Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI PADA KPRI JUJUR

PEMKAB BINTAN DI TANJUNGPINANG


Oleh :
Mustakim
0904 6220 1 231
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH) Tanjungpinang.
ABSTRAKSI
Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kinerja koperasi KPRI JUJUR
Pemkab Bintan di Tanjungpinang cukup sehat dinilai dari Aspek Permodalan, Aspek
Kualitas Aktiva Produktiv, Aspek Manajemen, Aspek Efesiensi, Aspek Likuiditas,
Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan, dan Aspek Jati diri Koperasi.
Dari hasil penelitian, tingkat kesehatan koperasi adalah termasuk pada kategori
CukupSehat dengan total skor 72,7 dari keseluruhan skor 100. Bila dinilai dari
penetapan predikat tingkat kesehatan KSP dan USP memiliki skor 72,7% yang
berada pada range data 60 X <80 dengan predikat cukup Sehat.
Kata Kunci : Permodalan, Kualitas Aktiva Produktiv, Manajemen, Efesiensi,
Likuiditas, Kemandirian dan Pertumbuhan, Jati diri Koperasi.
PENDAHULUAN
Latar Belakang masalah: Koperasi merupakan suatu wadah untuk memenuhi
kebutuhan anggotanya salah satunya yaitu memberikan modal dengan bunga yang
kecil. Para anggota biasanya memerlukan bantuan berupa modal untuk memulai suatu
usaha, dan dengan keikutsertaanny adalam koperasi akan memudahkan mereka
mendapatkan modal namun dengan bunga yang tidak memberatkan anggotanya.
Pembentukan koperasi bertujuan salah satunya yaitu mendorong masyarakat untuk
mandiri dalam memenuhi kebutuhan ekonominya sehingga tidak selalu tergantung
atau menggantungkan nasib hidupnya kepada pemerintah. Koperasi diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengelola keuangan untuk
melakukan kegiatan ekonomi.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 tahun 2012 tentang perkoperasian
pasal 1 (satu) ayat 1 (satu), koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang
perorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya
sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan
bersama di bidang ekonomi sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip
Koperasi.Koperasi simpan pinjam merupakan salah satu jenis koperasi menurut
usahanya. Koperasi simpan pinjam yaitu koperasi yang menyelenggarakan pelayanan
jasa bagi anggotanya berupa simpanan dan pinjaman.
Kegiatan koperasi simpan pinjam yaitu melakukan pemungutan uang kepada
anggotanya yang dijadikan sebagai modal awal koperasi tersebut. Kemudian modal

tersebut dikelola dan diolah oleh pengurus koperasi dalam melakukan pelayanan jasa
berupa pinjaman kepada anggota yang membutuhkan.
Koperasi simpan pinjam bisa disebut juga sebagai Banknya masyarakat untuk
menyimpan dan meminjam uang sebagai usaha bagi anggotanya. Semakin besar
jumlah simpanan anggota semakin besar pula dana yang bisa dipinjamkan kepada
anggota lain yang membutuhkan. Semakin besar pinjaman yang dilakukan dengan
pengembalian sesuai yang diharapkan, maka akan menambah keuntungan bagi
koperasi tersebut.
Keuntungan dari kegiatan koperasi salah satunya yaitu dengan pembagian
Sisa Hasil Usaha (SHU) kepada anggotanya. SHU yang diberikan koperasi sebagai
pelayanan untuk memajukan kesejahteraan anggota koperasi. SHU dibagikan sesuai
dengan besarnya jasa usaha yang diberikan oleh anggota untuk koperasi tersebut.
Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi berdasarkan peraturan menteri negara
koperasi dan usaha kecil menengah nomor 20/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang
pedoman penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi, pasal 2 yaitu: Pedoman Penilaian Kesehatan KSP dan USP Koperasi
bertujuan untuk memberikan pedoman kepada pejabat penilai,gerakan koperasi, dan
masyarakat agar KSP dan USP Koperasi dapat melakukan kegiatan usaha simpan
pinjam, berdasarkan prinsip koperasi secara profesional, sesuai dengan prinsip
kehati- hatian dan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakatdi
sekitarnya.
Pertumbuhan koperasi tidak hanya dirasakan di masyrakat umum namun juga
berkembang di setiap instansi pemerintahan. Koperasi-koperasi di instansi
pemerintahan sering disebut sebagai Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI).
Salah satu koperasi milik pemerintah yaitu KPRI JUJUR Pemerintah Daerah
Kabupaten Bintan. KPRI JUJUR pemerintah daerah Kabupaten Bintan merupakan
koperasi simpan pinjam yang memberikan pelayanan jasa simpan pinjam kepada
anggota koperasi. Untuk itu peneliti ingin mendalami lebih jauh bagaimana penilaian
kesehatan koperasi pada KPRI JUJUR pemkab Bintan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apakah kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang


dinilai dari aspek Permodalan telah berjalan dengan baik ?
Apakah kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang
dinilai dari aspek Kualitas Aktiva Produktif telah berjalan dengan baik ?
Apakah kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang
dinilai dari aspek Manajemen telah berjalan dengan baik ?
Apakah kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang
dinilai dari aspek Efesiensi telah berjalan dengan baik ?
Apakah kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang
dinilai dari aspek Likuiditas telah berjalan dengan baik ?
Apakah kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang
dinilai dari aspek Kemandirian dan Pertumbuhan telah berjalan dengan baik
?

7.
8.

Apakah kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang


dinilai dari aspek Jati Diri Koperasi telah berjalan dengan baik ?
Apakah kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang
dinilai telah berjalan dengan baik ?

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat
kesehatan dari aspek Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen, Efisiensi,
Likuiditas, Kemandirian dan Pertumbuhan, serta Jatidiri Koperasi pada KPRI JUJUR
Pemkab Bintan di Tanjungpinang.
TINJAUAN PUSTAKA
Undang Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa
perekonomian disusun sebagai
usaha
bersama berdasar
atas asas
kekeluargaan.Perekonomian harus dilaksanakan bersama untuk mencapai
kemakmuran rakyat.Hal ini berarti juga bahwa masyarakat mempunyai hak untuk
melakukan usaha bersama dalam mengelola perekonomian untuk kesejahteraan
rakyat.Kemakumuran rakyat yang diutamakan bukan kemakmuran diri pribadi.
Salah satu kegiatan usaha yang dilakukan rakyat berdasar atas kekeluargaan
yaitu dengan mendirikan Koperasi.Koperasi berasal dari kata Co (bersama) dan
Operation (usaha) yang berarti usaha bersama.
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian,
Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan
hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk
menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang
ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.Sedangkan
perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan Koperasi.
Rudianto (2010: 3) menjelaskan pengertian koperasi yaitu suatu perkumpulan
yang didirikan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan terbatas, yang bertujuan
untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka.
Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa koperasi merupakan suatu badan hokum
yang memiliki unsur demokrasi berdasarkan asas kekeluargaan, ekonomi, sosial dan
budaya.Usaha koperasi bukan semata-mata untuk mencari keuntungan atau kekayaan,
namun juga harus demokratis, ekonomi dan sosialnya di masyarakat terutama
terhadap anggotanya.
penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai koperasi yaitu bahwa
koperasi merupakan usaha yang dibentuk dengan sukarela dan adanya kemauan setiap
anggota, yang dijalankan oleh pengurus dan diawasi oleh setiap anggota, mempunyai
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan pembagian hasil secara adil.
Dalam pasal 6 Undang-undang Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian,
koperasi melaksanakan prinsip koperasi yang meliputi:
a. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka;
b. Pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis;
c. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi;
d. Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan independen;

e. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota,


pengawas, pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada
masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan koperasi;
f. Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan
Koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat local,
nasional, regional, dan internasional; dan
g. Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan
masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh anggota.
Jenis-jenis koperasi menurut Swastha dan Sukatjo (2007: 70), koperasi dapat
digolongkan menurut fungsi-fungsi yang dilakukan ada 3 (tiga) macam koperasi
yaitu:
1. Koperasi Produksi
Memproduksi dan menjual barang secara bersama-sama. Contoh jenis
koperasi yang dapat digolongkan kedalam koperasi produksi adalah: koperasi
kerajinan, koperasi perikanan, koperasi pertanian dan sebagainya.
2. Koperasi Konsumsi
Koperasi yang mempunyai kegiatan di bidang penyediaan barang-barang
yang dibutuhkan konsumen, terutama anggota koperasi.Barang yang dibeli
kemudian dijual kembali dengan harga yang rendah.Contoh koperasi
konsumsi adalah PKPN.
3. Koperasi Kredit
Koperasi yang beroperasi di bidang pemberian kredit kepada para anggota
dan bukan anggota dengan bunga yang serendah-rendahnya.Sumber dananya
berasal dari simpanan anggota sendiri.Koperasi kredit biasanya disebut
sebagai koperasi simpan pinjam.
Ekuitas koperasi adalah modal yang terdapat pada koperasi. Menurut
Rudianto (2010:6) menyatakan modal koperasi terdiri atas lima yaitu :
1. Modal Anggota
Modal anggota ini merupakan modal yang telah diberikan atau
disetorkan anggota kepada koperasi.Modal dilihat dari sudut pandang anggota
disebut dengan simpanan. Simpanan ini terbagi ataas tiga kelompok yaitu:
a. Simpanan pokok yaitu jumlah nilai uang tertentu yang sama banyaknya yang
harus disetorkan oleh setiapanggota pada waktu masuk menjadi anggota.
Jenis simpanan pokok ini tidak dapat diambil kembali selama orang tersebut
masih menjadi anggota koperasi.
b. Simpanan wajib yaitu jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh
anggota dalam waktu dan kesempatan tertentu yang harus dibayarkan oleh
anggota dalam waktu dan kesempatan tertentu, seperti sebulan sekali. Jenis
simpanan wajib anggaran rumah tangga dan keputusan pada rapat anggota.
c. Simpanan sukarela yaitu jumlah tertentu yang diserahkan oleh anggota atau
bukan anggota kepada koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan.
Simpanan jenis ini dapat diambil kembali oleh pemiliknya setiap saat. Karena

2.

3.

4.

5.

itu, simpanan sukarela tidak dapat dikelompokkan sebagai modal anggota


dalam koperasi tetapi dikelompokkan sebagai utang jangka panjang.
Modal Sumbangan
Adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang
yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah dan tidak mengikat. Modal
sumbangan tidak dapat dibagikan kepada anggota koperasi selama koperasi
belum dibubarkan. Modal sumbangan dapat diberikan atau dibagikan kepada
anggota apabila koperasi akan dibubarkan.
Modal Penyertaan
Adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan
uang yang ditanamkan oleh pemodal untuk menambah dan memperkuat
struktur permodalan dalam meningkatkan usaha koperasi.
Cadangan
Adalah bagian dari sisa hasil usaha (SHU) yang disishkan oleh koperasi
untuk suatu tujuan tertentu, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar atau
ketetapan rapat anggota.Biasanya cadangan dibuat untuk persiapan melakukan
pengembangan usaha, investasi baru, atau antisipasi terhadap kerugian usaha.
Sisa Hasil Usaha (SHU)
Adalah selisih antara penghasilan yang diterima koperasi selama periode
tertentu dengan pengorbanan (beban) yang dikeluarkan untuk memperoleh
penghasilan itu.Jumlah SHU tahun berjalan aka terlihat dalam laporan
perhitungan hasil usaha. Jika pencatatan transaksi dalam suatu koperasi
berjalan dengan baik, SHU tahun berjalan biasanya tidak akan terlihat di
neraca sebagai bagian dari ekuitas koperasi pada akhir periode tertentu, karena
sudah harus langsung dialokasikan ke dalam berbagai dana can cadangan.

Laporan keuangan merupakan laporan hasil kegiatan selama satu periode yang
menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha yang dilakukan, program-program yang
sudah terlaksana dan arus kas perusahaan secara keseluruhan untuk
dipertanggungjawabkan.
Laporan keuangan koperasi menurut Burhanuddin (2010: 58) adalah
interpretasi kondisi keuangan suatu koperasi selama periode tertentu sehingga fungsi
laporan keungan memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan harus ditulis dan disusun sesuai dengan standar
akuntansi.Sedangkan laporan keuangan koperasi harus sesuai dengan standar khusus
akuntansi koperasi.
Standar akuntasi keuangan koperasi berdasarkan PSAK No. 27 adalah sebagai
berikut:
1. Laporan keungan koperasi meliputi Neraca, perhitungan hasil usaha, laporan
arus kas dan catatan atas laporan keuangan, serta laporan perubahan kekayaan
bersih sebagai laporan keuangan tambahan.
2. Perhitungan hasil usaha harus dapat menunjukkan usaha yang berasal dari
anggota dan bukan anggota.
3. Alokasi pendapatan dan beban kepada anggota dan bukan anggota pada
perhitungan hasil usaha, berdasarkan perbandingan manfaat yang diterima
oleh anggota dan bukan anggota.

4. Laporan keuangan koperasi bukan laporan keuangan konsolidasi dari


koperasi-koperasi.
5. Dalam hal koperasi mempunyai perusahaan dan unit-unit usaha yang berada
di bawah satu pengelolaan maka disusun laporan keuangan konsolidasi atau
laporan keuangan anggota.

Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi: Penilaian kesehatan koperasi


dilakukan berdasarkan pada peraturan menteri negara koperasi dan usaha kecil dan
menengah republik indonesia nomor 20/Per/M.KUKM/XI/2008, kemudian
mengalami perubahan pada lampiran 1 yang diatur dalam peraturan menteri negara
koperasi dan usaha kecil dan menengah republik indonesia nomor
14/Per/M.KUKM/XII/2009 tentang perubahan atas Peraturan menteri negara koperasi
dan usaha kecil dan menengah Nomor 20/Per/M.UKM/XI/2008 tentang petunjuk
pelaksanaan penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam.

