Anda di halaman 1dari 11

JP2F, Volume 2 Nomor 2 September 2011

Pengaruh Model Pembelajaran ......

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) MENGGUNAKAN
PETA KONSEP DAN PETA PIKIRAN TERHADAP
PENALARAN FORMAL SISWA1
Joko Siswanto2 dan Siti Rechana3
Abstrak
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
ada perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT menggunakan peta konsep dan peta pikiran
terhadap penalaran formal siswa pada pokok bahasan tekanan
kelas VIII semester 2 SMP Futuhiyyah Mranggen Demak tahun
ajaran 2010/2011.
Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VIII A, VIII B,
VIII C dan VIII D SMP Futuhiyyah Mranggen Demak tahun
ajaran 2010/2011. Dengan teknik cluster random sampling
terpilih 2 kelas sebagai sampel yaitu kelas VIII A sebagai kelas
eksperimen yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe
NHT menggunakan peta pikiran dan kelas VIII B sebagai kelas
kontrol yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT
menggunakan peta konsep. Pada akhir pembelajaran kedua
kelas sampel diberi tes penalaran formal.
Berdasarkan hasil perhitungan anava satu jalur diperoleh
Fhitung= 3,994 dan Ftabel= 3,958. Dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe NHT menggunakan peta
pikiran lebih berpengaruh terhadap penalaran formal siswa.
Untuk itu Pembelajaran kooperatif NHT menggunakan peta
pikiran perlu terus diterapkan dan dikembangkan pada materi
yang lain agar siswa lebih memahami materi.
Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif, NHT, Peta konsep, peta
pikiran, Penalaran Formal.

Ringkasan hasil penelitian tahun 2011


Pogram Studi Pendidikan Fisika IKIP PGRI Semarang
email : jokosis@ikippgrismg.ac.id
3
Pogram Studi Pendidikan Fisika IKIP PGRI Semarang,
2

178

JP2F, Volume 2 Nomor 2 September 2011

Pengaruh Model Pembelajaran ......

A. Pendahuluan
Pelajaran Fisika hingga saat ini masih dianggap sebagai
pelajaran yang paling sulit untuk dipahami diantara pelajaran IPA
lainnya, pernyataan ini sering dilontarkan oleh siswa SMP pada
umumnya, dan siswa SMP Futuhiyyah Mranggen Demak pada
khususnya. Hal ini dikarenakan mereka merasa selain dituntut untuk
memahami konsep-konsep yang ada, juga dituntut untuk mampu
menggunakan rumus-rumus fisika. Selain alasan tersebut, siswa juga
sering merasa jenuh dan bosan dengan cara-cara mengajar guru yang
cenderung lebih memilih cara praktis dengan metode ceramah,
sehingga mereka hanya bisa menulis dan mencatat apa yang didengar
dan dijelaskan oleh gurunya, tanpa pernah dilibatkan langsung dalam
proses menemukan pengetahuan ataupun mengembangkan
pengetahuan sesuai dengan kemampuannya sendiri. Padahal setiap
siswa adalah subjek (pelaku) dalam proses belajar mengajar yang
memiliki keunikan satu sama lain. Ada anak yang cepat tanggap,
mudah mengerti, ada pula yang lambat menerima.
Untuk itu guru perlu mengubah filosofi pembelajaran yang
berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa yang
berlandaskan filosofi konstruktifisme dimana siswa dapat menyusun
sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya (Susilo, 2004). Untuk dapat
mempelajari fisika dengan baik diperlukan struktur kognitif yang baik.
Struktur kognitif adalah organisasi informasi yang meliputi faktafakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat oleh siswa (Dahar, 1989). Struktur kognitif yang
baik akan mendukung peristiwa belajar dan memudahkan mengingat
apa yang telah dipelajari, karena struktur kognitif yang baik akan
memudahkan seseorang belajar dengan jalan membantu pebelajar
untuk memasukkan sejumlah informasi dan konsep.
Untuk membangun kerangka kerja konseptual yang diorganisir
dengan baik, memerlukan komitmen dari siswa untuk memilih belajar
bermakna daripada dengan hafalan. Menurut Ausubel (1963) agar
pemahaman materi pelajaran dapat lebih mudah dipelajari hendaknya
setiap orang belajar secara bermakna yaitu dengan mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui
sebelumnya. Kemampuan seperti ini berhubungan erat dengan
kemampuan penalaran formal. Novak (1980) mengemukakan belajar
bermakna sebagaimana dikemukakan Ausubel diatas dapat dilakukan
179

