Anda di halaman 1dari 86

BAB 3

DASAR- DASAR HIDROLIK


3.1. Dasar-Dasar Hidrolik
Sistem hidrolik mempunyai peran sangat penting dalam operasi alat berat. Prinsipprinsip dasar hidrolik digunakan ketika merancang dan mengoperasikan sistem hidrolik
untuk implement atau attachment, sistem steering, sistem brake, dan sistem power train.
Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peralatan yang memanfaatkan
prinsip-prinsip dasar hidrolik, misalnya: dongkrak dll.b
Prinsip-prinsip hidrolik berlaku ketika menggunakan cairan yang bertekanan sebagai
media untuk melakukan kerja. Untuk itu ada beberapa hukum yang harus dipahami dan
akan dijelaskan pada pembahasan berikut.

3.1.1 Penggunaan Cairan Dalam Sistem Hidrolik


Gb. 1.1 Zat Cair

Beberapa alasan mengapa menggunakan zat cair dalam sistem hidrolik:

Cairan mengikuti bentuk wadah (tempat) dimana cairan itu berada. Ruang atau
volume yang ditempati oleh zat cair tadi dinamakan displacement.

1.

Zat cair tidak dapat dimampatkan (non-compressible)

Zat cair meneruskan tekanan ke semua arah (lihat gambar 1-2), mengikuti bentuk
dari wadah. Zat cair mengalir ke segala arah melalui pipa-pipa dan hose dalam
berbagai ukuran dan bentuk.

Gb. 1.2 Zat Cair Tidak Bisa Dimampatkan


Dibandingkan dengan zat lain sebagai contoh
2 gas, jika ditekan gas mempunyai
ruangan yang lebih kecil dan displacement-nya menjadi berkurang. Itulah sebabnya zat cair
(cairan) sangat cocok digunakan dalam sistem hidrolik.

2.

Gb. 1.3 Gas yang Dimampatkan

3.1.2 Hukum Pascal


Menurut hukum Pascal, Tekanan yang bekerja pada suatu zat cair pada ruangan
tertutup, akan diteruskan ke segala arah dan menekan dengan gaya yang sama pada
luas area yang sama. Artinya, gaya yang bekerja di setiap bagian dari hidrolik oil system
akan meneruskan tekanan yang sama ke segala arah di dalam sistem.

Gb. 1.4 Hukum Pascal


Contoh soal
Seperti contoh yang terdapat pada gambar di atas, 500 Pound gaya yang bekerja pada
piston kecil dengan jari-jari 2 inchi, menghasilkan tekanan sebesar 40 Pound per
Square Inch (Psi). Tekanan yang sama akan mampu mendukung piston besar dengan
jari-jari 3 inchi dengan berat beban 1130 Pound. Dengan rumus yang sederhana
berdasarkan hukum Pascal, dapat dijelaskan hubungan antara gaya (Force), Tekanan
(Pressure) dan Luas penampang (Area).

3.1..2.1 Formulasi Pascal

3.

Force (gaya) adalah sesuatu yang menyebabkan benda diam menjadi bergerak,
benda yang bergerak lurus menjadi berbelok dan sebagainya.
Gaya biasanya dinyatakan dalam:
Pounds (Lbs)
Kilogram (Kg)
Newton (N)
Pressure (Tekanan), adalah gaya yang bekerja pada setiap satuan luas penampang. Pressure
biasanya dinyatakan dalam:
Pounds per Square Inch (Psi)
Kilogram per Centimeter Persegi (Kg/Cm)
KiloPascal (Kpa)
Area (Luas penampang/permukaan), biasanya dinyatakan dalam:
Square Inch (Inch)
Millimeter persegi (mm)
Centimeter persegi (mm)

Gb. 1.5 Formulasi Pascal

Luas permukaan yang berbentuk lingkaran dapat dihitung dengan rumus berikut:

4.

Area = r
Jika jari-jari lingkaran (r) adalah 2 inch, maka:
A = 3,14 2 2
A = 12,5 inch
Dengan mengetahui luas area, dapat diketahui berapa besar tekanan yang mampu
mengangkat beban yang ada. Jika gaya sebesar 500 Pound bekerja pada area 12,5 inch,
tekanan yang terjadi adalah 40 psi.
Tekanan dapat diketahui dengan rumus:
P=F/A
P = 500 lbs/12,5 inch
P = 40 psi
Dengan demikian besar gaya yang bisa ditopang oleh piston yang besar adalah:
F= P A
P = 40 psi
A = belum diketahui (r = 3 inch)

F = 40 28,26

A = r

F = 1130 psi

A = 3,14 3 3
A = 28,26 inch

3.1..2.2 KEUNTUNGAN MEKANIS

5.

Gambar 1.6 menunjukkan bagaimana zat cair dalam sebuah sistem hidrolik
menimbulkan keuntungan secara mekanis. Semua cylinder dalam keadaan tersambung, dan
semua ruangan terisi dengan zat cair sebelum sistem diberikan tekanan. Cylinder dihitung
dari kiri ke kanan.

Gb. 1.6 Zat Cair menimbulkan Keuntungan Mekanis


Pada saat menghitung pressure di dalam sistem, digunakan dua valve dari cylinder
ke dua dari sebelah kiri.
Rumus yang digunakan adalah:
Pressure = Force : Area

Pressure = Force
Area

Pressure = 50 lbs = 50 psi


1 in

6.

Sekarang sudah didapatkan pressure yang ada di dalam sistem sehingga bisa
dihitung force dari load untuk cylinder satu dan tiga dan piston area untuk cylinder 4.
Hitung load pada cylinder satu dan tiga dengan menggunakan rumus: Force sama dengan
Pressure kali Area (Force = Pressure Area). Hitung cylinder nomor empat piston area
dengan menggunakan rumus: Area sama dengan Force dibagi Pressure (Area = Force :
Pressure ).
Jawaban:
Load pada cylinder 1 adalah 250 lbs, load pada cylinder 3 adalah 150 lbs, sedangkan
Area pada piston nomor 4 adalah 2 in.
I.3 Orifice
Berbicara masalah hidrolik, hal yang umum dipakai adalah istilah Pump Pressure
(Tekanan Pompa). Tetapi perlu diingat bahwa pompa tidak menghasilkan pressure.
Pompa hanya menghasilkan Flow (aliran fluida/oli). Jika flow-nya dihambat, maka
akan timbul pressure.
Pada gambar 7.a pump flow yang melalui pipa adalah 1 GPM (Gallon Per Minute). Pada
gambar tersebut, tidak ada hambatan untuk mengalir melalui pipe. Oleh sebab itu
pembacaan pressure adalah 0 (zero) untuk kedua gauge.

Gb. 1.7a Tanpa Orifice dan Gb. 1.7b Ada Orifice

7.

Orifice menimbulkan hambatan terhadap pump flow. Pada saat oli mengalir melalui
sebuah orifice, maka akan timbul pressure pada sisi up stream dari sebuah orifice (pressure)
yang diukur pada ruangan sebelum orifice.
Pada gambar 8.b, ada sebuah orifice di dalam pipa di antara kedua gauge. Gauge pada sisi
up stream dari orifice menunjukkan bahwa pressure 207 kPa (30 psi) diperlukan untuk
mengirim flow sebesar 1 GPM melalui sebuah orifice. Tidak ada hambatan pada oli untuk
mengalir setelah orifice. Itu sebabnya gauge pada sisi down stream (ruangan setelah orifice)
menunjukan 0 (zero) kPa/psi.
3.1.3.1 Oil Flow ke Tangki di Blok

Gb. 1.8 Oil Flow ke Tangki di Blok


Pada saat ujung dari pipa output-nya di-blok (plugged), maka oil flow yang menuju
ke tangki juga di-blok. Positive displacement pump akan terus memompa oli pada 1 GPM
dan mengisi pipa-pipa saluran. Pada saat pipa-pipa-nya terisi, hambatan terhadap flow yang
mengalir ke pipa akan menghasilkan pressure. Pressure yang ditimbulkan sama dengan
Hukum Pascal yang menyatakan bahwa pressure yang bekerja pada suatu ruangan zat cair
akan diteruskan ke segala arah sama besar untuk masing-masing unit area yang sama. Nilai
pressure dari kedua gauge adalah sama.
Pressure akan terus naik sampai pump flow dialihkan ke circuit yang lain atau ke
tangki. Hal semacam ini biasanya dilakukan oleh relief valve.

8.

Jika total pump flow tidak dialihkan ke circuit yang lain, pressure di dalam sistem
akan terus naik dan menyebabkan kerusakan sistem tersebut (meledak/jebol).

I.3.2 Type Dasar Circuit


Ada dua type dasar dari circuit, yaitu: Series dan Parallel.

Gb. 1.9 Hambatan Serie


Pada gambar di atas, pressure 620 kPa (90 psi) diperlukan untuk mengalirkan 1
GPM oli melalui circuit.
A. Hambatan Serie
Orifice atau relief valve yang dirangkai serie pada hidrolik circuit akan menimbulkan
resistance (hambatan) yang mirip dengan resistor yang dirangkai serie pada circuit
electric dalam mana oil harus mengalir melalui masing-masing resistance. Total
resistance sama dengan jumlah dari masing-masing resistance.

9.

B. Hambatan Parallel
Dalam sebuah sistem dengan circuit parallel, pump oil akan mempunyai prioritas untuk
mengalir melalui resistance yang paling kecil lebih dahulu.
Pada gambar di bawah pompa men-supply oli ke tiga circuit parallel. Circuit tiga
mendapatkan prioritas yang paling rendah. Circuit satu mendapatkan prioritas yang
paling tinggi (lihat besarnya tension/tekanan spring pada masing-masing check valve).

Gb. 1.10 Hambatan Pararel


Pada saat oil flow mengisi saluran di sebelah kiri dari ke-tiga valve, pump oil pressure
naik ke 207 kPa (30 psi). Pump oil pressure akan membuka valve pada pada circuit satu
dan oli akan mengalir melaluinya.
Pada saat circuit satu sudah terisi, pump oil pressure mulai naik. Pump oil pressure naik
sampai 414 kPa (60 psi) dan membuka valve pada circuit dua. Pump oil pressure tidak
dapat terus naik sampai circuit dua ter-isi penuh.
Pump oil pressure harus melebihi 620 kPa (90 psi) untuk membuka valve pada circuit
tiga.
Harus ada sistem relief valve di salah satu circuit atau di pompa untuk membatasi
maksimum pressure di dalam sistem.

