Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tambang bawah tanah merupakan proses penambangan yang
dilakukan dibawah tanah, dengan cara membuat lubang bukaan di
permukaan tanah ke badan bijih. Metode yang digunakan dalam
penambangan bawah tanah ini pun ada banyak tergantung pada sifat fisik
dari ore body ataupun country rock-nya.
Ada beberapa sistem atau bagian penting dalam pembukaan
tambang bawah tanah atau dalam hal Eksploitasi antara lainnya seperti
sistem lubang bukaan dan penyangga terowongan, ventilasi tambang, sistem
transportasi atau angkutan tambang dan penanganan bahaya, pengendalian,
resiko yang timbul dalam proses eksploitasi tambang bawah tanah.
1.2. Tujuan Pembuatan Makalah
1.
Mengetahui proses kegiatan Ekploitasi tambang bawah tanah.
2.
Mengetahui metode tambang bawah tanah.
3.
Mengetahui pengendalian, bahaya dan resiko dalam kegiatan
4.

eksploitasi tambang bawah tanah.


Mengetahui regulasi atau dasar hukum yang digunakan dalam

5.

kegiatan tambang bawah tanah.


Contoh kasus tambang bawah Tanah

1.3. Rumusan masalah


1.
Bagaimana proses kegiatan eksploitasi tambang bawah tanah?
2.
Apa saja metode yang digunakan dalam tambang bawah tanah?
3.
Bagaimana pengendalian, bahaya dan resiko dalam kegiatan
4.

eksploitasi tambang bawah tanah?


Apa regulasi atau dasar hukum yang digunakan dalam kegiatan

5.

tambang bawah tanah?


Bagaimana contoh kasus dari tambang bawah tanah?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Eksploitasi Tambang Bawah Tanah


Tahapan Exploitasi Tambang Bawah
Tanah

Pembuatan jalan masuk


utama

Pembuatan lubanglubang sekunder dan


tersier

Breaking (loosening) dengan


pemborandan peledakan

Pemuatan(loading)

Pengangkutan (hauling,
tranporting)

Jenis-jenis pekerjaan pada tambang bawah anah antara lain:


1.

Penyiapan sarana dan prasarana di permukaan

2.

Penyiapan sarana dan pekerjaan bawah tanah, meliputi


a. pembuatan jalan masuk utama (main acces pada primary
development)
b. pembuatan

lubang-lubang sekunder dan tersier (secondary

development dan tertiary development)


3.

Kegiatan eksploitasi: breaking (loosening) dengan pemboran dan


peledakan, pemuatan(loading), pengangkutan (hauling, tranporting)

4.

Penanganan dan operasi pendukung: penyanggaan, penerangan,


ventilasi, penirisan, keselamatan kerja, dll).

2.1.1. Persiapan Pembukaan Tambang


Persiapan pembukaan tambang atau juga disebut dengan Mining
Development, ialah adapun sebagai berikut :
a.

Lokasi Terdapatnya Mineral


Kemudahan transportasi mineral untuk dipasarkan dan juga

sebaliknya, kemudahan suplai untuk kegiatan penambangannya.


Ketersediaan tenaga kerja/buruh dan layanan pendukungnya (support
service), seperti : perumahan, pendidikan, fasilitas rekreasi, pelayanan
kesehatan, dll.
b.

Kondisi Alam dan Geologi


1.
2.

Kondisi topografi dan lahan


Hubungan spasial (bentuk, ukuran, posisi, dll.) dari badan

3.

bijih, termasuk kedalamannya.


Pertimbangan-pertimbangan

geologi

(mineralogi,

petrografi, struktur, genesa bijih/endapan, gradien, suhu


4.

batuan, kandungan air, dll.)


Sifat-sifat mekanik batuan (strength, modulus elastisitas,

5.

kekerasan, keabrasifan, dll.)


Sifat-sifat kimia dan metalurginya (pengaruh penimbunan,
pengolahannya, peleburannya, dll.).

c.

Kondisi Sosial-Ekonomi-Politik dan Lingkungan


1.
2.

Demografi dan ketersediaan tenaga kerja.


Keseimbangan keuangan dan pasar (penentuan skala

3.
4.
5.

operasi, kontinuitas operasi, dll.)


Stabilitas politik negara.
Permasalahan polusi dan pencemaran lingkungan
Bantuan dan kemudahan yang diberikan pemerintah

2.1.2. Tahapan Pembukaan Tambang


Adapun tahapan pembukaan tambang atau mining development
(hartman,1997) adalah sebagai berikut :
a.

Mengambil acuan laporan studi kelayakan sebagai dokumen

b.

perencanaan
Konfirmasi metode penambangan dg perencanaan tambang scr

c.

umum.
Rencana keuangan

d.

