com/doc/141877222/Aspek-Klinis-FluorAlbus-Pada-Wanita-Dan-Penatalaksanaannya
Aspek
Klinis
Fluor
Albus
pada
Wanita
dan
Penatalaksanaannya
Abstrak
Vaginal discharge merupakan cairan yang keluar dari saluran reproduksi
wanita (vagina). Cairan ini dapat bersifat patologis atau fisiologis. Cairan
fisiologis jika cairan bersifat mukus dengan sedikit sel epitel, dan sedikit leukosit.
Pada keadaan patologis ditemukan banyak leukosit. Vaginal discharge yang
fisiologis dapat ditemukan pada saat baru lahir, menarche, kehamilan, stimulasi
seksual dan penyakit kronis.
Vaginal discharge ditemukan pada usia anak hingga dewasa. Kebanyakan
wanita yang akhirnya berobat ke dokter merasa tidak nyaman, dan cemas akibat
vaginal discharge yang tidak membaik. Vaginal discharge patologis paling banyak
disebabkan oleh infeksi. Jurnal ini akan membahas gambaran klinis pada vaginal
discharge dan penatalaksanaannya.
Kata kunci : vaginal discharge, manifestasi klinis, penatalaksanaan
Pendahuluan
Keputihan / leukore merupakan sekret dari vagina atau serviks pada
wanita. Keputihan dapat bersifat patologis maupun fisiologis. Keputihan disebut
patologis jika sekret yang dihasilkan berbau dan berwarna dengan jumlah lebih
dari normal. Keluhan biasanya disertai dengan gatal, edema pada daerah genitalia,
disuria, nyeri pada abdomen bagian bawah, atau pada punggung bagian bawah.
Pada kondisi normal, kelenjar dan servik menghasilkan cairan yang
jernih dengan flora normal, dan sel dari kelenjar bartolin. Pada wanita cairan
vagina normal berfungsi untuk lubrikan dan pertahanan terhadap beberapa infeksi.
Pada kondisi normal cairan vagina yang menempel pada celana dalam berwarna
putih atau kekuningan. Cairan ini tidak bersifat iritan dan tanpa darah dengan pH
3.5 4.5.
Penyebab terbanyak dari keputihan yang patologis adalah infeksi.
Beberapa diantaranya merupakan infeksi menular seksual. Leukore dapat dibagi 2
yaitu karena vaginitis atau servisitis. Vaginitis dapat disebabkan Candida
albicans, Gardnerella vaginalis, Mycoplasma genital, bakteri anaerob dan
Trichomonas vaginalis.
Servisitis lebih banyak disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae dan
Chlamydia trachomatis. Untuk menegakkan diagnosis dibutuhkan beberapa
pemeriksaan laboratorium.
Dari beberapa pemeriksaan mikroskopis langsung dengan menggunakan
larutan saline yang diteteskan pada cairan vagina (preparat basah), dan kemudian
dilihat dibawah mikroskop dengan KOH 10%, dengan pewarnaan Gram, atau
menggunakan teknik kultur.
Komponen yang berperan dalam penanganan infeksi menular seksual
adalah riwayat pengobatan penyakit menular seksual, pemeriksaan fisik dan
etiologi dari penyakit menular seksual. Penanganannya terkait dengan batasan
waktu, sarana yang tersedia, dan biaya.
Epidemiologi
Vaginosis bakterialis merupakan penyebab dari sekret vagina yang
berbau tetapi lebih dari 50% bersifat asimptomatis. Lebih banyak ditemukan pada
wanita saat melakukan pemeriksaan rutin. Berdasarkan tingkat sosioekonomi
ditemukan 50% wanita yang aktif secara seksual terinfeksi oleh Gardnerella
vaginalis dan hanya memiliki sedikit gejala.
Vulvovagina candidiasis pada kebanyakan wanita paling banyak pada
usia produktif 70 75 % dan bersifat rekuren sebanyak 40 50 %. Pada
kebanyakan penelitian kandidiasis lebih banya ditemukan pada wanita muda 15
30 % bersifat simptomatik.
Dari beberapa laporan didapatkan prevalensi trikomoniasis cukup
banyak. Secara umum, perkiraan prevalensi trikomoniasis antara 5% sampai 74%
2
pada wanita dan 5% sampai 29% pada laki-laki dan paling banyak disebabkan
karena kontak seksual.
Infeksi Chlamydia pada organ genital lebih banyak pada daerah industri
dan negara berkembang. Menurut WHO 89 M kasus baru dari infeksi Chlamydia
pada daerah genital tahun 2001. Pada kasus tersebut paling banyak perempuan
dibanding laki-laki.
Insidensi gonorrhea bervariasi tergantung usia, 75% kasus antara usia 15
29 tahun dengan rata-rata usia 15 19 tahun. Resiko demografi gonorrhea
adalah pada status sosioekonomi rendah, onset awal aktivitas sosial tanpa status
pernikahan dan riwayat penyakit gonorrhea sebelumnya.