10.

Hydraulic
II. Komponen-Komponen Hydraulic
II.1 Tangki Hidrolik
II.1.1 Komponen Oil Tank
Fungsi utama dari hydraulic oil tank adalah untuk menyimpan oli. Akan tetapi oil
tank juga mempunyai beberapa fungsi lain. Oil tank harus bisa menyerap panas dan
memisahkan udara dari oli.

Gb. 2.1Tangki Hidrolik


Oil tank harus cukup kuat, punya kapasitas yang cukup dan bisa memisahkan
kotoran-kotoran. Hydraulic oil tank biasanya tertutup, tetapi tidak selalu.
Komponen oil tank seperti terlihat pada gambar di atas:
Fill Cap, menjaga kotoran masuk lewat lubang yang dipakai untuk mengisi dan
menambahkan oli ke dalam tangki serta menjaga/menutup pressurizes tank.
Sight glass, digunakan untuk meng-check level/permukaan dari oli. Level oli
seharusnya di-check saat oli masih dalam keadaan dingin. Level oli akan benar
bila permukaanya di tengah-tengah sight glass.
Supply dan Return Lines, Supply lines (hose menuju pompa) memungkinkan oli
mengalir dari tangki ke sistem. Return lines (saluran kembali) memungkinkan oli
mengalir dari sistem ke tangki.

11.

Drain, terletak di bagian bawah tangki. Drain (saluran pembuangan) digunakan


untuk membuang oli lama dari tangki. Saluran drain juga memungkinkan air dan
endapan lain dalam oli dibuang.

II.1.2 Jenis Hydraulic Tank


Dua macam hydraulic tank adalah Pressurized dan Vented (Non-Pressurized).

Gb. 2.2 Pressurized Tank


A. Pressurized Tank, pressurized tank itu tertutup sama sekali. Atmospheric pressure
(tekanan udara luar) tidak akan mempengaruhi pressure yang ada di dalam tangki.
Sebagaimana oli mengalir melalui sebuah system, oli akan menyerap panas dan
mengembang. Oli yang mengembang ini akan menekan udara yang ada di dalam tangki.
Udara yang tertekan ini akan mendorong oli keluar dari tangki dan menuju ke sistem.
Vaccum relief valve mempunyai dua fungsi. Mencegah ke-vaccum-an dan juga untuk
membatasi maksimum pressure di dalam tangki. Vaccum relief valve akan mencegah kevaccum-an dengan cara membuka dan membiarkan uadara masuk ke dalam tangki
bilamana tank pressure drop sampai 3,45 kPa (.5 psi).
Pada saat pressure di dalam tangki mencapai vaccum relief valve pressure setting, maka
valve akan membuka dan mengeluarkan udara yang terjebak ke luar (atmosphere).
Vaccum relief valve pressure setting bisa bervariasi antara 70 kPa (10 psi) sampai 207
kPa (30 psi).
Komponen tangki yang lain adalah:

12.

Filler Screen, mencegah kotoran yang besar masuk ke tangki pada saat tutup tangki
dilepas.
Filler Tube, memungkinkan tangki diisi pada level yang benar tetapi tidak overfilled.
Baffles, mencegah return oil mengalir langsung ke bagian tangki outlet, memberikan
kesempatan kepada bubble (gelembung-gelembung udara) yang ada di return oil
untuk naik ke atas. Juga mencegah oli ter-aduk yang mana akan membantu
menurunkan oli dari pembentukkan buih.
Ecology Drain, digunakan untuk mencegah oli tercecer pada saat membuang air dan
endapan-endapan dari tangki.
Return Screen, mencegah partikel yang lebih besar masuk ke tangki, tetapi tidak bisa
menyaring partikel yang halus.
B. Vented Tank

Gb. 2.3 Vented Tank


Gambar 2.3 menunjukkan Vented tank atau Non-Pressurized tank. Tangki ini berbeda
dengan pressurized tank, dimana pada vented tank mempunyai breather (lubang
pernapasan). Breather memungkinkan udara keluar masuk dengan bebas. Atmospheric
pressure di atas oli menekan oli keluar dari tangki menuju ke sistem. Breather
mempunyai screen yang mencegah kotoran masuk ke dalam tangki.
II.1.3 ISO Simbol
Gambar 2.4 memperlihatkan ISO simbol untuk vented dan pressurized hydraulic
tank.

13.

Gb. 2.4 Vented Tank


Vented hydraulic tank simbol hanya berbentuk kotak/segi empat dengan bagian
atasnya terbuka. Sementara pressurized tank simbol digambarkan dengan kotak/segi empat
yang tertutup. Gambar tangki terlihat digambarkan dengan hydraulic lines untuk
mempermudah pengertian).
II.1.4 Fungsi dari Hydraulic Fluid (Oil)
Fluid (Zat cair) adalah Non-Compressible. Oleh sebab itu fluid dapat men-transmit
power saat itu juga dalam sebuah sistem hidrolik. Sebagai contoh, minyak tanah tercompress sekitar 1% untuk setiap 2000 psi. Oleh sebab itu minyak tanah dapat
mempertahankan volumenya secara tetap di bawah tekanan tinggi. Minyak tanah adalah zat
cair pokok yang digunakan dalam pengembangan kebanyakan hidrolik oil.
Fungsi utama dari hydraulic fluid (oil) adalah:

Lubricating

Transmitting power

Sealing

Cooling

Cleaning

14.

Gb. 2.5 Non-Compressible Fluid


A. Transmitting power (Meneruskan Tenaga)
Karena hydraulic fluid tidak dapat dikompres, sekali hidrolik sistem ter-isi dengan
fluida, seketika itu juga meneruskan power dari satu area ke area yang lain. Akan tetapi
bukan berarti semua fluida mempunyai efisiensi yang sama dalam meneruskan power,
sebab masing-masing fluida mempunyai sifat khusus sendiri-sendiri. Pemilihan
hydraulic fluid yang benar tergantung dari pemakaian dan kondisi operasi.
B. Lubricating (Melumasi)
Hydraulic fluid (oil) harus bisa melumasi komponen-komponen yang bergerak dalam
sebuah hidrolik sistem. Komponen-komponen yang berputar atau meluncur harus bisa
berfungsi dengan baik tanpa harus bersentuhan dengan komponen yang lain. Hydraulic
oil harus bisa mempertahankan oil film di antara dua permukaan untuk mencegah
gesekan, panas dan keausan.
C. Sealing (Menutupi)
Banyak komponen-komponen hidrolik di-design dengan menggunakan hydraulic oil
dari pada mekanikal seal dalam komponen. Viskositas (kekentalan) dari oil akan
membantu menentukan kemampuannya untuk melapisi.
D. Cooling
Hidrolik sistem menghasilkan panas bila sedang mengubah mekanikal energi ke hidrolik
energi atau sebaliknya.
Pada saat oil bergerak melalui sistem, panas akan merambat dari komponen-komponen
yang lebih hangat ke cooler. Oil akan memberikan panas tersebut ke reservoir atau
cooler yang telah di-design untuk menjaga oil temperature tidak melebihi batas.
E. Cleaning
Fungsi lain dari oil adalah membersihkan. Meskipun pada hidrolik tank sudah ada
screen, bukan tidak mungkin kotoran debu akan masuk ke dalam sistem. Kotorankotoran ini akan dibawa oleh oil ke tangki yang kemudian akan ditangkap oleh filter
yang ada di dalam tangki.
Disamping fungsi-fungsi tersebut di atas oil juga bisa mencegah karat dan korosi
pada komponen-komponen metal, mencegah oil membentuk buih dan oksidasi,

15.

memisahkan udara, air serta kotoran yang lain dan juga menjaga oil dari perubahan
temperature yang besar.
II.1.5 Viscosity (Kekentalan)
Viskositas adalah hambatan terhadap oil untuk mengalir pada temperature tertentu.
Jika zat cair mengalir dengan mudah, maka berarti mempunyai viscosity yang rendah. Zat
cair yang tidak mudah mengalir, berarti mempunyai viscosity yang tinggi.
Viskositas zat cair dipengaruhi oleh temperature. Bilamana zat cair menjadi lebih
panas, maka viskositasnya akan menjadi lebih rendah. Begitu juga bilamana zat cair-nya
menjadi lebih dingin, maka viskositasnya akan naik.
Contoh yang sangat mudah adalah minyak sayur dimana viskositas akan berubah
bila temperature-nya berubah. Bila minyak sayur ada dalam kondisi dingin, maka dia akan
terasa kental dan lambat untuk dituangkan. Setelah dipanaskan, maka minyak tersebut akan
menjadi lebih encer dan mudah dengan cepat dituangkan.
II.1.6 Viscosity Index
Viscosity Index (VI) adalah ukuran kekentalan zat cair seiring dengan berubahnya
temperature. Jika zat cair relative tetap di berbagai temperature, maka dikatakan zat cair
tersebut mempunyai Viskosity Index (VI) yang tinggi. Jika zat cair menjadi lebih kental
pada temperature rendah dan sangat encer pada temperature tinggi, maka zat cair tersebut
mempunyai Viscosity Index yang rendah. Pada kebanyakan hydraulic system, fluida dengan
Viscosity Index yang tinggi diperlukan daripada fluida dengan Viscosity Index yang rendah.
II.1.7 Petroleum Oil
Semua petroleum oil akan menjadi lebih encer seiring dengan kenaikan temperature.
Sebaliknya, jika temperature turun akan menjadi lebih kental. Jika viskositas terlalu rendah,
maka akan ada banyak kebocoran melalui seal dan lewat sambungan-sambungan. Jika
viskositas terlalu tinggi maka kemungkinan operasinya menjadi lebih berat sehingga
memerlukan extra power untuk mendorongnya melalui system. Viskositas dari petroleum
oil dinyatakan dengan SAE (Society of Automotive Engineers) numbers: 5W, 10W, 20W,
30W, 40W, dan lain-lain. Semakin kecil angkanya, dapat mengalir dengan baik pada
temperature rendah. Semakin besar angka-nya, semakin kental dan diperuntukkan buat
temperature tinggi.

16.

II.1.8 Fluida Tahan Api


Ada tiga macam fluida tahan api: Water-glycol, water oil emulsion dan synthetic.

