Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Puskesmas merupakan unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai
penyelenggara pembangunan kesehatan, puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari Sistem Kesehatan
Nasional dan merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Puskesmas berperan
menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dengan
demikian pembangunan berwawasan kesehatan dapat terealisasikan mulai dari pusat
pemberdayaan kesehatan-strata pertama.
Pada dasarnya puskesmas berperan sebagai pusat pelayanan promotif dan preventif, namun
sejauh ini puskesmas juga berperan dalam upaya kesehatan kuratif. Pelayanan kesehatan yang
berada di puskesmas adalah pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berbasis kemasyarakatan
biasanya berupa pelayanan terhadap penyakit-penyakit ringan dan mudah untuk diobati. Sudah
banyak pelayanan kesehatan yang disediakan oleh puskesmas untuk kebutuhan masyarakat akan
kesehatan, seperti pelayanan KB, cek kesehatan, dan lainnya. Namun yang dirasakan oleh
masyarakat adalah puskesmas kurang memaksimalkan fungsinya dengan baik apalagi puskesmas
yang berada di pelosok negeri. Banyak keluhan masyarakat desa maupun kota yang mengatakan
tentang masalah pelayanan yang ada di puskesmas seperti, tenaga medis yang kurang, pelayanan
petugas puskesmas yang tidak ramah, ketidaktepatan waktu pembukaan loket puskesmas, waktu
pelayanan puskesmas yang lama, yaitu hanya sampai jam satu siang rata-rata serta tidak bisa
memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin menulis sebuah makalah untuk
mengetahui tentang sistem dan manajemen pelayanan kesehatan di puskesmas. Namun, tidak
hanya sistem dan manajemen pelayanan kesehatan saja yang akan disajikan, ada pula data-data
pelengkap mengenai puskesmas seperti, pengertian dan fungsi dari puskesmas. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan kepada masyarakat dilingkungan pendidikan
maupun di luar lingkungan pendidikan.

b. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sistem dan manajemen pelayanan
kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas).
c. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah diharapkan pembaca makalah ini dapat
mengetahui dan memahami sistem serta manajemen pelayanan kesehatan yang ada di Pusat
Kesehatan Masyarakat (puskesmas).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a.

Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan

kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok (Depkes RI, 1991). Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan
tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan
Teknis

Dinas

kesehatan

kabupaten/kota

yang

bertanggung

jawab

menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.


b. Fungsi Puskesmas
Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

128/MENKES/SK/II/2014 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat fungsi


Puskesmas antara lain:
1) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan
lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta medukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2) Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani
diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan
dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan

masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi da situasi, khususnya sosial


budaya masyarakat setempat.
3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private
goods)

dengan

tujuan

utama

menyembuhkan

penyakit

dan

pemulihan

kesehatanperorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan


penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas
tertentu ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public
goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program
kesehatan masyarakat lainnya .
Sedangkan fungsi-fungsi puskesmas lainnya beserta proses dalam melaksanakan fungsi
tersebut antara lain:
1) Sebagai pusat pembangunan kesehatan masayarakat di wilayah kerjanya.
2) Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat.
3) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya.
Proses dalam melaksanakan fungsi dilaksanakan dengan cara sebagai berikut.
1) Merangsanag masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri.
2) Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan
sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

3) Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak
menimbulkan ketergantungan.
4) Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
5) Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program
puskesmas (Effendi, 2009).
c. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Pembangunan kesehatan di Indonesia memiliki visi yang hendak dicapai pada tahun 2015,
yaitu dimana masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat yang setinggi-tingginya di
seluruh republik Indonesia. Maka dari itu, untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan,
melalui puskesmas bahwa setiap puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat, yang

keduanya jika ditinjau dari

kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut
dikelompokkan menjadi dua yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembang
(Trihono, 2005).
C.1. Upaya Kesehatan wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen
nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap
puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi
kesehatan,

upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga

berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular serta upaya pengobatan (Trihono, 2005).
C.1.1. Upaya Promosi Kesehatan
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan menjelaskan bahwa promosi kesehatan merupakan
upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran diri dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2008). Saat ini,

perilaku masyarakat merupakan faktor utama yang menyebabkan masalah kesehatan. Dalam
mengantisipasi perilaku masyarakat yang belum menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), peran promosi kesehatan sangatlah penting.
Ruang lingkup penyelenggaraan promosi kesehatan tidak hanya berfokus pada perubahan
perilaku masyarakat saja, tetapi juga merupakan upaya membangun komitmen dan dukungan
kongkrit para pengambil kebijakan dan berbagai kelompok di masyarakat yang peduli terhadap
masalah promosi kesehatan. Promosi kesehatan juga berperan dalam proses peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan, melalui peningkatan kapasitas petugas kesehatan agar mampu dan
responsif dalam memberdayakan kliennya dengan kata lain sebagai agen perubahan yang
bertugas menjaga dan meningkatkan kesehatan klien untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat merupakan sarana
kesehatan yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu,
peranan Puskesmas hendaknya tidak lagi menjadi sarana pelayanan pengobatan dan rehabilitatif
saja, tetapi juga lebih ditingkatkan pada upaya promotif dan preventif. Oleh karena itu promosi
kesehatan menjadi salah satu upaya wajib di Puskesmas (Masulili, 2007).
Menurut Depkes RI (2007), promosi kesehatan di Puskesmas adalah upaya Puskesmas
melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan
kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan
upaya kesehatan bersumber masyarakat. Secara operasional, upaya promosi kesehatan di
Puskesmas dilakukan agar masyarakat mampu ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
sebagai bentuk pemecahan masalah-masalah kesehatan yang diderita maupun yang berpotensi
mengancam secara mandiri. Oleh karena itu, keberadaan Puskesmas dapat diumpamakan sebagai
Agen perubahan di masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya dan timbul gerakangerakan upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat (Depkes, 2007). Pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan petugas Puskesmas merupakan upaya penggerakakan atau
pengorganisasian masyarakat. Penggerakan atau pengorganisasian masyarakat diawali dengan
membantu kelompok masyarakat mengenali masalah-masalah yang mengganggu kesehatan dan
diupayakan agar berbagai kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas meliputi kunjunganrumah
dan pemberdayaan berjenjang. Kunjungan rumah dilakukan petugas sebagai tindak lanjut upaya
promosi kesehatan di dalam Puskesmas, yaitu saat mereka berkunjung ke Puskesmas. Untuk
keluarga yang memiliki masalah kesehatan cukup berat, kunjungan rumah dilakukan untuk