Perolehan dan kepemilikan lahan, termasuk hak pengusahaan

e.

mineral dan permukaan tanah sesuai kebutuhan.


Penyiapan fasilitas & segala sesuatu yg terkait dg estimasi

f.

dampak lingkungan
Penyediaan jalan masuk di permukaan, sarana transportasi,

g.

komunikasi, listrik ke lokasi tambang.


Perencanaan dan pembuatan kontruksi pabrik di permukaan,

h.

termasuk semua fasilitas pendukung, fasilitas service dan kantor.


Pembangunan pabrik pengolahan (bila dibutuhkan), fasilitas
pemuatan-pengangkutan, hingga pengapalan, pembangunan

i.

stockpile dan fasilitas pengolahan limbah.


Pemilihan peralatan tambang untuk kegiatan development dan

j.

eksploitasi sesuai kebutuhan.


Pembuatan kontruksi lubang bukaan utama hingga ke badan
bijih (atau batubara). Pada tambang bawah tanah seperti shaft

k.

dan fasilitas bawah tanah lainnya.


Recruitment dan pelatihan tenaga kerja, & penyediaan
pelayanan pendukung

Maksud dari persiapan pembukaan tambang bawah tanah ada sebagi


berikut :
a.

Mempersiapkan fasilitas yang harus diperlukan pada tahap


penggalian

b.

Membuat suatu bukaan (opening/entry) ke badan bijih untuk


memperlancar produksi nantinya (loosening,mucking dan
transportasi)

c.

Untuk memperoleh keterangan terperinci mengenai sifat-sifat


dan ukuran badan bijih

Adapun masalah yang sering dihadapan dalam proses atau tahapan


pembukaan tambang bawah tanah adalah antara lain :
a.

Bagaimana macam dan bentuk lubang bukaan


Lubang bukaan (opening/entry) ialah jalan masuk

ketempat

penggalian di dalam tambang atau stope. Adapun macam-macam


lubang bukaan :
1.

Vertikal shaft
4

2.
3.
4.
5.
6.

Inclinede shaft
Combinet shaft
Tunnel
Drift
Adit

Gambar 2.1 Macam-macam lubang bukaan


Lateral

Developmmetn

merupakan

pekerjaan

lanjutan

dari

development. Macam-macam pekerjaannya tergantung pada sistem tambang


bawah tanah yang

akan dilaksanakan. Macam perkerjaan lateral

development meliputi pembuatan :


a.

Jarak antara 2 level (Level Interval)


Level merupakan lubang utama yang dibuat horizontal/ mendatar dan

searah dengan strike dari deposit, misalnya tunnel,drift. Maksud dari


pembuatan level ini ialah untuk memulai dan mengawali penggalaian
endapan bijih dan untuk jalan angkut serta prospecting. Adapun faktor yang
menentukan jarak antar level adalah :
1.
Ongkos penambangan dan pemeliharaan pada setiap level
2.
Macam type daribadan bijih
3.
Bentuk penyebaran deposit
4.
Macam penyanggan terhadap hanging wall
5.
Kecepatan pekerjaan penggalian endapan bijih
6.
Metoda penambangan
7.
Dip dari badan bijih
8.
Pengaruh yang diakibatkan oleh cara penggalian terhadapwinz
an raise
5

b.

Raise dan Winze

c.

Station

d.

Crosscut
Pemilihan sistem tambang bawah tanah tergantung pada beberapa hal

penting yaitu pada macam badan bijih dan sifat fisiknya, sifat fisik country
rock, posisi badan bijih terhadap topografi, dan bentuk dan ukuran badan
bijih. Adapun pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pemilihan
sistem penambangan antara lain :
a.
b.

Panjang,lebar dan tebal cebakan


Kemiringan cebakan

Tabel 2.1 Hubungan Kemirigan Cebakan dengan Sistem Penambangan


c. Kedalaman Operasi
d.

Faktor Waktu

e.

Kadar Cebakan

f.

Fasilitas lokal

g.

Modal yang tersedia

h.

Batas dengan badan bijih lainnya

2.2. Metode Tambang Bawah Tanah


2.2.1. Metode Penambangan Bawah Tanah Open Stope
Metode open stope merupakan metode penambangan untuk
endapan-endapan bijih yang mana batuan sekelilingnya kuat, ukuranukuran endapan tidak begitu besar. Terbagi lagi menjadi beberapa
jenis penambangan antara lain :
a.

Underground Glory Hole (tambang gabungan)


Pada umumnya disini dijaga agar pembukaan tanah tidak

longsor, oleh karena itu harus ditinggalkan pilar (bila memungkinkan


dipilih sebagai pilar adalah tempat yang mengandung kadar rendah).
Atau diadakan pengisian pada daerah yang telah selesai ditambang,
sehingga sebisa mungkin tidak terjadi penurunan tanah. Kondisi ini
sangat cocok bila kondisi batuan sekitar atau country rock cukup kuat
dengan

bentuk

endapan

bijihnya

kecil-kecil.

