Pembimbing
dr. Suharno
Disusun oleh
Wulan Amalia Kumara
NIM : 20090310087
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Wulan Amalia Kumara
20090310087
Dokter Pembimbing
dr. Suharno
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny. S
Tanggal lahir
: 15 Mei 1961
Umur
: 54 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
Jogonegaran
GT
RT 48
RW
19,
Kelurahan
: SD
Pekerjaan
: Pedagang
Tanggal masuk
: 2 Mei 2015
Asuransi`Kesehatan : JAMKESMAS
Kunjungan Rumah I : 02 Mei 2015
Kunjungan Rumah II : 05 Mei 2015
Pasien kontrol ke Puskesmas saat pasien merasa badannya tidak nyaman, saat pasien
merasa badannya sudah membaik pasien tidak kontrol ke Puskesmas. Pasien
mengatakan tidak rutin minum obat amlodipin.
7. Riwayat pribadi
Riwayat perkawinan, pasien menikah pertama pada usia 18 tahun. Pasien menikah
dengan pria berumur 20 tahun saat itu. Dari pernikahan tersebut pasien dikaruniai
1 orang anak. Namun pada tahun 1982 suami pasien meninggal karena penyakit
jantung. Pada tahun 1984 pasien menikah kembali dengan pria berumur 50 tahun.
Pernikahan berjalan dengan bahagia dan sekarang dikaruniai 4 orang anak.
Namun suami pasien meninggal pada tahun 2011 berumur 77 tahun
karena
penyakit jantung.
juta per bulan. Pasien juga mengatakan stres karena merasa penghasilannya tidak
cukup untuk kehidupan sehari hari.
Sistem neurologis
B. Pemeriksaan Fisik
Kesan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
: 140/90 mmHg
Nadi
Suhu badan
: 36,5oC
Pernafasan
: 20 x/menit
Berat Badan
: 56 kg
Tinggi Badan
: 154 cm
IMT
Pemeriksaan Kulit : Turgor dan elastisitas dalam batas normal, kelainan kulit (-), sianosis (-)
Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala
: Mesosefal
Rambut
Pemeriksaan mata
Palpebra
: Edema (-/-)
Exoftalmus
: Tidak didapatkan
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
Sklera
: Ikterik (-/-)
Pupil
Lensa
: Jernih (+/+)
Visus
: > 3/60
Oftalmoskop
: tidak dilakukan
Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan Leher
Kelenjar tiroid
: Tidak membesar
Kelenjar lnn
JVP
: tidak meningkat
Pemeriksaan Jantung
:
Tabel Pemeriksaan Jantung Ny. S
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas jantung
Kanan atas: SIC II linea para sternalis kanan.
Kiri atas: SIC II linea para sternalis kiri.
Kananbawah: SIC IV linea para sternalis kanan.
Kiri bawah: SIC V linea midklavikula kiri.
Auskultasi
Pemeriksaan Thorax:
Tabel Pemeriksaan thorax Ny. S
Kanan
Kiri
Perkusi
lapang paru
lapang paru
Auskultasi :
Auskultasi :
Depan
kering
(-),
wheezing(-),
krepitasi(-)
krepitasi(-)
Kanan
Kiri
Palpasi
: ketinggalan gerak
(-).
(-).
Perkusi : sonor
Perkusi : sonor
Auskultasi :
Auskultasi :
Belakan
g
Suara dasar
vesikuler
Suara
Ronkhi
Suara dasar
vesikuler
tambahan
kering
:
(-),
wheezing(-), krepitasi(-)
Suara
Ronkhi
tambahan
kering
:
(-),
wheezing(-),krepitasi(-)
Pemeriksaan Abdomen
Tabel Pemeriksaan Abdomen Ny. S
Inspeksi:
Auskultasi
:
Palpasi:
Perkusi:
Pemeriksaan Ekstremitas
Tabel Pemeriksaan Ekstrimitas Ny. S
Tungkai
Lengan
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Gerakan
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Tonus
Normal
Normal
Normal
Normal
Trofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Edema
Akral
Hangat
Hangat
Hangat
Hangat
Nyeri
Pale
Pulsatil
Normal
Normal
Normal
Normal
Pembengkakan sendi
Tofu
Tremor
Kekuatan
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
Usul pemeriksaan penunjang :
Kolesterol total
Trigliserida serum
Asam urat
E. Diagnosis Kerja
Hipertensi primer grade I
G. Diagnosis Holistik
Hipertensi Grade I Pada Wanita Paruh Baya Dengan Kekhawatiran Ekonomi
Keluarga Serta Tidak Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Keluarga
Disfungsional Sedang
H. Terapi (usulan terapi)
1. Farmakoterapi
2. Non- Farmakoterapi
Edukasi
Edukasi dilakukan kepada pasien dan keluarga, edukasi yang diberikan
meliputi tentang:
Diet
BB ideal menurut Brocca
x (154 100)}
= 54 5,4
= 48,6 kg
Kebutuhan kalori basal 48,6 x 25 kkal = 1.215 kkal
Koreksi:
Aktivitas sedang : 1,3 x 1215
= +1580 kkal
= - 158 kkal
TOTAL
= 1422 Kkal
Kebutuhan Karbohidrat
Kebutuhan Protein
Kebutuhan Lemak
Monitoring
Monitoring gejala-gejala yang merupakan komplikasi dari hipertensi.