Tujuan dari pedoman penilaian kesehatan koperasi pada pasal 2 permen


K.UKM nomor 20/Per/M.KUKM/XI/2008 adalah untuk memberikan pedoman
kepada pejabat penilai, gerakan koperasi, dan masyarakat agar KSP dan USP koperasi
dapat melakukan kegiatan usaha simpan pinjam, berdasarkan prinsip koperasi secara
profesional, sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada
anggota dan masyarakat disekitarnya.
Adapun sasaran pedoman penilaian kesehatan KSP dan USP koperasi pada pasal 3
yaitu:
1. Terwujudnya pengelolaan KSP dan USP koperasi yang sehat dan mantap
sesuai dengan jatidiri koperasi.
2. Terwujudnya pengelolaan KSP dan USP koperasi yang efektif, efisien dan
profesional.
3. Terciptanya pelayanan prima kepada anggota, calon anggota, koperasi lain
dan atau anggotanya.
Sedangkan pada pasal 4 permen KUKM nomor 20/Per/M.KUKM/XI/2008,
landasan kerja penilaian kesehatan KSP dan USP adalah sebagai berikut:
1. KSP dan USP KSP dan USP Koperasi menyelenggarakan kegiatan usahanya
berdasarkan nilai-nilai, norma dan prinsip Koperasi sehingga dapat dengan
jelas menunjukkan perilaku koperasi.
2. KSP dan USP Koperasi adalah alat dari rumah tangga anggota untuk mandiri
dalam mengatasi masalah kekurangan modal (bagi anggota pengusaha) atau
kekurangan likuiditas (bagi anggota rumah tangga) sehingga berlaku asas
menolong diri sendiri (self help).
3. Maju mundurnya KSP dan USP Koperasi menjadi tanggung jawab seluruh
anggota sehingga berlaku asas tanggung jawab pribadi (self responsibility).

4. Anggota pada KSP dan USP Koperasi berada dalam satu kesatuan sistem
kerja Koperasi, diatur menurut norma-norma yang terdapat di dalam AD dan
ART KSP atau Koperasi yang menyelenggarakan USP.
5. KSP dan USP Koperasi wajib dapat memberikan manfaat yang lebih
besarkepada anggotanya jika dibandingkan dengan manfaat yang diberikan
oleh lembaga keuangan lainnya.
6. KSP dan USP Koperasi berfungsi sebagai lembaga intermediasi dalam hal ini
KSP dan USP Koperasi bertugas untuk melaksanakan penghimpunan dana
dari anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya serta pinjaman
kepada pihak-pihak tersebut.
Adapun ruang lingkup penilaian kesehatan koperasi meliputi beberapa aspek,
sebagai berikut:
a) Permodalan
b) Kualitas aktiva produktif
c) Manajemen
d) Efisiensi
e) Liquiditas
f) Kemandirian dan pertumbuhan
g) Jatidiri Koperasi
Setiap aspek diberikan bobot penilaian yang menjadi dasar perhitungan
penilaian kesehatan KSP dan USP Koperasi.Penilaian terhadap aspek dilakukan
dengan menggunakan sistem nilai yang dinyatakan dengan nilai 0 sampai dengan
100. Perincian mengenani bobot setiap aspek yang dinilai serta persyaratan dan tata
cara penilaian kesehatan KSP dan USP Koperasi berdasarkan pada pedoman
penilaian kesehatan koperasi.
Penelitian Terdahulu
1. Analisis Kesehatan Unit Simpan Pinjam (USP) pada KPRI Sunan Kumbul
Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo. Peneliti: Lisa Sulistyaningsih, 2013,
Universitas Brawijaya.
2. Pengaruh Modal Kerja Dengan Laba Usaha Koperasi pada Koperasi Serba
Usaha Sejati Mulia Jakarta. Peneliti: Anna Nurfarhana, 2013, Universitas
Indraprasta PGRI.
3. Analisis Rasio Likuiditas, Rentabilitas dan Efisiensi Penggunaan Modal Kerja
pada KPRI Madrisantosa Kebumen. Peneliti: Widhi Widyasari, 2011,
Universitas Diponegoro.

Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan


dari fakta-fakta, observasi, dan telaah kepustakaan tinjauan pustaka dan landasan
teori.
Kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:
Aktivitas KPRI JUJUR Pemkab Bintan
Kinerja

Laporan Keuangan KPRI JUJUR Pemkab


Bintan

Pengukuran Kesehatan Koperasi

Hasil Penelitian

Kesimpulan

Hipotesis
Hipotesis menurut Jeremy Rumengan (2010: 22) adalah jawaban terhadap
masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi
tingkat kebenarannya.Menurut Duwi Priyatno (2010: 9) hipotesis adalah jawaban
sementara tentenag rumusan masalah penelitian yang belum terbukti kebenarannya.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1= Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang dinilai telah
berjalan dengan baik.

METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian: Penelitian ini dilaksanakan pada Koperasi
Pegawai Republik Indonesia (KPRI) JUJUR Pemerintah Kabupaten Bintan. Adapun
waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan pada tanggal 3 Maret 2014 sampai
bulan Mei 2014.
Populasi dan Sampel

Populasi adalah suatu kelompok atau kumpulan subjek atau objek yang akan
dikenai generalisasi hasil penelitian (Priyatno. 2010: 8). Populasi merupakan
keseluruhan objek yang diteliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
Koperiasi Pegawai Republik Indonesia JUJUR Pemerintah Kabupaten Bintan yang
mencakup semua yang akan diteliti.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2010:118). Adapun sampel yang akan diambil dari
populasi yang terdapat pada KPRI JUJUR pemerintah Kabupaten Bintan yaitu
laporan pertanggung jawaban pengurus dari tahun 2009-2013.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu mendeskripsikan dalam
memecahkan masalah secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti.
Untuk mencapai tujuan penelitian dibutuhkan data yang berhubungan dengan objek
untuk mencari jawaban dari permasalahan. Penelitian ini menggunakan metode
wawancara, metode dokumentasi dan kepustakaan.
a. Wawancara
Yaitu peneliti datang langsung ke objek penelitian di Koperiasi
Pegawai
Republik
Indonesia
JUJUR
Pemerintah
Kabupaten
Bintangunamencari datadan informasi yang dibutuhkan dengan mengadakan
pendekatan dan mengadakan wawancara dengan pihak yang berkompeten di
Koperiasi Pegawai Republik Indonesia JUJUR Pemerintah Kabupaten Bintan
(Pengurus dan Anggota).
b. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan
sebagai dasar untuk mengadakan penelitian selanjutnya, yakni data Neraca,
Laporan Laba/Rugi dan buku keuangan lainnya di Koperiasi Pegawai
Republik Indonesia JUJUR Pemerintah Kabupaten Bintan selama 5 (lima)
tahun.
c. Kepustakaan
Setiap penelitian memerlukan bahan yang bersumber dari
perpustakaan, studi pustaka merupakan metode informasi yang diperoleh
dengan mencari dan membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan
pembahasan,kemudian dicatat dan dipelajari untuk dijadikan data tambahan.
Dalam hal ini penulis mengumpulkan informasi-informasi yang menunjang
tema dan judul yang disajikan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sugiyono, 2010: 225).
Data sekunder diperoleh dari pengambilan dokumentasi objek
penelitian yang dilakukan. Data yang diperoleh bersumber dari koperasi yaitu
berupan laporan pertanggungjawaban pengurus tahunan dimulai dari periode
2009 sampai dengan 2013.