membantu pemecahan masalah tersebut melalui konseling di tingkat keluarga. Tidak jarang,
kunjungan rumah yang semula dimaksud untuk menyelenggarakan konseling keluarga
berkembang menjadi konseling yang lebih luas lagi, seperti tingkat dasa wisma atau bahkan lebih
luas lagi.
Promosi kesehatan di masyarakat yang dilakukan petugas Puskesmas sebaiknya tidak
ditangani sendiri oleh petugas kesehatan Puskesmas. Masyarakat yang begitu beragam dan luas
terdiri dari berbagai tatanan seperti tatanan: rumah tangga, sarana pendidikan, tempat kerja.
menyebutkan, proses pemberdayaan berjenjang ini umumnya diselenggarakan melalui
pendekatan yang dikenal dengan sebutan pengorganisasian masyarakat (Depkes RI 2007).
C.1.2. Kesehatan Lingkungan
Menurut World Health Organization (WHO) terdapat 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan, yaitu : penyediaan air minum, pengelolaan airbuangan dan pengendalian
pencemaran, pembuangan sampah padat, pengendalian vektor, pencegahan/pengendalian
pencemaran tanah oleh ekskreta manusia, higiene makanan, termasuk higiene susu, pengendalian
pencemaran udara, pengendalian radiasi, kesehatan kerja, pengendalian kebisingan, perumahan
dan pemukiman, aspek kesling dan transportasi udara, perencanaan daerah dan perkotaan,
pencegahan kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata, tindakan-tindakan sanitasi yang
berhubungan dengan keadaan, epidemi/ wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk,
tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Adapun lima upaya dasar kesehatan lingkungan antara lain: penyehatan Sumber Air
Bersih (SAB), Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Pemeriksaan Rumah), penyehatan
tempat-tempat umum (TTU), penyehatan tempat pengelola makanan (TPM) dan klinik
sanitasi dan pemeriksaan jentik nyamuk.
C.1.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah. Pemberdayaan masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi
masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi
gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan
merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal
penggunaan alat transportasi atau komunikasi (telepon genggam, telpon rumah), pendanaan,

pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula
pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan
para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.
C.1.4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan
status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak balita. Kegiatan pokok dan
kegiatan indikatif program ini meliputi: peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan KEP,
anemia giz besi, GAKY, kurang vit A dan kurang zat gizi mikro lainnya, penanggulangan gizi
lebih, peningkatan surveilens gizi dan pemberdayaan masyarakat untu mencapai keluarga sadar
gizi.
C.1.5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Tujuan program ini adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat
penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit menular yang akan
ditanggulangi adalah malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta, tuberkulosis
paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan
sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.
C.1.6. Pengobatan Dasar
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan temuantemuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan
terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk
melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin
bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional. Pengobatan
rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis obat,
cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat dan harga terjangkau. Salah satu perangkat untuk
tercapainya penggunaan obat rasional adalah tersedia suatu pedoman atau standar pengobatan
yang dipergunakan secara seragam pada pelayanan kesehatan dasar atau puskesmas.
Upaya pengobatan di Puskesmas adalah segala bentuk pelayanan pengobatan yang diberikan
kepada seseorang untuk menghilangkan penyakit atau gejalanya yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dengan cara dan teknologi yang khusus untuk keperluan tersebut (Disadur dan

diringkas dari Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, Permenkes RI


No. 741/Menkes/PER/VII/2008).
C.2. Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan
kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
pokok puskesmas yang telah ada yaitu upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatran oleh raga,
upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan
mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut dan upaya
pembinaan pengobatan tradisional. Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula
bersifat upaya inovasi yakni upaya diluar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai
dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka
mempercepat tercapainya visi puskesmas (Trihono, 2005).
Pemilihan upaya kesehatan pengembangn ini dilakukan oleh puskesmas bersama
dinas

kesehatan

kabupaten/kota

dengan

mempertimbangkan

masukan

dari

konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan


wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target

cakupan serta

peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan


pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan

kabupaten/kota. Dalam keadaan

tertentu upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai


penugasan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
Apabila puskesmas belum mampu

menyelenggarakan

upaya

kesehatan

pengembangan padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan


kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya.

Untuk itu, dinas

kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya. Perlu
diingat meskipun puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik dan memiliki
tenaga spesialis, kedudukan dan fungsi puskesmas tetap sebagai sarana pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya (Trihono, 2005).
d. Sistem Rujukan

d.1

Definisi
Menurut SK Menteri Kesehatan RI No 32 Tahun 1972 sistem rujukan kesehatan

adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya
penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara
vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang
lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten,
terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi (Syafrudin & Hamidah,
2007)
d.2

Tujuan

Menurut Mochtar (1998) rujukan mempunyai berbagai macam tujuan antara lain :
1. Agar setiap pasien mendapat perawatan dan pertolongan sebaik-baiknya
2. Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman pasien atau bahan laboratorium dari
unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya
3. Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of knowledge & skill)
melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer
Sedangkan menurut Hatmoko, 2006 Sistem rujukan mempunyai tujuan umum dan
khusus, antara lain :
1. Tujuan umum :
Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas
pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara
berdaya guna dan berhasil guna.
2. Tujuan Khusus :
a. Menghasilkan upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan
rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna.
b. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preveventif secara
berhasil guna dan berdaya guna.
Secara lebih spesifik, tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu,
cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu (Syafrudin & Hamidah, 2007).
Tujuan umum rujukan Puskesmas adalah untuk memberikan petunjuk kepada petugas
puskesmas tentang pelaksanaan rujukan medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR.
Sedangkan tujuan khusus sistem rujukan dalam wilayah Puskesmas adalah:

10

1. Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam rangka


menangani rujukan kasus resiko tinggi dan gawat darurat yang terkait dengan
kematian ibu maternal dan bayi.
2. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah kerja
puskesmas.
d.3

Jenis Rujukan
Puskesmas sebagai pelayanan tingkat dasar memilki beberapa jenis rujukan
berdasarkan lingkup pelayanannya, yaitu :
1. Rujukan Medis
a. Konsultasi pasien, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif
dan lain-lain.
b. Pengiriman bahan (spesiemen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
c. Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.
2. Rujukan Kesehatan
Rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif
dan promotif dengan melalui pemberian bantuan meliputi:
a. Survey epidemiologi dan pemberantasan peny`kit atas kejadian luar biasa atau
berjangkitnya penyakit menular.
b. Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah.
c. Penyidikan sebab keracunan, bantuan tekhnologi penanggulangan keracunan
dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan massal.
d. Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas
terjadinya bencana alam.
e. Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air
bersih bagi masyarakat umum.
f. Pemeriksaan spesiemen air di Laboratorium Kesehatan.
(Hatmoko, 2006)

d.4

Syarat Rujukan

Rujukan harus memenuhi beberapa syarat, antara lain :


1. Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan wewenang untuk
merujuk, mengetahui kompetensi sasaran/tujuan rujukan dan mengetahui kondisi serta
kebutuhan objek yang dirujuk.
2. Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan pelayanan medis Daerah