Etiopatogenesis
Keputihan dapat disebabkan oleh banyak hal. Keputihan fisiologis
ditemukan pada bayi baru lahir hingga usia 10 hari akibat dari estrogen yang
melewati plasenta ibu, sebelum menarche karena pengaruh hormon estrogen,
wanita dewasa karena peningkatan transudat pada dinding vagina.
Walaupun terdapat variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret
vagina dapat normal tetapi perubahan sekret tersebut tetap dianggap ada infeksi
terutama jika disebabkan oleh jamur. Beberapa wanita memiliki sekret vagina
yang banyak. Pada kondisi normal sekret vagina terdiri atas cairan mukus dari
serviks, dan sel dari vagina, jumlah bervariasi tergantung usia, siklus menstruasi,
kehamilan, dan penggunaan pil KB. Pada kondisi vagina yang normal terdapat
hubungan antara Lactobacillus acidophilus dengan flora normal endogen lainnya,
estrogen, glikogen, pH vagina dan metabolit lain. Lactobacillus acidophilus
menghasilkan peroksida endogen yang bersifat toksik terhadap bakteri patogen.
Akibat pengaruh estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, Lactobacillus
(doderlein) dan asam laktat menghasilkan pH vagina yang rendah antara 3,8 4,5
yang dapat menghambat perkembangan bakteri.
Keputihan yang patologis dapat disebabkan oleh infeksi penyakit
menular seksual (Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrheae, Trichomonas
vaginalis), dan infeksi lainnya seperti candidiasis vulvovaginalis (Candida
3
Gambaran Klinis
Keputihan patologis dapat disebabkan oleh Trichomonas vaginalis,
Candida albicans dan infeksi campuran antara Gardnerella vaginalis dan bakteri
anaerob. Neisseria gonorrhea dan Chlamydia trachomatis dapat menyebabkan
keluarnya sekret dari serviks dan servisitis.
serviknya rapuh sehingga mudah berdarah setelah koitus atau saat menstruasi.
Keputihan yang disebabkan oleh benda asing dapat disertai dengan darah.
Sekret vagina pada anak diduga akibat benda asing. Jika terdapat infeksi
biasanya karena bakteri anaerob sehingga sekretnya bersifat purulen.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosis penyakit menular seksual terdapat
beberapa tes laboratorium antara lain :
sebagai trichomoniasis.
Preparat KOH 10%
Pada KOH akan terjadi pelarutan sel epitel sehingga hifa akan lebih
terlihat. Blastospora juga dapat terlihat. Jika ditemukan 1 atau blastospora
infeksi.
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Digunakan
untuk
mengidentifikasi
mikroorganisme
yang
menyebabkan infeksi.
Komplikasi
Pada trichomoniasis komplikasi yang sering terjadi adalah sistitis,
skenitis, dan abses bartolin. Pada ibu hamil dapat menyebabkan kelahiran
prematur, berat bayi lahir rendah. Infertilitas dapat terjadi pada infeksi
Trichomonas vaginalis yang menular melalui hubungan seks. Pada vagina atau
serviks dapat terjadi infeksi asenden ke endometrium, tuba falopii dan
menyebabkan PID (pelvic inflammatory disease) dan meninggalkan sekuel berupa
scar atau adhesi yang mengakibatkan infertilitas.
Pada kandidiasis vulvovaginal, komplikasinya adalah infeksi yang
rekuren terutama pada pasien dengan predisposisi tertentu. Pada wanita hamil
komplikasi yang terjadi adalah infeksi asenden yang dapat menyebabkan
gangguan hematogen diseminata. Bayi yang lahir dari ibu dengan kandidiasis
vulvovaginal akan mengalami kontak langsung dengan cairan amnion atau jalan
lahir.
Komplikasi dari infeksi bakterial adalah infeksi saluran kemih. Tingginya
tingkat kejadian infeksi bakterial pada wanita dengan PID. Walaupun tidak ada
penelitian yang menunjukkan penatalaksanaan infeksi bakterial dapat mengurangi
kejadian PID.
Tatalaksana
Penatalaksanaan keputihan tergantung pada penyebab dari keputihannya.
Keputihan disebabkan Trichomonas vaginalis (Trichomoniasis)
Terapi yang direkomendasikan adalah metronidazole 2 gr per oral single
dose atau
Gestasi
feeding cessation dianjurkan selama terapi dan 3 hari setelah dosis terakhir.
Alergi atau intoleransi
Metronidazole dan tinidazole merupakan golongan nitroimidazole.
Terapi topikal selain golongan nitroimidazole memiliki tingkat kesembuhan <
50%. Misalnya dengan clotrimazole intravaginal 100 mg selama 6 hari.
Oral
setelah 2 bulan pengobatan. Tanda dan gejala akan hilang dalam 48 72 jam
setelah terapi dan mycological sembuh dalam 4 7 hari setelah terapi. Candidiasis
vulvovaginalis
tidak
menular
melalui
kontak
seksual
sehingga
tidak
Gestasi
Candidiasis
vulvovaginal
sering
muncul
saat
hamil.