Waktu
Menu
makanan
Takaran
Berat
(gr)
Kalor
i
Sarapan
(07.00)
Nasi
Tempe
Kacang panjang
Teh manis
1 gelas
2 ptg sdg
gelas
1 gelas
140
50
50
13
245
75
13
50
Pepaya
1 ptg
besar
190
50
Makan
siang
(12.00)
Nasi
pare
nila pepes
tahu
1 1/4
gelas
mangkok
1 ekor
1 bj besar
175
50
40
110
306
13
50
75
Selingan
(16.00)
Pisang rebus
Susu sapi
2 buah
1 gelas
300
200
100
125
Malam
(19.00)
Nasi
Sayur bayam
telur ayam
rebus
tempe
1 gelas
mangkuk
1 butir
1 ptg
sedang
140
50
50
25
245
13
50
40
Selingan
(10.00)
TOTAL
Konsumsi air putih 8 10 gelas per hari
Tabel Contoh Menu Makan
1450
KONDISI PASIEN
Kunjungan ke rumah dilakukan pada tanggal 02 Mei 2015 pukul 14.30-15.30 WIB.
Kunjungan kedua dilakukan pada tanggal 05 mei 2015 pukul 18.30-19.30 WIB. Pada
kunjungan pertama pasien sedang berada di lingkungan rumah dan sedang
bercengkrama bersama tetangga-tetangganya, keluhan pasien masih dirasakan namun
sudah berkurang. Pada kunjungan kedua pasien berada di rumahnya pasien
mengatakan keluhan sudah tidak dirasakan / tidak nyeri kepala.
KEADAAN RUMAH
a) Lokasi
:
Rumah yang dihuni pasien terletak di pemukiman yang padat, saling berimpit
antar tetangga.
b) Kondisi rumah
:
bangunan permanen, tidak bertingkat, berdinding semen, dan berlantai semen,
atap dari genting tidak ada langit-langit
c) Luas
:
luas rumah 5x7 m, jumlah penghuni dalam 1 rumah ada 3 orang ( pasien dan 2
anak).
d) Lantai Rumah
:
lantai semen tanpa kramik.
e) Pembagian ruangan :
terdapat 1 ruang tamu , 1 kamar tidur, dan 1 dapur yang digabung dengan
ruang makan.
f) Jendela rumah
:
Ada 1 jendela di ruang tamu dan 1 ventilasi udara kecil di kamar tidur.
g) Pencahayaan
:
Cahaya yang masuk ke ruangan kurang.
h) Kebersihan dan tata letak barang dalam ruangan:
kebersihan dalam rumah sangat kurang, letak barang-barang dalam rumah
kurang tertata dengan rapi dan baik, banyak barang bergelantungan dan
diletakkan sembarangan.
i) Sanitasi Dasar
:
persediaan air berasal dari air sumur milik bersama disamping rumah pasien,
ada 1 kamar mandi, dan sarana pembuangan air limbah dialirkan ke selokan
kecil di belakang rumah, tempat pembuangan sampah jadi satu dengan
tetangga.
j) Halaman
:
tidak memiliki halaman, didepan rumah pasien langsung jalan gang dan tidak
terdapat tanaman.
k) Kesan kebersihan
:
Sangat kurang/buruk, kurang rapi dan bersih serta rumahnya sempit.
l) Kepemilikan barang :
Variabel
Lokasi
Kepadatan Hunian
Lantai
Pencahayaan
Ventilasi
Air bersih
Septi tank
Kepemilikan WC
10
SPAL
11
Saluran got
12
Pengelolaan sampah
Skor
a.
b.
a.
b.
a.
b.
a.
b.
a.