11

3. Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai, maka suatu rujukan hendaknya
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Adanya unit yang mempunyai tanggungjawab dalam rujukan, baik yang merujuk atau
yang menerima rujukan.
b. Adanya Tenaga kesehatan yang kompeten dan mempunyai kewenangan melaksanakan
pelayanan medis dan rujukan medis yang dibutuhkan.
c. Adanya pencatatan/kartu/dokumen tertentu berupa :
1) Formulir rujukan dan rujukan balik sesuai contoh.
2) Kartu Jamkesmas, Jamkesda dan kartu Assuransi lain.
3) Pencatatan dan dokumen hasil pemeriksaan penunjang
d. Adanya pengertian timbal balik antara pengirim dan penerima rujukan.
e. Adanya pengertian petugas tentang sistem rujukan.
f. Rujukan dapat bersifat horizontal dan vertikal, dengan prinsip mengirim ke arah
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan lengkap.
4. Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil selama perjalanan
menuju ketempat rujukan, maka :
a. Sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi, cairan infus,
oksigen dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat rujukan tepat waktu
b. Pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang mahir tindakan kegawat daruratan
c. Sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki sistem komunikasi
5. Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dan atau
lengkap hanya dapat dilakukan apabila :
a. Dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien tidak dapat
diatasi
b. Pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau subspesialis yang tidak
tersedia di fasilitas pelayanan semula
c. Pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang tidak
tersedia di fasilitas pelayanan semula
d. Pasien atau keluarganya menyadari bahwa rujukan dilaksanakan karena alasan medis;
e. Rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang diketahui
mempunyai tenaga dan sarana yang dibutuhkan menurut kebutuhan medis atau
penunjang medis sesuai dengan rujukan kewilayahan

12

f.Rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu rumah sakit kelebihan pasien
( jumlah tempat tidur tidak mencukupi)
g. Rujukan sebagaimana dimaksud huruf f dirujuk ke rumah sakit yang setara atau sesuai
dengan jaringan pelayanannya
h. Khusus untuk pasien Jamkesda dan pemegang assuransi kesehatan lainnya, harus ada
kejelasan tentang pembiayaan rujukan dan pembiayaan di fasilitas pelayanan
kesehatan tujuan rujukan
i. Khusus untuk pasien Jamkesda hanya dapat dirujuk ke rumah sakit yang setara yaitu ke
PPK 1 atau PPK 2 lainnya yang mengadakan kerjasama dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat
6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan/tenaga kesehatan dilarang merujuk dan menentukan tujuan
rujukan atas dasar kompensasi/imbalan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(Pergub Jabar, 2011).
Mekanisme Rujukan
Sistem rujukan di Puskesmas terdiri dari:
1. Rujukan Internal
Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam
institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas
induk.
2. Rujukan Eksternal
Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap)
maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
(Syafrudin & Hamidah, 2007).
Secara lebih spesifik, alur rujukan kasus kegawat daruratan di Puskesmas adalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.

Antara masyarakat ke Puskesmas


Antara Puskesmas pembantu / bidan di desa ke Puskesmas
Intern antara petugas Puskesmas / Puskesmas rawat inap
Antara Puskesmas dengan Rumah Sakit, Laboratorium atau fasilitas kesehatan lainnya.
(Hatmoko, 2006).
Menurut Pergub Jabar (2011), alur pertama pasien untuk berobat adalah pada

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (PPK 1) yang berada pada wilayah cakupan
rujukan di kecamatan. Apabila pada fasilitas pelayanan pertama tersebut tidak

13

memungkinkan untuk ditangani, maka diperlukan rujukan. Adapun langkah-langkah rujukan


di Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Menentukan kegawatdaruratan pasien
Tenaga kesehatan Puskesmas harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus
yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus
menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
2. Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai
kewenangan atau sesuai dengan peraturan perundangan.
3. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama pasien dan keluarga
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada pasien yang dirujuk.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam
perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong pasien bila tidak memungkin
untuk dikirim.
5. Persiapan pasien
a. Alat penunjang selama di perjalanan
b. Keluarga
Beri tahu pasien dan keluarga mengenai kondisi terakhir pasien dan mengapa pasien
perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan upaya rujukan tersebut.
c. Surat
Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai
kondisi pasien, alasan rujukan, hasil pemeriksaan di Puskesmas, pertolongan atau
tindakan yang telah diberikan di Puskesmas.
d. Obat
Obat-obatan yang mungkin akan diperlukan pasien selama perjalanan.
e. Kendaraan
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk pasien dalam kondisi
yang cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu cukup baik untuk
mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.
f. Uang
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli
obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperiukan selama
pasien tinggal di fasilitas rujukan.
g. Darah
14

Siapkan darah bila perlu, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
6. Pengiriman Pasien
7. Tindak lanjut pasien :
a. Untuk pasien yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca penanganan)
b. Pasien yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus ada tenaga
kesehatan yang melakukan kunjungan rumah
(Azwar, 1998).
e.

Komponen Manajemen Puskesmas


Kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan

dan agere yang berarti melakukan. Kedua kata itu digabungkan menjadi kata kerja managere
yang artinya menangani. Manegere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata
kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan
kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
manajemen atau pengelolaan (Usman, 2006).
Manajemen Puskesmas didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sistematis untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan
sistematis yang dilaksanakan Puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajemen. Ada 3 (tiga)
fungsi manajemen Puskesmas yang dikenal yakni Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian,
serta Pengawasan dan Pertangungjawaban. Semua fungsi manajemen tersebut harus
dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan (Departemen Kesehatan, 2004).
Fungsi manajemen yang digunakan oleh Puskesmas diadaptasi dari fungsi manajemen yang
dikemukakan oleh Terry dengan penambahan fungsi evaluating (Penilaian), sehingga fungsi
fungsi manajemen Puskesmas adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Planning (Perencanaan);
Organizing (Pengorganisasian);
Actuating (Penggerakan Pelaksanaan);
Controlling (Pengawasan/Pembimbingan);
Evaluating (Penilaian).