Pengembangan

memungkinkan jika tergantung kondisi endapan dan bentuk bijih.


b.

Gophering
Gophering merupakan suatu cara penambangan untuk endapan

bijih yang kecil (lebih kecil dari tiga meter tebal atau lebarnya),
bentuk tidak teratur tetapi batuannya keras dan bijihnya memiliki
kadar yang tinggi. Endapan bijih yang demilikian tidak dapat
ditambang seluruhnya tanpa meninggalkan pilar atau penyangga, arah
penambangannya menuruti arah pesebaran dari bijih.
c.

Shrinkage Stoping
Shrinkage stoping merupakan suatu cara penambangan yang

termasuk over hand stoping, dimana tiap-tiap bagian slice dibor dan
diledakkan, dari bawah tumpukan hasil ledakkan itu akan dibiarkan di
floor (lantai) untuk dipakai sebagai berikut, yait
1.
2.

Tempat berpijak untuk pemboran berikutnya


Untuk penyangga country rock

Semakin lama volume dari peledakan hasil penambangan akan


semakin banyak, dan jika penambangan telah selesai maka stope akan
7

kosong

karena

hasil

penambangan

akan

dikeluarkan

semuanya.Metode ini sangat cocok untuk endapan bijih dengan


benrtuk vein yang memiliki dip yang terjal dan memanfaatkan gravity
flow.
d.

Sub-level Stoping
Penambangan yang dilakukan dengan membuat sub-level

diantara level-levelnya, biasanya jarak antar level berkisar antara 100


200 feet, sedangkan jarak antara sub-level sekitar 25 40 feet. Cara
penambangan ini dilakukan dengan over hand stoping method.
Syarat pemakaian metode ini antara lain :
1.
2.

Tebal dinding vein harus antara 1 20 meter


Dip vein sebaiknya lebih dari 30 derajat, karena semakin miring

3.

akan semakin baik dan memudahkan dalam penagangkutannya.


Country rock harus keras sehingga tidak memerlukan

4.

penyanggaan
Agar tidak mudah terjadi dilusi maka country rock harus kuat

5.

dan keras
Batas antara country rock dan bijih harus terlihat jelas dan

6.

bentuknya teratur
Kadar bijih sebaiknya merata karena metode ini tidak
memungkinkan untuk melakukna selectif mining.

2.2.2. Metode Penambangan Bawah Tanah Supported Stope


Terbagi menjadi beberapa jenis penambangan antara lain :
a.

Cut and Fill

Cut and fill merupakan suatu cara penambangan yang mengali bagian
demi bagian. Sebelum pengalian berikutnya dilakukan maka
dilakukan penggisian material dari luar untuk mengantikan material
yang telah ditambang. Dan material-material tersebut dapat berfungsi
sebagai :
1.
2.
3.

Tempat berpijak pengalian dan pemborab berikutnya


Sebagai penyangga country rock
Mencegah terjadinya surface subsidence secara tiba-tiba jika
sudah banyak material yang diambil.
8

Sedangkan syarat dari pemakai methode ini adalah :


1.
2.

Untuk penambangan dengan country rock agak lunak


Untuk endapan berbentuk vien harus memiliki dip kurang dari

3.
4.

45 deraj
Ketebalan bijih antara 1 6 meter
Memiliki batas yang kurang jalas antara ore body dan country

5.

rock
Memiliki kadar tinggi agar pembelian material pengisi seimbang
dengan penambangan.

b.

Stull Stoping
Stull stoping merupakan suatu cara dimana tempat penggalian

disanggah dengan menggunakan kayu dari foot wall sampai hanging


wall. Pengaruh kayu yang demikian disebut dengan stull yang dapay
dipasang dengan jarak yang konstan atau dengan jarak yang
sembarang mengingat pemasangan hanya pada tempat-tempat tertentu
saja. Syarat dari pemakaian metode ini antara lain :
1.

Country rock cukup kuat namun mudah pecah berbongkahbongkah, untuk material yang lunak stull kurang cocok
mengingat ini digunakan bukan untuk menahan beban yang

2.
3.

besar.
Ketebalan dari ore berkisar antara 1 3 meter
Memiliki mining recovery yang tinggi dan kadar yang tinggi.

c.

Square Setting

Square

setting

merupakan

suatu

cara

penambangan

dengan

menyangga secara sistematis disetiap bagian-bagian yang telah selesai


ditambang, dengan menggunakan kayu yang bebentuk empat persegi
panjang atau bujur sangkar. Pemakaian metode ini memiliki syarat
antara lain :
1.