b.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
Tidak rawan 3
Rawan banjir 1
Tidak padat (> 8 m2 / orang) 3
Padat (< 8 m2 / orang)
1
Semen, ubin, keramik, kayu 3
Tanah
1
Cukup
3
Tidak cukup 1
Ada ventilasi
3
Sedikit ventilasi 1
Air dalam kemasan
3
Ledeng / PAM
3
Mata air terlindung
2
Sumur pompa tangan 2
Sumur terlindungi
2
Sumur tidak terlindung 1
Mata air tidak terlindung 1
Lain-lain
1
Leher angsa 3
Plengsengan 2
Cemplung / cubluk 2
Kolam ikan/ sungai/ kebun 1
Tidak ada 1
Dengan jarak >10 m dari sumber air
b.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
minum 3
Lainnya 1
Sendiri 3
Bersama 2
Tidak ada 1
Saluran tertutup 3
Saluran terbuka 2
Tanpa saluran 1
Mengalir lancar 3
Mengalir lambat 2
Tidak ada got 1
Diangkut petugas 3
Ditimbun 2
Dibuat kompos 3
Dibakar 2
13
Polusi udara
14
e.
f.
g.
a.
b.
a.
b.
c.
d.
TOTAL
Dibuang ke sungai 1
Dibuang sembarangan 1
Lainnya 1
Tidak ada gangguan polusi 3
Ada gangguan 1
Listrik dan gas 3
Minyak tanah 2
Kayu bakar 1
Arang/ batu bakar 1
27
NILAI APGAR
APGAR keluarga merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur
sehat/tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rusen, Geyman dan Leyton,
dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga/tingkat kesehatan keluarga.
KRITERIA
ADAPTASI
PERTANYAAN
Apakah
pasien
puas
HAMPIR
KADANG-
HAMPIR
SELALU
KADANG
TIDAK
(2)
(1)
ADA (0)
anggota
keluarga
setelah
menjalankan
kewajiban
sesuai
dengan
seharusnya?
KEMITRAAN
Apakah
pasien
puas
membantu
memberikan
terhadap
solusi
permasalahan
yang dihadapi ?
PERTUMBUHAN
Apakah
pasien
puas
pasien
miliki?
KASIH SAYANG
Apakah
pasien
puas
Apakah
pasien
puas
dengan
waktu
yang
GENOGRAM
80
HT
60
566
C
B
54
DC
33
34
27
30
27
1
Keterangan ;
Perempuan
Caregiver
Laki-laki
Tinggal serumah
Pasien
Breadwinner
Meninggal
DC
Decision maker
HT: Hipertensi
J : Jantung
FAMILY MAP
24
17
E
G
F
: Fungsional
A : Pasien
B : Anak ke 1
C : Anak ke 2
D : Anak ke 3
E : Anak ke 4
F : Anak ke 5
Tahun
Usia
Kejadian
Severity
Illness
1979
1981
18
20
Menikah 1
Meniliki anak
1982
21
peratama
Suami pertama
23
24
meninggal
Menikah 2
Memiliki anak
1984
1985
kedua
1988
27
Memiliki anak
1991
30
ketiga
Memiliki anak
35
keempat
Mulai berdagang
1998
37
angkringan
Memiliki anak
2010
49
kelima
Anak pertama
1996
50
merantau
Suami kedua
2014
53
meninggal
Terdiagnosis
Hipertensi
Sumber Daya
Patologis
Social
Hubungan
pasien
dengan
masyarakat dan lingkungan sekitar
harmonis.
Cultural
Religious
Economic
Education
Medical
Dapat dilihat dari tabel SCREEM bahwa dalam bidang pendidikan dan ekonomi
dan kesehatan keluarga ini kurang sumber daya. Diperlukan edukasi untuk lebih
FUNGSI KELUARGA
Fungsi biologis dan reproduksi
Pasien memiliki 2 orang suami, 5 orang anak dan 2 orang cucu .
Fungsi afektif
Pasien hidup dengan anak keempat dan kelima nya, sedangkan pertama
sampai ketiga merantau diluar kota.
Fungsi ekonomi
Pasien bekerja sebagai pedagang angkringan dan merasa kurang cukup
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Fungsi religius
Pasien dan keluarga sering menunaikan sholat jamaah di masjid.
Fungsi sosialisasi dan pendidikan
Pasien lulusan SD dan anak anaknya lulusan SMK.
Fungsi sosial dan budaya
Interaksi dengan anggota keluarga dan masyarakat sekitar baik. Pasien
merupakan orang yang mudah bergaul.