Planning (Perencanaan) adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan
Puskesmas sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya. Tanpa ada fungsi

15

perencanaan Puskesmas, tidak ada kejelasan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf untuk
mencapai tujuan Puskesmas. Melalui fungsi perencanaan Puskesmas akan ditetapkan tugas-tugas
pokok staf dan dengan tugas-tugas ini pimpinan Puskesmas akan mempunyai pedoman supervise
dan menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf untuk menjalankan tugas-tugasnya.
Organizing (Pengorganisasian) adalah serangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun
semua sumber daya yang dimiliki Puskesmas dan memanfaatkan secara efisien untuk mencapai
tujuan Puskesmas. Atas dasar pengertian tersebut, fungsi pengorganisasian juga meliputi proses
pengintegrasian semua sumber daya yang dimiliki Puskesmas. Actuating (directing,
commanding, motivating, influencing) atau fungsi penggerakan pelaksanaan Puskesmas adalah
proses pembimbingan kepada staf agar mereka mampu dan mau bekerja secara optimal
menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, dan
dukungan sumber daya yang tersedia. Kepemimpinan yang efektif, pengembangan motivasi,
komunikasi, dan pengarahan sangat membantu suksesnya pelaksanaan fungsi aktuasi.
Controlling (pengawasan dan pengendalian) adalah proses untuk mengamati secara terus
menerus pelaksanaan kegiatan sesuai rencana yang sudah disusun dan mengadakan perbaikan
jika terjadi penyimpanagan. Pelaksanaan fungsi manajemen ini memerlukan perumusan standar
kinerja (standard performance).
Evaluating (Penilaian) adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau tingkat keberhasilan
dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau suatu proses
yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau
kriteria yang tela ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta saran-saran yang
bisa dilakukan pada setiap tahap pada pelaksanaan program (Azrul, 1998)
Meskipun kelima fungsi manajemen tersebut terpisah satu sama lain, tetapi sebagai suatu
kesatuan proses, dimana kelimanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berhubungan satu
sama lain. Kelima fungsi ini sifatnya sekuensial, artinya fungsi yang satu mendahului fungsi
yang lainnya, dimana aktivitas manajerial dimulai dengan planning dan berakhir pada evaluating.
Jika perencanaan (planning) telah disusun, kemudian struktur organisasi dirancang sedemikian
rupa agar setiap tugas dan hubungan antar unit kerja dalam organisasi dapat merealisasikan
rencana (organizing). Jika struktur organisasi telah dirancang, maka pimpinan memilih dan
menetapkan personalia dengan kualifikasi yang tepat untuk menempati posisi dalam struktur
16

organisasi dan mengerjakan berbagai tugas. Kemudian individu atau tim yang bekerja dalam
organisasi digerakan dan diarahkan agar mereka bertindak atau bekerja efektif untuk mencapai
tujuan yang telah direncanakan (actuating). Akhirnya semua aktivitas atau operasi organisasi
dikontrol untuk mengetahui sejauhmana hasil yang dicapai sesuai dengan standar kinerja yang
telah ditentukan (controlling), kemudian hasil yang dicapai dibandingkan dengan tolok ukur atau
kriteria kinerja yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan kesimpulan dan saran-saran yang dapat
dilakukan pada setiap tahap pelaksanaan program (evaluating).
Komponen Manajemen Puskesmas :
1. Manajemen Operasional Puskesmas
Penyelenggaraan berbagai pelayanan kesehatan baik perorangan maupun kesehatan
masyarakat perlu ditunjang oleh manajemen yang baik. Perencanaan yang dimaksud adalah
kegiatan perencanaan tingkat Puskesmas, pelaksanaan-pengendalian adalah rangkaian
kegiatan mulai dari pengorganisasian,penyelenggaraan, pemantauan (a.l pemantauan wilayah
setempat/PWS dengan data dari SP2TP dalam forum Lokakarya Mini Puskesmas). Adapun
pengawasan-pertanggungjawaban adalah kegiatan pengawasan internal dan eksternal serta
akuntabilitas petugas. Seluruh rangkaian kegiatan manajemen tersebut harus dilaksanakan
secara terpadu dan berkesinambungan.
2. Manajemen Alat dan Obat
Logistik yang tersedia di Pukesmas direncanakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan
program pokok Puskesmas. Setiap program membutuhkan dukungan logistik yang jumlah dan
jenisnya berbeda-beda. Misalnya program P2M membutuhkan termos, kulkas, jarum dan
spuit, termomater, alat semprot nyamuk untuk pembarantasan vektor, vaksin dan sebagainya.
Program KB membutuhkan alat-alat kontrasepsi, spekulum, obat-obat efek samping, sarung
tangan, yodium dan sebagainya. Jenis dan jumlah logistik ditentukan berdasarkan kebutuhan
Puskesmas setahun, disusun dalam suatu perencanaan. Kebutuhan ini disusun dalam
Lokakarya Mini Puskesmas (LKMP). Standar minimal jumlah peralatan Puskesmas untuk
setiap program harus ditentukan oleh pimpinan dan staf T.U.
Kebutuhan logistic Puskesmas di satu Kabupaten/Kota biasanya disediakan oleh pihak
kantor Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan BKKBN (khusus untuk kebutuhan program
KB). Jumlah dan jenisnya disesuaikan dengan perencanaan yang telah diajukan oleh masingmasing Puskesmas. Dana proyek untuk pengadaan logistik dan obat-obatan di Puskesmas

17

biasanya sudah dialokasikan setiap tahun. Pencatatan penerimaan dan pengeluaran barang
harus dibuat oleh petugas dalam bentuk inventaris Puskesmas. Demikian pula dengan
penerimaan dan pemakaian obat-obatan. Pimpinan Puskesmas mempunyai wewenang dan
wajib memeriksa administrasi barang dan obat secara rutin. Penyusunan perencanaan
kebutuhan logistik dan obat didasarkan pada pencatatan barang dan obat yang habis dan yang
masih tersedia (pola konsumsi). Khusus untuk manajemen obat, penyimpanan dan
pengeluarannya mengikuti system first in and first out (FIFO) untuk mencegah obat
kadaluarsa.
3. Manajemen Keuangan
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah kesatuan organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.Upaya kesehatan yang
diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan. Merujuk pada dua definisi tersebut, maka manajemen keuangan puskesmas
dapat diartikan sebagai seni dan ilmu mengelola uang untuk melancarkan operasionalisasi
puskesmas. Dari definisi sebelumnya, tampak bahwa manajemen keuangan di puskesmas
bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Selain itu, dapat
bermakna sebagai fungsi motivasi bagi operasionalisasi puskesmas. Untuk pembahasan
selanjutnya akan diarahkan pada penjelasan kedua tujuan tersebut.
Terkait melancarkan pelayanan kesehatan, sebenarnya eksistensi puskesmas adalah
memainkan fungsi sebagai tempat bagi masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan
kesehatan. Oleh karena itu, agar mampu mamainkan fungsinya memerlukan pengelolaan
keuangan yang tepat. karena bagaimana pun untuk melaksanakan berbagai aktivitas
memerlukan uang sebagai media pembiayaan. Tidak hanya itu saja, seni mengelola uang yang
tepat di puskesmas akan mengarahkan pada tata tertib (law and order) dan keteraturan dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Spesifiknya yaitu dengan alur kerangka operasionalisasi
keuangan yang tepat, maka interaksi antara pihak yang membutuhkan dan petugas puskesmas
akan menjadi lebih baik. dalam pengertian, petugas puskesmas relatif akan lebih mudah untuk
melakukan kegiatan promotif dan preventif. Sampai di sini, cukup jelas bahwa eksistensi

