Anda di halaman 1dari 2

Trauma medula spinalis (SCI-spinal cord injury) adalah kejadian paling sering.

di
USA insidensinya sekitar 12.000 kasus baru per-tahun, yang terbanyak pada kaum muda dan
orang sehat. angka mortalitas antara 750-1000 per-tahun, sebagian besar disebabkan
pneumonia dan septikemia.
SCI dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok berdasarkan temuan kasarnya:
1. Solid cord injury (yang palig jarang), dicirikan dengan penampakan klinis yang
normal setelah trauma.
2. Contusio (kavitas, yang paing umum terjadi, dicirikan dengan are perdarahan dan
nekrosis dan kavitas yang meluas, dengan tanpa gangguan pada permukaan medula
spinalis.
3. Laserasi, clear-cut disruption pada permukaan anatomi
4. Kompresi masif, dimana medula spinalis yang termaserasi atau menjadi bubur.
SCI juga dapat dibedakan menjadi 2 kelompok: primer, sekunder. Trauma pada
primer, atau akut, trjadi karea efek trauma dari perlukaan medula spinalis. Setelah fase ini,
fase sekunder, subakut akan muncul. Fase sekunder dihubungkan dengan kerusakan
penyediaan darah dan perubahan inflamasi dengan konsekuensi iskemia, nekrosis selular dan
apoptosis, pembentukan skar, dan degenerasi wellerian.
Durasi dan gaya mekanik SCI
Tarlov (1957) mendeskripsikan durasi dari trauma dengan penelitian dengan hewan
percobaan anjing yang dikompresi dengan balon. Pada kompresi akut, tidak nampak adanya
perbaikan saat balon besar menekan selama 5 menit, balon sedang menekan selama 1 jam,
dan balon kecil menekan selama 3 jam. Dengan gaya yang besar, namun waktu kompresi
yang lebih singkat, menunjukkan pemulihan. ketika tekanan ditingkatkan perlahan hingga
maksimal, kesempatan pemulihan berlawanan dengan panjang kecepatan dan panjang gaya.
Oleh karena itu dapat disimpulkan, pemulihan SCI bergantung dengan durasi iskemia.
SCI dan perfusi
neurological compromaise pada SCI dapat menyebakan penurunan perfusi medula
spinalis. Pada SCI dengan autoregulasi yang terganggu, arteriol berdilatsai secara maksimal
dan menjadi asidosis lokalis dan perfusi medula spinalis secara langsung menjadi proposional
untuk tekanan darah sistemik. Dengan agen vasodilator sistemik atau peningkatan pCO2,
vasodilatasi sistemik dapat menyebabkan penurunan tekanan sistemik, sama halnya dilatasi
dari arteriol medula spinalis yang belum terdilatasi di sebelahnya untuk mengambil asupan
dari arteriol yang dilatasi maksimal. Jadi, sirkulasi kolateral sangat penting. Ada studi yang
menyatakan bahwa pemberian vasopresor (epineprin) dan CCB (nimodipin) secara sistemik,

akan meningkatkan perfusi darah pasca SCI. Studi pada hewan menunjukkan, iskemia pada
medula spinalis selama 25 menit menunjukkan penurunan fungsi neurologis yang signifikan.

Anda mungkin juga menyukai