Bijih sangat mudah runtuh sehingga perlu suatu penyangga yang


sistematis pada setiap bagian yang telah selesai ditambang.
Sedangkan country rocknya sendiri juga mudah runtuh. Mudah
runtuhnya suatu endapan bijih disebabkan oleh beberapa hal
antara lain : penyisipan batuan lunak diantara bijih, jika
9

pembentu bijih merupakan mineral-mineral sulfida biasanya


gampang rapuh, adanya perubahan-perubahan struktur geologi
2.
3.
4.
5.

disekitarnya.
Kemiringan harus lebih dari 45 derajat
Ketebalan endapan minimal 3,5 meter
Memiliki kadar d n minin recovery yang tnggi
Memiliki batas-batas yang kurang jelas antara badan bijih dan
country rocknya.

2.2.3. Metode Penambangan Bawah Tanah Caving


Terbagi menjadi beberapa jenis penambangan antara lain :
a.

Top Slicing
Top slicing digunakan pada penambangan bawah tanah yang

memiliki badan bijih dan country rock yang lunak. Dimana


penambangan dilakukan selapis demi selapis dari bawah ke atas atau
dari atas kebawah pada stope yang disangga. Penambangan model ini
biasanya untuk keadaan sebagai berikut :
1.

Untuk endapan yang memiliki overburden yang lemah sehingga


saat dilakukan penggalian dibawahnya maka akan secara

2.
3.

perlahan-lahan turun menutu lubang bukaan..


Memilik ukuran endapan yang cukup besar
Batas endapan dengan country rock cukup jelasa sehingga tidak

4.

memerlukan selectif mining


Dipermukaan tidak diperbolehkan adanya bangunan karena akan
ada penurunan permukaan

b.

Sub Level Caving


Sub-level caving adalah cara penambangan yang memulai

penggaliannya dari atas kebawah dimana pengalian dilakukan selapis


demi selapis dan penambangannya dilakukan secara lateral.
Seluruh ketebalan endapan bijih diantara kedua sub-level diambil
dengan cara meruntuhkan suatu tumpukan bekas penyangga atau
timber material akn terjadi pada bagian atas sehingga memisahkan
bijih dengan overburden. Sistem ini biasanya dignakan untuk
menambang bijih dengan kriteria sebagai berikut :
10

1.

Endapan memiliki ketebalan yang sedang, artinya batuan akan


runtuh dengan sendirinya secara beraturan atau tidak akan

2.

runtuh dengan penyanggaan seperlunya


Kemiringan endapan untuk metode

3.
4.

berpengaruh
Ketebalan endapan lebih kurang 30 meter
Karena menyebabkan subsidence pada permukaan tanah, maka

5.

permukaan tidak boleh terdapat bangunan


Memiliki kadar dan mining recovery yang tinggi

ini

tidak

terlalau

Cara penambangan ini dapat dikatakan merupakan suatu


penambangan transisi antara top slicing dengan penyanggaan block
caving tetapi penambangan dengan cara ini juga dapat dianggap
sebagai shsft level stoping dengan block caving. Walaupun
demikian terdapat persyaratan dalam melakukan penambangan dengan
menggunakan metode ini yaitu over burden harus dapat dipecah-pecah
dalam ukuran besar atau block-block, dan ini merupakan suatu syarat
yang khas dari penambangan dengan metode ini.
c.

Block Caving
Block caving merupakan suatu cara penambangan dengan

melakukan under cutting terhadap suatu blok dari pada badan bijih,
dengan ketinggian antara 2,5 6 meter. Blok akan runtuh secara
perlahan-lahan jika pilar tersebut diambil. Kemudian bijih yang telah
ditambang dikeluarkan melalui drow point yang telah dibuat dengan
interval tertentu. Pengambilan bijih melalui drow point harus
bersama-sama agar bijih tidak tercampur dengan country rock.
Pemakai metode ini cocok untuk endapan dengan criteria sebagai
berikut :
1.

Untuk endapan bijih yang mudah runtuh, dan dapat dipisahkan


dari blok sebelumnya (country rock), dimana material caving
juga harus mudah pecah dalam ukuran yang kecil atau jangan
menjadi blok-blok, dan penekanan akan membantu pemecahan
ijih yang ada dibawahnya. Dan antara material bijih dan caving
11

terlihat jelas perbedaannya sehingga pada saat berada di drow


2.

point dilusi dapat dihindari


Kemiringan dalam system ini tidak masalah, kecuali jika
endapan bijih tersebut berbentuk vien dimana kemiringannya

3.

harus 65 derajat
Memiliki cadangan yang cukup besar dengan ketebalan 30

4.
5.

meter dan tebal vertikalnya 35 meter


Tidak memerlukan selectif mining
Dapat menimbulkan subsidence

12

2.3. Bahaya dan Resiko serta Pengendaliannya (HIRADC)

Aktivitas/

Lokasi

Pembuatan

Deskripsi

Bahaya

Debu

Konsekuensi
-

terowonga

Gangguan
pernapasan

Iritasi
mata

Faktor Risiko
Kemun
Damp Risik
gak
o
kinan
a
b
axb

Kontrol yang Sudah Ada

Aspek Legal

- Penggunaan drill machine

KEPMEN 555.K No.