18

manajemen keuangan di puskesmas memiliki keeratan dengan efektifitas dan efisiensi


pemerian pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Terkait tujuan kedua yaitu kehadiran manajemen keuangan di puskesmas yang tepat
sasaran akan memudahkan dalam melaksanakan pelayanan, karena sudah tersedianya uang
sebagai sarana. Dan hal ini akan semakin memperkuat upaya petugas kesehatan di puskesmas
dalam mengeksekusi kegiatan-kegiatan pokok pelayanan kesehatan di puskesmas.
4. Manajemen Ketenagaan
Staf adalah sumber daya manusia (SDM) yang utama yang dimiliki Puskesmas. Oleh
karena itu, SDM Puskesmas perlu dibina dan dikembangkan baik motivasi, inisiatif dan
keterampilannya agar mereka dapat bekerja lebih produktif. Sesuai dengan system manajemen
modern, staf Puskesmas merupakan faktor produksi utama untuk menghasilkan pelayanan
kesehatan yang bermutu. Untuk meningkatkan motivasi kerja staf, system intensif perlu
diterapkan sesuai dengan ketentuan yang disepakati bersama. Sistem kerja yang bersifat
integratif dan berkelompok juga dapat dikembangkan di Puskesmas. Selain itu, pemberian
penghargaan oleh pimpinan kepada staf yang berprestasi juga akan membantu untuk
meningkatkan motivasi mereka. Keterbukaan pimpinan dalam pengelolaan keuangan
Puskesmas juga akan lebih meningkatkan rasa kebersamaan staf dalam melaksanakan tugastugas pokoknya.
Jumlah dan jenis tenaga yang tersedia di Puskesmas sangan bervariasi. Di bidang
ketenagaan, masalah yang sering dihadapi oleh Puskesmas adalah jumlahnya yang terbatas,
keterampilan rendah dan kualifikasinya tidak sesuai dengan kebutuhan. Tenaga minimal yang
harus dimiliki oleh sebuah Puskesmas adalah dokter umum, bidan, perawat sanitasi, perawat
umum, perawat gigi, tata usaha dan bendahara. Semakin berkembang pelayanan yang
dilaksanakan oleh Puskesmas, semakin banyak jenis dan jumlah staf yang dibutuhkan. Di
Puskesmas yang dilengkapi dengan ruang rawat inap juga membutuhkan staf yang lebih
banyak seperti 2-3 dokter umum, seorang dokter gigi, 2-3 orang bidan, 3-4 orang perawat
umum, 1-2 orang perawat gigi, seorang perawat jiwa, perawat sanitasi, seorang tenaga analis,
seorang asisten apoteker, juru masak dan supir.
Untuk Puskesmas yang jumlah tenaganya masi terbatas, Puskesmas menganut sistem
kerja integratif. Tiap-tiap staf diberikan satu tugas pokok dan tugas-tugas tambahan lainnya.
Tugas tambahan ini merupakan tugas yang bersifat integratif. Contoh: staf yang mendapat

19

tugas pokok menangani program KIA, KB atau gizi masih dapat diberikan tugas tambahan
lainnya seperti mengorganiasasikan kegiatan Posyandu, kunjungan ke sekolah, ke rumah
penderita dalam rangka PHN, penyuluhan kepada kelompok-kelompok masyarakat di wilayah
binaan. Keterbatasan jumlah tenaga yang tesedia di Puskesmas juga dapat diatasi dengan
melaksanakan beberapa program prioritas sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang
potensial berkembang di wilayah kerja Puskesmas. Program pokok yang wajib dilaksanakan
di puskesmas adalah pengobatan, KIA, PKM, P2M, Kesehatan lingkungan, gizi dan lab.
Puskesmas tidak diwajibkan untuk melaksanakan semua program pokok Puskesmas yang ada
pada Buku Pedoman Kerja Puskesmas.
Untuk manajemen personalia di Puskesmas, dokter selaku manajer Puskesmas tidak
diberikan wewenang untuk mengangkat staf kecuali Puskesmas dapat menyisihkan dana
sendiri untuk membayar honor staf. Ia berhak mengusulkan kebutuhan staf (jumlah dan jenis)
ke Dinkes Kabupaten/Kota. Untuk mengatasi keterbatasan jumlah staf, dokter sebagai
pimpinan Puskesmas wajib memberikan bimbingan teknis kepada staf agar mereka lebih
terampil mengatur dan melaksanakan tugas pokok dan tugas integratifnya. Pimpinan
Puskesmas juga wajib mengembangkan motivasi kerja, merencanakan tugas-tugas dan
mensupervisi kegiatan mereka. Untuk menilai perstasi kerja staf, dokter Puskesmas wajib
memantau pelaksanaan kegiatan harian staf. Salah satu cara yang dapat dikembangkan oleh
pimpinan Puskesmas adalah dengan mengevaluasi buku laporan harian staf atau mengadakan
supervisi langsung kepada staf dan unit kerjanya masing-masing.
Pertemuan antara pemimpin dengan staf sebaiknya diadakan secara rutin. Pertemuan rutin
(rapat bulanan dan mingguan) yang merupakan penjabaran fungsi actuating, perlu diarahkan
untuk mengkaji kemajuan dan hambatan pelaksanaan program untuk mencapai tujuan
operasional program yang sudah disepakati. Pertemuan rutin juga dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan koordinasi tugas-tugas lintas program, penyampaian hasil supervisi
pimpinan terhadap pelaksanaan kegiatan program di lapangan, atau untuk mengumumkan
kebijaksanaan pimpinan, dan umpan balik dari staf terhadap penerapan kebijakan pimpinan.

f. Manajemen Puskesmas

20

Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan
yang optimal. Dengan demikian puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan
kesehatan strata pertama (Depkes RI, 2006).
Menurut Depkes RI (2006), Upaya kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas terdiri dari
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan yang harus menerapkan azas
penyelenggaraan puskesmas secara terpadu yaitu azas pertanggungjawaban wilayah,
pemberdayaan masyarakat, keterpaduan dan rujukan. Agar upaya kesehatan terselenggara secara
optimal, maka puskesmas harus melaksanakan manajemen dengan baik. Manajemen puskesmas
adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematik untuk menghasilkan luaran
puskesmas secara efektif dan efisien. Manajemen puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Seluruh kegiatan di
atas merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan (Depkes RI, 2006).
1. Perencanaan Puskesmas
Arah perencanaan puskesmas adalah mewujudkan kecamatan sehat 2010. Dalam perencanaan
puskesmas hendaknya melibatkan masyarakat sejak awal sesuai kondisi kemampuan masyarakat
di wilayah kecamatan. Pada dasarnya ada 3 langkah penting dalam penyusunan perencanaan
yaitu :
a. Identifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas pelayanan
kesehatan tentang cakupan dan mutu pelayanan
b. Identifikasi potensi sumber daya masyarakat dan provider
c. Menetapkan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan masalah.
Hasil perencanaan puskesmas adalah Rencana Usulan Kegiatan (RUK) tahun yang akan
datang setelah dibahas bersama dengan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Setelah mendapat
kejelasan dana alokasi kegiatan yang tersedia selanjutnya puskesmas membuat Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Proses perencanaan dapat menggunakan instrumen Perencanaan