Analisis penilaian kesehatan koperasi dilakukan berdasarkan Peraturan

Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah nomor


14/Per/M.KUKM/XII/2009. Adapun bobot dan aspek penilaian koperasi
adalah sebagai berikut:
No
1

Aspek yang

Bobot

Komponen

Dinilai
Permodalan

Penilaian
15
a. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset
Modal Sendiri

x 100%

Total Aset
b.Rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang

Beresiko
Modal Sendiri

x 100 %

Pinjaman diberikan yang beresiko


c. Rasio kecukupan modal sendiri
Modal Sendiri tertimbang

3
x 100%

ATMR
2

Kualitas Aktiva Produktif

25

a. Rasio volume pinjaman pada anggota terhadap volume

10

pinjaman diberikan
Volume pinjaman pada anggota

x 100%

volume pinjaman
b. Rasio Risiko pinjaman bermasala terhadap pinjaman yang

Diberikan
Pinjaman Bermasalah

x 100%

Pinjaman yang Diberikan


c. Rasio Cadangan Resiko terhadapa pinjaman bermasalah
Cadangan Resiko
Pinjaman
Bermasalah

x 100%

catatan : cadangan resiko adalah cadangan tujuan resiko


+ penyisihan penghapusan pinjaman
d. Rasio pinjaman yang beresiko terhadap pinjaman yang
diberikan
Pinjaman yang beresiko
Pinjaman yang diberikan

x 100%

Manajemen

15
a. Manajemen Umum

b.Kelembagaan
c. Manajemen
Permodalan

d. Manajemen Aktiva

e. Manajemen Liquiditas

a. Rasio Beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto


Beban operasi
anggota
x 100%
Partisipasi Bruto

10

Efisiensi

catatan : beban operasi anggota adalah beban pokok


ditambah dengan beban usaha bagi anggota +
beban
perkoperasian. Untuk USP Koperasi beban
perkoperasian dihitung secara proporsional
b. Rasio beban usah terhadap SHU kotor
Beban Usaha

x 100%

SHU Kotor
c. Rasio Efisiensi
Pelayanan
Biaya Karyawan

2
x 100%

Volume Pinjaman
5

15

Likuiditas
10

a. Rasio Kas
Kas + Bank

x 100%

Kewajiban Lancar
b. Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima
Pinjaman yang
diberikan
x 100%
Dana Yang diterima
catatan : dana yang diterima adalah total pasiva selain
hutang biaya SHU yang belum dibagi

10

Kemandirian dan Pertumbuhan


3

a.Rentabilitas Aset
SHU Sebelum pajak

x 100%

Total aset
3

b. Rentabilitas modal sendiri


SHU Bagian anggota

x 100%

total modal sendiri


4

c. Kemandirian operasional pelayanan


Partisipasi Netto

x 100%

Beban Usaha + beban perkoperasian


catatan : beban usaha adalah beban usaha bagi anggota
7

Jatidiri Koperasi

10

a. Rasio Partisipasi bruto


Partisipasi bruto

7
x 100%

Partisipasi bruto + pendapatan


b. Rasio promosi ekonomi anggota (PEA)
PEA

3
x 100%

Simpanan pokok + simpanan wajib


PEA = MEPPP + SHU Bagian anggota
Jumlah

100

Tabel 1 : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia Nomor 14/Per/M.KUKM/XII/2009.
Cara Penilaian untuk Memperoleh Angka Skor
1. Permodalan
a. Rasio modal sendiri terhadap total aset
Untuk memperoleh rasio antara modal sendiri terhadap total aset ditetapkan
sebagai berikut :
i. Untuk rasio antara modal sendiri dengan total aset yang lebih kecil atau sama
dengan 0% diberikan nilai 0.
ii. Untuk setiap kenaikan rasio 4% mulai dari 0% nilai ditambah 5 dengan
maksimum nilai 100.
iii.Untuk rasio lebih besar dari 60% sampai rasio 100% setiap kenaikan rasio 4%
nilai dikurangi 5.
iv. Nilai dikalikan bobot sebesa 6% diperoleh skor permodalan.
Berikut tabel standar perhitungan rasio modal sendiri terhadap total
aset adalah sebagai berikut :

Rasio Modal (%)


0 X < 20
20 X < 40
40 X < 60

Nilai
25
50
100

Bobot (%)
6
6
6

Skor
1,50
3,00
6,00

60 X < 80
50
6
3,00
80 X 100
25
6
1,50
Tabel 2 : Standar Perhitungan Rasio Modal Sendiri terhadap total aset
b. Rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang beresiko
Untuk memperoleh rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang
beresiko, ditetapkan sebagai berikut :
i. Untuk rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang bersiko lebih
kecil atau sama dengan 0% diberi nilai 0.
ii. Untuk setiap kenaikan rasio 1% mulai dari 0% nilai tambah 1 dengan nilai
maksimum 100.
iii.Nilai dikalikan bobot sebesar 6% maka diperoleh skor permodalan.
Rasio Modal
(dinilai dalam %)
0 < x < 10
10 < x < 20
20 < x < 30
30 < x < 40
40 < x <50
50 < x < 60
60 < x < 70
70 < x < 80
80 < x < 90
90 < x < 100
100
Tabel 3 : Standar perhitungan
yang beresiko

Nilai
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
skor

Bobot
Skor
(dinilai dalam %)
6
0
6
0,6
6
1,2
6
1,8
6
2,4
6
3,0
6
3,6
6
4,2
6
4,8
6
5,4
6
6,0
rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan

c. Rasio Kecukupan Modal Sendiri


i. Rasio kecukupan modal sendiri yaitu perbandingan antara Modal Sendiri
tertimbang dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) dikalikan
dengan 100%
ii. Modal tertimbanga dalah jumlah dari hasil kali setiap komponen modal KSP /
USP koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobot pengakuan resiko.
iii.ATMR adalah jumlah hasil kali setiap komponen aktiva KSP dan USP
koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobot pengakuan resiko.
iv. Menghitung nilai ATMR dilakukan dengan cara menjumlahkan hasil
perkalian nilai nominal aktiva yang ada dalam neraca dengan bobot resiko
masing-masing komponen aktiva.