DENAH RUMAH
Denah rumah
Mei 2015
Ny. S dibuat 05
1,5meter
1
Keterangan :
1. Kamar I
2. Dapur
3. Kamar mandi
4. Ruang tamu
DIAGNOSIS KEDOKTERAN KELUARGA (Holistik) :
Hipertensi grade 1 pada wanita paruh baya dengan Hipertensi Grade I Pada Wanita
Paruh Baya Dengan Kekhawatiran Ekonomi Keluarga Serta Tidak Berperilaku Hidup
Bersih dan Sehat Pada Keluarga Disfungsional Sedang
PENATALAKSANAAN :
Promotif
Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penyakit yang
diderita pasien dan komplikasinya.
Menjelaskan pentingnya periksa kesehatan secara rutin kepada pasien.
Preventif
Menyarankan agar pasien rutin minum obat yang diberikan dokter dan bila
Kuratif
Farmakologis:
Amlodipin mg 5 No. XV (1-0-0)
B complek No.3 (1x1)
Rehabilitatif
Modifikasi gaya hidup sehat, makanan yang bergizi, istirahat yang cukup dan
olahraga yang teratur untuk melancarkan aliran darah.
DOKUMENTASI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi
tinggi
adalah
yang
tekanan
darah
abnormal
diukur
telah
sedikitnya
lima
menit.
bervariasi
berdasarkan
usia.
hipertensi
dan
diastolik
darah
usia,
harus
oleh
spesifik
merevisi
sistolik
Tekanan
berdasarkan
beristirahat
dan
nilai
hipertensifnya.
Pada
130
mmHg
dan
diastolik
80
89
mmHg.
Pada mereka yang secara signifikan memiliki faktor resiko kardiovaskuler, meliputi
riwayat keluarga yang terkena stroke atau infark miokard, atau seseorang dengan riwayat
diabetes, prehipertensi ini bahkan terlalu tinggi bagi mereka.
B. EPIDEMIOLOGI
Delapan puluh persen kenaikan kasus hipertensi diperkirakan akan terjadi
terutama di negara berkembang pada tahun 2025, dari 639 juta kasus pada tahun 2000
menjadi 1,15 milyar kasus pada tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita
hipertensi dan pertambahan penduduk saat ini. Angka-angka prevalensi hipertensi di
Indonesia menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum
terjangkau oleh pelayanan kesehatan, baik dari segi temuan kasus dan pengobatannya.
Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 15%, tetapi angka prevalensi yang
rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah, yaitu 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan
Jaya Wijaya, Irian Jaya, yaitu 0,6%, sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang
Sumatera Barat, yaitu 17,8%.
C. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Hipertensi diklasifikasikan menjadi primer atau esensial dan sekunder, berdasarkan
penyebab yang teridentifikasi. Sebagian besar kasus hipertensi merupakan hipertensi
esensial. Jika penyebab hipertensi teridentifikasi dengan jelas, maka disebut hipertensi
sekunder.
Hipertensi sekunder sebagai contoh adalah renal vascular hypertension, yang
berkembang akibat stenosis pada arteri renalis. Stenosis arteri renalis mengurangi aliran
darah ke ginjal, yang akan mengaktivasi baroreseptor ginjal, stimulasi pengeluaran renin,
dan produksi angiotensin II. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah secara langsung
dengan meningkatkan TPR (total peripheral resistance) dan tak langsung dengan
meningkatkan sintesis aldosteron dan reabsorpsi natrium. Penyebab lain hipertensi
sekunder adalah pheocrhromocytoma, yaitu tumor pada kelenjar adrena yang
menghasilkan epinefrin, yang menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan stroke
volume, serta Cushings disease, yang menyebabkan peningkatan curah jatung dari retensi
garam dan peningkatan TPR sebagai akibat sistem saraf simpatis yang hipersensitif.
Hipertensi pada kehamilan, meliputi empat kategori yaitu hipertensi gestasional,
hipertensi kronik, preeklamsia-eklamsia, dan preeklamsia superimposed pada hipertensi
kronik.
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII
Klasifikasi tekanan darah
Normal
<120
Dan < 80
Prehipertensi
120 139
Atau 80 89
Hipertensi grade I
140 159
Atau 90 99
Hipertensi grade II
160
Atau 100
Diatol (mmHg)
< 120
< 130
130-139
140-159
140-149
160-179
180
140
< 80
< 85
85-89
90-99
90-94
100-109
110
< 90
140-149
<90
D. ETILOGI HIPERTENSI
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.
