BAB I
PENDAHULUAN
Kornea adalah salah satu alat refraksi pertama dan utama dari sistem optic
mata.1 Ulkus kornea didefinisikan sebagai hilangnya jaringan epitel kornea diikuti
dengan infiltrasi dan timbulnya pus dari stromal dengan tanda inflamasi disertai
atau tanpa hipopion.2 Ulkus kornea adalah gangguan penglihatan yang dapat terjadi
pada semua kelompok usia dan jenis kelamin di seluruh dunia, dimana penyakit ini
menjadi penyebab kebutaan monocular pada negara berkembang.3 Ulkus kornea
menjadi penyebab kebutaan pada negara-negara berkembang, khususnya pada
negara-negara tropis.4
Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi dari luar seperti oleh virus, bakteri,
fungi, atau parasit. Frekuensi keratitis fungal meningkat selama 20-30 tahun
belakangan, khususnya dengan terapi kortikosteroid. Steroid mempermudah jamur
untuk berkembang biak. Keratitis fungal sekunder dapat terjadi pada pasien dengan
immunocompremised.4 Kejadiaan keratitis ulseratif bervariasi dari 11 per 100.000/
tahun di USA hingga 799 per 100.000/ tahun di negara berkembang.5
Etiologi dan epidemiologi pola ulkus kornea bervariasi terhadap populasi,
lokasi geografik, dan cuaca, dan hal itu bervariasi dari waktu ke waktu. Infeksi
ulkus kornea berhubungan dengan beberapa faktor predisposisi, seperti rendahnya
status sosioekonomi pada sebagian besar orang, faktor budaya, kepedulian, dan
status gizi yang membuat masalah menjadi lebih serius.3,4 Cedera pada mata adalah
faktor predisposisi paling sering menyebabkan keratitis pada negara berkembang
seperti Indonesia, sedangkan pada negara maju penggunaan lensa kontak
merupakan faktor risiko paling sering.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Kornea
Kornea merupakan struktur kompleks yang memiliki peran protektif, yang
bertanggung jawab terhadap 3 lapisan mata. Normalnya kornea bebas dari
pembuluh darah; nutrisi diperoleh melalui aqueous humour di posterior. Kornea
merupakan jaringan yang diinervasi pada badan subepithelial dan stromal plexus,
keduanya melalui divisi satu nervus trigeminal.6
a. Dimensi
Diameter korna rata-rata 11,5 mm secara vertikal dan 12 mm secara
horizontal. Ketebalan rata-ratanya mencapai 540 m.6
b. Lapisan
Kornea terdiri dari lapisan-lapisan berikut.6
1. Epitel merupakan squamous stratified dan non keratin yang terdiri dari
berikut ini.
a. Lapisan tunggal sel kolumnar basal yang melekat dengan
hemidesmosom.
b. 2 dari 3 lapisan terdiri dari sel wing.
c. Dua lapisan sel permukaan squamous.
d. Area permukaan sel dipenuhi oleh mikroplicae dan mikrovili yang
memudahkan musin dan film untuk melekat
2. Lapisan Bowman merupakan lapisan superficial aseluler stroma yang
terbentuk atas jaringan kolagen.
3. Stroma yang mengisi 90% ketebalan kornea. Terdiri atas lapisan fibril
kolagen yang celahnya terisi oleh substansi proteoglycan (chondroitin
sulphate dan keratan sulphate). Stroma tidak dapat berregenerasi
apabila cedera.
4. Membran Descement merupakan lapisan yang terdiri dari kolagen
fibrils yang terletak dekan stroma. Membran ini terdiri dari zona
anterior yang berisi in utero dan zona posterior yang melekat pada
endothelium.
5. Endotelium terdiri dari sel polygonal monolayer. Sel endotel hidup
bergantung dari cairan yang dikeluarkan dari stroma.