Water-glycol fluid, berisi 35% sampai 50% air (water inhibit burning), glycol
(synthetic chemical hampir menyerupai antifreeze) dan water thickener. Additive
ditambahkan ke dalam fluida untuk memperbaiki lubrikasi dan untuk mencegah
karat, korosi dan berbuih. Water-glycol fluid lebih berat dibanding dengan oil
dan bisa menyebabkan pump cavitation pada kecepatan tinggi. Fluida ini bisa
bereaksi dengan metal tertentu dan seal dan tidak bisa digunakan/dicampur
dengan beberapa tipe cat.

Water oil emulsion, paling mahal dari semua fluida tahan api. Jumlah yang sama
dari air (40%) juga dipakai sebagaimana pada water-glycol untuk mencegah
pembakaran. Water-oil digunakan dalam hidrolik oil system pada umumnya.
Additive bisa ditambahkan untuk mencegah karat dan buih.

Synthetic oil, dibuat dengan proses reaksi kimia dengan komposisi khusus untuk
menghasilkan senyawa yang terencana dan mempunyai sifat-sifat yang bisa
diprediksi. Synthetic oil secara spesifik diramu untuk dipakai pada temperature
tinggi dan juga temperature rendah.

Kondisi-kondisi tertentu mungkin memerlukan synthetic fluid tersebut untuk


mendapatkan spesifikasi yang diperlukan. Fire resistic sinthetic fluid tidak mudah terbakar
dibanding dengan oil dan lebih cocok digunakan di area dengan pressure dan temperature
tinggi.
Beberapa kali fire resistant fluid bereaksi dengan polyurethane seal, untuk itu harus
menggunakan seal yang khusus.
II.1.9 Oil Life
Hidrolik oil tidak pernah aus. Digunakannya filter untuk menyaring partikel-partikel
dan bahan kimia akan sangat berguna bagi umur dari oil. Akan tetapi, pada akhirnya oil
akan menjadi terkontaminasi, dan itu harus diganti. Pada machine-machine konstruksi, oil
diganti secara teratur pada interval waktu yang ditentukan.

17.

Kontaminasi di dalam oil juga bisa digunakan sebagai indikator dari keausan yang
tinggi dan masalah-masalah lain yang akan muncul. Salah satu program yang menggunakan
oil yang sudah terkontaminasi sebagai sumber informasinya adalah Schedule Oil Sampling
Program (SOS)
II.2 Hydraulic Pump

Gb. 2.6 Hydraulic Pump


Hydraulic Pump mentransfer mechanical energy ke hydraulic energy. Ini adalah
suatu alat yang mengambil energy dari satu sumber (engine, electric motor, dll) dan
mentransfer energy tersebut menjadi bentuk hydraulic. Pompa mengisap oil dari tangki dan
mendorongnya ke dalam sebuah hydraulic system yang disebut sebagai Flow. Semua
pompa menghasilkan oil flow dengan cara yang sama. Proses vacuum akan terjadi pada
pump inlet. Atmospheric pressure yang lebih tinggi akan mendorong oil melalui inlet
passage dan masuk ke dalam pump inlet chamber. Gear-gear yang ada di dalam pompa
akan membawa oil ke pump outlet chamber. Volume dari chamber akan mengecil saat
chamber tersebut mendekati outlet. Hal ini akan memperkecil ukuran chamber dan
mendorong oil keluar melalui outlet passage. Pompa hanya menghasilkan flow (gallon per
menit, liter per menit, cubic centimeter per revolution, dll) yang akan digunakan di
hydraulic system. Pompa tidak menghasilkan atau menyebabkan pressure. Pressure

18.

disebabkan oleh hambatan terhadap aliran. Hambatan dapat disebabkan oleh flow melalui
hose, orifice, fitting, cylinder, motor atau apapun yang ada di dalam system yang
menghalangi flow menuju ke tangki. Ada dua pompa: Positive dan Non-Positive
displacement pump.
Gb. 2.7 Hydraulic Motor
Hydraulic motor mentransfer hydraulic energy menjadi mechanical energy. Hydraulic
motor menggunakan oil flow yang sedang di tekan ke dalam hydraulic system oleh pompa
dan mentransfernya menjadi rotary motion untuk menggerakkan peralatan yang lain seperti
final drive, diffrential, transmission, wheel, fan, pompa yang lain dan lain-lain.
II.2.1 Positive Displacement Pump
Ada 3 (tiga) type dari Positive displacement pump:
Gear
Vane
Piston
Positive displacement pump mempunyai clearance diantara komponen-komponen-nya
lebih kecil. Ini akan mengurangi kebocoran dan menghasilkan efficiency yang lebih baik
saat digunakan pada high pressure hydraulic system. Output flow pada positive
displacement pump pada dasarnya sama untuk setiap putaran pompa. Positive displacement
pump dikelompokkan menjadi dua berdasarkan kontrol output dan konstruksi pompa.

8
5

6
7

1
0

1
1

19.

Gb. 2.8 Komponen Positive Displacement Pump


Komponen Positive Displacement Pump adalah: (1) Seal Retainer, (2) Seal, (3)
Back Up Seal, (4) Isolation Plates, (5) Spacer, (6) Drive Gear, (7) Idle Gear, (8) Housing,
(9) Mounting, (10) Flange Seal, (11) Balance Plates.
II.2.1.1 Gear Pump
Pompa gear terdiri dari beberapa komponen seperti gambar di atas. Bearing
dipasang pada housing dan flange mounting-nya di sisi gear-gear-nya untuk mendukung
gear shaft selama berputar.
Gear pump termasuk positive displacement pump. Gear pump menghasilkan jumlah
oil yang sama pada setiap putaran dari input shaft. Pump output dikontrol dengan merubah
kecepatan dari putaran. Pressure operasi maksimum dari gear pump dibatasi sampai 4000
psi. Pembatasan pressure ini dilakukan karena adanya ketidakseimbangan hydraulic yang
menjadi sifat dan ada pada gear pump design. Ketidakseimbangan hydraulic akan
menghasilkan beban pada satu sisi pada shaft yang dilawan oleh bearing dan roda gigi yang
bersentuhan dengan housing. Gear pump menghasilkan volumetric efisiensi di atas 90%
pada saat pressure tetap berada pada range operasi yang diijinkan.
A. Gear Pump Flow
Output flow dari sebuah pompa gear ditentukan oleh kedalaman gigi dan lebar gigi.
Banyak dari produsen gear pump men-standard-kan pada kedalaman gigi dan profil
yang ditentukan oleh jarak garis tengah antara gear shaft (1.6, 2.0, 2.5, 3.0).
Dengan standard yang mengacu pada kedalaman gigi dan profil, perbedaan flow dari
pompa praktis ditentukan oleh lebar gigi.

20.

Gb. 2.9 Gear Pump Flow


Pada saat pompa berputar, oli dibawa diantara roda gigi dan housing dari sisi
inlet menuju ke sisi outlet dari pompa. Arah perputaran drive gear shaft ditentukan oleh
lokasi dari inlet dan outlet port. Pada kebanyakan gear pump, diameter inlet port lebih
besar dari pada outlet port. Pada bidirectional pump dan bidirectional motor, ukuran
inlet dan outlet port akan sama.
B. Gear Pump Force
Outlet flow dari sebuah gear pump dihasilkan dengan mendorong oil keluar dari
roda gigi pada saat bertemu di sisi outlet. Hambatan pada oil flow akan menghasilkan
pressure pada sisi outlet. Ketidakseimbangan dari gear pump lebih disebabkan karena
pressure yang ada di outlet port lebih tinggi dari inlet port. Pressure yang lebih tinggi
pada outlet port ini akan mendorong gear ke arah sisi inlet port. Dengan demikian maka
shaft bearing akan menerima sebagian besar beban untuk mencegah keausan yang
berlebihan antara puncak roda gigi dan housing-nya. Pada pressure yang lebih tinggi,
gear shaft akan sedikit miring ke arah roda gigi. Hal ini akan memungkinkan kontak
antara shaft dan bearing yang akan mengakibatkan shaft menjadi sedikit bengkok bila
terjadi pressure yang tidak balance.
Oli yang bertekanan juga diarahkan diantara sealed area dari pressure balance
plate dan housing-nya. Ukuran dari sealed area diantara pressure balance plate dan

21.

housing-nya adalah apa yang membatasi jumlah force yang menekan plate terhadap
ujung daripada gear.
C. Pressure Balance Plate
Ada dua tipe pressure balance plate yang digunakan di gear pump. Tipe ini
menggunakan isolation plate, back up untuk seal, seal mirip seperti angka 3 dan sebuah
retainer.
Tipe kedua mempunyai sebuah groove (alur) seperti angka 3 pada permukaanya
dan lebih tebal dari tipe pertama.

Gb. 2.10 Pressure Balance Plate

D. Gear Pump with Pocket

22.

Gb. 2.11 Gear Pump with Pocket


Gear pump dengan housing yang di-machining dengan pocket untuk roda giginya mempunyai radius dari pocket wall menuju dasar pocket-nya. Isolation plate atau
pressure balance plate yang digunakan di pocket harus mempunyai chamfer supaya
masuk dengan pas ke pocket-nya. Menggunakan isolation plate, seal retainer atau
pressure balance plate dengan ujung yang tajam di dalam housing pocket akan menekan
pressure balance plate ujung-ujung roda giginya dan akan menyebabkan kerusakan.
II.2.1.2 Vane Pumps
Vane pumps termasuk Positive displacement pumps. Pump output-nya bisa fixed dan
juga bisa variable. Keduanya menggunakan komponen yang umum. Masing-masing pump
mempunyai housing (1), Cartridge (2), mounting plate (3), mounting plate seal (4),
cartridge seal (5), cartridge back-up rings (6), snap ring (7), serta input shaft dan bearing
(8). Cartridge terdiri dari support plate (9), ring (10), flex plate (11), slotted rotor (12), dan
vane (13).
1
0

1
1

1
4

1
3
7

1
2

Gb. 2.13 Komponen Vane Pumps


Slotted rotor diputar oleh input shaft. Vane bergerak masuk dan keluar pada slot
yang ada di dalam rotor dan menge-seal pada ujung luarnya terhadap cam ring. Ring yang
ada di dalam fixed pump displacement berbentuk elips, sedangkan ring yang ada didalam
variable pump displacement berbentuk lingkaran/bundar. Flex plate menutup sisi dari rotor

23.

dan ujung-ujung vane-nya. Dalam beberapa design pressure rendah, support plates dan
housing menge-seal sisi dari rotating rotor dan ujung-ujung vane. Support plate digunakan
untuk mengarahkan ke passage-passage yang ada di dalm housing. Housing juga berfungsi
sebagai support untuk komponen-komponen yang lain dari vane pump, mengarahkan flow
masuk dan keluar vane pump.