Hipertensi esensial tidak disebabkan oleh faktor tunggal atau khusus, melainkan berbagai
faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh hipertensi primer yang
diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan
vaskuler, phaeochromocytoma, dan sebagainya. Adapaun penyebab paling umum pada
hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati.
Faktor resiko hipertensi yang dapat dimodifikasi antara lain genetik, umur, jenis
kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor resiko hipertensi yang dapat dimodifikasi antara lain
stres, obesitas dan nutrisi, seperti asupan garam dalam diet.
juga disebut hipertensi primer atau idiopatik, adalah hipertensi yang tidak jelas
etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Kelainan
hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer.
Penyebab hipertensi esensial adalah mulitifaktor, terdiri dari factor genetic dan
lingkungan. Factor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat
penyakit kardiovaskuler dari keluarga. Faktor predisposisi genetic ini dapat berupa
sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vascular
(terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin. Paling sedikit ada 3 faktor
lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yakni, makan garam (natrium)
berlebihan, stress psikis, dan obesitas.
b. Hipertensi sekunder.
Prevalensinya hanya sekitar 5-8 % dari seluruh penderita hipertensi. Hipertensi ini
dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi
endokrin), obat, dan lain-lain. Hipertensi renal dapat berupa:
1) Hipertensi renovaskular, adalah hipertensi akibat lesi pada arteri ginjal sehingga
menyebabkan hipoperfusi ginjal.
2) Hipertensi akibat lesi pada parenkim ginjal menimbulkan gangguan fungsi ginjal.
Hipertensi endokrin terjadi misalnya akibat kelainan korteks adrenal, tumor di
medulla adrenal, akromegali, hipotiroidisme, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme,
dan lain-lain.
Penyakit lain yang dapat menimbulkan hipertensi adalah koarktasio aorta,
kelainan neurogik, stres akut, polisitemia, dan lain-lain.
E. PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
darah secara fisiologis. Renin yang diproduksi di ginjal akan mengubah angiotensinogen dari
hepar menjadi angiotensin I, yang kemudian oleh ACE dari paru-paru akan diubah lagi
menjadi angiotensin II. Kerja pertama adalah meningkatkan sekresi antidiuretic hormone
(ADH) dari pituitari posterior dan rasa haus. ADH bekerja pada ginjal dengan mengatur
osmolalitas dan volume urine, sehingga urine menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkennya, cairan intraseluler akan ditarik ke ruang ekstraseluler sehingga volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang berperan untuk mengatur volume cairan ekstraseluler.
Aldosteron akan mengurangi ekskresi natrium dana air yang akan akan meningkatkan volume
darah dan tekanan darah.
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat kompleks.
Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadang-kadang
muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi
persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target
di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan sistem saraf pusat.
Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko
yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak
dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan
faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi.
a. Faktor genetik
Hipertensi esensial biasanya terkait dengan gen dan factor genetic, dimana
banyak gen turut berperan pada perkembangan gangguan hipertensi. Seseorang yang
mempunyai riwayat keluarga sebagai pembawa hipertensi mempunyai resiko dua kali
lebih besar untuk
terkena hipertensi. Gen yang berperan pada patofisologi penyakit hipertensi adalah :
1) Gen simetrik yang mengandung promoter gen 11-hidrokilase dan gen urutan
selanjutnya untuk member kode pada gen aldosteron sintase, sehingga menghasilakan
produksi ektopik aldosteron.
2) Saluran natrium endotel yang sensitive terhadap amilorid yang terdapat pada tubulus
pengumpul. Mutasi gen ini mengakibatkan aktivitas aldosteron, menekan aktivitas rennin
plasma dan hipokalemia.
3) Kerusakan gen 11-hidrokilase dehydrogenase menyebabkan sirkulasi konsentrasi
kortisol normal untuk mengaktifkan reseptor mineralakortikoid, sehingga menyebabkan
sindrom kelebihan mineralkortikoid
b. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang
berumur di atas 60 tahun, 50 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang
yang bertambah usianya. Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya
oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah
juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan
oleh arena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah
akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.
Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang
berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah
diastolik meningkat sampai decade kelima dan keenam kemudian
c. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita
pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai
dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55
tahun.
d. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit
putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang
kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
vasopressin lebih besar.
e. Obesitas
Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan
darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)>30 (obesitas) adalah 38%
untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan
17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar
internasional). Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan
antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan
kesehatan
dunia
yaitu
World
Health
Organization
(WHO)
terjadi kerusakan pada lapisan endotel arteri. Kerusakan dapat disebabkan langsung oleh
tingginya kadar glukosa dalam darah, metabolit glukosa, atau tingginya kadar asam
lemak dalam darah yang sering dijumpai pada pasien-pasien diabetes.