Descemetocele,
merupakan
herniasi
membrane
Descement
berbentuk
gelembung corneal.6
7. Robeknya membrane Descement akibat dari pembesaran corneal atau akibat
deformasi seperti keratokonus dan trauma lahir.6
8. Seidel Test, menggambarkan perembesan aqueous. 6
Gambar 2.2 Lesi Dalam pada Kornea. (A) Infiltrasi; (B) Ulserasi; (C)
Vaskularisasi; (D) Pengumpulan Lipid; (E) Terlipatnya membrane Descement; (F)
Robeknya Membran Descement.6
b. Tanda Klinis
Tanda klinis harus digambarkan sesuai apa yang telihat. Dimensi lesi epitel dan
stromal dan kedalamannya harus tertera.6
1. Opasitas seperti skar dan degenerasi yang digambarkan dengan warna
hitam
2. Edema Epitel tampak seperti lingkaran biru, edema stromal sebagai lapisan
biru dan terlipatnya membrane Descement sebagai garis gelombang biru
3. Hipopion tampak berwarna kuning
4. Pembuluh darah sebagai warna merah tambahan.
5. Lesi berpigmen seperti cincin besi dan bundalan Krukenberg tampak
berwarna coklat.
Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai.
Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil
dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus
dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di
bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia
(jarang).
Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam
air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik.
Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin
dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai
larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada
bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang
tercemar.
b. Noninfeksi9
Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis
sicca yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat
disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid),
kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan
timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih
lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea
terpulas dengan flurosein.
Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan
vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna
dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya;
kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan
golongan imunosupresif.
Pajanan (exposure)
Neurotropik
Granulomatosa wagener
Rheumathoid arthritis
10
2.3.3 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:9
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah
tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk
cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan
menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok
pneumonia.
Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik
kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila
tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma
dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen
yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral
kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.
Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam.
gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan
berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik
mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
11
12
13
2.
14
c. Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang
berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam,
kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat
menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada
hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun.
15
2.3.4 Patogenesis
Terdapat dua faktor utama dalam terjadinya ulkus kornea purulen, yakni
kerusakan epitel kornea dan infeksi daerah yang tererosi. Meskipun demikian,
terdapat beberapa patogen yang dapat menginvasi epitel kornea intak dan
menyebabkan
ulkus,
yakni
Neisseria
gonorrhoeae,
Corynebacterium
16
Fase ini terjadi karena nekrosis dan pengelupasan dari epithelium, membran
Bowman dan stroma. Dapat muncul hiperemia dari jaringan pembuluh
darah sirkumkorneal yang menyebabkan akumulasi eksudat purulen pada
kornea. Dapat terjadi kongesti vaskular iris dan badan silier dan iritis akibat
toksin yang diserap dari ulkus. Eksudasi ke bilik mata depan dari pembuluh
darah iris dan badan silier dapat menyebabkan hipopion. Ulserasi dapat
berkembang ke lateral atau semakin ke dalam sehingga menyebabkan
Descemetocele atau perforasi.
17
C. Tahap regresi
Tahap ini diinduksi mekanisme defensif host dan tatalaksana yang
mendukung respon host normal. Terdapat garis pembatas di sekitar ulkus,
yang terdiri dari leukosit. Proses ini dapat disertai vaskularisasi superfisial,
yang dapat meningkatkan respon imun. Pada tahap ini ulkus mulai sembuh
dan epitel mulai tumbuh.
D. Tahap sikatrik
Pada tahap ini, penyembuhan berlanjut menjadi epitelisasi progresif.
Stroma menjadi menebal dan memenuhi bagian bawah epitel, menekan
permukaan epitel ke arah anterior. Tahap sikatrik dari proses penyembuhan
berbeda-beda. Pada ulkus sangat superfisal dan hanya melibatkan epitel,
penyembuhan akan terjadi tanpa meninggalkan opasitas. Jika melibatkan
membran Bowman dan lamela stroma superfisial, sikatrik yang tebentuk
akan membentuk nebula. Makula dan leukoma dapat terjadi pada proses
penyembuhan ulkus yang meliputi sepertiga dan lebih dari sepertiga stroma
kornea.
Patologi dari ulkus kornea perforasi:
Perforasi pada ulkus kornea muncul jika proses ulserasi mengenai membran
Descemet sehingga terjadi Descemetocele. Pada tahap ini, batuk, buang air besar,
dapat membuat terjadinya perforasi ulkus kornea. Segera setelah terjadinya
perforasi, aquous humor akan keluar, tekanan intra okular menurun dan diafragma
iris-lensa akan bergerak ke arah anterior. Jika perforasinya kecil dan berlawanan
dengan jaringan iris, maka iris dapat prolaps. Leukoma merupakan hasil yang
sering terjadi pada ulkus ini.1
Patologi dari ulkus kornea mengelupas dan pembentukan staphyloma anterior:
Pada keadaan dimana agen pathogen memiliki virulensi yang tinggi
ataupun membran resistensi dari host sangat rendah, seluruh kornea dapat
terkelupas kecuali pada bagian ujung rim dan seluruh iris akan prolaps. Iris
kemudian akan meradang dan eksudat akan menyumbat pupil dan menutupi iris
membentuk pseudokornea.
