tersebut dikelola dan diolah oleh pengurus koperasi dalam melakukan pelayanan jasa
berupa pinjaman kepada anggota yang membutuhkan.
Koperasi simpan pinjam bisa disebut juga sebagai Banknya masyarakat untuk
menyimpan dan meminjam uang sebagai usaha bagi anggotanya. Semakin besar
jumlah simpanan anggota semakin besar pula dana yang bisa dipinjamkan kepada
anggota lain yang membutuhkan. Semakin besar pinjaman yang dilakukan dengan
pengembalian sesuai yang diharapkan, maka akan menambah keuntungan bagi
koperasi tersebut.
Keuntungan dari kegiatan koperasi salah satunya yaitu dengan pembagian
Sisa Hasil Usaha (SHU) kepada anggotanya. SHU yang diberikan koperasi sebagai
pelayanan untuk memajukan kesejahteraan anggota koperasi. SHU dibagikan sesuai
dengan besarnya jasa usaha yang diberikan oleh anggota untuk koperasi tersebut.
Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi berdasarkan peraturan menteri negara
koperasi dan usaha kecil menengah nomor 20/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang
pedoman penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi, pasal 2 yaitu: Pedoman Penilaian Kesehatan KSP dan USP Koperasi
bertujuan untuk memberikan pedoman kepada pejabat penilai,gerakan koperasi, dan
masyarakat agar KSP dan USP Koperasi dapat melakukan kegiatan usaha simpan
pinjam, berdasarkan prinsip koperasi secara profesional, sesuai dengan prinsip
kehati- hatian dan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakatdi
sekitarnya.
Pertumbuhan koperasi tidak hanya dirasakan di masyrakat umum namun juga
berkembang di setiap instansi pemerintahan. Koperasi-koperasi di instansi
pemerintahan sering disebut sebagai Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI).
Salah satu koperasi milik pemerintah yaitu KPRI JUJUR Pemerintah Daerah
Kabupaten Bintan. KPRI JUJUR pemerintah daerah Kabupaten Bintan merupakan
koperasi simpan pinjam yang memberikan pelayanan jasa simpan pinjam kepada
anggota koperasi. Untuk itu peneliti ingin mendalami lebih jauh bagaimana penilaian
kesehatan koperasi pada KPRI JUJUR pemkab Bintan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat
kesehatan dari aspek Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen, Efisiensi,
Likuiditas, Kemandirian dan Pertumbuhan, serta Jatidiri Koperasi pada KPRI JUJUR
Pemkab Bintan di Tanjungpinang.
TINJAUAN PUSTAKA
Undang Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa
perekonomian disusun sebagai
usaha
bersama berdasar
atas asas
kekeluargaan.Perekonomian harus dilaksanakan bersama untuk mencapai
kemakmuran rakyat.Hal ini berarti juga bahwa masyarakat mempunyai hak untuk
melakukan usaha bersama dalam mengelola perekonomian untuk kesejahteraan
rakyat.Kemakumuran rakyat yang diutamakan bukan kemakmuran diri pribadi.
Salah satu kegiatan usaha yang dilakukan rakyat berdasar atas kekeluargaan
yaitu dengan mendirikan Koperasi.Koperasi berasal dari kata Co (bersama) dan
Operation (usaha) yang berarti usaha bersama.
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian,
Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan
hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk
menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang
ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.Sedangkan
perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan Koperasi.
Rudianto (2010: 3) menjelaskan pengertian koperasi yaitu suatu perkumpulan
yang didirikan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan terbatas, yang bertujuan
untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka.
Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa koperasi merupakan suatu badan hokum
yang memiliki unsur demokrasi berdasarkan asas kekeluargaan, ekonomi, sosial dan
budaya.Usaha koperasi bukan semata-mata untuk mencari keuntungan atau kekayaan,
namun juga harus demokratis, ekonomi dan sosialnya di masyarakat terutama
terhadap anggotanya.
penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai koperasi yaitu bahwa
koperasi merupakan usaha yang dibentuk dengan sukarela dan adanya kemauan setiap
anggota, yang dijalankan oleh pengurus dan diawasi oleh setiap anggota, mempunyai
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan pembagian hasil secara adil.