JP2F, Volume 2 Nomor 2 September 2011

Pengaruh Model Pembelajaran ......

dengan pertolongan peta konsep. Peta konsep adalah suatu alat yang
dapat membantu para siswa melihat dan memahami keterkaitan antar
konsep yang telah dikuasainya. Begitu juga sama halnya dengan
menggunakan peta pikiran.
Agar peta konsep dan peta pikiran lebih lengkap maka perlu
disusun secara bersama antar siswa dalam suatu kelompok. Di dalam
kelas atau di luar kelas siswa dapat diberi kesempatan kerja secara
kooperatif untuk memecahkan atau menyelesaikan masalah secara
bersama. Para siswa juga diberi kesempatan untuk mendiskusikan
masalah, menentukan strategi pemecahannya, dan menghubungkan
masalah tersebut dengan masalah-masalah lain yang telah diselesaikan
sebelumnya.
Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada
perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT menggunakan peta konsep dan peta pikiran terhadap penalaran
formal siswa pada pokok bahasan tekanan kelas VIII semester 2 SMP
Futuhiyyah Mranggen Demak tahun ajaran 2010/2011?
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
ada perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT menggunakan peta konsep dan peta pikiran terhadap
penalaran formal siswa pada pokok bahasan tekanan kelas VIII SMP
Futuhiyyah Mranggen Demak tahun ajaran 2010/2011.
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan diri individu. Hudoyo (1988:1) mengemukakan bahwa
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap
seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang akibat aktivitas
belajar. Karena itu, seseorang dikatakan belajar bila dapat
diasumsikan bahwa dalam diri orang itu terjadi suatu proses yang
mengakibatkan perubahan perilaku.
Sudjana (1996:2) mengemukakan bahwa belajar suatu
perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah
laku sebagai hasil dari praktik atau latihan. Sedang menurut Slameto
(1991:2) bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sabagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
180

JP2F, Volume 2 Nomor 2 September 2011

Pengaruh Model Pembelajaran ......

Dari beberapa definisi tentang belajar seperti yang telah


dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses yang dilakukan secara sadar oleh individu untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sifatnya relatif permanen.
Dengan demikian, perubahan tingkah laku yang berlaku dalam waktu
yang relatif lama itu disertai usaha, sehingga orang itu dari tidak
mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya.
Misalnya setelah belajar fisika siswa mampu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan fisika, di mana sebelumnya tidak
mampu melakukannya. Kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar, sedang
perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.
Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) adalah model
pembelajaran di mana siswa dibiarkan belajar dalam kelompok, saling
menguatkan, mendalami, dan bekerjasama untuk semakin menguasai
bahan/ materi pelajaran (Suparno, 2007: 134).
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran dengan membentuk siswa belajar dalam kelompokkelompok kecil. Dalam kelompok ini siswa yang dipilih memiliki
tingkat kemampuan berbeda dari segi budaya, jenis kelamin dan
kemampuan akademiknya. Sebagai anggota kelompok, siswa
bekerjasama untuk membantu dan memahami suatu bahan pelajaran
serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru, seperti yang dinyatakan
oleh Ibrahim (2000:3) bahwa pembelajaran kooperatif menuntut
kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas dan
tujuan.
Model NHT merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang
terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk mereview fakta-fakta
dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa.
Model pembelajaran ini juga dapat digunakan untuk memecahkan
masalah yang tingkat kesulitannya terbatas. Menurut Muhammad Nur
(2005:78), dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total
semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk
meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
Selain itu model pembelajaran NHT memberi kesempatan kepada
siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban
yang paling tepat.
NHT sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan
sebuah variasi diskusi kelompok. Adapun ciri khas dari NHT adalah
181

JP2F, Volume 2 Nomor 2 September 2011

Pengaruh Model Pembelajaran ......

guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya.


Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih
dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut.
Adapun langkah dalam pembelajan NHT antara lain yaitu
penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab
(Ibrahim, 2000:28).
1. Langkah 1: Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang
dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.
2. Langkah 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan
dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk
kalimat tanya atau bentuk arahan.
3. Langkah 3: Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu
dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
itu.
4. Langkah 4: Menjawab
Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa
yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba
untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Peta konsep adalah suatu gambaran skematis untuk
mempresentasikan suatu rangkaian konsep dan kaitan antar konsepkonsep. Peta ini mengungkapkan hubungan-hubungan yang berarti
antara konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok
(Novak & Gowin, 1984). Peta konsep disusun hirarkis, konsep yang
lebih umum berada diatas dalam peta itu, sedangkan yang khusus
dibawah. Dalam peta konsep, konsep-konsep disusun hirarkis dan
relasi antar konsep diletakkan di antara konsep-konsep dengan anak
panah.
Mind Mapping atau peta pikiran adalah metode mempelajari
konsep yang ditemukan oleh Tony Buzan. Konsep ini didasarkan pada
cara kerja otak kita menyimpan informasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam
kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada
sel-sel saraf yang berbercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas
akan tampak seperti cabang-cabang pohon.
182

JP2F, Volume 2 Nomor 2 September 2011

Pengaruh Model Pembelajaran ......

Gbr 1. Contoh peta pikiran


Penalaran (reasoning) merupakan suatu konsep umum yang
menunjuk pada salah satu proses berpikir untuk sampai kepada suatu
kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain
yang telah diketahui.
Inhelder dan Piaget membuat suatu inventory untuk mengukur
tingkat operasional formal. Inventory ini mengacu pada skemata yang
disesuaikan dengan tingkat operasional formal seseorang. Terkait
dengan pengetahuan ilmiah yang harus dimiliki seseorang pada
tingkat operasional formal ini, Inhelder dan Piaget memberikan
beberapa ciri ( Travers, 1982 : 294 ).
a. Operasi Kombinasi (Combinatorial Operation)
Pencapaian menuju tingkat operasional formal harus mencakup
kombinasi terhadap suatu proposisi. Sebagai contoh masalah
bandul, anak-anak akan mencoba menemukan faktor yang
mempengaruhi cepat lambatnya ayunan suatu bandul.
Hipotesis yang mungkin muncul adalah (a) frekuensi ayunan
bandul tergantung dari panjang tali dan berat beban, (b)
frekuensi ayunan bandul tergantung dari berat beban dan tidak
tergantung dari panjang tali, dan (c) frekuensi bandul tidak
tergantung kedua-duanya. Anak-anak akan mencoba
memecahkan masalah terkait dengan hipotesis yang diberikan
dengan nalarnya guna melihat faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap frekuensi bandul.
b. Perbandingan (Proportions)
Pada tahap operasional konkret anak belum memahami
sepenuhnya tentang persamaan dari dua buah perbandingan a/b
= x/y. Anak pada umur 9 tahun sampai 11 tahun akan mencoba
memecahkan masalah perbandingan ini dengan menggunakan
jari-jarinya. Pada tahap operasional konkret anak tidak mampu
dan belum memahami sepenuhnya tentang konsep
183

JP2F, Volume 2 Nomor 2 September 2011

Pengaruh Model Pembelajaran ......

perbandingan ini. Untuk menghindari konsep yang bersifat


numerik, konsep perbandingan dapat dilihat dari analogi.
c. Koordinasi Terhadap Dua Sistem Acuan (The Coordination of
Two System of Refference)
Studi Piaget tentang konsep koordinasi ini dapat ditinjau dari
pengertian terhadap kecepatan dan gerak. Satu masalah unik
yang dikemukakan Piaget berkaitan dengan konsep koordinasi
ini adalah gerakan seekor keong dalam sebuah papan luncur.
Dalam hal ini keong dapat bergerak maju dan mundur, begitu
pula papan luncur. Ketika papan luncur dan keong tersebut
bergerak, maka kecepatan keong terhadap titik acuan luar
adalah merupakan penjumlahan kecepatan dari keong dan
papan luncur. Anak yang berada pada tahap operasional
konkret tidak memungkinkan untuk memecahkan masalah ini
sebab mereka belum memiliki kemampuan untuk
mengoperasikan perhitungan secara simultan untuk kerangka
acuan yang berbeda ( satu sisi adalah keong di atas papan
luncur dan di satu sisi papan luncur yang ada di atas meja).
Siswa yang berada pada tahap operasional formal akan mampu
memecahkan masalah semacam ini dan memiliki kemampuan
untuk membuat ramalan-ramalan. Pada umur 15 tahun anak
sudah mampu membandingkan 2 obyek secara simultan.
d. Proses Keseimbangan Mekanik (The Process of Mechanical
Equilibrium )
Pada tahap operasional konkret anak yang berumur 8 tahun
sampai 11 sudah memahami tentang keseimbangan mekanis
bila fakta yang disajikan sangat jelas. Dalam kasus tekanan
piston dalam suatu fluda, siswa mengalami kesulitan untuk
memahami takanan oleh dinding-dinding silender terhadap
fluida yang mendesaknya.
e. Probabilitas (Probability)
Piaget percaya bahwa konsep probabilitas membutuhkan
pemahaman yang baik. Probabilitas adalah konsep sulit karena
bersifat abstrak. Pada tahap operasional konkret anak berpikir
bahwa munculnya bagian depan pada pelemparan uang logam
memiliki kemungkinan yang berbeda dengan munculnya
bagian belakangnya. Pada tingkat operasional konkret kejadian
akan munculnya satu sisi mata uang akan menghilangkan
peluang munculnya satu sisi yang lain pada kejadian yang lain.
184