Akibat kerusakan tersebut permeabilitas sel endotel meningkat sehinggga
molekul-molekul yang mengandung lemak masuk ke arteri. Kerusakan sel endotel akan
mencetus reaksi imun dan peradangan sehingga akhirnya terjadi pengendapan trombosit
trombosit , makrofag, dan jaringan fibrosa. Sel-sel otot polosn berproliferasi. Penebalan
dinding arteri menyebabkan hipertensi, yang semakin merusak sel-sel endotel.
3) Gagal jantung
Keadaan dimana otot jantung rusak atau melemah hal ini disebabkan serangan
jantung, jantung harus bekerja lebih berat untuk memompa darah. Hipertensi yang tidak
terkndali menuntut jantung yang lemah untuk bekerja lebih keras.
4) Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah keadaan yang ditandai oleh peningkatan kadar lemak
darah. Keadaan ini bisa memicu dan mempercepat proses perusakan dinding arteri.
Biasanya dihubungkan dengan risiko terjadinya aterosklerosis atau penyakit jantung
koroner, dan kadang kadang disertai kelainan lain seperti xantomatosis dan
pankreatitis.
Evaluasi hipertensi pada pasien hipertensi bertujuan untuk:
1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular lainnya atau
menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan
pengobatan.
2.
G. MANIFESTASI KLINIK
H. DIAGNOSIS
Menurut European Society of Hypertension (ESH) dan European Society of Cardiology
(ESC) 2007, prosedur diagnosa hipertensi terdiri atas:
1. Pemeriksaan tekanan darah,
2. Identifikasi faktor risiko,dan
3. Pemeriksaan adanya kerusakan organ dan penyakit lain yang terjadi bersamaan atau
menyertai
4.
I. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
Terapi Farmakologis
Kelas obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan darah adalah :
1 Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis. Pengurangan volume
plasma dan Stroke Volume (SV) berhubungan dengan dieresis dalam penurunan curah
jantung (Cardiac Output, CO) dan tekanan darah pada akhirnya. Penurunan curah
jantung yang utama menyebabkan resitensi perifer. Pada terapi diuretik pada hipertensi
kronik volume cairan ekstraseluler dan volume plasma hampir kembali kondisi
pretreatment.
a Thiazide
Thiazide adalah golongan yang dipilih untuk menangani hipertensi, golongan lainnya
efektif juga untuk menurunkan tekanan darah. Penderita dengan fungsi ginjal yang
kurang baik Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) diatas 30 mL/menit, thiazide merupakan
agen diuretik yang paling efektif untuk menurunkan tekanan darah. Dengan menurunnya
fungsi ginjal, natrium dan cairan akan terakumulasi maka diuretik jerat Henle perlu
digunakan untuk mengatasi efek dari peningkatan volume dan natrium tersebut. Hal ini
akan mempengaruhi tekanan darah arteri. Thiazide menurunkan tekanan darah dengan
cara memobilisasi natrium dan air dari dinding arteriolar yang berperan dalam penurunan
resistensi vascular perifer.
b Diuretik Hemat Kalium
Diuretik Hemat Kalium adalah anti hipertensi yang lemah jika digunakan tunggal. Efek
hipotensi akan terjadi apabila diuretik dikombinasikan dengan diuretik hemat kalium
thiazide atau jerat Henle. Diuretik hemat kalium dapat mengatasi kekurangan kalium dan
natrium yang disebabkan oleh diuretik lainnya.
c Antagonis Aldosteron
Antagonis Aldosteron merupakan diuretik hemat kalium juga tetapi lebih berpotensi
sebagai antihipertensi dengan onset aksi yang lama (hingga 6 minggu dengan
spironolakton).
2 Beta Blocker
Mekanisme hipotensi beta bloker tidak diketahui tetapi dapat melibatkan menurunnya
curah jantung melalui kronotropik negatif dan efek inotropik jantung dan inhibisi
pelepasan renin dan ginjal.
a Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol merupakan kardioselektif pada dosis
rendah dan mengikat baik reseptor 1 daripada reseptor 2. Hasilnya agen tersebut kurang
merangsang bronkhospasmus dan vasokontruksi serta lebih aman dari non selektif
bloker pada penderita asma, penyakit obstruksi pulmonari kronis (COPD), diabetes dan
penyakit arterial perifer. Kardioselektivitas merupakan fenomena dosis ketergantungan
dan efek akan hilang jika dosis tinggi.
b Acebutolol,
carteolol,
penbutolol,
dan
pindolol
memiliki
aktivitas
intrinsik
inhibitor ACE menurunkan tekanan darah pada penderita dengan aktivitas renin plasma
normal, bradikinin, dan produksi jaringan ACE yang penting dalam hipertensi.