Pseudokornea yang terbentuk dari eksudat ini merupakan layar tipis fibrosa
dimana konjungtiva dan epitel kornea akan tumbuh diatasnya. Karena tipis, dan
tidak dapat menahan tekanan intraocular, pseudokornea ini akan menonjol keluar
18
bersamaan dengan jaringan iris yang menempel. Sikatrik ini kemudian disebut
dengan anterior staphyloma yang bergantung dari perkembagannya dapat parsial
atau total. Ketebalan dari staphyloma ini berbeda-beda yang menghasilkan
permukaan lobul-lobul yang menghitam dengan jaringan iris sehingga nampak
seperti anggur hitam.1
Sekret mukopurulen
Pandangan kabur
Mata berair
Silau
Nyeri
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat
pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
Gejala Objektif
Injeksi siliar
Hipopion
19
2.3.6 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.
Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya
riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang
bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering
kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien
seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi,
virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat
penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi
imunosupresi khusus.9
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi
siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat
dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion. 9
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :9
Ketajaman penglihatan
Tes refraksi
Tes air mata
Pemeriksaan slit-lamp
Keratometri (pengukuran kornea)
Respon reflek pupil
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)
Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula
kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan
20
pewarnaan KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi
jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya
dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.
21
22
b. Penatalaksanaan medis9
1. Pengobatan konstitusi
Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum
yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan
makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian
roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin
C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen, yang tidak
sembuh dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau
10 cc susu steril yang disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik.
Dengan penyuntikan ini suhu badan akan naik, tetapi jangan sampai
melebihi 39,5C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya
antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh.
2. Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan.
Lesi kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.
Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada
hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.
Infeksi pada mata harus diberikan :
23
Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain,
atau tetrakain tetapi jangan sering-sering.
Antibiotik
Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang
berspektrum luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi
subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salap
mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat
menimbulkan erosi kornea kembali.
Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya
preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang
dihadapi bisa dibagi :
1.
2.
3.
4.
Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan
24
b)
dilakukan
kalau
pengobatan
dengan
obat-obat
tidak
menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan
yang baru yang banyak mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh.
Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari
sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan tujuan memberi
perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau
sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali.9
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan
sulfas atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan
melakukan gerakan-gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya
baru saja, maka dapat dilakukan:9
Iris reposisi
25
Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita
obati seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya
sembuh menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.9
Gambar 2.19 Ulkus kornea perforasi, jaringan iris keluar dan menonjol, infiltrat
pada tepi kornea perforasi.9
3. Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak
berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan,
kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta
memenuhi beberapa kriteria yaitu :
1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.
26
2.3.8 Pencegahan9
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi
kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil
pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat
buruk bagi mata.
-
Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan
basah
Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat
lensa tersebut.
2.3.9 Komplikasi9
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat
Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
Prolaps iris
Sikatrik kornea
Katarak
Glaukoma sekunder
2.3.10 Prognosis9
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada
tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin
tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya
komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama
mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak
ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat
menimbulkan resistensi.
27
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan
pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode;
migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan
pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh
dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu
adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan
granulasi dan kemudian sikatrik.
28
BAB III
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas
Nama
Jenis kelamin
Usia
Agama
Pekerjaan
3.2
: Tn. A
: Laki-laki
: 41 tahun
: Islam
: Tukang Kebun
Anamnesis
Keluhan utama:
Pasien datang dengan keluhan mata pasien sebelah kiri tertusuk bambu
Riwayat penyakit sekarang
29
Pasien merupakan seorang petani yang jarang menggunakan alas kaki dan
kaca mata selama bekerja.
Riwayat penggunaan obat
Sebelumnya pasien sudah pernah dirawat di RSUD Zainoel Abidin 2
minggu yang lalu dengan masalah yang sama.