555.K/26/M.PE/1995

yang mempunyai perangkat


dust collector

Faktor Risiko
Kemun
Damp Risik
gak
o
kinan
a
b
axb

Pasal 81, 82, 83, 84

- Penyiraman jalan hauling


- Instruksi kerja
- Ijin kerja
- Perlengkapan P3K
- Rambu K3
- Pemakaian masker dan

Runtuha

- Kecelakaan

n batuan

- Kematian

safety glasses
- Memberikan peringatan
kondisi tidak aman
- Instruksi kerja
- Ijin kerja
- Perlengkapan P3K
13

- Rambu K3 Hati-Hati
dalam Bekerja
- Pemakaian masker dan
2

- Menimbulk

Pembuat

Penyang

penyangga

ga

an

Tambang

ambruk

bahkan

cidera

Bawah

kematian

Tanah

- Kerusakan

Pemboran

Lokasi
bor

alat
- Pencemara
n air tanah

mengelu
arkan

- Gangguan
pernapasan

gas atau - Kematian


zat

cair

safety glasses
- Merencanakan pembuatan
penyangga sesuai
kebutuhan
- Memberikan peringatan

546, 547

kondisi tidak aman


- Instruksi Kerja
- Menghentikan pemboran
- Menetapkan daerah
tersebut sebagai daerah

KEPMEN 555.K No.


555.K/26/M.PE/1995
Pasal 229 dan 230

bahaya (dengan adanya


pagar pembatas)
- Menetapkan pedoman

bertekan

tentang tindakan

an yang

pencegahan yang dilakukan

beracun

pada daerah berbahaya

dan

- Intruksi kerja

mudah

- APD (masker. Sarung

terbakar

KEPMEN 555.K No.


555.K/26/M.PE/1995
Pasal 543, 544, 545,

tangan, helm, safety shoes,


14

safety glasess)
- P3K
- Rambu K3 Dilarang
Terjadi

Kerugian

penyum

waktu kerja

Merokok
- Dilakukan oleh orangorang terlatih
- Menetapkan standar

batan
lubang

konstruksi dan penggunaan

bor

alat listrik

KEPMEN 555.K No.


555.K/26/M.PE/1995
Pasal 231

- Surat ijin melakukan


pemboran
4

Peledakan

Gas

Keracunan

beracun

udara

- Instruksi kerja
- Menggunakan bahan
peledak ramah lingkungan
- Pencampuran ANFO

KEPMEN 555.K No.


555.K/26/M.PE/1995
Pasal 86,
87,88,89,90,91

dengan perbandingan yang


tepat
- Pengaturan waktu
peledakan
- Menjauh dari sumber
ledakan
- Instruksi kerja
15

- Ijin kerja
- Perlengkapan P3K
- Rambu K3
- Mengenakan masker anti
Getaran

Dapat

12

racun
- Pengaturan geometri

-KEPMEN LH No. 49

merobohkan

peledakan, jumlah bahan

Tahun 1996 tentang

bangunan di

peledak dan waktu tunda

Baku Mutu Getaran

sekitar

peledakan

Mekanis

area

- Memperhitungkan jarak

tambang

area peledakan

Lingkungan
-KEPMEN

- Instruksi kerja

555.K/26/M.PE/1995

- Ijin kerja

Pasal 85

- Perlengkapan P3K
Debu

- Gangguan
Pernapasan
- Iritasi mata

- Rambu K3
- Penggunaan drill machine
yang mempunyai perangkat
dust collector

KEPMEN 555.K No.


555.K/26/M.PE/1995
Pasal 81, 82, 83, 84

- Penyiraman jalan hauling


- Instruksi kerja
- Ijin kerja
- Perlengkapan P3K
16

- Rambu K3
- Pemakaian masker dan
Prematur Bahan
e Blast

Peledak

safety glasses
- Memperhatikan cuaca di
lokasi peledakan
- Dilakukan oleh orang-

meledak
sebelum

orang terlatih

diledakkan

KEPMEN 555.K No.


555.K/26/M.PE/1995

Pasal 73, 74,75, 76,


77, 78, 79

- Melakukan inspeksi hasil


peledakan oleh Blasting
Crew
- Mengevakuasi area blasting
minimal 500 m
- Memberikan garis line
- Instruksi kerja
- Ijin kerja
- Perlengkapan P3K
- Rambu K3 Dilarang
Masuk, kecuali Juru

Misfire

Bisa

terjadi

Premature
Blast

Ledak
- Dilakukan oleh orangorang terlatih

KEPMEN 555.K No.