4 Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARB)
Angiotensin II digenerasikan oleh jalur renin-angiotensin (termasuk ACE) dan jalur
alternatif yang digunakan untuk enzim lain seperti chymases. Inhibitor ACE hanya
menutup jalur renin-angiotensin, ARB menahan langsung reseptor angiotensin tipe I,
reseptor yang memperentarai efek angiotensin II. Tidak seperti inhibitor ACE, ARB tidak
mencegah pemecahan bradikinin.
5 Antagonis Kalsium
CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium
yang sensitif terhadap tegangan sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstra selluler
ke dalam sel. Relaksasai otot polos vaskular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan
dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium dihidropiridini dapat
menyebbakan aktibasi refleks simpatetik dan semua golongan ini (kecuali amilodipin)
memberikan efek inotropik negative.
Verapamil menurunkan denyut jantung, memperlambat konduksi nodus AV, dan
menghasilkan efek inotropik negative yang dapat memicu gagal jantung pada penderita
lemah jantung yang parah. Diltiazem menurunkan konduksi AV dan denyut jantung
dalam level yang lebih rendah daripada verapamil.
6 Alpha blocker
Prasozin, Terasozin dan Doxazosin merupakan penghambat reseptor 1 yang
menginhibisi katekolamin pada sel otot polos vascular perifer yang memberikan efek
vasodilatasi. Kelompok ini tidak mengubah aktivitas reseptor 2 sehingga tidak
menimbulkan efek takikardia.
7 VASO-dilator langsung
Hedralazine dan Minokxidil menyebabkan relaksasi langsung otot polos arteriol.
Aktivitasi refleks baroreseptor dapat meningkatkan aliran simpatetik dari pusat
fasomotor, meningkatnya denyut jantung, curah jantung, dan pelepasan renin. Oleh
karena itu efek hipotensi dari vasodilator langsung berkurang pada penderita yang juga
mendapatkan pengobatan inhibitor simpatetik dan diuretik.
tekanan (pressure). Sehingga bentuk latihan yang paling tepat adalah jalan kaki,
bersepeda, senam, dan berenang atau olehraga aerobik. Frekuensi latihan yang
dianjurkan secara rutin yaitu 3-4 kali dalam seminggu dengan durasi waktu 30-45
menit.
5. Makan banyak buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak
mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah. Sayuran
yang baik dikonsumsi adalah sayuran segar dengan cara pengolahan direbus tanpa
mengubah warna. Buah yang dianjurkan untuk dikonsumsi terutama mengandung
vitamin C, kalium, magnesium, serta yang terpenting potasium namun pengecualian
pada buah durian karena mengandung tinggi lemak dan mengandung alkohol 5-10%.
6. Tidak merokok, tidak minum alkohol, dan mengurangi konsumsi kopi
7. Pengendalian stress
a. Latihan relaksasi atau meditasi
Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh
sambil membayangkan sesuatu yang dami, indah, dan menyenangkan. Kegiatan
ini dilakukan minimal satu kali dalam seminggu.
b. Berusaha membina hubungan yang positif
Apabila tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan individu,
maka akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun
timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek negatif tersebut, orang harus berusaha
membina hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup yang positif
adalah sebagai berikut:
Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain
menyelesaikan bagiannya
J. KOMPLIKASI HIPERTENSI
Hipertensi yang tidak terkontrol akan mempengaruhi semua sistem organ dan
akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10 20 tahun. Stroke kemungkinan
disebabkan oleh perdarahan tekanan tinggi pada otak atau dari emboli. Stroke dapat
terjadi dengan hipertensi yang berkepanjangan jika areti yang menyuplai orak menjadi
hipertrofi dan menebal, sehingga mengurangi aliran darah ke area otak yang bergantung
padanya. Arteri-arteri cerebral yang mengalami aterosklerosis dapat menjadi lemah,
sehingga meningkatkan ecederungan aneurisma.
Infark miokard dapat terjadi jika aretri koroner yang mengalami aterosklerosis
tidak dapat menyuplai oksigen yang adekuat ke miokard atau jika terbentuk trombus
yang menyumbat pembuluh darah.