21

Tingkat Puskesmas (PTP) yang telah disesuaikan dengan kondisi setempat atau dapat
memanfaatkan instrument lainnya.
Menurut Muninjaya (2004), fungsi perencanaan merupakan fungsi terpenting dalam
manajemen. Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari manajemen secara keseluruhan,
tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen yang lainnya akan dapat
dilaksanakan dengan baik. Perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses pencapaian tujuan
secara efektif dan efisien. Perencanaan merupakan sesuatu yang mutlak harus ada dalam setiap
kegiatan,terlebih lagi kegiatan-kegiatan yang besar dan bersifat kompleks. Suatu kegiatan yang
tidak didahului dengan perencanaan, kemungkinan besar tidak dapat mencapai tujuan, kalaupun
tujuan dapat dicapai maka secara ekonomis tidak dapat dikatakan efektif dan efisien. Hal ini
berlaku dalam program kesehatan yang sejak semula telah mengakui pentingnya peranan
perencanaan dalam mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan berbagai program kesehatan
serta mengkaitkannya dengan program-program sektor lain agar dapat diperoleh hasil yang
berdaya guna dan berhasil guna.
2. Penggerakkan Pelaksanaan
Puskesmas melaksanakan serangkaian kegiatan yang merupakan penjabaran lebih rinci dari
rencana pelaksanaan kegiatan. Penyelenggaraan penggerakan pelaksanaan puskesmas melalui
instrumen lokakarya mini puskesmas yang terdiri dari :
a. Lokakarya mini bulanan
Merupakan alat untuk penggerakan pelaksanaan kegiatan bulanan dan juga monitoring
bulanan kegiatan puskesmas dengan melibatkan lintas program intern puskesmas.
b. Lokakarya mini tribulanan
Dilakukan sebagai penggerakan pelaksanaan dan monitoring kegiatan puskesmas dengan
melibatkan lintas sektoral, Badan Penyantun Puskesmas atau badan sejenis dan mitra
yang lain puskesmas sebagai wujud tanggung jawab puskesmas perihal kegiatan.
3. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian
Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses memperoleh kepastian atas kesesuaian
penyelenggaraan dan pencapaian tujuan puskesmas terhadap rencana dan peraturan perundang
undangan serta berbagai kewajiban yang berlaku. Untuk terselenggaranya pengawasan dan
pertanggungjawaban dilakukan kegiatan sebagai berikut :
22

1. Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal dan pengawasan
eksternal. Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan langsung. Pengawasan
eksternal dilakukan oleh masyarakat, dinas kesehatan kabupaten/kota serta berbagai institusi
pemerintah terkait. Pengawasan mencakup aspek administrative, keuangan dan teknis
pelayanan.
2. Pertanggungjawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, kepala puskesmas harus membuat laporan
pertanggungjawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan kegiatan serta perolehan dan
penggunaan berbagai sumber daya termasuk keuangan. Laporan tersebut disampaikan ke
dinas kesehatan kabupaten/kota serta pihak pihak terkait lainnya. Apabila terjadi
penggantian kepala puskesmas, maka kepala puskesmas yang lama diwajibkan membuat
laporan pertanggungjawaban masa jabatannya.
Untuk terselenggaranya proses pengendalian, pengawasan dan penilaian diperlukan
instrumen yang sederhana. Instrumen yang telah dikembangkan di puskesmas adalah:
a. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
b. Penilaian/Evaluasi Kinerja Puskesmas sebagai pengganti dan stratifikasi.
g.

Sumber Pembiayaan Puskesmas


Definisi pembiayaan pelayanan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan oleh

pemerintah maupun masyarakat untuk menyediakan dan memanfaatkan berbagai upaya


kesehatan yang diperlukan perseorangan, keluarga maupun kelompok dan masyarakat. Di negara
berkembang seperti Indonesia beaya pelayanan kesehatan masih belum bisa lepas dari campur
tangan pemerintah baik dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya (Santosa, 2008).
Biaya pelayanan kesehatan ditinjau dari segi penyedia pelayanan kesehatan dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) yaitu biaya bagi penyedia jasa pelayanan kesehatan dalam menyediakan
berbagai upaya kesehatan dan biaya bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan dalam
memanfaatkan pelayanan tersebut. Dari segi jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

23

maka biaya pelayanan kesehatan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu biaya pelayanan kedokteran
yang bertujuan mengobati penyakit dan pemulihan kesehatan penderita serta biaya pelayanan
kesehatan masyarakat yang bertujuan mencegah penyakit dan memelihara serta meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat (Santosa, 2008).
Syarat pokok dalam pembiayaan kesehatan adalah:
1. Jumlah biaya yang cukup dalam arti membiayai semua kegiatan upaya pelayanan
kesehatan dan tidak menyulitkan kemudian hari
2. Penyebaran dana yang sesuai menurut alokasi kebutuhan
3. Pemanfaatan yang efektif dan efisien
Sumber pembiayaan upaya pelayanaan kesehatan antara lain:
1. Sepenuhnya bersumber dari Pemerintah
2. Sebagian ditanggung masyarakat
3. Sepenuhnya ditanggung pihak ketiga baik itu swasta maupun bantuan luar negeri.
(Santosa, 2008)
Pada era desentralisasi, fungsi pembiayaan usaha pelayanan kesehatan yang dilakukan
pemerintah memiliki pembagian yang terperinci antara Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah. Puskesmas memiliki sumber pembiayaan antara lain:
1. Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten atau Kota
2. Pendapatan Puskesmas melalui biaya retribusi yang besarnya ditentukan
Pemerintah Kabupaten atau Kota setempat
3. Sumber lain seperti perusahaan ansuransi PT Askes, PT Jamsostek, JPSBK dan
lainnya.
(Santosa, 2008)
Sumber pembiayaan puskesmas dapat diperinci sebagai berikut:
A. Pemerintah ( anggaran pembangunan dan anggaran rutin)
a. Pemerintah Pusat
1.
Tugas Pembantuan (BOK)
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan bantuan Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah untuk percepatan pencapaian MDGs bidang kesehatan
tahun 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta
Poskesdes/Polindes, Posyandu dan UKBM lainnya dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif dan diberikan dalam
2.
3.

bentuk Tugas Pembantuan (TP) (Dinkes Kabupaten Tangerang, 2012).