JP2F, Volume 2 Nomor 2 September 2011

Pengaruh Model Pembelajaran ......

f. Korelasi (Correlation)
Pada tahap operasional formal anak dapat menjelaskan dua
pengukuran dan mampu mengkorelasikan antar variabelvariabelnya. Dalam tingakat operasional konkret anak mampu
menggunakan intuisinya untuk memahami hubunganhubungan tersebut tetapi mereka belum mampu menjelaskan
konsep kovarian dari dua variabel. Pada Tahap operasional
formal meskipun belum memahami konsep dan rumus tentang
statistik korelasi, tetapi mereka sudah memegang konsep
variasi variabel. Variasi ini menimbulkan hubungan antara
variabel-variabel.
g. Kompensasi (Compensation)
Ide dasar menyertakan konsep kompensasi adalah adanya
penurunan dimensisatu akan ditutupi oleh kenaikan pada
dimensi yang lain. Meskipun pada tahap permulaan, anak
mengerti bahwa cairan yang dituangkan dari tempat yang lebar
ke tempat yang sempit tidak berubah volumenya. Tetapi
mereka tidak sepenunya mengetahui adanya kompensasi
bentuk (dimensi) dari lebar ke dalam bentuk yang tinggi. Hal
ini sama halnya dengan berat seseorang berhubungan dengan
tinggi dan gemuk-kurusnya seseorang. Bila orangnya pendek
dan dibarengi dengan kenaikan berat badan maka secara
otomatis berat seseorang akan tetap. Inhelder dan Piaget sangat
menekankan konsep ini, seperti halnya konsep korelasi yang
tanpa penalaran matematika dan mereka tidak sadar telah
mengaitkannya dengan konsep proporsi.
h. Konsep Kekekalan (Concepts of Conservation)
Pemahaman tehadap konsep kekekalan dapat dicermati dari
konsep kekekalan momentum. Benda yang bergerak secara
seragam maka tidak ada gaya yang bekerja padanya.
Sedangkan benda yang tidak bergerak seragam maka akan
mengalami kecendrungan untuk bergerak lebih lambat yang
pada akhirnya akan berhenti. Gaya yang menghentikannya
tidaklah merupakan sesuatu yang dapat diamati. Konsep
kekekalan momentum ini diturunkan secara tidak langsung
dari data yang ada. Oleh sebab itu konsep ini bersifat abstrak
sulit dimengerti. Konsep ilmiah tentang kekekalan momentum
ini dapat dibentuk setelah peristiwanya berlalu. (Wilantara,
2003).
185

JP2F, Volume 2 Nomor 2 September 2011

Pengaruh Model Pembelajaran ......

B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP
Futuhiyyah Mranggen Demak kelas VIII semester 2 tahun ajaran
2010/2011 yang berjumlah empat kelas yaitu kelas VIII A dengan
jumlah siswa 42 orang, kelas VIII B dengan jumlah 42 orang, kelas
VIII C dengan jumlah 38 orang, dan kelas VIII D dengan jumlah 42
orang. Sedangkan sampel penelitiannya adalah kelas VIIIB sebagai
kelas kontrol dengan jumlah siswa 42 orang dan kelas VIIIA sebagai
kelas eksperimen dengan jumlah siswa 42 orang yang dipilih dengan
teknik cluster random. Sedangkan untuk kelas uji coba yang
digunakan adalah kelas VIIIC dengan jumlah siswa 38 orang.
Variabel dalam penelitian ini adalah Variabel bebas yaitu
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT menggunakan peta konsep
dan peta pikiran sedangkan variabel terikatnya adalah penalaran
formal. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah (1)
dokumentasi yang digunakan untuk mengetahui daftar nama siswa
yang menjadi sampel dalam penelitian serta nilai fisika pada semester
I. Nilai ini digunakan untuk mengetahui normalitas dan matching/
keadaan sepadan sampel. (2) tes penalaran formal. Tes ini digunakan
untuk memperoleh data nilai siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Tes ini merupakan tes akhir yang diadakan secara terpisah
terhadap masing-masing kelas dalam bentuk soal yang sama yang
telah diuji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.
Data ini digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Setelah dilakukan perhitungan uji normalitas dan uji
homogenitas ternyata kedua kelas sampel dalam keadaan yang sama
atau homogen. Berdasarkan perhitungan analisis varian dengan satu
jalur diperoleh Fhitung= 3,994 dan Ftabel= 3,958, hal itu menunjukkan
Fhitung >Ftabel pada taraf nyata 5 %, hal ini bararti bahwa Ho ditolak
artinya ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang
dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT menggunakan peta
pikiran dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
186