555.K/26/M.PE/1995

- Instruksi kerja

Pasal 79
17

- Ijin kerja
- Perlengkapan P3K
Lempara

Kerusakan

bangunan,

area peledakan dari loose

material

alat,

material

kematian

- Rambu K3
- Membersihkan (cleaning)

KEPMEN 555.K
No.555.K/26/M.PE/1
995 Pasal 73, 74, 75,
76, 77

- Pengaturan bahan peledak


yang cukup (tidak
berlebihan) disesuaikan
dengan kebutuhan lubang
- Penutupan lubang dengan
tanah (stemming)
- Penentuan waktu tunda
yang tidak terlalu dekat
- Penentuan arah dan urutan
ledakan yang tepat
disesuaikan dengan
kondisi dan posisi
peledakan
- Dimensi geometri
peledakan tepat
- Pengaturan waktu
18

peledakan yaitu pada saat


jam istirahat siang
- Membuat garis line
- Instruksi kerja
- Ijin kerja
- Perlengkapan P3K
Kebising Gangguan
an

12

pendengaran

- Rambu K3
- Menggunakan Ear muff
atau ear plug

KEPMEN 555.K No.


555.K/26/M.PE/1995

- Instruksi kerja

Pasal 85

- Ijin kerja
- Perlengkapan P3K
Kontami

Iritasi

nasi

keracunan

bahan
kimia

kulit,

- Rambu K3
- Memasang label pada zat
asam atau bahan kimia
beracun

KEPMEN 555.K
No.555.K/26/M.PE/1
995 Pasal 86, 87, 88,
89, 90, 91.

- Membuat garis line


- Dilakukan oleh orangorang terlatih
- Menggunakan APD berupa
sarung tangan, masker,
safety shoes, pakaian kerja,
19

helm dan safety glasses.


- Menunggu beberapa menit
sebelum mengecek lubang
ledakan
- Instruksi kerja
- Ijin kerja
- Perlengkapan P3K
5

Ventilasi

Kebocor
an

Keracunan

pipa gas beracun

- Rambu K3
- APD (Masker)

KEPMEN 555.K No.

- Instruksi kerja

555.K/26/M.PE/1995

gas

- Ijin kerja

beracun

- Perlengkapan P3K

Pasal 86,
87,88,89,90,91

- Rambu K3 Pakailah
Masker anti Racun
Kebakaran

- Melakukan
pemeriksaan KEPMEN 555.K No.
dan identifikasi sumber api 555.K/26/M.PE/1995
berkala
Pasal 434 - 461
- Menjauhkan bahan yang
mudah
terbakar/menyala
dari api
- Pembuatan jalan dan pintu
yang tahan api
20

- Adanya system peringatan


bawah tanah
- Melakukan
pelatihan
evakuasi bawah tanah
- Rambu
K3
Dilarang
merokok,
Hati-hati
mudah terbakar
- Jalur
evakuasi
menyelamatkan diri

atau

- APD (topi pernafasan dan


alat bantu pernafasan)
Kebocor

Gangguan

an

pernafasan

saluran
udara

- Melengkapi jalan masuk


udara dengan kisi-kisi
- Membuat dua pintu jalan
terowongan yang memadai
- Menyediakan pintu

KEPMEN 555.K No.


555.K/26/M.PE/1995
Pasal 375

pengunci udara
- Menetapkan
jalur
penyelamatan (evakuasi)
- Memasang alat pendeteksi
gas
- Pedoman untuk melewati
pintu ventilasi
- Instruksi Kerja
21

terjadiny

- P3K
- APD (masker dan safety
shoes)
- Memasang alat pantau pada
kipas angin yang tidak KEPMEN 555.K No.
555.K/26/M.PE/1995
dijaga
- Adanya penyediaan kipas
Pasal 372
angin tambahan
- Melakukan
perawatan
berkala dan jadual tertulis
- Melengkapi kipas angin
tambahan dengan alat
penyalur udara
- Membuat
laporan
kerusakan
- Pedoman Standart ketika
kipas
angin
tidak
beroperasi
- Instruksi Kerja
- APD
- Melakukan
pemeriksaan KEPMEN 555.K No.
dan identifikasi sumber api 555.K/26/M.PE/1995
berkala
Pasal 434 - 461
- Menjauhkan bahan yang
mudah
terbakar/menyala
dari api

- Pembuatan jalan dan pintu

Kipas

Sirkulasi

angin

udara

tidak

lancar

tidak

beropera
si

Putusnya Kebakaran
sumber
tenaga
dan

22

konsletin

yang tahan api

- Adanya system peringatan


bawah tanah
- Melakukan
pelatihan
evakuasi bawah tanah
- Rambu
K3
Dilarang
merokok,
Hati-hati
mudah terbakar
- Jalur
evakuasi
menyelamatkan diri

atau

- APD (topi pernafasan dan


kebising

Gangguan

an

pendengaran

alat bantu pernafasan)


- Menggunakan Ear muff
atau ear plug

KEPMEN 555.K No.