Dalam pasal 6 Undang-undang Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian,
koperasi melaksanakan prinsip koperasi yang meliputi:
a. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka;
b. Pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis;
c. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi;
d. Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan independen;
2.
3.
4.
5.
Laporan keuangan merupakan laporan hasil kegiatan selama satu periode yang
menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha yang dilakukan, program-program yang
sudah terlaksana dan arus kas perusahaan secara keseluruhan untuk
dipertanggungjawabkan.
Laporan keuangan koperasi menurut Burhanuddin (2010: 58) adalah
interpretasi kondisi keuangan suatu koperasi selama periode tertentu sehingga fungsi
laporan keungan memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan harus ditulis dan disusun sesuai dengan standar
akuntansi.Sedangkan laporan keuangan koperasi harus sesuai dengan standar khusus
akuntansi koperasi.
Standar akuntasi keuangan koperasi berdasarkan PSAK No. 27 adalah sebagai
berikut:
1. Laporan keungan koperasi meliputi Neraca, perhitungan hasil usaha, laporan
arus kas dan catatan atas laporan keuangan, serta laporan perubahan kekayaan
bersih sebagai laporan keuangan tambahan.
2. Perhitungan hasil usaha harus dapat menunjukkan usaha yang berasal dari
anggota dan bukan anggota.
3. Alokasi pendapatan dan beban kepada anggota dan bukan anggota pada
perhitungan hasil usaha, berdasarkan perbandingan manfaat yang diterima
oleh anggota dan bukan anggota.
4. Anggota pada KSP dan USP Koperasi berada dalam satu kesatuan sistem
kerja Koperasi, diatur menurut norma-norma yang terdapat di dalam AD dan
ART KSP atau Koperasi yang menyelenggarakan USP.
5. KSP dan USP Koperasi wajib dapat memberikan manfaat yang lebih
besarkepada anggotanya jika dibandingkan dengan manfaat yang diberikan
oleh lembaga keuangan lainnya.
6. KSP dan USP Koperasi berfungsi sebagai lembaga intermediasi dalam hal ini
KSP dan USP Koperasi bertugas untuk melaksanakan penghimpunan dana
dari anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya serta pinjaman
kepada pihak-pihak tersebut.
Adapun ruang lingkup penilaian kesehatan koperasi meliputi beberapa aspek,
sebagai berikut:
a) Permodalan
b) Kualitas aktiva produktif
c) Manajemen
d) Efisiensi
e) Liquiditas
f) Kemandirian dan pertumbuhan
g) Jatidiri Koperasi
Setiap aspek diberikan bobot penilaian yang menjadi dasar perhitungan
penilaian kesehatan KSP dan USP Koperasi.Penilaian terhadap aspek dilakukan
dengan menggunakan sistem nilai yang dinyatakan dengan nilai 0 sampai dengan
100. Perincian mengenani bobot setiap aspek yang dinilai serta persyaratan dan tata
cara penilaian kesehatan KSP dan USP Koperasi berdasarkan pada pedoman
penilaian kesehatan koperasi.
Penelitian Terdahulu
1. Analisis Kesehatan Unit Simpan Pinjam (USP) pada KPRI Sunan Kumbul
Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo. Peneliti: Lisa Sulistyaningsih, 2013,
Universitas Brawijaya.
2. Pengaruh Modal Kerja Dengan Laba Usaha Koperasi pada Koperasi Serba
Usaha Sejati Mulia Jakarta. Peneliti: Anna Nurfarhana, 2013, Universitas
Indraprasta PGRI.
3. Analisis Rasio Likuiditas, Rentabilitas dan Efisiensi Penggunaan Modal Kerja
pada KPRI Madrisantosa Kebumen. Peneliti: Widhi Widyasari, 2011,
Universitas Diponegoro.