JP2F, Volume 2 Nomor 2 September 2011

Pengaruh Model Pembelajaran ......

NHT menggunakan peta konsep terhadap penalaran formal siswa pada


pokok bahasan tekanan kelas VIII semester 2 SMP Futuhiyyah
Mranggen Demak tahun ajaran 2010/2011.
D. Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa nilai rata-rata hasil tes penalaran formal siswa
pada pembelajaran kooperatif tipe NHT menggunakan peta pikiran
lebih baik daripada nilai rata-rata hasil tes penalaran formal pada
pembelajaran kooperatif tipe NHT menggunakan peta konsep.
1. Pembelajaran kooperatif NHT menggunakan peta pikiran perlu
disosialisasikan agar dapat digunakan sebagai alternatif dalam
pembelajaran fisika pokok bahasan tekanan.
2. Pembelajaran kooperatif NHT menggunakan peta pikiran perlu
terus diterapkan dan dikembangkan pada materi yang lain agar
siswa lebih memahami materi.
3. Dalam proses pembelajaran masih memerlukan adanya
perbaikan yaitu guru dapat lebih memotivasi siswa untuk aktif
sehingga terjalin komunikasi yang baik antar siswa ataupun
guru dengan siswa.
4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menentukan model
pembelajaran yang tepat untuk digunakan pada pokok bahasan
tertentu.
Daftar Pustaka
Ausubel, D. P. 1963. The Psychology of Meaningful Verbal Learning.
New York. Grune & Stratton.
Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Bandung: Erlangga.
Hudoyo, Herman. 1988. Pengembangan Kurikulum Matematika dan
Pelaksanaannya di depan Kelas. Surabaya : Usaha Nasional.
Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya.
Nur, Muhammad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Jawa Timur:
Depdiknas Dirjen Dikwen LPMP.
Novak & Gowin. 1984. Learning How to Learn. Cambridge
University Press.
187

JP2F, Volume 2 Nomor 2 September 2011

Pengaruh Model Pembelajaran ......

Novak, Joseph D. 1980. Meaningful Reception Laerning as a Basis


for Rational Thinking. Science Education Information Report.
MSA: Clearinghouse for Science, Matematic, and Environmental
Education. The Ohiostate University.
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhuinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. 1996. Metode Statitsik . Bandung: Tarsito.
Susilo, H. 2004a. Implementasi KBK dalam Kurikulum 2004. Makalah
disajikan dalam Lokakarya Implementasi KBK dalam Kurikulum
2004 di SMAN 3 Malang.
Susilo, H. 2004b. Pembelajaran Mengembangkan Kecakapan Hidup
Siswa SMP Melalui Pembelajaran Sains. Makalah disampaikan
Pelatihan PBMP pada Pembelajaran Para Guru Sains Biologi.
Universitas Negeri Malang.
Tawil, Muh dkk. 2007. Formal Common Sense Ability, And Area Of
Education Of Family Related To Result Of Student Physics
Learning Class X SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten
Gowa. Proceeding Of The Third International Seminar On
Science Education, halaman 223-232. ISBN: 978-602-8171-14-1
Travers, R.M. 1982. Essentials of Learning. The New Cognitive
Learning for Students of Education. New York : Macmillan
Publishing Co. Inc.
Wilantara, I. P. Eka. 2003. Implementasi Model Belajar Konstruktivis
Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Mengubah Miskonsepsi
Ditinjau Dari Penalaran Formal Siswa. Tesis Magister tidak
dipublikasikan. Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Negeri
Singaraja Program Pascasarjana.

188

Anda mungkin juga menyukai