v. Rasio kecukupan modal sendiri dapat dihitung/diperoleh dengan cara


membandingkan nilai modal tertimbang dengan nilai ATMR dikalikan dengan
100% .
Rasio Modal (%)
Nilai Bobot (%)
Skor
4
0
3
0,00
4<X6
50
3
1,50
6<X8
75
3
2,25
>8
100
3
3,00
Tabel 4 : Standar perhitungan rasio kecukupan modal
2. Kualitas Aktiva Produktif
Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada 4(empat)
rasio, yaitu:
a. Rasio volume pinjaman pada anggota terhadap volume
pinjaman
diberikan.
Untuk mengukur rasio antara volume pinjaman kepada anggota
terhadap total volume pinjaman ditetapkan berikut:
Rasio
Bobot
(%)
Nilai
(%)
<25
0
10
25<X<50
50
10
50<X<75
75
10
>75
100
10
Tabel 5: Standar Perhitungan Skor RasioVolume Pinjaman
terhadap Total Pinjaman Diberikan.

Skor
0,00
5,00
7,50
10,00
pada Anggota

b. Rasio pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan.


Untuk memperoleh rasio antara risiko pinjaman bermasalah terhadap
pinjaman yang diberikan, ditetapkan sebagaiberikut:
i. Menghitung perkiraan besarnya risiko pinjaman bermasalah (RPM) sebagai
berikut:
1)
50% dari pinjaman diberikan yang kurang lancar(PKL)
2)
75% dari pinjaman diberikan yang diragukan (PDR)
3)
100% dari pinjaman diberikan yang macet(Pm)
ii. Hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan pinjaman yang disalurkan.

RPM =

(50% xPKL) +(75% xPDR) +(100xPm)


Pinjamanyang diberikan

Perhitungan penilaian:
1) Untuk rasio 45% atau lebih diberinilai 0;
2) Untuk setiap penurunan rasio1% dari 45% nilai ditambah 2, dengan
maksimum nilai100;
3) Nilai dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor

>45

Bobot
(%)
5

40<x45

10

0,5

30<x40

20

1,0

20<x30

40

2,0

10<x20

60

3,0

0<x 10

80

4,0

Rasio(%)

Nilai

Skor
0

=0
100
5
5,0
Tabel 6: Standar Perhitungan RPM
c. Rasio cadangan risiko terhadap pinjaman bermasalah.
i. Untuk rasio 0% berarti tidak mempunyai cadangan penghapusan diberi nilai 0;
ii. Untuk setiap kenaikan 1% dimulai dari 0% nilai ditambah 1 sampai dengan
maksimal 100;
iii. Nilai dikalikan bobot sebesar 5% diperoleh skor
Rasio(%)

Nilai

Bobot(%)

Skor

0<x 10

10

0,5

10<x20

20

1,0

20<x30

30

1,5

30<x40

40

2,0

40<x50

50

2,5

50<x60

60

3,0

60<x70

70

3,5

70<x80

80

4,0

80<x90

90

4,5

90<x100

100

5,0

Tabel 7: Standar Perhitungan Rasio Cadangan Risiko terhadap Risiko Pinjaman


Bermasalah
d. Rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan.

Rasio(%)

Nilai

Bobot(%)

Skor

30

25

1,25

2630

50

2,50

21<26

75

3,75

<21
100
5
Tabel 8: standar perhitungan rasio pinjaman berisiko

5,00

3. Manajemen
Perhitungan nilai didasarkan kepada hasil penilaian atas jawaban
pertanyaan aspek manajemen terhadap seluruh komponen dengan komposisi
pertanyaan sebagai berikut (pertanyaan terlampir):
a. Manajemen umum 12 pertanyaan (bobot 3 atau 0,25 nilai untuk setiap
jawaban pertanyaanya).
b. Kelembagaan 6 pertanyaan (bobot 3 atau 0,5 nilai untuk setiap jawaban
pertanyaanya).
c. Manajemen permodalan 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai untuk setiap
jawaban pertanyaanya).
d. Manajemen aktiva 10 pertanyaan (bobot 3 atau 0,3 nilai untuk setiap jawaban
pertanyaanya).
e. Manajemen likuiditas 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai untuk setiap
jawaban pertanyaanya).
JumlahJawabanYa

Skor

1
0,25
2
0,50
3
0,75
4
1,00
5
1,25
6
1,50
7
1,75
8
2,00
9
2,25
10
2,50
11
2,75
12
3,00
Tabel 9: Standar Perhitungan ManajemenUmum
JumlahJawabanYa
Skor
1
0,50
2
1,00
3
1,50
4
2,00
5
2,50
6
3,00
Tabel 10: Standar Perhitungan Manajemen Kelembagaan

JumlahJawabanYa
1
2
3
4
5

Skor
0,60
1,20
1,80
2,40
3,00

Tabel 11: Standar Perhitungan ManajemenPermodalan


JumlahJawabanYa
Skor
1
0,30
2
0,60
3
0,90
4
1,20
5
1,50
6
1,80
7
2,10
8
2,40
9
2,70
10
3,00
Tabel 12: Standar Perhitungan ManajemenAktiva
JumlahJawabanYa
Skor
1
0,60
2
1,20
3
1,80
4
2,40
5
3,00
Tabel 13:Standar Perhitungan ManajemenLikuiditas
4. Efisiensi
a. Efisiensi dihitung rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto.
Caraperhitunganrasiobebanoperasianggotaataspartisipasibrutoditetapkan
sebagai berikut:
i. Untuk rasio sama dengan atau lebih besar dari 100 diberinilai 0 dan untuk
rasio antara 95 persen hingga lebih kecil dari 100 diberi nilai 50, selanjutnya
setiap penurunan rasio sebesar 5% nilai ditambahkan dengan 25 sampai
dengan maksimum nilai 100.
ii. Nilai dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor penilaian.
RasioBebanOperasi
Bobot
Skor
Nilai
Anggotaterhadap
(%)
PartisipasiBruto(%)
>100
95 <x < 100
90 <x < 95
0<x<90

0
5
70
5
100

4
4
4
4

1
2
3
4

Tabel 14: Standar Perhitungan Rasio Beban Operasi Anggota terhadap Partisipasi
Bruto
b. Rasio beban usaha terhadap SHU Kotor
Rasio beban usaha terhadap SHU Kotor ditetapkan sebagai berikut:

i. Untuk rasio lebih dari 80% diberinilai 25 dan untuk setiap penurunan rasio
20% nilai ditambahkan dengan 25 sampai dengan maksimum nilai 100.
ii. Nilai dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperole hskor penilaian:
Rasio BebanUsaha
Bobot
terhadap SHUKotor(%)
Nilai
Skor
(%)
>80
25
4
1
60 <x < 80
50
4
2
40 <x < 60
0<x<40