Kerangka Teoritis
Hasil Penelitian
Kesimpulan
Hipotesis
Hipotesis menurut Jeremy Rumengan (2010: 22) adalah jawaban terhadap
masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi
tingkat kebenarannya.Menurut Duwi Priyatno (2010: 9) hipotesis adalah jawaban
sementara tentenag rumusan masalah penelitian yang belum terbukti kebenarannya.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1= Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang dinilai telah
berjalan dengan baik.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian: Penelitian ini dilaksanakan pada Koperasi
Pegawai Republik Indonesia (KPRI) JUJUR Pemerintah Kabupaten Bintan. Adapun
waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan pada tanggal 3 Maret 2014 sampai
bulan Mei 2014.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah suatu kelompok atau kumpulan subjek atau objek yang akan
dikenai generalisasi hasil penelitian (Priyatno. 2010: 8). Populasi merupakan
keseluruhan objek yang diteliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
Koperiasi Pegawai Republik Indonesia JUJUR Pemerintah Kabupaten Bintan yang
mencakup semua yang akan diteliti.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2010:118). Adapun sampel yang akan diambil dari
populasi yang terdapat pada KPRI JUJUR pemerintah Kabupaten Bintan yaitu
laporan pertanggung jawaban pengurus dari tahun 2009-2013.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu mendeskripsikan dalam
memecahkan masalah secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti.
Untuk mencapai tujuan penelitian dibutuhkan data yang berhubungan dengan objek
untuk mencari jawaban dari permasalahan. Penelitian ini menggunakan metode
wawancara, metode dokumentasi dan kepustakaan.
a. Wawancara
Yaitu peneliti datang langsung ke objek penelitian di Koperiasi
Pegawai
Republik
Indonesia
JUJUR
Pemerintah
Kabupaten
Bintangunamencari datadan informasi yang dibutuhkan dengan mengadakan
pendekatan dan mengadakan wawancara dengan pihak yang berkompeten di
Koperiasi Pegawai Republik Indonesia JUJUR Pemerintah Kabupaten Bintan
(Pengurus dan Anggota).
b. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan
sebagai dasar untuk mengadakan penelitian selanjutnya, yakni data Neraca,
Laporan Laba/Rugi dan buku keuangan lainnya di Koperiasi Pegawai
Republik Indonesia JUJUR Pemerintah Kabupaten Bintan selama 5 (lima)
tahun.
c. Kepustakaan
Setiap penelitian memerlukan bahan yang bersumber dari
perpustakaan, studi pustaka merupakan metode informasi yang diperoleh
dengan mencari dan membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan
pembahasan,kemudian dicatat dan dipelajari untuk dijadikan data tambahan.
Dalam hal ini penulis mengumpulkan informasi-informasi yang menunjang
tema dan judul yang disajikan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sugiyono, 2010: 225).
Data sekunder diperoleh dari pengambilan dokumentasi objek
penelitian yang dilakukan. Data yang diperoleh bersumber dari koperasi yaitu
berupan laporan pertanggungjawaban pengurus tahunan dimulai dari periode
2009 sampai dengan 2013.
Aspek yang
Bobot
Komponen
Dinilai
Permodalan
Penilaian
15
a. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset
Modal Sendiri
x 100%
Total Aset
b.Rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang
Beresiko
Modal Sendiri
x 100 %
3
x 100%
ATMR
2
25
10
pinjaman diberikan
Volume pinjaman pada anggota
x 100%
volume pinjaman
b. Rasio Risiko pinjaman bermasala terhadap pinjaman yang
Diberikan
Pinjaman Bermasalah
x 100%
x 100%
x 100%
Manajemen
15
a. Manajemen Umum
b.Kelembagaan
c. Manajemen
Permodalan
d. Manajemen Aktiva
e. Manajemen Liquiditas
10
Efisiensi
x 100%
SHU Kotor
c. Rasio Efisiensi
Pelayanan
Biaya Karyawan
2
x 100%
Volume Pinjaman
5
15
Likuiditas
10
a. Rasio Kas
Kas + Bank
x 100%
Kewajiban Lancar
b. Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima
Pinjaman yang
diberikan
x 100%
Dana Yang diterima
catatan : dana yang diterima adalah total pasiva selain
hutang biaya SHU yang belum dibagi
10
a.Rentabilitas Aset
SHU Sebelum pajak
x 100%
Total aset
3
x 100%
x 100%
Jatidiri Koperasi
10
7
x 100%
3
x 100%
100
Tabel 1 : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia Nomor 14/Per/M.KUKM/XII/2009.