555.K/26/M.PE/1995

- Instruksi kerja

Pasal 85

- Ijin kerja
- Perlengkapan P3K
6

Pembutan

Terjadin

peneranga

ya

n buatan

konsletin
g

Kebakaran

- Rambu K3
- Melakukan
pemeriksaan KEPMEN 555.K No.
dan identifikasi sumber api 555.K/26/M.PE/1995
berkala
Pasal 434 - 461
- Menjauhkan bahan yang
mudah
terbakar/menyala
23

dari api
- Pembuatan jalan dan pintu
yang tahan api
- Adanya system peringatan
bawah tanah
- Melakukan
pelatihan
evakuasi bawah tanah
- Rambu
K3
Dilarang
merokok,
Hati-hati
mudah terbakar
- Jalur
evakuasi
menyelamatkan diri

atau

- APD (topi pernafasan dan


alat bantu pernafasan)
7

Pengangku

Kendara

- Terjadinya

tan bahan an
galian

meluncu
r

- Jatuh
korban

tanpa

terkenda
li
Ban

Kejatuhan

- Memasang alat penahan KEPMEN 555.K No.


yang
terpisah
dari 555.K/26/M.PE/1995
penyangga yang dapat
Pasal 392, 393, 394,
meredam energy kejutan
395
- Melakukan pemeriksaan,
uji coba, dan perawatan
system
pengangkutan
sebelum dioperasikan
- Memasang rem untuk
KEPMEN 555.K No.
24

berjalan

material

mencegah ban bergerak

meleren

mengenai

turun

pekerja
tambang

- Memasang pengaman ban


berjalan

555.K/26/M.PE/1995
Pasal 401, 402, 403,
404, 405, 406, 407,
408

- Melengkapi ban berjalan


dengan alat pendeteksi slip,
panas/asap. Alat pantau
temperature dan pengatur
posisi.
- Melakukan perbaikan dan
perawatan ban berjalan
secara berkala

25

2.4. Contoh kasus Pertambangan Bawah Tanah


Jakarta - Sejak terjadinya kecelakaan tambang di area Tambang
Bawah Tanah Big Gossan, tim inspeksi internal PT Freeport Indonesia mulai
tanggal 16 Mei 2013 telah melakukan pemeriksaan secara seksama tidak
hanya secara visual, tetapi juga menggunakan peralatan yang ada seperti
GPR (ground penetration radar), seismic dan survey prisma terhadap
Fasilitas Permanen, area Produksi, area services dan terowongan
development aktif di daerah pengembangan DMLZ dan Grasberg Block
Cave (GBC).
Prioritas utama inspeksi dilakukan terhadap fasilitas permanen yang
berada di Tambang Bawah Tanah dan setiap area yang memiliki jumlah
pengumpulan karyawan yang tinggi seperti ruang makan, tempat ibadah,
perkantoran, perbengkelan, pergudangan, lokasi penambangan serta jalan
masuk utama. Hal ini dilakukan untuk memastikan semua fasilitas di
tambang bawah tanah dalam kondisi stabil, memiliki penyangga yang baik
agar dapat memberikan kenyamanan pada karyawan untuk melakukan
aktivitas kerjanya kembali dengan aman dan selamat.
Selanjutnya Inspektur Tambang dari Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) pun telah menyelesaikan penyelidikan awal pada
Fasilitas Pelatihan Tambang Bawah Tanah Big Gossan pada tanggal 23 Mei
2013 dan telah memberikan beberapa rekomendasi yang juga sedang dan
sudah ditindaklanjuti oleh perusahaan.
Hasil pemeriksaan tim internal menunjukan fasilitas utama di
Tambang Bawah Tanah secara umum dinyatakan aman untuk digunakan.
Namun demikian ada juga beberapa fasilitas yang perlu ditutup sementara
untuk pemeriksaan lanjutan serta melakukan perbaikan sesuai dengan
standar K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
Sejak 31 Mei 2013, Tim Investigasi independen bentukan pemerintah
telah mulai melakukan penyelidikan kecelakaan termasuk pemeriksaan
penyanggaan batuan di area tambang bawah tanah. Kami terus memberikan
dukungan kepada tim ini untuk kelancaran proses penyelidikan dan

26

pemeriksaan keseluruhan area tambang PTFI yang rekomendasinya akan


kami tindaklanjuti dengan serius.
Perusahaan akan terus memfokuskan kegiatannya pada perawatan
tambang yang disepakati baik di tambang terbuka maupun tambang bawah
tanah untuk memastikan aspek kestabilan dan keselamatan sebelum dapat
beroperasi kembali. Untuk memulai kegiatan produksi akan bergantung
pada rekomendasi tim investigasi independen bentukan pemerintah yang
diharapkan dapat kami terima dalam waktu tidak terlalu lama.
Perusahaan saat ini terus melakukan evaluasi dan peninjuan lanjutan
terkait aspek keselamatan dan keamanan area kerja. Kami terus
menekankan pentingnya keselamatan kerja, memastikan seluruh rekan kerja
tetap fokus pada keselamatan kerja dan mematuhi semua ketentuan K3 yang
berlaku di area operasi PTFI agar terhindar dari kecelakaan kerja, demikian
disampaikan oleh Nurhadi Sabirin, Kepala Teknik Tambang PTFI.

27

BAB III
KESIMPULAN
1.

Kegiatan eksploitasi tambang bawah tanah secara umum meliputi:


breaking (loosening) dengan pemboran dan peledakan, pemuatan(loading),
pengangkutan (hauling, tranporting)

2.

Metode tambang bawah tanah yakni : Room and Pillar, sublevel caving,
block caving, sublevel stoping, cut and fill mining, strinkage stoping,
squerset mining.

3.

Bahaya dan penanggulangan dari penambangan menggunakan HIRADC


yakni berdasarkan bahaya bahaya kegiatan eksploitasi seperti, debu, gas
beracun dll.

28

Daftar Pustaka

Anonim., Cerita Tambang. http://paycall.wordpress.com/category/ceritatambang/page/8/


Anonim., Tambang Bawah Tanah Mengacu Pada Metode
http://stenlyroy.blogspot.com/p/tambang-bawah-tanah-mengacu-padametode.html
Kresno., 1993. Metode Tambang Bawah Tanah. Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta.
Simanjutak, Paul., 2011. Tahapan Eksploitytasi.
http://paulsimanjuntak.wordpress.com/2011/06/24/tahapan-eksploitasi/

29

Anda mungkin juga menyukai

  • Teknik Tenaga Listrik (Resume)
    Teknik Tenaga Listrik (Resume)
    Dokumen89 halaman
    Teknik Tenaga Listrik (Resume)
    Alfa Haryono
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen7 halaman
    Bab 3
    Alfa Haryono
    Belum ada peringkat
  • Cover Simpun
    Cover Simpun
    Dokumen3 halaman
    Cover Simpun
    Alfa Haryono
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Alfa Haryono
    Belum ada peringkat
  • Deret
    Deret
    Dokumen8 halaman
    Deret
    Ajires SevenFold
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen4 halaman
    Kata Pengantar
    Alfa Haryono
    Belum ada peringkat
  • Besi
    Besi
    Dokumen25 halaman
    Besi
    Alfa Haryono
    Belum ada peringkat
  • Format Lansia
    Format Lansia
    Dokumen9 halaman
    Format Lansia
    Alfa Haryono
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kimia Dasar I
    Tugas Kimia Dasar I
    Dokumen4 halaman
    Tugas Kimia Dasar I
    Alfa Haryono
    Belum ada peringkat
  • FUNGSI LIMIT
    FUNGSI LIMIT
    Dokumen12 halaman
    FUNGSI LIMIT
    Suri Karuniawati
    Belum ada peringkat
  • FUNGSI LIMIT
    FUNGSI LIMIT
    Dokumen12 halaman
    FUNGSI LIMIT
    Suri Karuniawati
    Belum ada peringkat
  • 1 Statistika Deskriptif
    1 Statistika Deskriptif
    Dokumen27 halaman
    1 Statistika Deskriptif
    Muhammad Fajar
    Belum ada peringkat
  • Gamping
    Gamping
    Dokumen10 halaman
    Gamping
    Agnes Agustina Purba
    Belum ada peringkat
  • Amdal
    Amdal
    Dokumen26 halaman
    Amdal
    Alfa Haryono
    Belum ada peringkat
  • 1 Statistika Deskriptif
    1 Statistika Deskriptif
    Dokumen27 halaman
    1 Statistika Deskriptif
    Muhammad Fajar
    Belum ada peringkat
  • Proyek Pertambangan Pulau Bangka Sulawesi Utara
    Proyek Pertambangan Pulau Bangka Sulawesi Utara
    Dokumen39 halaman
    Proyek Pertambangan Pulau Bangka Sulawesi Utara
    Ermie Cheregard
    Belum ada peringkat
  • Termodinamika
    Termodinamika
    Dokumen27 halaman
    Termodinamika
    luphieimo
    Belum ada peringkat
  • Amdal
    Amdal
    Dokumen26 halaman
    Amdal
    Alfa Haryono
    Belum ada peringkat