each dose, 50-300 g/kg/min infusion for


controlled hypotensive anaesthesia.
Diazoxide: 1-3 mg/kg fast IV bollus, maximum single injection
150 mg.
Hydralazine: 5 mg each dose titrarting to BP.
Labetalol: 5-10 mg repeated doses.
Metoprolol: 2 mg doses IV tittrating to BP, do not exceed 10
mg.
Nifedipine: 10 mg sublingual.
Nitroglycerin: doses range 0,1-1 g/kg/min, starting dose 0,1
g/kg/min.
Sodium nitropusside:
Starting dose: 0,5 g/kg/min, titrate according to BP.
Average dose: 3 g/kg/min (dose range 0.5-8 g/kg/min)
Do not exceed 3 mg/kg

9. OTHER CARDIOVASCULAR DRUGS


Adenosine
6 mg fast bolus, repeat 12 mg after 1-2 minutes
Third dose of 12 mg may be given in 1-2 minutes
Amiodarone
For treatment of atrial fibrillation: 10-20 mg/kg/day, infusion 0.5-0.7 mg/kg/hr.
For shock resistant ventricular fibrillation: 5 mg/kg.
Amrinone: 0.75 mg/kg bolus over 5-10 minutes, infusion 5-15 g/kg/min.
Digoxin
2.5-5 g/kg daily.
Reduce dose in the elderly and patients with renal failure.
Correct hypokalaemia which enhances digoxin toxicity.
Diltiazem: 0.2 mg/kg bolus over 1 minute, infusion 5-15 g/kg/min.
Milrinone
Loading dose: 50 g/kg administer slowly over 10 minutes.
Maintenance dose: 0.5 g/kg/min (range 0.375-0.75 g/kg/min).
Vasopressin
For persistent or recurrent ventricular tachycardia or fibrillation: 40 IU, single,
one-time dose.
Verapamil: 0.05 -0.1 mg/kg bolus over 2-3 minutes.

10. MISCELLANEOUS DRUGS

Aminophylline: 5 mg/kg bolus over 20 minutes, 0.5-0.7 mg/kg/hr


infusion.
Calcium chloride: 5-10 ml of 10% solution slow IV.
Dantrolene: 2.5 mg/kg initial dose, maximum dose 20 mg/kg.
Dexamethasone: 0.15-0.2 mg/kg.
Dexmedetomidine: 1 g/kg loading dose over 10-20 minutes,
0.2-0.7 g/kg/hr maintenance.
Droperidol: 0.625-1.25 mg IV.
Ergometrine: 0.25-0.5 mg.
Flumazenil: 0.2 mg initial dose, 0.1 mg per dose at 1 minute
intervals titrating to response, maximum dose 1.0 mg.
Frusemide: 0.5-1.0 mg/kg.
Heparin: 3 mg/kg for cardio-pulmonary bypass, 1 mg/kg for
vascular surgery (1 mg 100 U)

Hydrocortisone: 25-150 mg for steroid replacement


therapy.
Lignocaine: 1.0-1.5 mg/kg
Magnesium sulphate: 2-4 slow IV over 10 minutes, followed
by IV infusion 1g/hr.
Mannitol: 0.5-1.0 gm/kg.
Naloxone: 0.01 mg/kg (neonate), 0.1 mg per dose;
maximum 0.4 mg (adult)
Nimodipine: 0.1-1 g/kg/min IV infusion.
Ondansentron: 4-8 mg IV, 8 mg oral.
Protamine: 1-3 mg/kg, equi-dose with heparin.
Sodium bicarbonate: 1 mEq/kg of 8.4% solution, dilute to
4.2% solution in neonates.
Syntocinon: 5 U stat dose, 40-80 U in 500 ml infusion if
indicated.

Futher Reading

Splinter W. Halothane. The end of an era? (Editorial) AnesthAnalg


2002;95:1471.
Wong SF, Chung F. Succinylcholine associated postoperative
myalgia. Anaesthesia 200;55:144-52.
Moore EW, Hunter JM. The new neuromuscular blocking agents: Do
they offer any advantages? Br J Anaesth 2001;87:912-25.
Lee C. Structure, confirmation, and action of neuromuscular
blocking drugs. Br J Anaesth 2001;87:755-69.
Whiteside JB. Wildsmith JAW. Developments in local anaesthetic
drugs. Br J Anaesth 2001;87:27-35.
Tarrkkila P, Rosenberg PH. Perioperative analgesia with non-steroidal
analgesics.. CurrOpinAnaesthesiol 1998;11:407-10.
Gajraj NM. Cyclooxygenase-2 inhibitors. AnesthAnalg 2003;96:172038.
Fitzgerald GA, Patrono C. The coxibs, selective ihibitors of
cyclooxygenase-2. N Engl J Med 2001;345:433-42.

Anda mungkin juga menyukai