Cara Penilaian untuk Memperoleh Angka Skor
1. Permodalan
a. Rasio modal sendiri terhadap total aset
Untuk memperoleh rasio antara modal sendiri terhadap total aset ditetapkan
sebagai berikut :
i. Untuk rasio antara modal sendiri dengan total aset yang lebih kecil atau sama
dengan 0% diberikan nilai 0.
ii. Untuk setiap kenaikan rasio 4% mulai dari 0% nilai ditambah 5 dengan
maksimum nilai 100.
iii.Untuk rasio lebih besar dari 60% sampai rasio 100% setiap kenaikan rasio 4%
nilai dikurangi 5.
iv. Nilai dikalikan bobot sebesa 6% diperoleh skor permodalan.
Berikut tabel standar perhitungan rasio modal sendiri terhadap total
aset adalah sebagai berikut :
Nilai
25
50
100
Bobot (%)
6
6
6
Skor
1,50
3,00
6,00
60 X < 80
50
6
3,00
80 X 100
25
6
1,50
Tabel 2 : Standar Perhitungan Rasio Modal Sendiri terhadap total aset
b. Rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang beresiko
Untuk memperoleh rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang
beresiko, ditetapkan sebagai berikut :
i. Untuk rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang bersiko lebih
kecil atau sama dengan 0% diberi nilai 0.
ii. Untuk setiap kenaikan rasio 1% mulai dari 0% nilai tambah 1 dengan nilai
maksimum 100.
iii.Nilai dikalikan bobot sebesar 6% maka diperoleh skor permodalan.
Rasio Modal
(dinilai dalam %)
0 < x < 10
10 < x < 20
20 < x < 30
30 < x < 40
40 < x <50
50 < x < 60
60 < x < 70
70 < x < 80
80 < x < 90
90 < x < 100
100
Tabel 3 : Standar perhitungan
yang beresiko
Nilai
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
skor
Bobot
Skor
(dinilai dalam %)
6
0
6
0,6
6
1,2
6
1,8
6
2,4
6
3,0
6
3,6
6
4,2
6
4,8
6
5,4
6
6,0
rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan
Skor
0,00
5,00
7,50
10,00
pada Anggota
RPM =
Perhitungan penilaian:
1) Untuk rasio 45% atau lebih diberinilai 0;
2) Untuk setiap penurunan rasio1% dari 45% nilai ditambah 2, dengan
maksimum nilai100;
3) Nilai dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor
>45
Bobot
(%)
5
40<x45
10
0,5
30<x40
20
1,0
20<x30
40
2,0
10<x20
60
3,0
0<x 10
80
4,0
Rasio(%)
Nilai
Skor
0
=0
100
5
5,0
Tabel 6: Standar Perhitungan RPM
c. Rasio cadangan risiko terhadap pinjaman bermasalah.
