Anda di halaman 1dari 12

KEJANG PADA BAYI

DAN ANAK
Pembimbing :
dr. Henny SpA
Oleh :
Budiono
Stien

Klasifikasi Kejang
Menurut International League against Epilepsy, kejang
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kejang parsial
Kejang parsial adalah kejang yang berhubungan
dengan keterlibatan satu hemisfer serebri, dikelompokan
menjadi :
Kejang parsial simpleks : merupakan bentuk kejang parsial
yang tanpa disertai dengan perubahan status mental,
aktivitas motorik abnormal

Klasifikasi Kejang (2)


Kejang parsial kompleks : ditandai dengan perubahan abnormal dari
persepsi dan sensasi, disertai dengan perubahan kesadaran .
Kejang parsial dengan kejang umum sekunder : Kejang parsial yang
melibatkan kedua hemisfer, dengan gejala klinis seperti kejang tonik klonik.

2. Kejang umum
Kejang umum adalah kejang yang berhubungan dengan
keterlibatan kedua hemisfer serebri. Kejang umum disertai dengan
perubahan kesadaran umum dapat dikelompokan menjadi :
Kejang tonik klonik (grand mal seizure) : merupakan bentuk kejang umum
yang paling sering erjadi pada anak anak. Biasanya didahului oleh aura
(motorik atau sensorik)

Klasifikasi kejang (3)


Kejang tonik : bentuk kejang ini sama seperti kejang
tonik klonik pada fase tonik. Anak tiba-tiba diam dengan
seluruh tubuh menjadi kaku akibat rigiditas otot yang
progresif.
Kejang mioklonik : Kejang mioklonik ditandai dengan
gerakan kepala seperti terjatuh secara tiba-tiba dan
disertai dengan fleksi tangan. Frekuensi kejang tipe ini
dapat terjadi hinga ratusan kali.

Klasifikasi Kejang (4)


Kejang atonik : Ditandai dengan kehilangan tonus otot secara
tiba-tiba
Kejang absens : dibagi menjadi kejang absens simpel
(tipikal)/petit mal, dan kejang absens kompleks (atipikal).
Ditandai dengan berhentinya aktivitas motorik anak secara tibatiba, kehilangan kesadaran sementara secara singkat.
3. Kejang tak terklasifikasi
Kejang ini digunakan untuk mengklasifikasikan bentuk kejang
yang tidak dapat dimasukan dalam bentuk kejang umum maupun
kejang parsial Kejang ini termasuk kejang yang terjadi pada
neonatus dan anak hingga usia 1 tahun.

Etiologi
Penyebab kejang secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Intrakranial

Penyebab intrakranial dapat dibagi menjadi dua, yakni primer dan


sekunder. Primer adalah idiopatik, sedangkan sekunder disebabkan
neoplasma intrakranial, kelainan kongenital seperti hidrosefalus,
infeksi seperti meningitis dan ensefalitis, dan trauma kepala.
2. Ekstrakranial
Penyebab ekstrakranial biasanya karena gangguan metabolisme
seperti hipoglikemia, hipokalsemia, hepatik ensefalopati, uremia,
hiperproteinemia, hiperlipidemia, hipotiroid dan hipoksia serta
metastasis malignansi ke otak.

Diagnosis
Anamnesis
1. Kejadian Pre-iktal

Kejadian yang merangsang terjadinya kejang


Apakah terdapat aura, sensorik maupun motorik
Apa yang dilakukan OS sesaat sebelum kejang terjadi
Apakah sebelumnya (menit/jam) OS mengkonsumsi obat-obat tertentu
Apakah ada penyakit penyertanya, presens demam sebelum kejang
Apakah pernah mengalami kejang sebelumnya
Apabila pernah, apakah sama dengan periode sekarang
Apabila pernah, apakah OS berobat rutin dan mengkonsumsi AED secara teratur
Apakah pernah mengalami trauma dibagian kepala, beberapa hari atau jam
sebelum kejang

Diagnosis (2)
2. Kejadian saat kejang

Berapa lama kejang berlangsung


Seperti apa bentuk kejang yang terjadi
Apakah anak kehilangan kesadaran saat kejang
Berapa kali kejang terjadi dan berapa lama setiap satu
episode kejang terjadi
Apabila kejang terjadi lebih dari satu kali, apakah anak tetap
sadar atau tidak sadar, adakah perbaikan kesadaran diantara
dua episode kejang

Diagnosis (3)
3. Kejadian post-iktal
Apakah anak langsung sadar setelah kejang berhenti
Apakah anak merasa lemas, mual, muntah setelah kejang
berhenti atau anak tampak seperti tidak terjadi apa apa
Apakah anak mengingat kejadian saat kejang berlangsung

Diagnosis (4)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh. Tanda
vital meliputi denyut nadi, laju pernafasan, dan terutama
suhu tubuh harus diperiksa, karena demam merupakan
penyebab utama kejang pada anak-anak.
Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan bentuk,
tanda-tanda trauma pada kepala, serta tanda
peningkatan tekanan intrakranial. Periksa leher apakah
terdapat kaku kuduk. Pemeriksaan neurologis secara
menyeluruh juga penting dilakukan.

Diagnosis (5)
Pemeriksaan penunjang
1. Pungsi lumbal
Tidak dianjurkan pada anak-anak dengan
hemodinamik tidak stabil, sangat dipertimbangkan untuk
anak kurang 18 bulan. Pungsi lumbal dianjurkan pada :
Anak yang telah menerima antibiotik sebelum kejang dan
didiagnosa sebagai meningitis
Anak dengan tanda iritasi meningen

Diagnosis (6)
2. Pencitraan
Neuroimaging tidak diindikasikan pada episode kejang
demam sederhana, dianjurkan ketika terdapat gejala
gangguan neurologis.
3. Electroencephalography (EEG)
Kelainan

Anda mungkin juga menyukai