Gagal ginjal terjadi dengan adanya kerusakan tekanan tinggi yang progresif
pada kapiler ginjal. Dengan kerusakan glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal,
nefron, terganggu, sehingga nefron akan mengalami hipoksia dan mati.
Ensefalopati (kerusakan otak) hipertensif terjadi jika tekanan tinggi yang
progresif sehingga menyebabkan tekanan kapiler cerebral meningkat dan mengalirkan
cairan ke ruang interstitial melalui sistem saraf pusat, sehingga neuron disekelilingnya
kolaps. Koma hingga kematian dapat terjadi.
BAB III
PEMBAHASAN
Hipertensi yang terjadi pada pasien ini disebabkan karena berbagai faktor resiko yang
mempengaruhi, diantaranya, riwayat personal social dari gaya hidup seperti mengkonsumsi
kopi, tidur yang kurang cukup, stressor kehidupan karena faktor ekonomi, yang menyebabkan
meningkatnya akivitas simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi vena, yang mengakibatkan
kontraktilitas meningkat, curah jantung meningkat dan menekan serabut syraraf otak, yang
akhirnya menstimulasi ujung syaraf bebas, sampai ke hipotalamus dan cortex cerebri, yang
akan menimbulkan manifestasi nyeri kepala. Mekanisme tersebut terus berlanjut jika stressor
tersebut masih ada, itulah yang menyebabkan pasien ini sering mengalami sakit kepala
kambuh-kambuhan.
Hipertensi dan keluhan pada pasien sangat erat kaitannya juga dengan faktor
pekerjaan. Pekerjaan pasien sebagai pedagang angkringan yang tidak tetap sehingga
mendapatkan penghasilan yang tidak tetap pula mengharuskan pasien berhadapan dengan
stressor yang tinggi.
Faktor keluarga juga sangat berperan dalam keehatan pasien. Dari home visit
didapatkan bahwa pasien sangat merindukan kebersamaan keluarga, dimana suaminya telah
meninggal dunia dan anak pertama sampai anak ketiga pasien merantau diluar kota. Hal ini
membuat pasien sedikit kesepian karena anak-anaknya jarang menjenguk pasien dan biasanya
ke rumah pasien jika lebaran saja. Dukungan dan motivasi dari keluarga terdekat sangatlah
mempengaruhi faktor psikologis dan dapat menurunkan stress sehingga berpengaruh juga
terhadap kesehatan pasien.
Sebagai dokter keluarga, dibutuhkan manajemen yang komprehensif untuk pasien ini,
yaitu dengan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Untuk menghilangkan rasa cemas dan
takut pasien akan penyakitnya dan masalah yang sedang dihadapinya maka diperlukan suatu
konseling dengan pasien dan keluarga. Dimana ada keterlibatan anggota keluarga dalam
mengintervensi yang bukan hanya untuk menyembuhkan penyakitnya, tapi juga
mengeintervensi psikososialnya, karena pasien adalah sebagai makhluk biopsikososial.
DAFTAR PUSTAKA
Antman, E.M., Selwyn, A.P., Braunwald, E., & Loscalzo, J. (2008). Ischemic
heart disease. In Braunwald et al, Harrisons principles of internal medicine (17th
retail). USA: Mc-Graw Hill. p1514
Baldy, C.M. Pembekuan. In S.A. Price & L.M. Wilson (Eds.), Patofisiologi:
konsep klinis proses-proses penyakit ( P. Anugerah, penerjemah). In Jakarta: EGC.
(Buku asli diterbitkan 1992).
Corwin, E.J. Handbook of Pathophysiology 3rd ed. New York. Lippincott
Williams & Wilkins.
National Heart, Lung, and Blood Institue of National Institutes of Health.
United States Department of Health and Humen Services. Complete report: The
Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Diakses pada 9 Agustus 2014
dari https://meded.beaumont.edu/system/files/imce/Should%20the%20New
%20Hypertension%20Guidelines%20Affect%20Your%20Practice_Peterson.pdf
Peterson, E.D. Duke Clinical Research Institute. JNC-8 New
Guidelines.Diakses pada 11 Agustus 2014 dari
http://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/jnc7full.pdf
Tortora, G.J., Derrickson, B.H., 2009. The Special Senses. In: Tortora, Gerard
J., Derrickson, Bryan H. (eds). Principles of Anatomy and Physiology. 12th
edition. New York: John Wiley & Sons, Inc, 605-611.