i. Untuk rasio 0% berarti tidak mempunyai cadangan penghapusan diberi nilai 0;
ii. Untuk setiap kenaikan 1% dimulai dari 0% nilai ditambah 1 sampai dengan
maksimal 100;
iii. Nilai dikalikan bobot sebesar 5% diperoleh skor
Rasio(%)
Nilai
Bobot(%)
Skor
0<x 10
10
0,5
10<x20
20
1,0
20<x30
30
1,5
30<x40
40
2,0
40<x50
50
2,5
50<x60
60
3,0
60<x70
70
3,5
70<x80
80
4,0
80<x90
90
4,5
90<x100
100
5,0
Rasio(%)
Nilai
Bobot(%)
Skor
30
25
1,25
2630
50
2,50
21<26
75
3,75
<21
100
5
Tabel 8: standar perhitungan rasio pinjaman berisiko
5,00
3. Manajemen
Perhitungan nilai didasarkan kepada hasil penilaian atas jawaban
pertanyaan aspek manajemen terhadap seluruh komponen dengan komposisi
pertanyaan sebagai berikut (pertanyaan terlampir):
a. Manajemen umum 12 pertanyaan (bobot 3 atau 0,25 nilai untuk setiap
jawaban pertanyaanya).
b. Kelembagaan 6 pertanyaan (bobot 3 atau 0,5 nilai untuk setiap jawaban
pertanyaanya).
c. Manajemen permodalan 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai untuk setiap
jawaban pertanyaanya).
d. Manajemen aktiva 10 pertanyaan (bobot 3 atau 0,3 nilai untuk setiap jawaban
pertanyaanya).
e. Manajemen likuiditas 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai untuk setiap
jawaban pertanyaanya).
JumlahJawabanYa
Skor
1
0,25
2
0,50
3
0,75
4
1,00
5
1,25
6
1,50
7
1,75
8
2,00
9
2,25
10
2,50
11
2,75
12
3,00
Tabel 9: Standar Perhitungan ManajemenUmum
JumlahJawabanYa
Skor
1
0,50
2
1,00
3
1,50
4
2,00
5
2,50
6
3,00
Tabel 10: Standar Perhitungan Manajemen Kelembagaan
JumlahJawabanYa
1
2
3
4
5
Skor
0,60
1,20
1,80
2,40
3,00
0
5
70
5
100
4
4
4
4
1
2
3
4
Tabel 14: Standar Perhitungan Rasio Beban Operasi Anggota terhadap Partisipasi
Bruto
b. Rasio beban usaha terhadap SHU Kotor
Rasio beban usaha terhadap SHU Kotor ditetapkan sebagai berikut:
i. Untuk rasio lebih dari 80% diberinilai 25 dan untuk setiap penurunan rasio
20% nilai ditambahkan dengan 25 sampai dengan maksimum nilai 100.
ii. Nilai dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperole hskor penilaian:
Rasio BebanUsaha
Bobot
terhadap SHUKotor(%)
Nilai
Skor
(%)
>80
25
4
1
60 <x < 80
50
4
2
40 <x < 60
0<x<40
75
100
4
4
3
4
Tabel 15: Standar Perhitungan Rasio Beban Usaha Terhadap SHU Kotor
c. Rasio efisiensi pelayanan
Perhitungan
rasio
efisiensi
pelayanan
dihitung
dengan
membandingkan biaya karyawan dengan volume pinjaman, dan ditetapkan
sebagai berikut:
i. Untuk rasio lebih dari 15 persen diberi nilai 0 dan untuk rasio antara10
persen hingga 15 persen diberi nilai 50, selanjutnya setiap penurunan rasio 1
persen nilai ditambah 5 sampai dengan maksimum nilai100.
ii. Nilai dikalikan dengan bobot sebesar 2% diperoleh skor penilaian.
RasioEfisiensi
Bobot
Staf(Persen)
(%)
Nilai
Skor
<5
100
2
2,0
5<x<10
75
1,5
10<x < 15
50
1,0
>15
0
2
0,0
Tabel 16: standar perhitungan rasio efisiensi pelayanan
5. Likuiditas
Likuiditas dihitung melalui pengukuran rasio pinjaman diberikan
terhadap dana yang diterima. Pengukuran rasio pinjaman terhadap dana
yang diterima ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio pinjaman lebih kecil dari 60% diberi nilai 25, untuk setiap
kenaikan rasio 10% nilai ditambah dengan 25 sampai dengan maksimum
100.
b. Nilai dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian.