Dana Program TB, HIV/AIDS, Malaria
Jamkesmas

24

Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) adalah program bantuan sosial


4.

untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.


Jampersal
Program Jaminan Persalian (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan persalinan
yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas
termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Jampersal
diperuntukkan bagi seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan

b.
1.
2.
B.
1.
2.
3.
C.
1.
2.
3.
4.

(Dinkes Kabupaten Balangan, 2011)


Pemerintah Daerah
APBD Anggaran Dinas Kesehatan
Jaminan Kesehatan
Pendapatan Puskesmas
Setor Kas Daerah
Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas
Seluruhnya dimanfaatkan langsung oleh puskesmas
Sumber Lain, antara lain dari:
Dana Asuransi swasta lain (kerjasama)
Dana swasta (program)
Dana PNPM (program)
Lain-lain.
(HPM FK UGM, 2013)

Sesuai Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No.21/1994 dan No.23/1994 Puskesmas
menjadi

bagian

dari

Dinas

Kesehatan

Kabupaten

atau

Kota

yang

tanggungjawab

penyelenggaraannya ditangan Bupati atau Walikota setempat. Peran pemerintah dalam


penyelenggaraaan pelayanan kesehatan di Puskesmas secara umum adalah sebagai pembuat
kebijakan (regulator), sebagai penyandang dana (donator), dan sebagai pelaksana atau pelaku
(eksekutor) (Santosa, 2008).

h.

Pembiayaan
Untuk terselenggarannya upaya kesehatan perorangan dan paya kesehatan masyarakat yang

menjadi tanggung jawab puskesmas, perlu ditunjang dengan tersedianya pembiayaan yang
cukup. Pada saat ini ada beberapa sumber pembiayaan puskesmas, yakni :
1. Pemerintah

25

Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah
terutama adalah pemerintah kabupaten/kota. Disamping itu puskesmas masih menerima
dana yang berasal dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Dana yang disediakan
oleh pemerintah dibedakan atas dua macam, yakni:
a. Dana anggaran pembagunan yang mencakup dana pembangunan gedung, pengadaan
peralatan serta pengadaan obat.
b. Dana anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan. Pemeliharaan gedung dan
peralatan,pembelian barang habis pakai serta biaya operasional.
Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
untuk seterusnya dibahas bersama DPRD kabupaten/kota. Puskesmas diberikan
kesempatan mengajukan kebutuhan untuk kedua anggaran tersebut melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.anggaran yang telah disetujui yang tercantum dalam
dokumen keuangan diturunkan secara bertahap ke puskesmas melalui Dinas
Kesehatab Kabupaten/Kota atau oleh pemerintah Kabupaten/Kota . untuk beberpa
anggaran tertentu, misalnya pengadaan obat dan pembangunan gedung serta
pengadaan anggaran tersebut dikelola langsung oleh Dinas Kesehatan Kabupatn/Kota
atau pemerintah Kabupaten/ kota. Penanggungjawab pengunaan anggaran yang di
terima puskesmas adalah kepala puskesmas, sedangkan administrasi keuangan
dilakukan oleh pemegang keuangan puskesmas yakni seorang staf yang di tetapkan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atas usulan kepala puskesmas. Penggunaan
dana sesuai dengan kegiatan yang telah disetujui dengan memperhatikan berbagai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku .
2. Pembiayaan Puskesmas dari pendapatan Puskesmas
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, masyarakat dikenakkan kewajiban membiayai
upaya kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang besarnya ditentukan oleh
Peraturan Daerah masing-masing (retribusi)
a. Seluruhnya disetor ke Kas Daerah
. Pada saat ini ada
beberapa kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan dana yang diperoleh dari
penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan ini yaitu:
Untuk ini secara berkala Puskesmas menyetor seluruh dana retribusi yang diterima
ke kas daerah melalui dinas kesehatan kabupaten/kota.
b. Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas

26

Beberapa daerah tertentu membenarkan Puskesmas menggunakan sebagian dari dana


yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan, yang lazimnya
berkisar antara 25-50% dari total dana retribusi yang diterima. Penggunaan dana
hanya dibenarkan untuk membiayai kegiatan operasional Puskesmas. Penggunaan
dana tersebut secara berkala dipertanggung jawabkan oleh puskesmas ke pemerintah
daerah melalui Dinas kesehatan kabupaten/kota.
c. Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas
Beberapa daerah tertentu lainnya membenarkan Puskesmas menggunakan seluruh
dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan untuk
membiayai kegiatan operasional Puskesmas. Dahulu puskesmas yang menerapkan
model pemamfaatan dana seperti ini disebut Puskesmas Swadana. Pada saat ini sesuai
dengan kebijakan dasar puskesmas yang juga harus menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat yang dananya ditanggung oleh pemerintah diubah menjadi
puskesmas swakelola. Dengan perkataan lain puskesmas tidak mungkin sepenuhnya
menjadi swadana. Pemerintah tetap berkewajiban menyediakan dana yaitu untuk
membiayai upaya kesehatan masyarakat yang memang menjadi tanggung jawab
pemerintah.(kemenkes , 2010)

i.

Dinkes Puskesmas (Manajemen Keuangan)


Manajemen keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dalam suatu organisasi atau pun

institusi. Hal yang sama juga pada puskesmas, yang merupakan suatu lembaga kesehatan.
Manajemen keuangan puskesmas dapat diartikan sebagai seni dan ilmu mengelola uang untuk
melancarkan operasionalisasi puskesmas untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat. Selain itu, dapat bermakna sebagai fungsi motivasi bagi operasionalisasi puskesmas.
Terkait melancarkan pelayanan kesehatan, sebenarnya eksistensi puskesmas adalah
memainkan fungsi sebagai tempat bagi masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan.
Oleh karena itu, agar mampu mamainkan fungsinya memerlukan pengelolaan keuangan yang
tepat. karena bagaimana pun untuk melaksanakan berbagai aktivitas memerlukan uang sebagai
media pembiayaan. Tidak hanya itu saja, seni mengelola uang yang tepat di puskesmas akan
mengarahkan pada tata tertib (law and order) dan keteraturan dalam memberikan pelayanan
kesehatan.