Hanya
pengobatan topikal azole selama 7 hari yang dianjurkan untuk ibu hamil.
Alergi, intoleransi, dan efek samping
Topikal agen tidak memiliki efek sistemik tetapi efek lokal terasa
panas atau iritasi. Agen oral dapat menyebabkan mual, nyeri abdomen, dan
sakit kepala. Jenis Azole terapi oral jarang berhubungan dengan peningkatan
enzim hepar. Secara klinis interaksi antar obat terjadi pada penggunaan
asetamizole, antagonis calcium, cisapride, caumadin, siklosporin A, obat
hipoglikemi oral, phenytoin, inhibitor protease, tacrolimus, terfenadine,
teofilin, trimetrexate dan rifampin.
10
11
Gestasi
Terapi bertujuan untuk mengeliminasi tanda dan gejala infeksi
Vaginosis bakterialis, mengurangi resiko komplikasi pada kehamilan seperti
kelahiran prematur, ketuban pecah dini, infeksi cairan amnion, dan
endometritis post partum. Terapi yang dianjurkan metronidazole oral selama 7
hari 2 x 50 mg atau 3 x 250 mg per oral selama 7 hari atau 2 x 300 mg
clindamycin oral selama 7 hari. Pemberian metronidazole saat trimester satu
tidak dianjurkan. Terapi vaginosis bakterialis dapat diberikan saat trimester
kedua awal kehamilan dan harus selesai sebelum usia kehamilan 16 minggu.
Alergi atau intoleransi
Clindamycin cream intravaginal lebih sering diberikan dalam kasus
alergi atau intoleransi terhadap metronidazole. Gel metronidazole intravaginal
dapat diberikan pada pasien yang memiliki efek sistemik terhadap
metronidazole tapi pada pasien alergi terhadap metronidazole oral seharusnya
tidak diberikan metronidazole intravaginal.
12
Terapi alternatif
Kanamisin 2 gr IM single dose
Trimetoprim 80 mg / sulfametoxazol 400 mg, 10 tablet oral, single dose selama 3 hari
Beberapa pusat kesehatan menyediakan terapi advokasi bagi penderita
Neisseria gonorrhoeae dan pasangannya. Pada tahap ini dianjurkan pada semua
pasangan penderita infeksi tersebut untuk menjalani pengobatan selama 60 hari
sebelum terdiagnosis gonorrheae. Terapi ini diberikan pada pasien yang memiliki
infeksi yang asimptomatik dan memberikan hasil yang lebih baik. Karena semua
rejimen terapi yang dianjurkan memiliki tingkat kesembuhan 100% dan
pemeriksaan kultur untuk memastikan kesembuhan tidak diperlukan. Tetapi
pemeriksaan untuk menyatakan adanya kesembuhan tetap diperlukan jika pasien
tidak mengetahui terapi sebelumnya yang telah didapatnya.
Keputihan disebabkan Chlamydia trachomatis
WHO Guideline
Terapi Lini Pertama
Doksisiklin 2 x 100 mg oral selama 7 hari
Azitromisin 1 gr oral single dose
Rejimen alternatif
Amoksisilin 3 x 500 mg selama 7 hari
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Ofloksasin 2 x 300 mg oral selama 7 hari
Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Pasangan seksual pasien harus dilakukan pemeriksaan untuk menilai
adanya uretritis yang biasanya asimptomatik. Kegagalan terapi pada pasangan
seksual akan menyebabkan rekurensi. Terapi yang yang diberikan hingga 7 hari
sangat penting. Chlamydia trachomatis resisten tidak ditemukan hingga sekarang.
Obat yang direkomendasikan untuk ibu hamil adalah eritromisin 4 x 500
mg per oral selama 7 hari atau Amoxycilin 3 x 500 mg oral selama 7 hari.
Tetrasiklin dan doksisiklin atau ofloxacine merupakan kontraindikasi pada ibu
hamil. Keamanan penggunaan dan efikasi azitromisin pada ibu hamil dan
menyusui tidak diketahui. Eritromisin estolat merupakan kontraindikasi ibu hamil
13
Referensi
1. Wiraguna A, editor. Manajemen Terkini Keputihan (Fluor albus) dan discar
uretra. Annual Scientific Meeting; 2010; Yogyakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada.
2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, T R. Radang dan Beberapa penyakit lain pada
alat genital wanita.
14
Fitzpatrick's
TRANSMITTED
DISEASES.
Geneva:
World
Health
Organization; 1999. 29
18. Organization WH. Guidelines For The Management Of Sexually Transmitted
Infection. World Health Organization (WHO); 2001.
19. Canada PHAo. Canadian Guideline on Sexually Transmitted Infections.
Canada: Public Health Agency of Canada; 2008.
20. Ugwumadu A. Role of Antibiotic Therapy for Bacterial Vaginosis and
15