Rasio
Bobot
Pinjaman
Nilai
Skor
(%)
(%)
<60
25
5
1,25
60< x<70
50
5
2,50
70< x<80
75
5
3,75
80< x<90
100
5
5
Tabel 17: Standar Perhitungan Rasio Pinjaman yang diberikan terhadap Dana yang
Diterima
Nilai
Bobot
(%)
<25
Skor
25
1,75
25 <x < 50
50
3,50,
50 <x < 75
>75
75
100
7
7
5,25
7
SKOR
PREDIKAT
SEHAT
60< x < 80
CUKUP SEHAT
40< x < 60
KURANG SEHAT
20< x < 40
TIDAK SEHAT
< 20
PEMBAHASAN
Permodalan
a. Tingkat Kesehatan Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset
Pada rasio modal sendiri terhadap total asset pada Koperasi Pegawai
Republik Indonesia JUJUR Pemkab Bintan tahun 2012, dari hasil perhitungan
rasio diperoleh yaitu 79,91% yang terletak di rasio modal 60 x <80 artinya
bahwa modal sendiri yang dimiliki oleh KPRI JUJUR Pemkab Bintan mampu
mendukung pendanaan terhadap total aset dengan skor 3 untuk skala 1,5
sampai 6,00.
b. Tingkat Kesehatan Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman Diberikan yang
Beresiko
Pada rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang beresiko
pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan tahun 2012, dari perhitungan rasio
diperoleh yaitu 60,88% yang terletak di rasio modal 60< x<70 artinya bahwa
modal sendiri yang dimiliki oleh KPRI JUJUR Pemkab Bintan mampu
mendukung pendanaan terhadap pinjaman diberikan yang beresiko dengan
skor 3,6 untuk skala 0 sampai dengan 6.
c. Tingkat Kesehatan Rasio Kecukupan Modal Sendiri
Pada rasio kecukupan modal sendiri pada KPRI JUJUR Pemkab
Bintan tahun 2012, dari perhitungan rasio diperoleh yaitu 10,13% yang
terletak di rasio modal >8%artinya bahwa modal sendiri yang dimiliki oleh
KPRI JUJUR Pemkab Bintan tingkat kecukupannya tinggi, dengan skor 3
untuk skala 0 sampai dengan 3.
Persentase
ASPEK
SKOR
bobot
(%)
PERMODALAN
15
a. Rasio Modal Sendiri terhadap Total
3,00
6
Asset
b.Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman
3,60
9,6
diberikan yang beresiko
6
Manajemen
a. Manajemen Umum
Manajemen umum pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan memiliki 12
pertanyaan dengan jawaban ya sebanyak 10 dengan skor 2,50, artinya
manajemen umum KPRI JUJUR Pemkab Bintan digolongkan sehat.
b. Manajemen Kelembagaan
Manajemen kelembagaan pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan memiliki 6
pertanyaan dengan jawaban ya sebanyak 3 dengan skor 1,50, artinya
manajemen umum KPRI JUJUR Pemkab Bintan digolongkan cukup sehat.
c. Manajemen Permodalan
Manajemen permodalan pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan memiliki 5
pertanyaan dengan jawaban ya sebanyak 5 dengan skor 3,0, artinya
manajemen umum KPRI JUJUR Pemkab Bintan digolongkan sangat sehat.
d. Manajemen Aktiva
Manajemen aktiva pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan memiliki 10
pertanyaan dengan jawaban ya sebanyak 7 dengan skor 2,10, artinya
manajemen umum KPRI JUJUR Pemkab Bintan digolongkan sehat.
e. Manajemen Likuiditas
Manajemen umum pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan memiliki 5
pertanyaan dengan jawaban ya sebanyak 5 dengan skor 3,0, artinya
manajemen umum KPRI JUJUR Pemkab Bintan digolongkan sehat.