3.3
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Tanda vital
1. Tekanan darah
2. Frekuensi nadi
3. Frekuensi napas
4. Suhu
: 120/80
: 90 x/menit, reguler, isi cukup
: 20 x/menit, reguler, kedalaman cukup
: 36,60C
30
3.4
Pemeriksaan oftalmologis
VOD : 5/5
VOS :
1/300
- :
TIO
Palpebra
(-)
lagoftalmus (-)
konjungtiva (-)
Pucat (-)
konjungtiva (-)
Konjungtiva
Pucat (-)
Tarsal
Sikatrik (-) ulkus (-) infiltrat (-)
Kornea
COA
31
langsung(+)
Diagnosa kerja
Ulkus Kornea OS
3.6
Tatalaksana
1.
2.
3.
4.
5.
3.7
Jernih
3.5
Ad Vitam
: Bonam
Ad Functionam
: Bonam
Ad Sanactionam
: Bonam
Jernih
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Zainoel Abidin pada tanggal 26
Maret 2015 dengan keluhan mata kiri tertusuk bambu sejak 1 bulan yang lalu.
Pada saat itu pasien sedang bertani/berkebun. Sesuai teori bahwa di negara-negara
berkembang, ulkus kornea sering terjadi akibat adanya trauma eksternal.
Pasien mengeluhkan adanya rasa tidak nyaman pada mata, matanya merah,
sering silau, dan sering berair. Hal ini dirasakan pasien sejak 1 hari setelah kejadian
tersebut. Sebelumnya pasien sudah pernah dirawat di RSUD Zainoel Abidin 2
minggu yang lalu tetapi sekarang sudah berobat jalan. Pasien menyangkal selama
ini adanya rasa gatal dan nyeri pada mata kirinya. Sesuai dengan teori bahwa gejala
subjektif yang akan ditemui pada pasien tersebut adalah eritema pada kelopak mata
dan konjungtiva, sekret mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan
kabur, mata berair, bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus, dan silau. Pasien
akan mengeluhkan nyeri jika adanya infiltrat, adanya ulkus pada perifer kornea dan
tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan visus mata kiri pasien 1/300, yakni pasien
hanya dapat melihat gerakan tangan. Oleh karena itu, pasien tergolong dalam mata
merah visus turun. Pasien mengatakan mata buram yang dialaminya sudah
berlangsung selama kurang lebih 1 bulan dan semakin lama semakin berat. Hal ini
menunjukkan proses yang terjadi bukanlah proses akut, melainkan proses yang
kronik dan progresif.
Pada pemeriksaan mata didapatkan injeksi siliar, dan pada kornea terlihat
adanya ulkus sentral dengan ukuran
kekeruhan kornea. Hal ini sesuai teori bahwa pada ulkus kornea akan tampak
adanya infiltrat dan kekeruhan kornea. Tetapi untuk menilai adanya komplikasi
berupa keratitis harus dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan KOH
atau kultur.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Ibrahim YW, Boase DL, Cree IA. Incidence of Infectious Corneal Ulcers,
Portsmouth Study, UK. J Clinic Experiment Ophthalmol. 2012.
2. Gaurav SS, Ashish K. Clinical Study of Causative Microbial Agents of
Suppurative Keratitis Cases in Rural Area. Int J Med Res Health Sci. 2013.
3. Keshav BR, Zacheria G, Ideculla T, Bhat V, Joseph M. Epidemiological
Characteristics of Corneal Ulcers in South Sharqiya Region. Oman Medical
Journal. Vol. 23 (1). 2008.
4. Gandhi S, Shakya DK, Ranjan KP, Bansal S. Corneal Ulcer: a Prospective
Clinical and Microbiological Study. Int J Med Sci Public Health. Vol 3:13347. 2014.
5. Khare P, Shrivastava M, Kumar K. Study of epidemiological characters,
predisposing factors and treatment outcome of corneal ulcer patients. Int J
Med Res Rev. Vol 2(1): 33-39. 2014.
6. Kanski JJ, Bowling B. Cornea. Clinical Ophthalmology A Systematic
Approach. Edisi ketujuh. Reading: Elsevier. 2011.
7. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4thed. New Delhi: New Age
International (P) Limited Publisher; 2007. 260-2
8. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys general ophthalmology [ebook].
17th ed. USA: The McGrawHill Company; 2007.
9. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 2000