75
100

4
4

3
4

Tabel 15: Standar Perhitungan Rasio Beban Usaha Terhadap SHU Kotor
c. Rasio efisiensi pelayanan
Perhitungan
rasio
efisiensi
pelayanan
dihitung
dengan
membandingkan biaya karyawan dengan volume pinjaman, dan ditetapkan
sebagai berikut:
i. Untuk rasio lebih dari 15 persen diberi nilai 0 dan untuk rasio antara10
persen hingga 15 persen diberi nilai 50, selanjutnya setiap penurunan rasio 1
persen nilai ditambah 5 sampai dengan maksimum nilai100.
ii. Nilai dikalikan dengan bobot sebesar 2% diperoleh skor penilaian.
RasioEfisiensi
Bobot
Staf(Persen)
(%)
Nilai
Skor
<5
100
2
2,0
5<x<10

75

1,5

10<x < 15

50

1,0

>15
0
2
0,0
Tabel 16: standar perhitungan rasio efisiensi pelayanan
5. Likuiditas
Likuiditas dihitung melalui pengukuran rasio pinjaman diberikan
terhadap dana yang diterima. Pengukuran rasio pinjaman terhadap dana
yang diterima ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio pinjaman lebih kecil dari 60% diberi nilai 25, untuk setiap
kenaikan rasio 10% nilai ditambah dengan 25 sampai dengan maksimum
100.
b. Nilai dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian.
Rasio
Bobot
Pinjaman
Nilai
Skor
(%)
(%)
<60
25
5
1,25
60< x<70
50
5
2,50
70< x<80
75
5
3,75
80< x<90
100
5
5
Tabel 17: Standar Perhitungan Rasio Pinjaman yang diberikan terhadap Dana yang
Diterima

6. Kemandirian dan Pertumbuhan


Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan dihitung
menggunakan rasio rentabilitas modal sendiri. Perhitungannya sebagai
berikut:
a. Untuk rasio rentabilitas modal sendiri lebih kecil dari 3% diberi nilai 25,
untuk setiap kenaikan rasio 1 % nilai ditambah 25 sampai dengan
maksimum100.
b. Nilai dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian.
Rasio
Bobot
Rentabilitas
Nilai
Skor
(%)
Ekuitas (%)
<3
25
3
0,75
3< x< 4
50
3
1,50
4< x< 5
75
3
2,25
>5
100
3
3,00
Tabel 18: Standar Perhitungan untuk Ratio Rentabilitas Modal Sendiri
7. Jati Diri Koperasi
Rasio partisipasi bruto adalah tingkat kemampuan koperasi dalam
melayani anggota, semakin tinggi/besar persentasenya semakin baik.
Pengukuran rasio partisipasi bruto dihitung dengan membandingkan
partisipasi bruto terhadap partisipasi bruto ditambah pendapatan, yang
ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio lebih kecil dari 25% diberinilai 25 dan untuk setiap kenaikan
rasio 25% nilai ditambah dengan 25 sampai dengan rasio lebih besar dari
75% nilai maksimum 100.
b. Nilai dikalikan dengan bobot 7% diperoleh skor penilaian
Rasio
Partisipasi
Bruto(%)

Nilai

Bobot
(%)

<25

Skor

25

1,75

25 <x < 50

50

3,50,

50 <x < 75
>75

75
100

7
7

5,25
7

Tabel 19: Standar perhitungan partisipasi bruto


Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap 7 komponen
sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan 7, diperoleh skor
keseluruhan. Skor dimaksud dipergunakan untuk menetapkan predikat tingkat
kesehatan KSP dan USP Koperasi yang dibagi dalam 5 golongan yaitu sehat,
cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat dan sangat tidak sehat. Penetapan
predikat tingkat kesehatan KSP dan USP tersebut adalah sebagai berikut:

SKOR

PREDIKAT

80< x < 100

SEHAT

60< x < 80

CUKUP SEHAT

40< x < 60

KURANG SEHAT

20< x < 40

TIDAK SEHAT

< 20

SANGAT TIDAK SEHAT

Tabel 20. Tabel Penetapan Kesehatan Koperasi

PEMBAHASAN
Permodalan
a. Tingkat Kesehatan Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset
Pada rasio modal sendiri terhadap total asset pada Koperasi Pegawai
Republik Indonesia JUJUR Pemkab Bintan tahun 2012, dari hasil perhitungan
rasio diperoleh yaitu 79,91% yang terletak di rasio modal 60 x <80 artinya
bahwa modal sendiri yang dimiliki oleh KPRI JUJUR Pemkab Bintan mampu
mendukung pendanaan terhadap total aset dengan skor 3 untuk skala 1,5
sampai 6,00.
b. Tingkat Kesehatan Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman Diberikan yang
Beresiko
Pada rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang beresiko
pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan tahun 2012, dari perhitungan rasio
diperoleh yaitu 60,88% yang terletak di rasio modal 60< x<70 artinya bahwa
modal sendiri yang dimiliki oleh KPRI JUJUR Pemkab Bintan mampu
mendukung pendanaan terhadap pinjaman diberikan yang beresiko dengan
skor 3,6 untuk skala 0 sampai dengan 6.
c. Tingkat Kesehatan Rasio Kecukupan Modal Sendiri
Pada rasio kecukupan modal sendiri pada KPRI JUJUR Pemkab
Bintan tahun 2012, dari perhitungan rasio diperoleh yaitu 10,13% yang
terletak di rasio modal >8%artinya bahwa modal sendiri yang dimiliki oleh
KPRI JUJUR Pemkab Bintan tingkat kecukupannya tinggi, dengan skor 3
untuk skala 0 sampai dengan 3.
Persentase
ASPEK
SKOR
bobot
(%)
PERMODALAN
15
a. Rasio Modal Sendiri terhadap Total
3,00
6
Asset
b.Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman
3,60
9,6
diberikan yang beresiko
6