Persentase
ASPEK
SKOR
bobot
(%)
MANAJEMEN
15
a. Manajemen umum
2,5
3
b. Manajemen kelembagaan
1,5
3
c. Manajemen permodalan
3
3
12,10
d. Manajemen aktiva
2,10
3
e. Manajemen likuiditas
3
3
Tabel 23. Hasil penilaian kinerja dari aspek Manajemen
Efisiensi
a. Rasio Beban Operasi Anggota Terhadap Partisipasi Bruto
Rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto pada KPRI JUJUR
Pemkab Bintan tahun 2012, perhitungan rasio yaitu 11,21% terletak pada rasio
0<x<90. Bahwa beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto sangat kecil
sehingga tergolong sehat dengan skor 4.
b. Rasio Beban Usaha Terhadap SHU Kotor
Penilaian kesehatan rasio beban usaha terhadap SHU kotor pada KPRI
JUJUR Pemkab Bintan tahun 2012, dari perhitungan rasio diperoleh yaitu
74,57% yang terletak pada rasio 60 <x < 80, artinya beban usaha terhadap
SHU kotor memperoleh skor 2 untuk skala 1 sampai dengan 4 yaitu tergolong
cukup sehat.
c. Rasio efisiensi Pelayanan
Pada rasio efisiensi pelayanan pada KPRI JUJUR Pemkab Bintan tidak
memiliki karyawan, pelayanan dilakukan oleh pengurus langsung sehingga
3,00
15
6
9,6
3,60
3,00
10
6
3
25
10
2,5
1,5
3
2,10
3
4
5
23
5
5
15
3
3
3
3
3
10
4
12,10
8
2
2
2,5
5
4
2
15
10
5
0,75
0,75
4
10
3
3
4
7
0
72,7
10
7
3
100
7,5
5,5
7
72,7
CUKUP SEHAT
Tabel 20: Hasil penilaian kinerja KPRI JUJUR Pemkab Bintan tahun 2012
Secara keseluruhan dapat dinilai dari seluruh aspek kinerja Koperasi Pegawai
Republik Indonesia JUJUR Pemkab Bintan tahun 2012 adalah termasuk pada kategori
cukup sehat dengan total skor 72,7 dari keseluruhan skor 100. Bila dinilai dari
penetapan predikat tingkat kesehatan KSP dan USP memiliki skor 72,7% yang berada
pada range data 60 X <80 dengan predikat cukup Sehat.
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari keseluruhan perhitungan dan pembahasan bab 4
dengan menggunakan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia nomor 14/per/M.KUKM/XII/2009 adalah :
1. Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang cukup sehat
dinilai dari aspek Permodalan.
2. Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang cukup sehat
dinilai dari aspek Kualitas Aktiva Produktif.
3. Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang cukup sehat
dinilai dari aspek Manajemen.
4. Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang cukup sehat
dinilai dari aspek Efesiensi.
5. Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang cukup sehat
dinilai dari aspek Likuiditas.
6. Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang cukup sehat
dinilai dari aspek Kemandirian dan Pertumbuhan.
7. Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang cukup sehat
dinilai dari aspek Jati Diri Koperasi.
8. Kinerja koperasi KPRI JUJUR Pemkab Bintan di Tanjungpinang dinilai telah
berjalan dengan baik.
Tingkat kesehatan koperasi adalah termasuk pada kategori Cukup Sehat
dengan total skor 72,7 dari keseluruhan skor 100. Bila dinilai dari penetapan predikat
tingkat kesehatan KSP dan USP memiliki skor 72,7% yang berada pada range data
60 X <80 dengan predikat cukup Sehat.
Saran
75
Hendaknya pihak pengelola dan pengurus KPRI JUJUR Pemkab Bintan untuk
dapat terus meningkatkan kinerja sehingga grafik tingkat kesehatan koperasi dapat terus
meningkat dari cukup sehat menjadi sehat. Penilaian kesehatan koperasi sangat
penting dilakukan untuk melihat bagaimana hasil kinerja pengelola dan pengurus
koperasi sehingga koperasi tersebut dapat terus berkembang dan dapat mengurangi
resiko yang akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin S. 2010. Prosedur Mudah
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia.
Mendirikan
Koperasi.
Jakarta: