Anda di halaman 1dari 45

PRESENTASI KASUS

Hipertensi Grade I Pada Wanita Paruh Baya Dengan Kekhawatiran


Ekonomi Keluarga Serta Tidak Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat
Pada Keluarga Disfungsional Sedang

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga
PUSKESMAS GEDONG TENGEN YOGYAKARTA

Pembimbing
dr. Suharno

Disusun oleh
Wulan Amalia Kumara
NIM : 20090310087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

HALAMAN PENGESAHAN

Hipertensi Grade I Pada Wanita Paruh Baya Dengan Kekhawatiran


Ekonomi Keluarga Serta Tidak Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat
Pada Keluarga Disfungsional Sedang

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga
PUSKESMAS GEDONG TENGEN YOGYAKARTA

Disusun Oleh:
Wulan Amalia Kumara
20090310087

Telah dipresentasikan pada tanggal 07 Mei 2015


dan telah disetujui oleh :

Dokter Pembimbing

dr. Suharno

BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama

: Ny. S

Tanggal lahir

: 15 Mei 1961

Umur

: 54 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

Jogonegaran

GT

RT 48

RW

19,

Kelurahan

Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengen, Yogyakarta


Pendidikan terakhir

: SD

Pekerjaan

: Pedagang

Tanggal masuk

: 2 Mei 2015

Asuransi`Kesehatan : JAMKESMAS
Kunjungan Rumah I : 02 Mei 2015
Kunjungan Rumah II : 05 Mei 2015

B. Anamnesis ( tanggal 02 Mei 2015 pukul 19.00)


1. Keluhan Utama
Kepala terasa berat dan nyeri kepala bagian belakang dan tengkuk.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Gedong Tengen Yogyakarta, dengan keluhan kepala
terasa berat dan nyeri kepala bagian belakang dan tengkuk. Pasien juga mengaku
kurang tidur. Pasien mengetahui menderita hipertensi sekitar 1 tahun yang lalu,
sebelum itu pasien tidak mengetahui apakah pasien sudah hipertensi. Pasien mengaku
sebelum minum obat tekanan darahnya sekitar 140/90 mmHg. Tekanan darah tertinggi
pada tahun 2014 adalah 150/90 mmHg. Pengobatan hipertensi selama ini tidak teratur.

Pasien kontrol ke Puskesmas saat pasien merasa badannya tidak nyaman, saat pasien
merasa badannya sudah membaik pasien tidak kontrol ke Puskesmas. Pasien
mengatakan tidak rutin minum obat amlodipin.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu

Riwayat stroke disangkal

Riwayat diabetes mellitus disangkal

Riwayat gastritis disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat penyakit ginjal disangkal

Riwayat penyakit hati disangkal

Riwayat alergi obat disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat stroke disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat diabetes mellitus disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat penyakit ginjal disangkal

Riwayat penyakit hati disangkal

Riwayat alergi obat disangkal

5. Riwayat Pengobatan Sebelumnya


Pasien tidak rutin datang ke PUSKESMAS untuk kontrol terhadap hipertensinya.
Pasien kurang taat dalam meminum obat. Bila terdapat keluhan lain ataupun gejala

memburuk pasien memeriksakan diri ke PUSKESMAS. Namun bila tidak ada


keluhan atau gejala pasien tidak kontrol hipertensinya ke PUSKESMAS.

6. Riwayat Gaya Hidup


Pasien tidak merokok maupun mengkonsumsi alcohol. Pasien mengatakan sudah
membatasi konsusmsi garam dan sudah mengurangi makanan berlemak. Pasien
mengatakan makan sayur 1 porsi/hari, buah 1x/hari, ikan hampir tiap hari, namun
terkadang pasien masih minum kopi. Aktifitas pasien sehari-hari tiap pagi jalan-jalan
ke pasar lebih kurang 30 menit/hari. Pola tidur malan 3-4 jam dan tidak pernah tidur
siang. Pasien hampir setiap hari begadang begadang.

7. Riwayat pribadi

Riwayat pekerjaan, sejak usia 35 tahun pasien bekerja sebagai pedagang


angkringan.

Riwayat perkawinan, pasien menikah pertama pada usia 18 tahun. Pasien menikah
dengan pria berumur 20 tahun saat itu. Dari pernikahan tersebut pasien dikaruniai
1 orang anak. Namun pada tahun 1982 suami pasien meninggal karena penyakit
jantung. Pada tahun 1984 pasien menikah kembali dengan pria berumur 50 tahun.
Pernikahan berjalan dengan bahagia dan sekarang dikaruniai 4 orang anak.
Namun suami pasien meninggal pada tahun 2011 berumur 77 tahun

karena

penyakit jantung.

8. Riwayat Sosial Lingkungan


Pasien sering berinteraksi dengan tetangga, warga di sekitar rumahnya. Interaksi
pasien dengan beberapa anggota keluarga sudah cukup baik. Anak-anak pasien jarang
mengunjungi pasien, biasanya 1 tahun sekali saat lebaran anaknya mengunjungi
pasien. Sanitasi rumah kurang, banyak sampah di rumah pasien.
9. Riwayat Ekonomi
Pasien mengandalkan penghasilan dari penghasilanya sebagai pedagang angkringan
dan penghasilannya sebagai pedagang angkringan dengan penghasilan kurang lebih 1

juta per bulan. Pasien juga mengatakan stres karena merasa penghasilannya tidak
cukup untuk kehidupan sehari hari.

10. Anamnesis Sistemik

Sistem inteegumentum : tidak ada keluhan

Sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan

Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan

Sistem neurologis

Sistem kardiovaskular : tidak ada keluhan

: nyeri pada kepala dan tengkuk

B. Pemeriksaan Fisik
Kesan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda utama (vital sign):


Tekanan darah

: 140/90 mmHg

Nadi

: 82 x/menit, teratur, isi dan tegangan cukup

Suhu badan

: 36,5oC

Pernafasan

: 20 x/menit

Berat Badan

: 56 kg

Tinggi Badan

: 154 cm

IMT

: 56/(1,54)2 = 23,6 Normal ( kriteria WHO, 2004)

Pemeriksaan Kulit : Turgor dan elastisitas dalam batas normal, kelainan kulit (-), sianosis (-)
Pemeriksaan kepala

Bentuk kepala

: Mesosefal

Rambut

: Lurus, Warna hitam bercampur putih, distribusi merata

Pemeriksaan mata

Palpebra

: Edema (-/-)

Exoftalmus

: Tidak didapatkan

Konjungtiva

: Anemis (-/-)

Sklera

: Ikterik (-/-)

Pupil

: Reflek cahaya (+/+), isokor

Lensa

: Jernih (+/+)

Visus

: > 3/60

Oftalmoskop

: tidak dilakukan

Pemeriksaan Telinga

: Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)

Pemeriksaan Hidung

: Sekret (-/-), epistaksis (-)

Pemeriksaan Leher

Kelenjar tiroid

: Tidak membesar

Kelenjar lnn

: Tidak membesar, nyeri (-)

Retraksi suprasternal : (-)

JVP

Tidak teraba adanya muskulospasme leher.

: tidak meningkat

Pemeriksaan Jantung

:
Tabel Pemeriksaan Jantung Ny. S

Inspeksi

Iktus kordis tidak tampak

Palpasi

Iktus kordis teraba pada sela iga ke 5 linea


midclavicula kiri, teraba tidak kuat angkat

Perkusi

Batas jantung
Kanan atas: SIC II linea para sternalis kanan.
Kiri atas: SIC II linea para sternalis kiri.
Kananbawah: SIC IV linea para sternalis kanan.
Kiri bawah: SIC V linea midklavikula kiri.

Auskultasi

S1 & S2 reguler, Bising jantung (-)

Pemeriksaan Thorax:
Tabel Pemeriksaan thorax Ny. S

Kanan

Kiri

Inspeksi : Retraksi (-)

Inspeksi : Retraksi (-)

Palpasi : Ketinggalan gerak (-).

Palpasi:Ketinggalan gerak (-).

Perkusi

: Sonor pada seluruh Perkusi: Sonor pada seluruh

lapang paru

lapang paru

Auskultasi :

Auskultasi :

Depan

Suara dasar: vesikuler

Suara dasar: vesikuler

Suara tambahan : Ronkhi

Suara tambahan: Ronkhi

kering

(-),

wheezing(-),

kering (-), wheezing(-),

krepitasi(-)

krepitasi(-)

Kanan

Kiri

Inspeksi : sikatrik (-)

Inspeksi : sikatrik (-)

Palpasi

: ketinggalan gerak Palpasi

: ketinggalan gerak

(-).

(-).

Perkusi : sonor

Perkusi : sonor

Auskultasi :

Auskultasi :

Belakan
g

Suara dasar

vesikuler

Suara
Ronkhi

Suara dasar

vesikuler
tambahan
kering

:
(-),

wheezing(-), krepitasi(-)

Suara
Ronkhi

tambahan
kering

:
(-),

wheezing(-),krepitasi(-)

Pemeriksaan Abdomen
Tabel Pemeriksaan Abdomen Ny. S

Inspeksi:

Bentuk bulat, defans muskular (-), sikatrik (-)

Auskultasi

Peristaltik usus (+) normal

:
Palpasi:

Nyeri tekan abdomen (-), Hepatomegali (-),


nyeri tekan hepar (-), lien tak teraba membesar,
nyeri lepas tekan (-), massa (-), Nyeri tekan
suprapubik (-), Murphy sign tidak diperiksa

Perkusi:

Timpani, nyeri ketok kostovertebra (-),pekak


beralih (-), undulasi (-)

Pemeriksaan Ekstremitas
Tabel Pemeriksaan Ekstrimitas Ny. S

Tungkai

Lengan

Kanan

Kiri

Kanan

Kiri

Gerakan

Bebas

Bebas

Bebas

Bebas

Tonus

Normal

Normal

Normal

Normal

Trofi

Eutrofi

Eutrofi

Eutrofi

Eutrofi

Edema

Akral

Hangat

Hangat

Hangat

Hangat

Nyeri

Pale

Pulsatil

Normal

Normal

Normal

Normal

Pembengkakan sendi

Tofu

Tremor

Kekuatan

D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
Usul pemeriksaan penunjang :

Kolesterol total

HDL dan LDL serum

Trigliserida serum

Asam urat

E. Diagnosis Kerja
Hipertensi primer grade I
G. Diagnosis Holistik
Hipertensi Grade I Pada Wanita Paruh Baya Dengan Kekhawatiran Ekonomi
Keluarga Serta Tidak Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Keluarga
Disfungsional Sedang
H. Terapi (usulan terapi)
1. Farmakoterapi

R/ Amlodipin 5 mg No. XIV


100

R/ Vit B Complex No. III


1 dd tab 1

2. Non- Farmakoterapi

Edukasi
Edukasi dilakukan kepada pasien dan keluarga, edukasi yang diberikan
meliputi tentang:

Pentingnya ikhtiar dalam berobat dan tawakal kepada Allah

Gaya hidup sehat, makan dengan memperhatikan jumlah, jenis dan


jadwal, olah raga dan istirahat cukup

Pembatasan konsumsi garam, maksimal satu sendok teh perhari

Hindari merokok dan alkohol

Ketaatan pengobatan dan minum obat

Komplikasi-komplikasi yang dapat timbul, dan

Pentingnya peran keluarga dalam mencapai tujuan penyembuhan


pasien.

Usulan pendampingan psikologis dengan psikolog.

Diet
BB ideal menurut Brocca

= (Tinggi Badan-100) (10% tinggi badan -100)


= (154-100) - {10%

x (154 100)}

= 54 5,4
= 48,6 kg
Kebutuhan kalori basal 48,6 x 25 kkal = 1.215 kkal
Koreksi:
Aktivitas sedang : 1,3 x 1215

= +1580 kkal

Umur 50 - 69 th: -(10% x 1580)

= - 158 kkal

TOTAL

= 1422 Kkal

Kebutuhan Karbohidrat

: 63% x 1422= 896 Kkal

Kebutuhan Protein

: 12% x 1422 = 170 Kkal

Kebutuhan Lemak

: 25% x 1422 = 355 Kkal

Monitoring
Monitoring gejala-gejala yang merupakan komplikasi dari hipertensi.

Waktu

Menu
makanan

Takaran

Berat
(gr)

Kalor
i

Sarapan
(07.00)

Nasi
Tempe
Kacang panjang
Teh manis

1 gelas
2 ptg sdg
gelas
1 gelas

140
50
50
13

245
75
13
50

Pepaya

1 ptg
besar

190

50

Makan
siang
(12.00)

Nasi
pare
nila pepes
tahu

1 1/4
gelas

mangkok
1 ekor
1 bj besar

175
50
40
110

306
13
50
75

Selingan
(16.00)

Pisang rebus
Susu sapi

2 buah
1 gelas

300
200

100
125

Malam
(19.00)

Nasi
Sayur bayam
telur ayam
rebus
tempe

1 gelas

mangkuk
1 butir
1 ptg
sedang

140
50
50
25

245
13
50
40

Selingan
(10.00)

TOTAL
Konsumsi air putih 8 10 gelas per hari
Tabel Contoh Menu Makan

HASIL KUNJUNGAN KE RUMAH :

1450

KONDISI PASIEN
Kunjungan ke rumah dilakukan pada tanggal 02 Mei 2015 pukul 14.30-15.30 WIB.
Kunjungan kedua dilakukan pada tanggal 05 mei 2015 pukul 18.30-19.30 WIB. Pada
kunjungan pertama pasien sedang berada di lingkungan rumah dan sedang
bercengkrama bersama tetangga-tetangganya, keluhan pasien masih dirasakan namun
sudah berkurang. Pada kunjungan kedua pasien berada di rumahnya pasien
mengatakan keluhan sudah tidak dirasakan / tidak nyeri kepala.

KEADAAN RUMAH
a) Lokasi
:
Rumah yang dihuni pasien terletak di pemukiman yang padat, saling berimpit
antar tetangga.
b) Kondisi rumah
:
bangunan permanen, tidak bertingkat, berdinding semen, dan berlantai semen,
atap dari genting tidak ada langit-langit
c) Luas
:
luas rumah 5x7 m, jumlah penghuni dalam 1 rumah ada 3 orang ( pasien dan 2
anak).
d) Lantai Rumah
:
lantai semen tanpa kramik.
e) Pembagian ruangan :
terdapat 1 ruang tamu , 1 kamar tidur, dan 1 dapur yang digabung dengan
ruang makan.
f) Jendela rumah
:
Ada 1 jendela di ruang tamu dan 1 ventilasi udara kecil di kamar tidur.
g) Pencahayaan
:
Cahaya yang masuk ke ruangan kurang.
h) Kebersihan dan tata letak barang dalam ruangan:
kebersihan dalam rumah sangat kurang, letak barang-barang dalam rumah
kurang tertata dengan rapi dan baik, banyak barang bergelantungan dan
diletakkan sembarangan.
i) Sanitasi Dasar
:
persediaan air berasal dari air sumur milik bersama disamping rumah pasien,
ada 1 kamar mandi, dan sarana pembuangan air limbah dialirkan ke selokan
kecil di belakang rumah, tempat pembuangan sampah jadi satu dengan
tetangga.
j) Halaman
:
tidak memiliki halaman, didepan rumah pasien langsung jalan gang dan tidak
terdapat tanaman.
k) Kesan kebersihan
:
Sangat kurang/buruk, kurang rapi dan bersih serta rumahnya sempit.
l) Kepemilikan barang :

pasien memiliki 1 kursi tamu, 1 meja, 1 almari, 1 kasur, 1 rak piring,


perlengkapan dapur dan perlengkapan eletronik berupa 1 unit tv 14 inchi
berwarna.

Tabel. Variabel dan Nilai Skor Variabel Rumah Sehat


No

Variabel

Lokasi

Kepadatan Hunian

Lantai

Pencahayaan

Ventilasi

Air bersih

Pembuangan kotoran (kakus)

Septi tank

Kepemilikan WC

10

SPAL

11

Saluran got

12

Pengelolaan sampah

Skor
a.
b.
a.
b.
a.
b.
a.
b.
a.
b.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
a.
b.
c.
d.
e.
a.

Tidak rawan 3
Rawan banjir 1
Tidak padat (> 8 m2 / orang) 3
Padat (< 8 m2 / orang)
1
Semen, ubin, keramik, kayu 3
Tanah
1
Cukup
3
Tidak cukup 1
Ada ventilasi
3
Sedikit ventilasi 1
Air dalam kemasan
3
Ledeng / PAM
3
Mata air terlindung
2
Sumur pompa tangan 2
Sumur terlindungi
2
Sumur tidak terlindung 1
Mata air tidak terlindung 1
Lain-lain
1
Leher angsa 3
Plengsengan 2
Cemplung / cubluk 2
Kolam ikan/ sungai/ kebun 1
Tidak ada 1
Dengan jarak >10 m dari sumber air

b.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.

minum 3
Lainnya 1
Sendiri 3
Bersama 2
Tidak ada 1
Saluran tertutup 3
Saluran terbuka 2
Tanpa saluran 1
Mengalir lancar 3
Mengalir lambat 2
Tidak ada got 1
Diangkut petugas 3
Ditimbun 2
Dibuat kompos 3
Dibakar 2

13

Polusi udara

14

Bahan bakar masak

e.
f.
g.
a.
b.
a.
b.
c.
d.

TOTAL

Dibuang ke sungai 1
Dibuang sembarangan 1
Lainnya 1
Tidak ada gangguan polusi 3
Ada gangguan 1
Listrik dan gas 3
Minyak tanah 2
Kayu bakar 1
Arang/ batu bakar 1

27

Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut :


Baik
Sedang
Kurang

: skor 35-42 (>83 %)


: skor 29-34 (69-83 %)
: skor <29 (<69 %)

Pada pasien termasuk kedalam kategori rumah dalam kondisi kurang

NILAI APGAR
APGAR keluarga merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur
sehat/tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rusen, Geyman dan Leyton,
dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga/tingkat kesehatan keluarga.

KRITERIA

ADAPTASI

PERTANYAAN

Apakah

pasien

puas

HAMPIR

KADANG-

HAMPIR

SELALU

KADANG

TIDAK

(2)

(1)

ADA (0)

dengan keluarga karena


masing-masing

anggota

keluarga

setelah

menjalankan

kewajiban

sesuai

dengan

seharusnya?
KEMITRAAN

Apakah

pasien

puas

dengan keluarga karena


dapat

membantu

memberikan
terhadap

solusi
permasalahan

yang dihadapi ?
PERTUMBUHAN

Apakah

pasien

puas

dengan kebebasan yang


diberikan keluarga untuk
mengembangkan
kemampuan

pasien

miliki?
KASIH SAYANG

Apakah

pasien

puas

dengan kehangatan yang


diberikan keluarga
KEBERSAMAAN

Apakah

pasien

puas

dengan

waktu

yang

disediakan keluarga untuk


menjalin kebersamaan
TOTAL

Skor klasifikasi APGAR :


8-10 Fungsi keluarga baik
4-7
Disfunsi keluarga sedang
0-3
Disfungsi keluarga berat
Berdasarkan hasil penilaian APGAR kesimpulannya fungsi keluarga sedang.

GENOGRAM

80

HT

60

566

C
B

54

DC

33

34

27

30

27
1

Keterangan ;
Perempuan

Caregiver

Laki-laki

Tinggal serumah

Pasien

Breadwinner

Meninggal

DC

Decision maker

HT: Hipertensi
J : Jantung

FAMILY MAP

24

17

E
G
F

: Fungsional
A : Pasien
B : Anak ke 1
C : Anak ke 2
D : Anak ke 3
E : Anak ke 4
F : Anak ke 5

FAMILY LIFE LINE

Tahun

Usia

Kejadian

Severity
Illness

1979
1981

18
20

Menikah 1
Meniliki anak

1982

21

peratama
Suami pertama

23
24

meninggal
Menikah 2
Memiliki anak

1984
1985

kedua

1988

27

Memiliki anak

1991

30

ketiga
Memiliki anak

35

keempat
Mulai berdagang

1998

37

angkringan
Memiliki anak

2010

49

kelima
Anak pertama

1996

sampai anak ketiga


2011

50

merantau
Suami kedua

2014

53

meninggal
Terdiagnosis
Hipertensi

FAMILY LIFE CYCLE


Menurut Duvall, 1967 Tahap VI: di mana pada tahap ini satu persatu anak telah
meninggalkan keluarga. Yang tinggal hanyalah suami ibu dengan anak nomor 4
dan nomor 5. Pada kasus ini suami Ny. S telah meninggal dunia 4 tahun yang lalu
dan memiliki 5 orang anak, anak pertama sampai ketiga tidak berada satu rumah
dan merantau di luar kota dan hanya pulang kerumah jika lebaran, sedangkan anak
keempat dan kelima Ny. S tinggal serumah.
NILAI SCREEM
Komponen

Sumber Daya

Patologis

Social

Hubungan
pasien
dengan
masyarakat dan lingkungan sekitar
harmonis.

Cultural

Pasien dan masyarakat sekitar


memiliki budaya kekeluargaan,
gotong royong dan tegur sapa yang
baik. Dalam penyakitnya, pasien
hanya percaya Tuhan dan dokter.

Religious

Pasien beragama Islam dan sebagian


besar warga di lingkungan pasien
beragama Islam.

Economic

Pasien bekerja sebagai pedagangPasien merasa penghasilan yang


angkringan.
didapat
tidak
mencukupi
kebutuhan pokok sehari-hari.

Education

Medical

Pasien hanya sekolah hingga SD.


Pasien memiliki jaminan kesehatan.

Pasien juga kurang mengetahui


banyak tentang penyakitnya.
Kesadaran pasien akan
pentingnya kesehatan kurang
bagus, dilihat dari tidak rutinya
pasien untuk kontrol penyakitnya
ke puskesmas.

Dapat dilihat dari tabel SCREEM bahwa dalam bidang pendidikan dan ekonomi
dan kesehatan keluarga ini kurang sumber daya. Diperlukan edukasi untuk lebih

menambah pengetahuan dan menambah kesemangatan bekerja dan memahami


penyakitnya sehingga kualitas keluarga ini menjadi lebih baik.

FUNGSI KELUARGA
Fungsi biologis dan reproduksi
Pasien memiliki 2 orang suami, 5 orang anak dan 2 orang cucu .
Fungsi afektif
Pasien hidup dengan anak keempat dan kelima nya, sedangkan pertama
sampai ketiga merantau diluar kota.
Fungsi ekonomi
Pasien bekerja sebagai pedagang angkringan dan merasa kurang cukup
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Fungsi religius
Pasien dan keluarga sering menunaikan sholat jamaah di masjid.
Fungsi sosialisasi dan pendidikan
Pasien lulusan SD dan anak anaknya lulusan SMK.
Fungsi sosial dan budaya
Interaksi dengan anggota keluarga dan masyarakat sekitar baik. Pasien
merupakan orang yang mudah bergaul.

POLA MAKAN KELUARGA


Frekuensi makan rata-rata tiap harinya sebanyak 1-2 kali. Menu makanan yang
disajikan meliputi nasi dan lauk, sayur. Lauk biasanya dengan ikan, jarang daging dan
lemak, terkadang minum kopi dan penggunaan garam secukupnya.

PERILAKU KESEHATAN KELUARGA


Bila ada anggota keluarga yang sakit yang pertama kali dilakukan adalah langsung
dibawa berobat ke dokter/Puskesmas. Untuk kepentingan pengobatan pasien
menggunakan kartu JAMKESMAS. Pasien rutin olahraga dengan jalan ke pasar lebih
kurang 30 menit per hari.

DENAH RUMAH
Denah rumah
Mei 2015

Ny. S dibuat 05

1,5meter
1

Keterangan :
1. Kamar I
2. Dapur
3. Kamar mandi
4. Ruang tamu
DIAGNOSIS KEDOKTERAN KELUARGA (Holistik) :
Hipertensi grade 1 pada wanita paruh baya dengan Hipertensi Grade I Pada Wanita
Paruh Baya Dengan Kekhawatiran Ekonomi Keluarga Serta Tidak Berperilaku Hidup
Bersih dan Sehat Pada Keluarga Disfungsional Sedang
PENATALAKSANAAN :
Promotif
Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penyakit yang
diderita pasien dan komplikasinya.
Menjelaskan pentingnya periksa kesehatan secara rutin kepada pasien.
Preventif
Menyarankan agar pasien rutin minum obat yang diberikan dokter dan bila

habis harus kontrol untuk dievaluasi hasil terapinya.


Menyarankan pasien menjaga pola makan dan olahraga rutin.
Menyarankan untuk belajar mengikhlaskan masalah dan berbagi/ sharing
dengan orang yang dipercaya.

Kuratif
Farmakologis:
Amlodipin mg 5 No. XV (1-0-0)
B complek No.3 (1x1)
Rehabilitatif
Modifikasi gaya hidup sehat, makanan yang bergizi, istirahat yang cukup dan
olahraga yang teratur untuk melancarkan aliran darah.

DOKUMENTASI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi
tinggi

adalah

yang

tekanan

darah

abnormal

diukur

sedikitnya tiga kali

pada saat yang berbeda

dari seseorang yang

telah

sedikitnya

lima

menit.

bervariasi
berdasarkan

usia.

hipertensi

dan

diastolik

darah

usia,

harus

oleh

spesifik

Joint National Committee VII

merevisi

sistolik

Tekanan

berdasarkan

karena itu diagnosis


telah

beristirahat

guideline tentang tekanan


optimal

dan

nilai

hipertensifnya.
Pada

umumnya, tekanan optimal

diperkirakan tekanan sistolik 120mmHg dan diastolik 80mmHg, sedangkan tekanan


disebut hipertensif jika 140mmHg pada sistolik dan 90mmHg pada diastolik.
Prehipertensi meliputi
tekanan darah sistolik
antara
120

130

mmHg

dan
diastolik
80

89
mmHg.
Pada mereka yang secara signifikan memiliki faktor resiko kardiovaskuler, meliputi
riwayat keluarga yang terkena stroke atau infark miokard, atau seseorang dengan riwayat
diabetes, prehipertensi ini bahkan terlalu tinggi bagi mereka.

B. EPIDEMIOLOGI
Delapan puluh persen kenaikan kasus hipertensi diperkirakan akan terjadi
terutama di negara berkembang pada tahun 2025, dari 639 juta kasus pada tahun 2000
menjadi 1,15 milyar kasus pada tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita
hipertensi dan pertambahan penduduk saat ini. Angka-angka prevalensi hipertensi di
Indonesia menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum
terjangkau oleh pelayanan kesehatan, baik dari segi temuan kasus dan pengobatannya.
Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 15%, tetapi angka prevalensi yang
rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah, yaitu 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan
Jaya Wijaya, Irian Jaya, yaitu 0,6%, sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang
Sumatera Barat, yaitu 17,8%.
C. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Hipertensi diklasifikasikan menjadi primer atau esensial dan sekunder, berdasarkan
penyebab yang teridentifikasi. Sebagian besar kasus hipertensi merupakan hipertensi
esensial. Jika penyebab hipertensi teridentifikasi dengan jelas, maka disebut hipertensi
sekunder.
Hipertensi sekunder sebagai contoh adalah renal vascular hypertension, yang
berkembang akibat stenosis pada arteri renalis. Stenosis arteri renalis mengurangi aliran
darah ke ginjal, yang akan mengaktivasi baroreseptor ginjal, stimulasi pengeluaran renin,
dan produksi angiotensin II. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah secara langsung
dengan meningkatkan TPR (total peripheral resistance) dan tak langsung dengan
meningkatkan sintesis aldosteron dan reabsorpsi natrium. Penyebab lain hipertensi
sekunder adalah pheocrhromocytoma, yaitu tumor pada kelenjar adrena yang
menghasilkan epinefrin, yang menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan stroke
volume, serta Cushings disease, yang menyebabkan peningkatan curah jatung dari retensi
garam dan peningkatan TPR sebagai akibat sistem saraf simpatis yang hipersensitif.
Hipertensi pada kehamilan, meliputi empat kategori yaitu hipertensi gestasional,
hipertensi kronik, preeklamsia-eklamsia, dan preeklamsia superimposed pada hipertensi
kronik.
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII
Klasifikasi tekanan darah

Tekanan sistolik (mmHg)

Tekanan diastolik (mmHg)

Normal

<120

Dan < 80

Prehipertensi

120 139

Atau 80 89

Hipertensi grade I

140 159

Atau 90 99

Hipertensi grade II

160

Atau 100

Sumber: WHO Regional 2005


Klasifikasi WHO (World Health Organization)
Kategori
Optimal
Normal
Normal-Tinggi
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan)
Sub-group: perbatasan
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang)
Tingkat 3 (Hipertensi Berat)
Hipertensi sistol terisolasi
(Isolated
systolic
hypertension)
Sub-group: perbatasan

Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistol (mmHg)

Diatol (mmHg)

< 120
< 130
130-139
140-159
140-149
160-179
180
140

< 80
< 85
85-89
90-99
90-94
100-109
110
< 90

140-149

<90

D. ETILOGI HIPERTENSI
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.
Hipertensi esensial tidak disebabkan oleh faktor tunggal atau khusus, melainkan berbagai
faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh hipertensi primer yang
diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan
vaskuler, phaeochromocytoma, dan sebagainya. Adapaun penyebab paling umum pada
hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati.
Faktor resiko hipertensi yang dapat dimodifikasi antara lain genetik, umur, jenis
kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor resiko hipertensi yang dapat dimodifikasi antara lain
stres, obesitas dan nutrisi, seperti asupan garam dalam diet.

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial dan hipertensi


sekunder (Setiawati dan Bustami, dalam farmakologi dan terapi. 2005)
a. Hipertensi esensial,

juga disebut hipertensi primer atau idiopatik, adalah hipertensi yang tidak jelas
etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Kelainan
hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer.
Penyebab hipertensi esensial adalah mulitifaktor, terdiri dari factor genetic dan
lingkungan. Factor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat
penyakit kardiovaskuler dari keluarga. Faktor predisposisi genetic ini dapat berupa
sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vascular
(terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin. Paling sedikit ada 3 faktor
lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yakni, makan garam (natrium)
berlebihan, stress psikis, dan obesitas.
b. Hipertensi sekunder.
Prevalensinya hanya sekitar 5-8 % dari seluruh penderita hipertensi. Hipertensi ini
dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi
endokrin), obat, dan lain-lain. Hipertensi renal dapat berupa:
1) Hipertensi renovaskular, adalah hipertensi akibat lesi pada arteri ginjal sehingga
menyebabkan hipoperfusi ginjal.
2) Hipertensi akibat lesi pada parenkim ginjal menimbulkan gangguan fungsi ginjal.
Hipertensi endokrin terjadi misalnya akibat kelainan korteks adrenal, tumor di
medulla adrenal, akromegali, hipotiroidisme, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme,
dan lain-lain.
Penyakit lain yang dapat menimbulkan hipertensi adalah koarktasio aorta,
kelainan neurogik, stres akut, polisitemia, dan lain-lain.

E. PATOFISIOLOGI HIPERTENSI

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari


angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE berperan mengatur tekanan

darah secara fisiologis. Renin yang diproduksi di ginjal akan mengubah angiotensinogen dari
hepar menjadi angiotensin I, yang kemudian oleh ACE dari paru-paru akan diubah lagi
menjadi angiotensin II. Kerja pertama adalah meningkatkan sekresi antidiuretic hormone
(ADH) dari pituitari posterior dan rasa haus. ADH bekerja pada ginjal dengan mengatur
osmolalitas dan volume urine, sehingga urine menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkennya, cairan intraseluler akan ditarik ke ruang ekstraseluler sehingga volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang berperan untuk mengatur volume cairan ekstraseluler.
Aldosteron akan mengurangi ekskresi natrium dana air yang akan akan meningkatkan volume
darah dan tekanan darah.
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat kompleks.
Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadang-kadang
muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi
persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target
di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan sistem saraf pusat.

F. FAKTOR-FAKTOR RESIKO HIPERTENSI

Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko
yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak
dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan
faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi.
a. Faktor genetik
Hipertensi esensial biasanya terkait dengan gen dan factor genetic, dimana
banyak gen turut berperan pada perkembangan gangguan hipertensi. Seseorang yang
mempunyai riwayat keluarga sebagai pembawa hipertensi mempunyai resiko dua kali
lebih besar untuk
terkena hipertensi. Gen yang berperan pada patofisologi penyakit hipertensi adalah :
1) Gen simetrik yang mengandung promoter gen 11-hidrokilase dan gen urutan
selanjutnya untuk member kode pada gen aldosteron sintase, sehingga menghasilakan
produksi ektopik aldosteron.
2) Saluran natrium endotel yang sensitive terhadap amilorid yang terdapat pada tubulus
pengumpul. Mutasi gen ini mengakibatkan aktivitas aldosteron, menekan aktivitas rennin
plasma dan hipokalemia.
3) Kerusakan gen 11-hidrokilase dehydrogenase menyebabkan sirkulasi konsentrasi
kortisol normal untuk mengaktifkan reseptor mineralakortikoid, sehingga menyebabkan
sindrom kelebihan mineralkortikoid
b. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang
berumur di atas 60 tahun, 50 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang
yang bertambah usianya. Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya
oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah
juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan
oleh arena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah
akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.
Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang
berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah
diastolik meningkat sampai decade kelima dan keenam kemudian

menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa


perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas
simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut
sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana
aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.

c. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita
pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai
dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55
tahun.
d. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit
putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang
kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
vasopressin lebih besar.

e. Obesitas
Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan
darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)>30 (obesitas) adalah 38%
untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan
17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar
internasional). Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan
antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan

hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan


fisik pada ginjal.
Obesitas meningkatkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen dan berperan dalam
gaya hidup pasif. Lemak tubuh yang berlebihan dan ketidak aktifan fisik berperan dalam
resistensi insulin. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma,
dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan
tekanan darah secara terus menerus. Rumus untuk menghitung IMT adalah IMT = BB
(Kg) : TB (m2)
f. Pola asupan garam dalam diet
Badan

kesehatan

dunia

yaitu

World

Health

Organization

(WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya


hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol
(sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler
meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya
volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan
untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama
adalah natrium klorida (garam dapur),penyedap masakan monosodium glutamate (MSG),
dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan
tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya,
konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros
menggunakan garam dan MSG.
g. Merokok
Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di
antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini
lebih banyak didapatkan pada asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas (asap
samping), misalnya karbonmonoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada
asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Nikotin dan
CO pada rokok selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai
oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan kerja miokard.

Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya


kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga
merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah,
kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga
mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan
trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding
pembuluh darah.
Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung
persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan
tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat
aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian, CO
menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga
mempermudah penggumpalan darah. Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap
rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah
timbulnya penggumpalan darah.
h. Kurangnya aktifitas fisik (olah raga)
Ketidak aktifan fisik meningkatkan resiko penyakit jantung koroner (CHD) yang
setara dengan hiperlipidemia atau merokok, dan seseorang yang tidak aktif secara fisik
memiliki resiko 30-50% lebih besar untuk mengalami hipertensi. Selain meningkatkanya
perasaan sehat dan kemampuan untuk mengatasi stress, keuntungan latihan aerobik yang
teratur adalah meningkatnya kadar HDL-C, menurunnya kadar LDL_C, menurunnya
tekanan darah, berkurangnya obesitas, berkurangnya frekuensi denyut jantung saat
istirahat dan konsumsi oksigen miokardium (MVO2), dan menurunnya resistensi insulin.
i. Penyakit lain penyebab hipertensi adalah :
1) Kolesterol tinggi
Kadar kolesterol sejenis lemak dalam darah yang tinggi akan meninggkatkan
pembentukan plak dalam arteri (aterosklerosis) sehingga menyebabkan arteri menyempit
dan sulit
mengembang. Perubahan ini dapat meningkatkan tekanan darah.
2) Diabetes
Terlalu banyak gula dalam darah akan merusak organ dan jaringan sehingga
terjadi aterosklerosis, penyakit ginjal dan penyakit arteria koronaria semua penyakit ini
mempengaruhi tekanan darah (Sheps,2005. Dalam Viosta, 2008). Komplikasi
makrovaskular timbul timbul terutama akibat arterosklerosis. Pada penderita diabetes,

terjadi kerusakan pada lapisan endotel arteri. Kerusakan dapat disebabkan langsung oleh
tingginya kadar glukosa dalam darah, metabolit glukosa, atau tingginya kadar asam
lemak dalam darah yang sering dijumpai pada pasien-pasien diabetes.
Akibat kerusakan tersebut permeabilitas sel endotel meningkat sehinggga
molekul-molekul yang mengandung lemak masuk ke arteri. Kerusakan sel endotel akan
mencetus reaksi imun dan peradangan sehingga akhirnya terjadi pengendapan trombosit
trombosit , makrofag, dan jaringan fibrosa. Sel-sel otot polosn berproliferasi. Penebalan
dinding arteri menyebabkan hipertensi, yang semakin merusak sel-sel endotel.
3) Gagal jantung
Keadaan dimana otot jantung rusak atau melemah hal ini disebabkan serangan
jantung, jantung harus bekerja lebih berat untuk memompa darah. Hipertensi yang tidak
terkndali menuntut jantung yang lemah untuk bekerja lebih keras.
4) Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah keadaan yang ditandai oleh peningkatan kadar lemak
darah. Keadaan ini bisa memicu dan mempercepat proses perusakan dinding arteri.
Biasanya dihubungkan dengan risiko terjadinya aterosklerosis atau penyakit jantung
koroner, dan kadang kadang disertai kelainan lain seperti xantomatosis dan
pankreatitis.
Evaluasi hipertensi pada pasien hipertensi bertujuan untuk:
1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular lainnya atau
menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan
pengobatan.
2.

Mencari penyebab kenaikan tekanan darah.

3. Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskular.


Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan pasien,
riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang.

G. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinis paling banyak muncul setelah hipertensi bertahun-tahun,


meliputi nyeri kepala saat bangun dari tidur, seringkali dengan mual dan muntah yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial. Pandangan kabur juga sering muncul,
disebabkan oleh kerusakan hipertensif pada retina. Nokturia disebabkan oleh alirah darah
renal dan filtrasi glomerulus meningkat. Kerusakan pada sistem saraf pusat dapat
menyebabkan munculnya gaya berjalan yang tidak stabil. Edema yang menetap
disebabkan oleh peningkatan tekanan kapiler.

H. DIAGNOSIS
Menurut European Society of Hypertension (ESH) dan European Society of Cardiology
(ESC) 2007, prosedur diagnosa hipertensi terdiri atas:
1. Pemeriksaan tekanan darah,
2. Identifikasi faktor risiko,dan
3. Pemeriksaan adanya kerusakan organ dan penyakit lain yang terjadi bersamaan atau
menyertai
4.

Keadaan klinis yang ada.

I. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
Terapi Farmakologis
Kelas obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan darah adalah :
1 Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis. Pengurangan volume
plasma dan Stroke Volume (SV) berhubungan dengan dieresis dalam penurunan curah
jantung (Cardiac Output, CO) dan tekanan darah pada akhirnya. Penurunan curah
jantung yang utama menyebabkan resitensi perifer. Pada terapi diuretik pada hipertensi
kronik volume cairan ekstraseluler dan volume plasma hampir kembali kondisi
pretreatment.
a Thiazide
Thiazide adalah golongan yang dipilih untuk menangani hipertensi, golongan lainnya
efektif juga untuk menurunkan tekanan darah. Penderita dengan fungsi ginjal yang
kurang baik Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) diatas 30 mL/menit, thiazide merupakan

agen diuretik yang paling efektif untuk menurunkan tekanan darah. Dengan menurunnya
fungsi ginjal, natrium dan cairan akan terakumulasi maka diuretik jerat Henle perlu
digunakan untuk mengatasi efek dari peningkatan volume dan natrium tersebut. Hal ini
akan mempengaruhi tekanan darah arteri. Thiazide menurunkan tekanan darah dengan
cara memobilisasi natrium dan air dari dinding arteriolar yang berperan dalam penurunan
resistensi vascular perifer.
b Diuretik Hemat Kalium
Diuretik Hemat Kalium adalah anti hipertensi yang lemah jika digunakan tunggal. Efek
hipotensi akan terjadi apabila diuretik dikombinasikan dengan diuretik hemat kalium
thiazide atau jerat Henle. Diuretik hemat kalium dapat mengatasi kekurangan kalium dan
natrium yang disebabkan oleh diuretik lainnya.
c Antagonis Aldosteron
Antagonis Aldosteron merupakan diuretik hemat kalium juga tetapi lebih berpotensi
sebagai antihipertensi dengan onset aksi yang lama (hingga 6 minggu dengan
spironolakton).
2 Beta Blocker
Mekanisme hipotensi beta bloker tidak diketahui tetapi dapat melibatkan menurunnya
curah jantung melalui kronotropik negatif dan efek inotropik jantung dan inhibisi
pelepasan renin dan ginjal.
a Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol merupakan kardioselektif pada dosis
rendah dan mengikat baik reseptor 1 daripada reseptor 2. Hasilnya agen tersebut kurang
merangsang bronkhospasmus dan vasokontruksi serta lebih aman dari non selektif
bloker pada penderita asma, penyakit obstruksi pulmonari kronis (COPD), diabetes dan
penyakit arterial perifer. Kardioselektivitas merupakan fenomena dosis ketergantungan
dan efek akan hilang jika dosis tinggi.
b Acebutolol,

carteolol,

penbutolol,

dan

pindolol

memiliki

aktivitas

intrinsik

simpatomimetik (ISA) atau sebagian aktivitas agonis reseptor .


3 Inhibitor Enzim Pengubah Angiotensin (ACE-inhibitor)
ACE membantu produksi angiotensin II (berperan penting dalam regulasi tekanan darah
arteri). ACE didistribusikan pada beberapa jaringan dan ada pada beberapa tipe sel yang
berbeda tetapi pada prinsipnya merupakan sel endothelial. Kemudian, tempat utama
produksi angiotensin II adalah pembuluh darah bukan ginjal. Pada kenyataannya,

inhibitor ACE menurunkan tekanan darah pada penderita dengan aktivitas renin plasma
normal, bradikinin, dan produksi jaringan ACE yang penting dalam hipertensi.
4 Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARB)
Angiotensin II digenerasikan oleh jalur renin-angiotensin (termasuk ACE) dan jalur
alternatif yang digunakan untuk enzim lain seperti chymases. Inhibitor ACE hanya
menutup jalur renin-angiotensin, ARB menahan langsung reseptor angiotensin tipe I,
reseptor yang memperentarai efek angiotensin II. Tidak seperti inhibitor ACE, ARB tidak
mencegah pemecahan bradikinin.
5 Antagonis Kalsium
CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium
yang sensitif terhadap tegangan sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstra selluler
ke dalam sel. Relaksasai otot polos vaskular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan
dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium dihidropiridini dapat
menyebbakan aktibasi refleks simpatetik dan semua golongan ini (kecuali amilodipin)
memberikan efek inotropik negative.
Verapamil menurunkan denyut jantung, memperlambat konduksi nodus AV, dan
menghasilkan efek inotropik negative yang dapat memicu gagal jantung pada penderita
lemah jantung yang parah. Diltiazem menurunkan konduksi AV dan denyut jantung
dalam level yang lebih rendah daripada verapamil.
6 Alpha blocker
Prasozin, Terasozin dan Doxazosin merupakan penghambat reseptor 1 yang
menginhibisi katekolamin pada sel otot polos vascular perifer yang memberikan efek
vasodilatasi. Kelompok ini tidak mengubah aktivitas reseptor 2 sehingga tidak
menimbulkan efek takikardia.
7 VASO-dilator langsung
Hedralazine dan Minokxidil menyebabkan relaksasi langsung otot polos arteriol.
Aktivitasi refleks baroreseptor dapat meningkatkan aliran simpatetik dari pusat
fasomotor, meningkatnya denyut jantung, curah jantung, dan pelepasan renin. Oleh
karena itu efek hipotensi dari vasodilator langsung berkurang pada penderita yang juga
mendapatkan pengobatan inhibitor simpatetik dan diuretik.

8 Inhibitor Simpatetik Postganglion


Guanethidin dan guanadrel mengosongkan norepinefrin dari terminal simpatetik
postganglionik dan inhibisi pelepasan norepinefrin terhadap respon stimulasi saraf
simpatetik. Hal ini mengurangi curah jantung dan resistensi vaskular perifer .

Terapi Non Farmakologis


1. a. Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, pembatasan diupayakan tidak lebih
dari 2, 3 gram atau kurang dari 1 sendok teh garam dapur untuk diet setiap hari.
2. Menghindari kegemukan (obesitas)
Menghindari kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (BB) normal atau
tidak berlebihan.Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat
badan normal.
3. Membatasi konsumsi lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah menurun pada
batas normal. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan
kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh darah arteri dan mengganggu
peredaran darah yang akan memperberat kerja jantung dan dapat meningkatkan
tekanan darah. Konsumsi daging pada penderita hipertensi tidak lebih dari 100 gram
dalam setiap konsumsi untuk daging hewan secara umum, akan tetapi harus
menghindari konsumsi organ hewan seperti ginjal, jeroan, dan otak. Konsumsi
tersebut dua kali dalam seminggu.
4. Olahraga teratur
Penderita hipertensi disarankan untuk melakukan olahraga isotonik yaitu olahraga
yang ringan dan tidak terlalu menguras tenaga. Latihan yang diberikan ditujukan
untuk meningkatkan daya tahan (endurance) dan tidak boleh menambah peningkatan

tekanan (pressure). Sehingga bentuk latihan yang paling tepat adalah jalan kaki,
bersepeda, senam, dan berenang atau olehraga aerobik. Frekuensi latihan yang
dianjurkan secara rutin yaitu 3-4 kali dalam seminggu dengan durasi waktu 30-45
menit.
5. Makan banyak buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak
mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah. Sayuran
yang baik dikonsumsi adalah sayuran segar dengan cara pengolahan direbus tanpa
mengubah warna. Buah yang dianjurkan untuk dikonsumsi terutama mengandung
vitamin C, kalium, magnesium, serta yang terpenting potasium namun pengecualian
pada buah durian karena mengandung tinggi lemak dan mengandung alkohol 5-10%.
6. Tidak merokok, tidak minum alkohol, dan mengurangi konsumsi kopi
7. Pengendalian stress
a. Latihan relaksasi atau meditasi
Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh
sambil membayangkan sesuatu yang dami, indah, dan menyenangkan. Kegiatan
ini dilakukan minimal satu kali dalam seminggu.
b. Berusaha membina hubungan yang positif
Apabila tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan individu,
maka akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun
timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek negatif tersebut, orang harus berusaha
membina hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup yang positif
adalah sebagai berikut:

Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah

Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu untuk


kegiatan santai

Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain
menyelesaikan bagiannya

Belajar berdamai dengan orang lain

J. KOMPLIKASI HIPERTENSI
Hipertensi yang tidak terkontrol akan mempengaruhi semua sistem organ dan
akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10 20 tahun. Stroke kemungkinan
disebabkan oleh perdarahan tekanan tinggi pada otak atau dari emboli. Stroke dapat
terjadi dengan hipertensi yang berkepanjangan jika areti yang menyuplai orak menjadi
hipertrofi dan menebal, sehingga mengurangi aliran darah ke area otak yang bergantung
padanya. Arteri-arteri cerebral yang mengalami aterosklerosis dapat menjadi lemah,
sehingga meningkatkan ecederungan aneurisma.
Infark miokard dapat terjadi jika aretri koroner yang mengalami aterosklerosis
tidak dapat menyuplai oksigen yang adekuat ke miokard atau jika terbentuk trombus
yang menyumbat pembuluh darah.
Gagal ginjal terjadi dengan adanya kerusakan tekanan tinggi yang progresif
pada kapiler ginjal. Dengan kerusakan glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal,
nefron, terganggu, sehingga nefron akan mengalami hipoksia dan mati.
Ensefalopati (kerusakan otak) hipertensif terjadi jika tekanan tinggi yang
progresif sehingga menyebabkan tekanan kapiler cerebral meningkat dan mengalirkan
cairan ke ruang interstitial melalui sistem saraf pusat, sehingga neuron disekelilingnya
kolaps. Koma hingga kematian dapat terjadi.

BAB III
PEMBAHASAN
Hipertensi yang terjadi pada pasien ini disebabkan karena berbagai faktor resiko yang
mempengaruhi, diantaranya, riwayat personal social dari gaya hidup seperti mengkonsumsi
kopi, tidur yang kurang cukup, stressor kehidupan karena faktor ekonomi, yang menyebabkan
meningkatnya akivitas simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi vena, yang mengakibatkan
kontraktilitas meningkat, curah jantung meningkat dan menekan serabut syraraf otak, yang
akhirnya menstimulasi ujung syaraf bebas, sampai ke hipotalamus dan cortex cerebri, yang
akan menimbulkan manifestasi nyeri kepala. Mekanisme tersebut terus berlanjut jika stressor
tersebut masih ada, itulah yang menyebabkan pasien ini sering mengalami sakit kepala
kambuh-kambuhan.
Hipertensi dan keluhan pada pasien sangat erat kaitannya juga dengan faktor
pekerjaan. Pekerjaan pasien sebagai pedagang angkringan yang tidak tetap sehingga
mendapatkan penghasilan yang tidak tetap pula mengharuskan pasien berhadapan dengan
stressor yang tinggi.
Faktor keluarga juga sangat berperan dalam keehatan pasien. Dari home visit
didapatkan bahwa pasien sangat merindukan kebersamaan keluarga, dimana suaminya telah
meninggal dunia dan anak pertama sampai anak ketiga pasien merantau diluar kota. Hal ini
membuat pasien sedikit kesepian karena anak-anaknya jarang menjenguk pasien dan biasanya
ke rumah pasien jika lebaran saja. Dukungan dan motivasi dari keluarga terdekat sangatlah
mempengaruhi faktor psikologis dan dapat menurunkan stress sehingga berpengaruh juga
terhadap kesehatan pasien.
Sebagai dokter keluarga, dibutuhkan manajemen yang komprehensif untuk pasien ini,
yaitu dengan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Untuk menghilangkan rasa cemas dan
takut pasien akan penyakitnya dan masalah yang sedang dihadapinya maka diperlukan suatu
konseling dengan pasien dan keluarga. Dimana ada keterlibatan anggota keluarga dalam
mengintervensi yang bukan hanya untuk menyembuhkan penyakitnya, tapi juga
mengeintervensi psikososialnya, karena pasien adalah sebagai makhluk biopsikososial.

DAFTAR PUSTAKA

Antman, E.M., Selwyn, A.P., Braunwald, E., & Loscalzo, J. (2008). Ischemic
heart disease. In Braunwald et al, Harrisons principles of internal medicine (17th
retail). USA: Mc-Graw Hill. p1514
Baldy, C.M. Pembekuan. In S.A. Price & L.M. Wilson (Eds.), Patofisiologi:
konsep klinis proses-proses penyakit ( P. Anugerah, penerjemah). In Jakarta: EGC.
(Buku asli diterbitkan 1992).
Corwin, E.J. Handbook of Pathophysiology 3rd ed. New York. Lippincott
Williams & Wilkins.
National Heart, Lung, and Blood Institue of National Institutes of Health.
United States Department of Health and Humen Services. Complete report: The
Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Diakses pada 9 Agustus 2014
dari https://meded.beaumont.edu/system/files/imce/Should%20the%20New
%20Hypertension%20Guidelines%20Affect%20Your%20Practice_Peterson.pdf
Peterson, E.D. Duke Clinical Research Institute. JNC-8 New
Guidelines.Diakses pada 11 Agustus 2014 dari
http://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/jnc7full.pdf
Tortora, G.J., Derrickson, B.H., 2009. The Special Senses. In: Tortora, Gerard
J., Derrickson, Bryan H. (eds). Principles of Anatomy and Physiology. 12th
edition. New York: John Wiley & Sons, Inc, 605-611.

Anda mungkin juga menyukai