27

Spesifiknya yaitu dengan alur kerangka operasionalisasi keuangan yang tepat, maka
interaksi antara pihak yang membutuhkan dan petugas puskesmas akan menjadi lebih baik.
dalam pengertian, petugas puskesmas relatif akan lebih mudah untuk melakukan kegiatan
promotif dan preventif. Sampai di sini, cukup jelas bahwa eksistensi manajemen keuangan di
puskesmas memiliki keeratan dengan efektifitas dan efisiensi pemerian pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Terkait tujuan kedua yaitu kehadiran manajemen keuangan di puskesmas
yang tepat sasaran akan memudahkan dalam melaksanakan pelayanan, karena sudah tersedianya
uang sebagai sarana. Dan hal ini akan semakin memperkuat upaya petugas kesehatan di
puskesmas dalam mengeksekusi kegiatan-kegiatan pokok pelayanan kesehatan di puskesmas.
Adapun sumber-sumber keuangan Puskesmas sebagai berikut:
Pemerintah
Sumber biaya berasal dari Pemerintah Kabupaten yang dibedakan atas dana pembangunan dan
dana anggaran rutin. Dana ini diturunkan secara bertahap ke Puskesmas melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten.
Retribusi
Retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan Puskesmas yang membiayai upaya kesehatan
perorangan yang pemanfaatanya dan besarnya ditentukan oleh Pemerintah Daerah.
PT. ASKES
Puskesmas menerima dana dari PT. ASKES yang peruntukannya sebagai imbal jasa kepada
peserta ASKES yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS)
PT. JAMSOSTEK
Puskesmas menerima dana dari PT. JAMSOSTEK yang peruntukannya sebagai imbal jasa
kepada peserta JAMSOSTEK yaitu Pegawai / karyawan yang berada dibawah naungan Dinas
Tenaga Kerja.
BPP (Badan Penyantun Puskesmas)
Dengan memberdayakan potensi yang dimiliki masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
j.

Alokasi Anggaran dan Pemanfaatan


j.1 Alokasi Anggaran

28

Sistem alokasi anggaran merupakan pemanfaatan dana yang disesuaikan dengan prioritas
kegiatan, sehingga program dapat terlaksana dengan baik. Tahapan dan prioritas kegiatan
program pada setiap tahun dipertimbangkan dalam rangka pencapaian misi dan tujuan program.
Prosentase Alokasi Program/Kegiatan meliputi :
1. Prosentase anggaran untuk pelatihan SDM
2. Prosentase anggaran untuk penelitian dan pengembangan
3. Prosentase anggaran untuk operasional puskesmas
j.2 Pengolongan Pendapatan Puskesmas
Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil pencaharian usaha. Sedangkan menurut
Winardi (1992 : 171) pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat
dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi. Penggolongan pendapatan Puskesmas
meliputi :
1. Pendapatan umum adalah penerimaan suatu negara yang bersumber dari pajak dan
sumber lainnya untuk membiayai kepentingan umum.
2. Pendapatan jamkesmas merupakan penerimaan pendapatan yang bersumber dari
program jamkesmas.
3. Pendapatan lain-lain
j.3 Pemanfaatan Dana
Masalah yg sering dijumpai:
1. Pemborosan dana akibat perencanaan yang kurang integrasi antara puskesmas dan
dinkes (misal: pengadaan alat, perencanaan biaya pemeliharaan?)
2. Kurang alokasi untuk program prioritas di puskesmas (dana digunakan untuk

3.

kegiatan yg mudah di SPJ kan)


Dana diperuntukkan untuk biaya pegawai
Dana perjalanan
Peluang mencari sumber pendanaan
Askes (kapitasi)
Jamkesmas
Dana bantuan (bencana, TB, Malaria)

j.4 Pengelolaan Kas


1. Rekening bendahara 1 rekening (pengendalian dan pengawasan)
2. Saldo kas harian selalu dikonsolidasikan dengan rekening bank pada setiap akhir hari
kerja
29

3. Minimalisasi kas float (Cash float adalah uang yang mengendap/menganggur pada
bank yang berkaitan dengan pelaksanaan pengeluaran atau penerimaan. Uang yang
menganggur tersebut harus dapat diminimalisir dengan memanfaatkan dana kas
sedemikian rupa sehingga saldo kas menganggur menjadi minimal).....memanfaatkan
untuk kegiatan sesuai dengan program/kegiatan sesuai dengan jadwal/rencana.

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Sistem Pelayanan Puskesmas yaitu kesatuan usaha yang terdiri dari berbagai elemen /
bagian bagian yang berkaitan secara teratur dan berusaha mencapai suatu tujuan dalam
suatu lingkungan.
Manajemen Pelayanan Puskesmas terdiri atas Perencanaan Puskesmas yang berupa
Rencana Usulan Kegiatan (RUK). Penggerakan pelaksanaan berupa Lokakarya mini
bulanan dan Lokakarya mini tribulanan. Pengawan, pengendalian dan penilaian berupa
Pemanatauan Wilayah Setempat dan Penilaian Evaluasi Kinerja Puskesmas.
30

Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas


i. Upaya promosi kesehatan
ii. Upya kesehatan lingkungan
iii. Upaya kesehatan ibu anak & KB
iv. Upaya perbaikan gizi masyarakat
v. Upaya pencgahan, pemberantasan penyakit menular
vi. Upaya pengobatan
- Sistem rujukan aadalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari
suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat baik secra vertikal maupun horizontal ,
kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional
b. Saran
Pelayanan dipuskesmas lebih ditingkatkan dalam melayani masyarakat serta pemberian
anggaran yang lebih dalam semua aspek promosi kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1998. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Azrul A. 1988. Pengantar Adaministrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta: Bina Aksara.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008.
Dinkes

Kesehatan Kabupaten Balangan. 2011. Program Jaminan


www.dinkes.balangankab.go.id. Diakses pada tanggal 6 Juni 2014

Persalinan

Jampersal.

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. 2013. Bantuan Operasional Kesehatan. www.dinkeskabtangerang.go.id. Diakses pada tanggal 6 Juni 2014

Effendi, Ferry da Makhfudli.2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam


Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta
Hatmoko, 2006. Sistem Pelayanan Kesehatan Dasar Puskesmas. Staf Pengajar IKM Universitas
Mulawarman.
HPM FK UGM. 2012. Manajemen Puskesmas. http://hpm.fk.ugm.ac.id. Diakses pada tanggal 6 Juni 2014

31

Menkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.128/ MENKES/SK/II/2004, op cit,
Hal, 33.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Muninjaya, A.A. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Santosa, Agus. 2008. Hubungan Antara Uraian Tugas, Motivasi Dan Kepatuhan Dengan Kinerja Petugas
Paramedis Pelayanan Kesehatan Puskesmas Gratis Di Kota Salatiga Tahun 2008. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah. Semarang
Sina,

Peter.
2012.
Tujuan
Manajemen
Keuangan
Puskesmas.
http://petersina.blogspot.com/2012/03/tujuan-manajemen-keuangan-puskesmas.html. Diakses tanggal 7 Juni
2014 pukul 21.00

Syafrudin & Hamidah. 2007. Kebidanan Komunitas. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Peraturan Gubernur Jawa Barat. 2011. Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat
Trihono. 2005. Manajemen puskesmas berbasis paradigma sehat. Jakarta. Sagung Seto
Usman H. 2006. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.

32

Anda mungkin juga menyukai