c.Rasio Kecukupan Modal


3,00
3
Tabel 21. Hasil penilaian kinerja dari aspek permodalan
Kualitas Aktiva Produktif
a. Rasio Volume Pinjaman pada Anggota Terhadap Total Volume Pinjaman
Diberikan
Rasio Volume Pinjaman pada Anggota Terhadap Total Volume Pinjaman
Diberikan pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan tahun 2012, dari perhitungan
rasio diperoleh yaitu 100% yang terletak di rasio > 75% artinya rasio volume
pinjaman anggota terhadap total volume pinjaman diberikan oleh KPRI
JUJUR Pemkab Bintanhanya kepada anggota koperasi sehingga 100 % total
pinjaman diberikan kepada anggota.
b. Rasio Resiko Pinjaman Bermasalah Terhadap Pinjaman Diberikan
Rasio Resiko Pinjaman Bermasalah Terhadap Pinjaman Diberikan pada
KPRI JUJUR Pemkab Bintan tahun 2012, dari perhitungan rasio diperoleh
yaitu 13,70% yang terletak di rasio 10<x20% artinya bahwa resiko
pinjaman bermasalah pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan tergolong kecil,
dengan skor 3 untuk skala 0 sampai dengan 5.
c. Rasio Cadangan Resiko terhadap Resiko Pinjaman Bermasalah
Rasio cadangan resiko terhadap resiko pinjaman bermasalah pada KPRI
JUJUR Pemkab Bintan tahun 2012, dari perhitungan rasio diperoleh yaitu
102,88 % terletak pada rasio 90<x100 dengan skor 5. Bahwa cadangan
resiko terhadap resiko pinjaman yang diberikan sangan sehat. Cadangan
yang diberikan lebih besar karena termasuk cadangan umum, sehingga
resiko pinjaman bermasalah bisa diatasi secepatnya.
d. Rasio pinjaman yang beresiko terhadap pinjaman yang diberikan
Rasio pinjaman yang beresiko terhadap pinjaman yang diberikan pada
KPRI JUJUR Pemkab Bintan tahun 2012, perhitungan rasio diperoleh nilai
13,70% yang terletak pada rasio <21 %. Bahwa pinjaman yang beresiko
terhadap pinjaman yang diberikan mempunyai skor 5, artinya pinjaman
beresiko masih kecil terhadap pinjaman yang diberikan.
Persentase
ASPEK
SKOR
bobot
(%)
KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF
25
a. Rasio volume pinjaman pada
10
anggota terhadap total volume 10
pinjaman diberikan
5
b. Rasio resiko pinjaman bermasalah 3
23
terhadap pinjaman diberikan
5
c. Rasio cadangan resiko terhadap 5
resiko pinjaman bermasalah
5
d. Rasio pinjaman yang beresiko 5
terhadap pinjaman yang diberikan
Tabel 22. Hasil penilaian kinerja dari aspek Kualitas Aktiva Produtif

Manajemen
a. Manajemen Umum
Manajemen umum pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan memiliki 12
pertanyaan dengan jawaban ya sebanyak 10 dengan skor 2,50, artinya
manajemen umum KPRI JUJUR Pemkab Bintan digolongkan sehat.
b. Manajemen Kelembagaan
Manajemen kelembagaan pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan memiliki 6
pertanyaan dengan jawaban ya sebanyak 3 dengan skor 1,50, artinya
manajemen umum KPRI JUJUR Pemkab Bintan digolongkan cukup sehat.
c. Manajemen Permodalan
Manajemen permodalan pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan memiliki 5
pertanyaan dengan jawaban ya sebanyak 5 dengan skor 3,0, artinya
manajemen umum KPRI JUJUR Pemkab Bintan digolongkan sangat sehat.
d. Manajemen Aktiva
Manajemen aktiva pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan memiliki 10
pertanyaan dengan jawaban ya sebanyak 7 dengan skor 2,10, artinya
manajemen umum KPRI JUJUR Pemkab Bintan digolongkan sehat.
e. Manajemen Likuiditas
Manajemen umum pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan memiliki 5
pertanyaan dengan jawaban ya sebanyak 5 dengan skor 3,0, artinya
manajemen umum KPRI JUJUR Pemkab Bintan digolongkan sehat.
Persentase
ASPEK
SKOR
bobot
(%)
MANAJEMEN
15
a. Manajemen umum
2,5
3
b. Manajemen kelembagaan
1,5
3
c. Manajemen permodalan
3
3
12,10
d. Manajemen aktiva
2,10
3
e. Manajemen likuiditas
3
3
Tabel 23. Hasil penilaian kinerja dari aspek Manajemen
Efisiensi
a. Rasio Beban Operasi Anggota Terhadap Partisipasi Bruto
Rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto pada KPRI JUJUR
Pemkab Bintan tahun 2012, perhitungan rasio yaitu 11,21% terletak pada rasio
0<x<90. Bahwa beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto sangat kecil
sehingga tergolong sehat dengan skor 4.
b. Rasio Beban Usaha Terhadap SHU Kotor
Penilaian kesehatan rasio beban usaha terhadap SHU kotor pada KPRI
JUJUR Pemkab Bintan tahun 2012, dari perhitungan rasio diperoleh yaitu
74,57% yang terletak pada rasio 60 <x < 80, artinya beban usaha terhadap
SHU kotor memperoleh skor 2 untuk skala 1 sampai dengan 4 yaitu tergolong
cukup sehat.
c. Rasio efisiensi Pelayanan
Pada rasio efisiensi pelayanan pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan tidak
memiliki karyawan, pelayanan dilakukan oleh pengurus langsung sehingga

hanya diberikan honor bagi pengurus. Perhitungan rasionya yaitu 1,36%


terletak pada rasio <5. Bahwa rasio pelayanan sangat sangat efisien dengan
skor 2.
Persentase
ASPEK
SKOR
bobot
(%)
EFISIENSI
10
a. Rasio biaya operasional pelayanan
4
terhadap partisipasi bruto
4
8
b. Rasio beban usaha terhadap SHU
4
kotor
2
2
c. Rasio efisiensi pelayanan
2
Tabel 24. Hasil penilaian kinerja dari aspek Efesiensi
Likuiditas
a. Rasio Kas
Rasio kas pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan diperoleh perhitungan yaitu
107% terletak pada rasio >20. Bahwa rasio kas pada KPRI JUJUR
memperoleh nilai skor 2,5 yang berarti digolongkan sangat sehat.
b. Rasio Pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima
Penilaian kesehatan rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang
diterima pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan diperoleh perhitungan yaitu 94,62
% yang terletak pada rasio 80< x<90. Bahwa rasio pinjaman yang diberikan
terhadap dana yang diterima sangat sehat dengan skor 5.
Persentase
ASPEK
SKOR
bobot
(%)
LIKUIDITAS
15
a. Rasio kas
2,5
10
7,5
b. Rasio pinjaman yang diberikan 5
5
terhadap dana yang diterima
Tabel 25. Hasil penilaian kinerja dari aspek Likuiditas
Kemandirian dan Pertumbuhan
a. Rasio Rentabilitas Aset
Rasio rentabilitas aset pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan tahun 2012
diperoleh perhitungan yaitu 4,71% yang terletak pada rasio < 5. Bahwa rasio
rentabilitas aset KPRI JUJUR digolongkan belum sehat dengan skor nilai
0,75.
b. Rasio Rentabilitas Modal Sendiri
Pada rasio rentabilitas modal sendiri KPRI JUJUR Pemkab Bintan tahun
2012 diperoleh perhitungan 2,36% yang terletak pada rasio < 3%. Bahwa
rasio rentabilitas modal sendiri digolongkan belum sehat dengan nilai skor
0,75.
c. Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan
Rasio kemandirian operasional pelayanan pada KPRI JUJUR Pemkab
Bintan tahun 2012 diperoleh perhitungan 146,80% yang terletak pada rasio >

100 %. Bahwa rasio kemandirian operasional pelayanan digolongkan sangat


sehat dengan nilai skor 4.
Persentase
ASPEK
SKOR
bobot
(%)
KEMANDIRIAN
DAN
10
3
PERTUMBUHAN
a. Rasio rentabilitas aset
3
5,5
b. Rasio rentabilitas modal sendiri
0,75
4
c. Rasio kemandirian operasional 0,75
pelayanan
4
Tabel 26. Hasil penilaian kinerja dari aspek Kemandirian dan Pertumbuhan.
Jati Diri
a. Rasio Partisipasi Bruto
Rasio partisipasi bruto pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan tahun 2012
diperoleh perhitungan 86,68% terletak pada rasio >75 %. Bahwa rasio
partisipasi bruto digolongkan sehat dengan nilai skor 7.
b. Rasio Promosi Ekonomi Anggota
Rasio promosi ekonomi anggota pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan tahun
2012 diperoleh perhitungan 3,63 %, terletak pada rasio <5 %. Bahwa rasio
promosi ekonomi anggota KPRI JUJUR digolongkan belum sehat dengan skor
0,00.
Persentase
ASPEK
SKOR
bobot
(%)
JATIDIRI KOPERASI
10
a. Rasio partisipasi bruto
7
7
7
b. Rasio PEA
0
3
Tabel 27. Hasil penilaian kinerja dari aspek Jatidiri Koperasi
Berdasarkanhasil dari penilaian pada semua aspek kesehatan KPRI
JUJUR Pemkab Bintan tahun 2012, selanjutnya akan dihitung tingkat
kesehatan koperasi secara keseluruhan untuk mengetahui apakah koperasi
tersebut berpredikat sehat atau belum.
Berikut tabel hasil penilaian kesehatan koperasi pada KPRI JUJUR
Pemkab Bintan tahun 2012.
Persentase
ASPEK
SKOR bobot (%)
PERMODALAN
a. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset
b.Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman diberikan
yang beresiko
c.Rasio Kecukupan Modal
KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF
e. Rasio volume pinjaman pada anggota terhadap

3,00

15
6
9,6

3,60
3,00
10

6
3
25
10

total volume pinjaman diberikan


3
f. Rasio resiko pinjaman bermasalah terhadap
pinjaman diberikan
5
g. Rasio cadangan resiko terhadap resiko pinjaman
bermasalah
5
h. Rasio pinjaman yang beresiko terhadap
pinjaman yang diberikan
MANAJEMEN
f. Manajemen umum
g. Manajemen kelembagaan
h. Manajemen permodalan
i. Manajemen aktiva
j. Manajemen likuiditas
EFISIENSI
d. Rasio biaya operasional pelayanan terhadap
partisipasi bruto
e. Rasio beban usaha terhadap SHU kotor
f. Rasio efisiensi pelayanan
LIKUIDITAS
c. Rasio kas
d. Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana
yang diterima
KEMANDIRIAN DAN PERTUMBUHAN
d. Rasio rentabilitas aset
e. Rasio rentabilitas modal sendiri
f. Rasio kemandirian operasional pelayanan
JATIDIRI KOPERASI
c. Rasio partisipasi bruto
d. Rasio PEA
TOTAL
PREDIKAT

2,5
1,5
3
2,10
3
4

5
23
5
5

15
3
3
3
3
3
10
4

12,10

8
2
2
2,5
5

4
2
15
10
5

0,75
0,75
4

10
3
3
4

7
0
72,7

10
7
3
100

7,5

5,5

7
72,7

CUKUP SEHAT

Tabel 20: Hasil penilaian kinerja KPRI JUJUR Pemkab Bintan tahun 2012
Secara keseluruhan dapat dinilai dari seluruh aspek kinerja Koperasi Pegawai
Republik Indonesia JUJUR Pemkab Bintan tahun 2012 adalah termasuk pada kategori
cukup sehat dengan total skor 72,7 dari keseluruhan skor 100. Bila dinilai dari
penetapan predikat tingkat kesehatan KSP dan USP memiliki skor 72,7% yang berada
pada range data 60 X <80 dengan predikat cukup Sehat.

PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari keseluruhan perhitungan dan pembahasan bab 4
dengan menggunakan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia nomor 14/per/M.KUKM/XII/2009 adalah :
1. Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang cukup sehat
dinilai dari aspek Permodalan.
2. Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang cukup sehat
dinilai dari aspek Kualitas Aktiva Produktif.
3. Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang cukup sehat
dinilai dari aspek Manajemen.
4. Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang cukup sehat
dinilai dari aspek Efesiensi.
5. Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang cukup sehat
dinilai dari aspek Likuiditas.
6. Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang cukup sehat
dinilai dari aspek Kemandirian dan Pertumbuhan.
7. Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang cukup sehat
dinilai dari aspek Jati Diri Koperasi.
8. Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang dinilai telah
berjalan dengan baik.
Tingkat kesehatan koperasi adalah termasuk pada kategori Cukup Sehat
dengan total skor 72,7 dari keseluruhan skor 100. Bila dinilai dari penetapan predikat
tingkat kesehatan KSP dan USP memiliki skor 72,7% yang berada pada range data
60 X <80 dengan predikat cukup Sehat.
Saran

75
Hendaknya pihak pengelola dan pengurus KPRI JUJUR Pemkab Bintan untuk
dapat terus meningkatkan kinerja sehingga grafik tingkat kesehatan koperasi dapat terus
meningkat dari cukup sehat menjadi sehat. Penilaian kesehatan koperasi sangat
penting dilakukan untuk melihat bagaimana hasil kinerja pengelola dan pengurus
koperasi sehingga koperasi tersebut dapat terus berkembang dan dapat mengurangi
resiko yang akan terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin S. 2010. Prosedur Mudah
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia.

Mendirikan

Koperasi.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Edisi Kedua.


Yogyakarta: Erlangga.
Iskandar,MSoesilo.2008.DinamikaGerakanKoperasiIndonesia.
Wahana Semesta Intermedia.

Jakarta:

Kartasapoetra, et al. 2007. Koperasi Indonesia. Jakarta: Bina Adi Aksara


dan Rineka Cipta.
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia. 2008. Buku pedoman Perpajakan Bagi Koperasi.
Jakarta.
Munawir. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS.
Yogyakarta: MediaKom.
Rudianto. 2010. Akuntansi Koperasi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Rumengan, Jeremy. 2010. Metode Penelitian dengan SPSS. Batam:
Uniba Press.
Subandi. 2011. Ekonomi Koperasi. Jakarta: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Swastha, Basu dan Sukatjo, Ibnu. 2007. Pengantar Bisnis Modern.
Yogyakarta: Liberty.
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33.
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 Tentang Perkoperasian.
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia nomor 14/per/M.KUKM/XII/2009 tentang Pedoman penilaian
kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi.

Anda mungkin juga menyukai