A. Vanes
Vane pertama sekali ditahan terhadap cam ring dengan centrifugal force yang
dihasilkan oleh putaran rotor. Bilamana flow-nya naik, pressure yang dihasilkan dari
hambatan terhadap flow itu sendiri diarahkan menuju passage di dalam rotor di bawah
vane (1). Ini terlihat pada gambar sebelah kiri. Oli yang bertekanan yang ada di bawah
vane ini akan berusaha menjaga vane supaya tetap bersentuhan dengan cam ring
(sealing proccess). Untuk mencegah vane supaya tidak terlalu keras menekan cam ring,
vane-nya dichamfer di bagian belakang untuk mendapatkan balancing pressure

melewati ujung bagian luar (arah panah).


Gb. 2.14 Vanes
B. Flex Plates
Oli yang sama juga diarahkan di antara flex plate dan support plate untuk
menutup/menge-seal sisi dari rotor dan ujung dari vane. Ukuran dari seal area di antara
flex plate dan support plate adalah apa yang mengontrol force yang menekan flex plate
terhadap sisi dari rotor dan ujung dari vane. Seal dengan bentuk yang lonjong harus

24.

dipasang di support plate dengan salah satu sisi bundar ke dalam pocket dan sisi plastik
yang rata terhadap flex plate.

Gb. 2.15 Flex Plates


C. Vane Pump Operation

Gb. 2.16 Komponen Vane Pump


Pada saat rotor berputar di dalam cam ring-nya, vane keluar masuk di dalam rotor
slot untuk menjaga sealing terhadap ring-nya. Pada saat vane bergerak keluar dari
slotted rotor, terjadi perubahan volume diantara vane-nya. Semakin besar jarak antara
ring dan rotor, semakin besar pula volume yang ditimbulkan. Volume yang membesar
akan menimbulkan sedikit ke-vaccum-an yang memungkinkan inlet oil ditekan menuju

25.

ke ruang di antara vane oleh tekanan atmosphere atau tank pressure. Bilamana rotor
terus berputar, maka jarak antara ring dan rotor juga akan semakin kecil. Hal ini
mengakibatkan volume yang ada juga akan semakin mengecil. Hal ini memungkinkan
oil ditekan keluar dari segment rotor menuju ke outlet passage dari pompa.
D. Balanced Vane Pump

Gb. 2.17 Balanced Vane Pump


Balanced vane pump mempunyai cam ring berbentuk elips. Bentuk seperti ini
memungkinkan jarak antara rotor dan cam ring membesar dan mengecil pada setiap satu
kali putaran. Dua inlet dan dua outlet masing-masing berhadap-hadapan sehingga bisa
menyeimbangkan gaya yang timbul terhadap rotor. Design seperti ini tidak memerlukan
bearing-bearing dan housing yang besar untuk men-support komponen-komponen yang
berputar. Operating pressure maksimum untuk vane pump berkisar antara 4000 psi.
Vane pump yang dipakai pada hydraulic system mempunyai operating pressure sekitar
3300-psi atau kurang.
E. Variable Vane Pump

26.

Variable output vane pump dikontrol dengan menggeser ring maju dan mundur
sesuai dengan pusat rotor-nya. Variable output vane pump jarang penggunaanya. Jika
ada kebanyakan dipakai aplikasi mobile hydraulic.

Gb. 2.18 Variable Vane Pump


II.2.1.3 Piston Pumps
Terlihat pada gambar di bawah, adalah piston pumps dimana mempunyai komponenkomponen seperti: head (1), housing (2), shaft (3), piston (4), port plate (5), barrel (6) dan
swashplate (7).
2

6
5

Gb. 2.19 Komponen Piston Pump


Dua design piston pump yang dikenal adalah:

27.

Axial Piston Pump


Radial Piston Pump
Kedua pompa ini merupakan Positive displacement pump, dan mempunyai efisiensi
yang tinggi. Output dari kedua pompa ini bisa fixed (tetap) dan juga bisa variable (berubahubah).
Gb. 2.20 Axial Piston Pump

A. Straight Housing Axial Piston Pump


Gambar di atas memperlihatkan masing-masing Positive Displacement Fixed
Output Axial Piston Pump dan Positive Displacement Variable Output Axial Piston
Pump. Dalam pandangan umum, kedua pompa tersebut sering dibicarakan orang dengan
sebutan Fixed Displacement Pump dan Variable Displacement Pump.
Pada fixed displacement Axial Piston Pump, piston bergerak lurus maju dan mundur
parallel dengan shaft-nya.
Pada variable displacement Axial Piston Pump atau motor, swashplate atau barrel dan
port plate-nya juga bergerak maju dan mundur merubah sudutnya sendiri terhadap shaftnya. Perubahan sudut ini membuat pump flow bervariasi antara minimum dan
maksimum setting meskipun shaft speed-nya konstan.

28.

Pada pompa yang lain, saat piston bergerak mundur, oil mengalir melalui intake
menuju ke piston. Pada saat pompa berputar, piston akan bergerak maju, oil kemudian
didorong cellar menuju ke system. Kebanyakan piston pump yang digunakan pada
mobile equiptment adalah Axial Piston Pump.

Gb. 2.21 Angled Housing Axial Piston Pump (Bent Axis)


Fixed displacement Axial Piston Pump and motor dapat dibuat dengan housing yang
lurus/axial (Gb. 2.20) dan housing yang bengkok/bent axis (Gb. 2.21).
Piston pump dengan housing yang lurus (seperti yang terlihat pada gambar 2.20 kiri),
piston ditahan oleh fixed swashplate. Sudut dari swashplate akan menentukan jarak
piston bergerak keluar masuk pada barrel chamber. Semakin besar sudut dari
swashplate semakin besar pula jarak pergerakan piston dengan demikian pump output
per revolution juga akan lebih besar.
Pada bent axis piston pump (Gb. 2.20 kanan), piston tersambung ke input shaft dengan
linkage atau ujung spherical piston yang pas masuk ke dalam socket-nya pada plate.
Plate-nya sendiri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari shaft. Sudut housing
terhadap poros pusatnya akan menentukan jarak piston bergerak keluar masuk pada
barrel chamber. Semakin besar sudut daripada housing, akan semakin besar pula pump
output yang dikeluarkan per revolution. Output flow dari fixed displacement piston
pump tergantung kecepatan engine. Output flow hanya bisa dirubah dengan merubah
speed dari input shaft-nya.
Pada housing lurus fixed displacement piston motor, swashplate angle akan menentukan
speed dari output shaft-nya. Pada bent axis fixed displacement piston motor, sudut

29.

daripada housing terhadap pusat poros menentukan speed dari output shaft motor. Piston
pump yang lebih kecil bekerja pada pressure 10.000 psi. Piston pumps yang digunakan
pada hydraulic system bekerja pada pressure di bawah 7000 psi.
B. Radial Piston Pump
Pada Radial Piston Pump (Gb. 2.22), piston bergerak maju dan mundur membentuk
sudut 90-derajat terhadap shaft-nya. Pada saat cam follower berputar turun pada cam
ring, piston akan bergerak mundur. Atmospheric pressure atau charge pump mendorong
oil melalui inlet valve port dan menggerakkan pergerakkan piston. Pada saat cam
follower berputar naik pada cam ring, piston akan bergerak maju. Oil kemudian ditekan
keluar dari cylinder melalui outlet port.

Gb. 2.22 Radial Piston Pump


Internal Gear Pump
Internal gear pump (Gb. 2.23) mempunyai pinion gear kecil pada bagian dalam (drive
gear) yang akan menggerakkan ring gear besar (outer gear). Ring gear-nya sendiri
mempunyai pitch yang sedikit lebih besar dari pada pinion gear.
Ada satu komponen yang diam yang menyerupai sabit (crescent) yang terletak di bawah
pinion gear di antara pinion gear dan ring gear. Inlet dan outlet port terletak juga
terletak pada ujung crescent ini.

30.

Gb. 2.23 Internal Gear Pump


Pada saat pompa berputar, gigi dari pinion dan ring gear tidak bertemu saat berada pada
sisi inlet port. Maka ruang yang kosong di antara gigi akan menjadi lebih besar, ruangan
ini kemudian diisi oleh inlet oil. Oil dibawa di antara roda gigi pinion gear dan crescent,
roda gigi ring gear dan crescent menuju ke outlet port. Pada saat roda gigi melewati
outlet port, ruang kosong di antara gigi akan mengecil dan roda gigi akan kembali
bersentuhan. Kejadian ini akan menekan oil keluar dari antara roda gigi dan menuju
keluar.
Internal gear pump biasa digunakan sebagai charging pump pada piston pump yang

besar.
Conjugate Curve Pump
Gb. 2.24 Conjugate Curve Pump

31.

Conjugate curve pump (Gambar di atas), yang juga biasa disebut dengan GEROTOR
pump. Inner dan outer komponen berputar bersama-sama dengan housing. Pemompaan
dihasilkan dengan cara lobe dari komponen inner dan outer masing-masing melakukan
kontak/bersentuhan selama berputar. Pada saat komponen inner dan outer berputar,
komponen inner akan berputar berkeliling di dalam komponen bagian luar. Inlet dan
outlet port terletak di ujung cover dari housing. Oil masuk melalui inlet dan dibawa
menuju outlet dan dikeluarkan saat lobe-nya bertautan.
Modified dari gerotor pump dipakai di banyak steering system hand metering unit
(HMU). Saat digunakan di HMU, outer gear-nya akan tetap diam sementara inner gearnya berputar.
Axial Propeller Pump
Axial propeller pump berbentuk seperti kipas angin listrik, diikat pada pipa yang lurus
dan

mempunyai

propeller

blade

(sudu-sudu).

Oil

diisap

dengan

cara

menggerakkan/memutar sudu-sudu.

Gb. 2.25 Axial Propeller Pump


II. 2.2 Non-Positive Displacement Pump
Non-positive displacement pump mempunyai clearance yang lebih besar antara
komponen yang diam dan komponen yang bergerak dibandingkan dengan positive
displacement pump. Extra clearance ini memungkinkan oil ditekan kembali di antara
komponen-komponen-nya bila outlet pressure (resistant to flow-nya) meningkat. Nonpositive displacement pump mempunyai efisiensi yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan positive displacement pump karena output flow dari pompa akan turun secara drastis

32.

bila outlet pressure naik. Non-positive displacement pump adalah juga centrifugal impeller
pump. Pompa semacam ini biasa digunakan pada aplikasi dengan pressure rendah seperti
water pump.
II.2.2.1 Centrifugal Impeller Pump
Centrifugal impeller pump terdiri dari dua komponen dasar yaitu: impeller (2) yang
diikat pada input shaft (4) dan housing (3). Impeller mempunyai sebuah cakram dengan
sudu-sudu yang melengkung (1) yang dicetak pada sisi input-nya.

2
3

Gb. 2.26 Centrifugal Impeller Pump


Oil memasuki bagian tengah dari housing (5) di dekat input shaft dan mengalir ke
impeller. Sudu-sudu impeller yang melengkung akan mendorong oil keluar terhadap
housing. Housing-nya sendiri dibentuk sedemikian rupa untuk mengarahkan oil menuju ke
outlet port.
II.3 VALVE
Pada sistem hidrolik, valve berfungsi untuk:

Mengatur pressure

Mengatur flow

Mengatur arah

II.3.1 PRESSURE CONTROL VALVE

33.

Pressure control valve digunakan untuk mengontrol pressure di dalam sebuah


circuit atau system. Fungsi valve akan tetap sama meskipun design-nya dirubah. Contoh dari
pressure control valve termasuk di dalamnya adalah: relief valve, sequence valve, pressure
reducing valve, pressure differential valve, dan unloading valve.

Gb. 2.27 Simple Pressure Relief valve Pada Cracking Pressure


II.3.1.1 Relief Valve
Hydraulic system di design untuk bisa beroperasi pada tingkat pressure tertentu.
Melebihi level yang sudah ditentukan dapat merusak system komponen disamping juga
sangat berbahaya bagi personnel. Relief valve menjaga pressure pada batasan yang sudah
ditentukan dengan membuka dan mengalirkan kelebihan oil ke circuit yang lain atau
dialirkan kembali ke tangki.
A. Simple Relief Valve
Gambar di atas memperlihatkan simple relief valve pada cracking pressure position.
Simple relief valve (juga disebut direct acting relief valve) akan tetap dalam kondisi
tertutup karena adanya kekuatan spring. Spring tension di-set pada relief pressure
setting. Akan tetapi bukan berarti valve akan membuka pertama sekali pada relief
pressure setting.
Apabila kondisinya berkembang, yang menyebabkan hambatan terhadap oil untuk
mengalir, maka kelebihan oil flow akan menyebabkan pressure naik. Kenaikkan
pressure ini akan dirasakan oleh relief valve. Pada saat gaya dari pressure bisa
mengatasi relief valve spring, valve tersebut akan melawan spring dan mulai membuka.
Pressure yang diperlukan untuk memulai membuka valve disebut dengan cracking
pressure. Valve akan membuka secukupnya saja untuk membiarkan oil mengalir
melalui valve.

34.

Relief Pressure Setting


Seiring dengan naiknya hambatan pada oil untuk mengalir, naik pula volume dari oil
karena terlalu banyak. Hal ini akan menaikkan pula circuit pressure. Dengan
naiknya pressure yang ada dalam circuit, akan mengatasi tension spring dan relief
valve akan membuka lebih jauh lagi.
Proses ini akan terjadi berulang-ulang sampai full pump flow dialirkan melalui relief
valve. Inilah yang disebut dengan relief pressure setting.
Simple relief valve biasa digunakan pada circuit yang mempunyai volume full pump
flow-nya rendah, atau digunakan pada circuit yang memerlukan respon yang cepat.
Ini membuat simple relief valve ideal dipakai untuk membebaskan pressure yang
tiba-tiba atau berfungsi sebagai safety valve.

B. Pilot operated Relief valve, CLOSE Position


Pilot operated Relief valve bisa mengatasi pressure yang tinggi pada system dengan
tekanan spring yang relatif lebih kecil. Pilot operated Relief valve terdiri dari: unloading
valve, unloading valve spring, pilot valve dan pilot valve spring.
Pilot operated Relief valve, CLOSE Position
Pilot operated relief valve sering dipakai pada system yang memerlukan volume
oil yang banyak dan perbedaan yang kecil antara cracking pressure dan full flow
pressure.
Pada pilot operated relief valve, pilot valve (simple relief valve) dipakai untuk
mengontrol unloading valve (main valve).
Pilot valve mempunyai ukuran yang lebih kecil dan tidak bisa mengatasi volume
oil flow yang besar. Oleh sebab itu menjadi lebih presisi. Perbedaan antara pilot
valve cracking pressure dan maksimum pressure dijaga pada tingkat yang

35.

minimum. Spring pada pilot valve berukuran lebih kecil dan memungkinkan
pengontrolan pressure.
Gb. 2.28 Pilot Operated Relief Valve, CLOSE Position
Unloading valve mempunyai ukuran yang cukup besar untuk mengatasi sebagian
besar oil flow pada maksimum relief pressure yang sudah ditentukan. Unloading
valve menggunakan oil pressure untuk menjaga valve-nya tetap tertutup. Oleh
sebab itu kita tidak perlu menggunakan unloading valve spring yang begitu kuat
dan keras. Hal ini memungkinkan unloading valve mempunyai opening pressure
yang lebih presisi.
Oil mengalir menuju relief valve housing melalui unloading valve orifice, dan
mengisi ruangan pada unloading valve spring. Oil yang berada pada ruangan
unloading valve beraksi pada area pilot valve. Ini memungkinkan pilot valve
dengan spring yang kecil mengontrol pressure yang besar. Pada saat oil pressure
dalam system meningkat, oil dengan pressure yang sama juga berada pada ruangan
unloading valve spring. Oleh sebab itu oil pressure yang berada pada kedua sisi
unloading valve akan sama. Gaya gabungan antara oil pressure dengan unloading
valve spring akan menjadi lebih besar dari oil pressure yang berada pada bagian
bawah dari unloading valve. Dengan demikian gaya gabungan antara spring
dengan oil pressure pada bagian atas unloading valve akan membuat valve
menutup.
Pilot operated Relief valve, OPEN Position

36.

Gb. 2.29 Pilot Operated Relief Valve, OPEN Position


Pada saat system oil pressure mencapai relief valve spring setting (gb. 2.29), maka
pilot valve membuka. Dengan membukanya pilot valve, oil yang berada pada
ruangan unloading valve spring akan di-drain ke tangki. Bukaan dari pilot valve
lebih besar dari orifice yang ada pada unloading valve. Dengan demikian oil yang
keluar ke tangki lewat pilot valve akan lebih cepat dibanding yang masuk dari
orifice unloading valve. Hal ini membuat oil pressure pada unloading valve spring
drop dan memungkinkan oil pressure yang besar di bagian bawah unloading valve
berusaha mendorong valve ke atas. Oli yang berlebihan di drain ke tangki melalui
throttling hole yang ada pada unloading valve. Lubang throttling hole
memungkinkan unloading valve membuang oil sesuai keperluan untuk menjaga
relief pressure yang diperlukan.

Gb. 2.30 Relief valve ISO Symbol, CLOSED


Gambar di atas memperlihatkan Relief valve ISO symbol, memperlihatkan satu kotak
dengan valve tunggal pada posisi menutup/CLOSED. System pressure dirasakan melalui
pilot line pada bagian atas kotak dan mendorong valve (tanda panah) terhadap spring. Pada

kondisi normal operasi, pump flow di-blocked oleh valve (normally closed).
Gb. 2.31 Relief valve ISO Symbol, OPEN

37.

Relief valve symbol terlihat pada gambar 2.31, memperlihatkan satu kotak dengan valve
tunggal pada posisi OPEN. Saat gaya dari system pressure mengatasi gaya spring, symbol
panah akan bergerak ke bawah (valve membuka) dan menghubungkan saluran oli dari
pompa ke tangki. Oli kemudian mengalir menuju ke tangki.
Gambar 2.32 menunjukkan symbol dari ISO schematic untuk variable relief valve. Variable
relief valve merupakan single envelope valve dengan tanda panah pada spring. Tanda panah

tersebut menunjukkan bahwa spring tension-nya bisa di-adjust.


Gb. 2.32 Variable Relief Valve ISO Symbol
II.3.1.2 Sequence Valve
Sequence valve, basic-nya adalah series pilot relief valve dengan circuit tambahan.
Sequence valve dipakai saat dua circuit disuplai oleh satu pompa dan ada circuit yang
diprioritaskan.

Gb. 2.33 Sequence Valve, CLOSE Position

38.

Close position, sequence valve mem-block pump oil flow ke circuit 2 sampai circuit
1 penuh. Pada saat pump oil mengisi circuit 1 dan sequence valve, maka oil pressure akan
mulai naik. Peningkatan pressure ini dirasakan lewat circuit pada bagian bawah unloading
valve dan juga pada ruangan unloading valve spring.

Gb. 2.33 Sequence Valve, OPEN Position


Gambar 2.33 merupakan gambar Sequence Valve, OPEN Position. Pada saat pressure pada
ruangan unloading valve spring melebihi setting dari pilot valve spring, maka pilot valvenya akan membuka. Dengan terbukanya pilot valve, maka oil dalam ruangan unloading
valve spring akan dibuang ke tangki. Hal ini membuat oil pressure dalam ruangan
unloading valve spring drop. Gaya dari system pressure yang lebih tinggi akan mendorong
unloading valve terhadap spring yang memungkinkan oli dialirkan ke circuit 2. Sequence

valve akan tetap terbuka sampai pompa dimatikan, atau pressure di circuit 1 drop lebih
rendah dari setting spring pada sequence valve.
Gb. 2.34 Sequence Valve ISO Symbol

39.

Cara kerja sequence valve sama dengan relief valve. Pada relief valve ruangan spring spring
biasanya dihubungkan dengan drain. Pada sequence valve, outlet passage terhubung dengan
circuit ke dua. Karena circuit ke-dua selalu bertekanan selama sequence valve membuka,
ruangan pilot valve spring harus dihubungkan dengan drain/tangki.
II.3.1.3 Pressure Reducing Valve

Gb. 2.35 Pressure Reducing Valve, Normally Open


Pressure reducing valve menghasilkan system pressure yang berlainan yang disupply oleh pompa yang sama. Maksimum pressure yang ada di system dijaga oleh sebuah
relief valve. Pressure reducing valve sendiri mengontrol oil pressure yang ada pada
controlled oil circuit (lihat gambar). Pressure reducing valve adalah Normally Open Valve.
Sistem Operasi
Pump Start-up
Gambar 2.35 memperlihatkan Pressure Reducing Valve pada posisi Normally Open. Pada
kondisi pump start-up, kekuatan spring akan menahan valve spool dan piston ke kanan.
Supply oil mengalir lewat pressure reducing valve spool menuju ke controlled oil circuit
(sisi downstream dari valve). Supply oil yang menuju ke controlled oil circuit juga
mengalir melalui passage ke piston chamber di sisi sebelah kanan dari valve spool. Semua
perubahan pressure yang ada pada controlled oil circuit akan dirasakan juga di piston

40.

chamber. Pada kondisi pump start-up, supply oil dan controlled oil mempunyai pressure
yang sama.

Normal Operating Condition


Gambar berikut menunjukkan pressure reducing valve pada kondisi operasi normal.

Gb. 2.36 Pressure Reducing Valve, Normal Operation


Pada saat oil pressure di controlled oil pressure meningkat, maka oil pressure di piston
chamber juga naik. Kenaikkan pressure pada piston chamber akan membuat piston
bergerak ke kiri menekan valve dan spring force. Pada saat valve spool bergerak ke kiri,
maka valve spool akan menghambat supply oil yang lewat valve dan akan menurunkan
controlled oil pressure.
Pergerakkan dari valve spool menghasilkan variable orifice antara supply oil dan
controlled oil circuit. Variable orifice memungkinkan oil flow banyak dan sedikit sesuai
dengan yang diperlukan guna mengontrol pressure pada controlled oil circuit. Oil dalam
spring chamber harus di drain ke tank. Peningkatan pressure dalam spring chamber akan
meningkatkan pula setting dari valve.

41.

Pressure Reducing Valve ISO Symbol


Gambar 2.37 menunjukkan ISO symbol dari pressure reducing valve. ISO symbol
menggunakan single envelope untuk mewakili posisi dasar dari pressure reducing valve.

Gb. 2.37 Pressure Reducing Valve Symbol


Pump oil flow mengalir melalui NORMALLY OPEN valve melalui controled oil circuit.
Controlled oil circuit pressure dirasakan lewat pilot line dan menggerakkan valve (panah)
terhadap spring. Pada saat controlled pressure bisa mengatasi spring force, valve (panah)
akan bergerak ke bawah dan menghambat oil flow mengalir menuju ke controlled oil
circuit. Upstream pressure bisa jadi terus meningkat. Akan tetapi downstream pressure
tidak akan naik melebihi pressure reducing valve setting.
Pada saat pressure controlled oil circuit turun, spring force akan menggerakkan panah ke
atas ke posisi membuka. Valve akan selalu mengatur oil flow untuk menjaga controlled oil
circuit.
II.3.1.4 Pressure Differential Valve

42.

Gb. 2.38 Pressure Differential Valve


Pada gambar 2.38 dan 2.39, spring menggunakan gaya 50 Psi. Supply oil pressure harus
melebihi 50 psi untuk mengatasi spring force dan menggerakkan valve spool.
Sistem Operasi
Pump Start-up
Pressure differential valve berfungsi menjaga perbedaan pressure yang tetap antara
dua circuit. Pada saat pump start-up dan bilamana pressure di primary circuit kurang dari
50 psi, spring force akan menjaga valve spool ke kanan. Oil flow yang ke secondary
circuit akan di-blocked. Perubahan pressure pada primary circuit akan dirasakan oleh
valve spool.

Gb. 2.39 Pressure Differential Valve, Normal Operating


Normal Operating Condition
Pada saat primary circuit sudah terisi, maka pressure mulai naik. Saat primary
circuit pressure naik lebih dari 50 psi, primary pressure bisa mengatasi differential spring
force sebesar 50 psi sehingga bisa menggerakkan differential valve ke kiri. Supply oil
kemudian mengalir ke secondary circuit. Supply oil juga mengalir melalui passage ke
differential valve spring chamber.

43.

Saat secondary circuit sudah terisi, maka pressure mulai naik. Pressure ini juga akan
dirasakan di dalam differential valve spring chamber. Kombinasi antara pressure oil dan
spring force akan berusaha menggerakkan spool ke kanan dan berusaha untuk menutup
aliran oli ke secondary circuit. Akan tetapi kenaikan pressure pada primary circuit
berusaha memuat valve tetap terbuka. Pressure akan naik di kedua sisi primary dan
secondary circuit sampai relief valve open dan membuang oli ke tangki.
Pressure differential valve akan menentukan posisi yang menjaga perbedaan
pressure sebesar 50 psi antara primary dan secondary circuit pada pressure di atas 50 psi.
Pressure Differential Valve ISO Symbol

Gb. 2.40 Simbol ISO untuk Pressure Differential Valve


Pressure differential valve ISO symbol (Gb. 2.40) adalah kombinasi antara symbol
pressure relief valve dengan pressure reducing valve.
Pressure dari inlet dirasakan oleh valve dan melawan spring force sebagaimana terjadi
pada pressure relief valve. Outlet pressure dirasakan oleh valve dan bekerja bersama
spring force. Perbedaan inlet dan outlet pressure selalu sama dengan gaya spring pada
valve spool tanpa memperdulikan perbedaan pressure pada inlet port. Sebagai contoh,
gaya sebesar 50 psi akan menghasilkan pressure differential antara inlet dan outlet
pressure

sebesar 50 psi juga. Spring bisa diubah-ubah sesuai kebutuhan untuk

mendapatkan pressure differential.


II.3.2 Directional Control Valve
Directional control valve digunakan untuk mengarahkan ke circuit yang lain dalam
hydraulic system. Kapasitas maksimum dari flow dan pressure drop melalui valve
merupakan pertimbangan-pertimbangan utama. Directional control valve bisa dioperasikan
secara manual, hydraulic, pneumatic dan electronic control. Faktor-faktor ini kebanyakan

44.

ditentukan selama initial system design. Directional control valve digunakan untuk
mengarahkan oli ke actuator dalam hydraulic system.
Gb. 2.41 Spool Valve

Valve body-nya sendiri di-bor, di honing dan kadang-kadang dilakukan heat


treatment. Inlet dan outlet port di-bor dan di bikin ulir. Valve spool-nya di machining dan
dibuat dari baja tingkat tinggi, digosok dan dilakukan heat treatment. Ada valve spool yang
dilapisi dengan chrome. Pada saat disassemble, hanya valve sajalah yang merupakan
komponen yang bergerak.
II.3.2.1 Spool Valve
Valve spool, Gb. 2.41 terdiri dari land dan groove. Spool land mem-blocked oil flow
melalui valve body. Posisi dari spool bila tidak diaktifkan disebut normal position.
Pada saat sebuah open center valve berada pada normal position, supply oil mengalir
melalui valve dan kembali ke tank. Pada saat sebuah close center valve berada pada
normal position, supply oil di-blocked oleh valve spool.
Open Center Directional Control Valve in HOLD Position

45.

Gambar berikut memperlihatkan gambar potongan untuk sebuah open center directional
control valve pada posisi HOLD.

Gb.2.42 Open Center Directional Control Valve in HOLD Position


Pada posisi HOLD, pump oil mengalir menuju valve body, di sekitar valve spool dan
kemudian kembali ke tangki. Pump oil juga mengalir menuju load check valve. Saluran di
belakang load check diisi dengan blocked oil. Blocked oil dan load check valve spring
menjaga load check valve tetap tertutup. Valve spool juga mem-blocked oil yang berada di
saluran untuk mengalir menuju ke rod end dan head end dari cylinder.
Open Center Directional Control Valve in RAISE Position
Gambar 2.42 memperlihatkan valve spool pada posisi sekejap bergerak ke posisi RAISE.
Pada saat valve spool digerakkan ke posisi RAISE, valve spool mem-blocked oil ke tangki.
Akan tetapi, pump oil flow mengalir ke load check valve. Valve spool juga
menghubungkan antara oil yang berada di cylinder head end di belakang load check valve
dan cylinder rod bersama-sama menuju ke tangki. Load check valve mencegah oil yang
berada di cylinder head end mengalir ke pump oil passage. Pump oil flow yang di blocked
menyebabkan pump oil pressure naik.

46.

Gb. 2.42 Open Center Directional Control Valve in RAISE Position


Gambar 2.43, kenaikan pressure pada pump oil mengatasi pressure di belakang load check
valve (membuat load check valve tidak duduk). Pump oil mengalir melewati load check
valve dan valve spool menuju ke cylinder head end.Oil di dalam cylinder rod end mengalir
melewati valve spool menuju ke tank.

Gb. 2.43 Open Center Directional Control Valve, RAISE Position

47.

Directional Control Valve ISO Symbol

Gb. 2.44 Basic Envelope


Basic Envelope
Symbol dasar valve ISO seperti terlihat pada gambar di atas, terdiri dari satu atau lebih
basic envelope. Jumlah envelope yang digunakan mewakili jumlah posisi dimana
valve tersebut bisa digerakkan.

Gb. 2.45 Valve Port


Valve Port
Terlihat pada gambar di atas adalah valve port yang tersambung pada working lines.
Valve dengan dengan dua port biasa disebut sebagai two-way valve. Valve bisa punya
beberapa posisi dan port sesuai kebutuhan. Akan tetapi kebanyakan valve position
berada pada range satu sampai tiga, untuk valve port berada pada range dua sampai
enam.
Flow Path

48.

Pada gambar 2.46 berikut, garis dan panah yang berada di dalam sebuah envelope,

pada dasarnya dipakai untuk mewakili flow path dan arah di antara port.
Gb. 2.46 Flow Path
Three Position Valve
Gambar 2.47 memperlihatkan tiga ISO symbol dari three position valve. Pada three
position valve, kotak yang tengah adalah posisi NEUTRAL atau HOLD position. Pada saat
valve tidak sedang melakukan kerja, maka valve yang dipakai adalah valve yang tengah atau
berada pada HOLD position. Tergantung design dari spool, posisi tengah melayani beberapa
tujuan. ISO symbol yang di atas mewakili closed center valve. Pada saat berada di HOLD
position, close center spool block semua oil flow.
ISO symbol yang di tengah mewakili tandem center valve. Saat berada pada posisi
HOLD, tandem center valve mem-block oil flow pada titik A dan B, dengan demikian
menghubungkan pompa dengan tangki.

49.

Gb. 2.47 Three Position Valve


ISO symbol yang di bawah mewakili open center valve. Saat berada pada posisi
HOLD, open center valve akan menghubungkan semua port ke tank.

Three Position, Six way, Open Center, Manual Controlled Valve


Gambar 2.48 kiri memperlihatkan three position, open center, manual controlled valve pada
HOLD position. Pump oil mengalir di sekitar valve spool ke tangki. Oil yang berada dalam
cylinder di block di control valve spool.

50.

Gb. 2.48 HOLD Position


Three Position, Six way, Close Center, Pilot Controlled Valve
Gambar 2.48 kanan, memperlihatkan three position, six way, close center, pilot controlled
valve. Saat di posisi HOLD, semua oil flow di blocked pada control valve spool.
Directional Control Valve Actuator
Gambar 2.49, memperlihatkan ISO symbol untuk beberapa directional control valve
actuator.

Gb. 2.49 Directional Control Valve Actuator


II.3.2.2 Rotary Valve
Rotary valve seperti terlihat pada gambar 2.50 bawah, terdiri dari round plug dengan
passage atau channel. Channel yang ada di plug terhubung dengan port pada valve body.
Daripada shifting ke kanan atau ke kiri, valve-nya berputar.
Pada diagram yang kiri, valve terhubung dengan pump ke cylinder rod end. Oil di
head end mengalir ke tank. Pada saat valve berputar 90, pump terhubung ke head end dan
oil di rod end mengalir ke tank.

51.

Gb. 2.50 Rotary Valve


Rotary valve yang terlihat di atas adalah four-way valve. Akan tetapi rotary valve juga bisa
two-way atau three-way. Rotary valve digunakan di low pressure operation.
II.3.2.3 Check Valve
Fungsi dari check valve adalah mengalirkan oil ke satu arah, tetapi mem-block aliran
oil dari arah berlawanan. Check valve kadang-kadang juga disebut one way check valve.
Kebanyakan check valve terdiri dari spring dan valve seat yang berbentuk tirus
sebagaimana terlihat pada gambar 60 di atas. Akan tetapi bola yang bulat juga dipakai
disamping valve seat yang tirus. Dalam beberapa circuit, check valve bisa mengambang
dengan bebas (tidak mempunyai spring).
Lihat valve di sebelah kiri (Gb. 2.51). Saat pump oil pressure bisa mengatasi
pressure di belakang check valve ditambah spring force, check valve akan membuka dan
membiarkan oil mengalir ke implement system.
Lihat valve di sebelah kanan (Gb. 2.51). Saat pump oil pressure kurang dari oil
pressure di implement, check valve akan menutup dan mencegah implement oil mengalir
kembali melalui valve.

52.

Gb. 2.51 Check Valve


II.3.2.4 Pilot Operated Check Valve
Pilot operated check valve berbeda dengan simple check valve, dimana pilot operated check
valve memungkinkan oli mengalir melalui valve pada arah yang berlawanan.

Forward Flow
Gambar 2.52 bagian atas memperlihatkan kepada kita sebuah pilot operated check
valve. Pilot operated check valve terdiri dari sebuah check valve, pilot valve dan rod.
Pilot operated check valve membiarkan oli mengalir dengan bebas dari control valve ke
cylinder

Flow Blocked
Saat oil flow dari control valve berhenti, maka check valve akan duduk sebagaimana
terlihat pada Gb. 2.52 bawah bagian kanan. Oil dari cylinder menuju control valve diblocked pada check valve.
Pilot operated check valve kebanyakan sering digunakan di system operasi dimana
terdapat drift problem. Pilot operated check valve menahan drift pada toleransi yang
sangat kecil.

53.

Gb.2.52 Pilot Operated Check Valve Forward Flow dan Flow Blocked

54.

Gb. 2.53 Pilot Operated Check Valve Reverse Flow

Reverse Flow
Gambar 2.53 di atas memperlihatkan oil flow dari cylinder ke control valve.
Pada saat flow diperlukan, pilot oil dikirim ke pilot valve oil chamber. Pilot oil pressure
menggerakkan pilot valve dan rod ke kanan dan membuka check valve. Cylinder oil
mengalir melalui check valve menuju ke control valve dan kemudian ke tangki.
Perbandingan pressure antara load pressure dan pilot pressure dirancang sesuai dengan
valve-nya. Perbandingan pressure-nya 3 : 1. Pressure yang diperlukan untuk membuka
check valve sama dengan 1/3 dari load pressure. Load pressure sebesar 600 psi
memerlukan pilot pressure sebesar 200 psi untuk bisa membuka check valve.

Check Valve ISO Symbol


Pada gambar 2.54, A dan B menampilkan simple check valve pada OPEN dan CLOSE
position.
Symbol C melambangkan shuttle valve. Shuttle valve atau resolver valve memungkinkan
dua circuit yang terpisah untuk men-supply oil ke circuit yang ke-tiga dengan tetap
menjaga dua circuit yang terpisah terisolasi dari yang lain. Symbol D melambangkan
pilot operated check valve.

Gb. 2.54 Check Valve ISO Symbol


II.3.2.5 Make-up Valve

55.

Make-up valve seperti gambar 2.55, terlihat mirip check valve. Make-up valve biasanya
ditaruh di circuit antara implement dan tangki. Pada saat operasi normal, pump atau cylinder
oil akan mengisi ruangan di belakang make-up valve. Pressure di dalam cylinder akan
menjaga valve tetap CLOSED. Pada cylinder pressure sekitar 2-psi lebih rendah dari tank
pressure, make-up valve akan OPEN. Oil dari tangki akan mem-by pass pump dan mengalir
secara langsung melalui make-up valve menuju ke cylinder.

Gb. 2.55 Make-up Valve


Make-up valve dipakai untuk mencegah cavitation. Sebagai contoh, pada saat loader
bucket berada pada posisi RAISED, dan operator menggerakkan control ke posisi FULLY
LOWER, maka gaya gravitasi bumi pada bucket ditransmit melalui cylinder piston ke return
oil. Kenaikan pressure pada return oil akan menaikkan flow dari cylinder. Pada saat
cylinder pressure memindahkan return oil lebih cepat dari pada pompa yang dapat
mengirimkan oil untuk memindahkan piston, maka akan terjadi kevaccuman di cylinder dan
saluran-salurannya. Kevaccuman dapat menyebabkan cavitation pada cylinder dan saluransalurannya. Pada saat pressure di dalam cylinder dan salurannya turun sampai 2-psi kurang
dari tank pressure, maka make-up valve akan membuka dan memungkinkan tank oil
mengalir melalui make-up valve menuju ke saluran dan ke cylinder. Langkah ini akan
mencegah cavitation di dalam cylinder dan saluran-salurannya.

56.

II.3.2.6 SOLENOID ACTUATED CONTROL VALVE

Solenoid Actuator
Pada sebuah solenoid actuator, medan electromagnet akan menggerakkan armature
yang mana akan dipakai untuk menggerakkan push pin. Push pin akan menggerakkan
valve spool.

Gb. 2.56 Solenoid Actuator


Ada dua solenoid actuator yang populer yaitu air gap dan wet armature.
A. Air gap Solenoid
Sebuah air gap solenoid diperlihatkan pada gambat 2.56 di atas. Saat coil
mendapatkan arus, akan timbul medan electromagnet. Seperti halnya medan magnet
akan ditimbulkan bilamana arus listrik mengalir melalui sebuah kawat. Bila
kawatnya lurus, maka medan magnet-nya akan relatif kecil. Bilamana kawatnya
dililit menjadi sebuah coil, maka medan electro-magnetic akan menjadi lebih kuat.
Medan magnet tersebut akan membentuk garis-garis lingkar di sekeliling coil.
Semakin besar jumlah lilitan, medan magnet semakin kuat.
Saat aliran arus listrik melalui coil tetap, medan electro-magnet akan menjadi
sangat kuat seperti yang terjadi pada magnet permanen. Medan electro-magnet akan
menarik armature. Armature akan menggerakkan push pin dan push pin akan
menggerakkan valve spool di dalam control valve.
Air gap solenoid dilindungi oleh sebuah cover. Air gap solenoid juga
mempunyai fasilitas manual override. Manual override memungkinkan valve
diaktifkan secara manual bilamana solenoid-nya rusak. Sebuah metal pin kecil

57.

ditaruh di cover. Posisi dari pin sejajar dengan armature. Pada saat pin ditekan
kedalam cover, maka pin secara mechanical akan menggerakkan armature.
Kemudian armature akan menggerakkan push pin yang man akan menggerakkan
spool.
B. Wet Armature Solenoid
Wet armature solenoid (gb. 2.57) merupakan komponen yang relatif baru
dalam hydraulic system. Wet armature solenoid terdiri dari frame yang berbentuk
persegi panjang, coil, tube, armature, push pin dan manual override. Coil dan frame
persegi panjang dibungkus dalam sebuah plastik. Tube-nya masuk pas ke dalam
sebuah lubang yang melalui pusat coil dan dua sisi frame-nya. Armature-nya sendiri
diletakkan di dalam tube dan terendam oleh hydraulic fluid dari directional valve.
Hydraulic fluid merupakan konduktor yang lebih baik dari medan electro-magnet
dibandingkan dengan udara. Oleh karena itu wet armature solenoid mempunyai
force yang lebih besar dibandingkan dengan air gap solenoid.
Pada coil diberikan arus listrik, akan timbul medan electro-magnet. Medan
electro-magnet akan menggerakkan armature. Armature akan menggerakkan push
pin dan push pin akan menggerakkan valve spool di dalam control valve.
Pada sebuah wet armature solenoid, manual override terletak pada ujung
tube yang juga merupakan housing dari armature dan push pin. Manual override
digunakan untuk mengecheck pergerakkan dari directional valve spool.

58.

Gb. 2.57 Wet Armature Solenoid


Apabila terjadi kerusakan solenoid karena spool-nya jammed, maka
pergerakkan spool dapat dicheck dengan mendorong masuk manual override.
Manual override juga bisa digunakan untuk memutar actuator tanpa meng-energize
keseluruhan electrical control system.

Solenoid Controlled, Spring Offset, Pilot Operated, Two Position, 4-way Directional
Control Valve
Gambar berikut (2.58) memperlihatkan Solenoid Controlled, Spring Offset, Pilot
Operated, Two-Position, 4-way Directional Control Valve.
Solenoid controlled, spring offset, pilot operated, two position, directional control valve
tidak selamanya dipasang dengan dua solenoid.
Solenoid digunakan untuk menggerakkan pilot valve spool. Valve spool kembali ke
posisinya semula dengan sebuah spring. Saat system-nya di design untuk oil flow yang
lebih besar, maka dengan sendiri akan dipakai valve dengan ukuran yang lebih besar.
Gaya utama diperlukan untuk menggerakkan valve spool yang besar. Solenoid
diperlukan untuk menimbulkan jumlah gaya yang juga besar. Pada tipe valve seperti ini,
sebuah solenoid controlled pilot valve yang relatif lebih kecil di taruh di atas main valve
spool yang lebih besar. Saat shifting diperlukan, oil yang bertekanan akan mengalir dari
small solenoid controlled pilot valve ke sisi yang lain dari valve spool yang lebih besar.

59.

Gb. 2.58 Solenoid Controlled, Spring Offset, Pilot Operated,


Two Position, 4-way Directional Control Valve

Solenoid Controlled, Pilot Operated, Three Position, 4-way Directional Control Valve
Gambar 2.59 memperlihatkan Solenoid Controlled, Pilot Operated, Three Position, 4way Directional Control Valve. Pilot valve dicontrol oleh dua solenoid valve. Pilot valve
juga mempunyai sebuah spring yang terletak pada masing-masing ujung dari valve
spool. Bilamana tak satupun solenoid yang energize, maka valve spool spring menahan
valve spool pada posisi CENTER. Saat pilot valve berada pada posisi CENTER, pilot oil
flow yang menuju ke control valve yang lebih besar di blocked. Spring yang berada pada
ke-tiga posisi directional control valve akan mengembalikan posisi control spool ke
posisi center.

60.

Gb. 2.59 Solenoid Controlled, Pilot Operated, Three Positions,


4-way Directional Control Valve
Centering spring kebanyakan diartikan untuk men-center posisi directional valve spool.
Control valve mempunyai spring yang terletak pada ujung masing-masing spool. Pada
saat pilot pressure dialirkan ke salah satu ujung dari pada valve spool, maka valve spool
akan bergerak dan menekan spring pada ujung yang lainya. Pada saat pilot pressure didrain, spring akan mengembalikan spool ke posisi center.

Solenoid Failure
Kebanyakan kerusakan dari solenoid actuator saat valve stuck. Valve spool yang
stuck akan mencegah armature menutup secara benar. Kebanyakan valve stuck
disebabkan oleh contamination. Kotoran seperti endapan lumpur, bram, dan partikel
yang lain akan tersangkut antara spool dan bore yang menyebabkan spool-nya macet.
Juga, partikel oil yang ter-oksidasi bisa menimbulkan bahan yang melengket yang dapat
menyumbat clearance antara spool dan dinding bore sehingga menyebabkan macet
terhadap bore-nya. Lumpur, bram, dan partikel yang lain bisa dicegah dengan
menggunakan filter. Penggunaan oil yang benar dan penggantian filter yang teratur
dapat membantu mengurangi problem.
Pada saat valve stuck dan solenoid di-energize, solenoid coil menerima aliran
arus listrik yang konstan yang akan menghasilkan panas yang berlebihan. Solenoid tidak

61.

di-design untuk meniadakan panas yang berlebihan, akibatnya coil-nya bisa terbakar.
Problem overheating sering terjadi pada saat temperature udara luar yang cukup tinggi
atau terjadi system low voltage.
Solenoid rusak karena temperature udara luar yang cukup tinggi bisa di control
dengan meningkatkan aliran udara melalui solenoid. Temperature dari oli hydraulic
dapat diturunkan supaya lebih banyak panas yang diserap dari solenoid melalui
hydraulic system.
Kadang-kadang, design valve yang berbeda bisa dipasang pada saat beroperasi di
cuaca yang sangat panas. Harus dibuat pengaturan yang cukup bagus untuk membuat
sistem beroperasi pada temperature yang lebih rendah.
Pada saat voltage ke coil terlalu rendah, medan electromagnet tidak cukup kuat
untuk menarik armature. Cuma, pada saat spool-nya stuck, arus listrik akan terus
mengalir melalui coil. Aliran arus listrik yang konstan ini bisa menimbulkan panas yang
berlebihan.
Faktor lain juga mempengaruhi operasi dan umur dari solenoid actuator.
Solenoid actuator bisa rusak bilamana terjadi perputaran arus listrik yang berlebihan,
seperti short circuit frekwensi dan voltage yang salah.

Spring Offset, Solenoid Controlled, Two positions, 4-way Valve


ISO symbol pada gambar 2.60 bagian atas, memperlihatkan spring offset directional
control valve yang terlihat pada normal position. Pump oil mengalir ke A dan oli di B
mengalir ke tangki.
Pada saat solenoid di energize, solenoid akan menggerakkan valve terhadap spring.
Pump oil kemudian mengalir ke B dan oil di A mengalir ke tangki.

62.

Gb. 2.60 ISO Symbol

Solenoid Controlled Pilot Operated, Spring Centered, Three Position, 4-way, ClosedCenterd valve.
Di ISO symbol gambar 2.60 bagian bawah, solenoid controlled pilot operated, spring
centered, three position, 4-way, closed centerd valve terlihat pada posisi normal. 4-port
semuanya di blocked di valve. Bila solenoid di sebelah kanan di-energize, pump oil
mengalir ke A dan oil di B mengalir ke tangki.

63.

Hydraulic
III. I S O SYMBOL
Tujuan dari digunakannya graphic symbol adalah untuk mendapatkan pengertian
yang menyeluruh dari fluid power system. Teknik ini bertujuan untuk standarisasi dengan
memakai simbol-simbol, suatu cara untuk mendapatkan pengertian yang lebih mudah dalam
cara menerangkan komponen dari fluid power system. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan basic simbol geometri seperti: lingkaran, bujur sangkar, persegi panjang, segi
tiga, busur, panah, garis, titik, tanda silang.

Gb. 3.1 Graphic Fluid Power Symbols


Berikut ini menggambarkan secara jelas bagaimana fungsi komponen di bandingkan
dengan konstruksi aktual yang ditekankan dengan menggunakan symbol dasar. Simbol
memperlihatkan fungsinya dengan menggambarkan sambungan-sambungan, saluransaluran, dan fungsi komponen yang di wakilkan. Masing-masing simbol digambarkan pada
keadaan normal, diam, atau kondisi netral.
Saat anda mempelajari simbol, perhatikan bagaimana simbol-simbol ini tersambung
untuk memperlihatkan komponen aktual yang akan membentuk piktorial. Kita dapat
membandingkan graphic simbol dengan peta jalan. Setiap garis, lingkaran, kotak, ataupun
simbol geometric yang lain merupakan suatu bagian komponen yang nyata dan semuanya
disambung bersama-sama sehingga akan memperlihatkan bagaimana fungsinya, dan
bagaimana dia dirancang sebagai sirkuit yang lengkap.
Pada dasarnya, graphic simbol digunakan untuk menggambarkan fluid power sistem
dengan memecah komponen dalam bentuk seperti berikut ini:

64.

1. Konduktor (fluid)
2. Menyimpan energi dan menyimpan fluid
3. Fluid conditioner (heater, coolers, filters, dll).
4. Linier devices (silinder).
5. Controls (manual, electrical spring, dll).
6. Rotary devices (pumps dan motors).
7. Instruments dan accessories.
8. Valves.
III.1 INTRODUCTION
III.1.1. Pandangan Umum
Fluid power system digunakan untuk men-transmit dan mengkontrol power melalui
penggunaan fluida yang bertekanan (zat cair atau gas) di dalam circuit yang tertutup
Tipe dari simbol-simbol tersebut biasanya digunakan dalam penggambaran circuit
diagram untuk fluid power sistem yaitu Pictorial, Cutaway, dan Graphic.

Pictorial symbol, bagus sekali untuk menunjukan komponen yang saling


berhubungan. Hal ini sulit di lakukan untuk mendapatkan standard dari sebuah
fungsi dasar.

Cutaway symbol, menekankan tentang konstruksi. Simbol ini sangatlah komplek


untuk digambarkan dan fungsinya juga tidak kelihatan secara nyata.

Graphic symbol, menekankan fungsi dan cara operasi dari sebuiah komponen.
Simbol ini mudah untuk digambarkan. Fungsi komponen dan cara operasinya
jelas sekali kelihatan. Graphic symbol mampu melampaui kendala bahasa
dengan demikian bisa mem-promote pengertian yang menyeluruh terhadap fluid
power system.

III.1.2. Ruang Lingkup dan Tujuan


Standard ini menampilkan sebuah system graphic symbol untuk fluid power diagram.
Bentuk dasar dari simbol tersebut adalah:
Lingkaran

Segitiga

Kotak

Busur

Titik

Persegi panjang

Panah

Silang

65.

Garis

Simbol dengan menggunakan kata-kata dan singkatan dihindarkan. Simbol dapat


melampaui kendala bahasa yang juga akan ditampilkan di sini.
Fungsi komponen disamping dari pada konstruksi-nya ditekankan dengan sebuah
symbol.
Arti dari operating fluid power komponen terlihat merupakan satu bagian dari simbol
tersebut (bilamana ada).
Standard ini memperlihatkan kepada kita suatu basic symbol, menerangkan prinsip,
dan menggambarkan gabungan dari simbol yang sedang ditampilkan. Simbol
gabungan dapat direncanakan untuk fluid power komponen dengan menggabungkan
basic symbol tersebut.
III.2. Aturan-aturan Symbol
A. Simbol memperlihatkan sambungan-sambungan, tempat aliran dan fungsi dari
komponen. Simbol bisa menunjukkan kondisi yang terjadi selama transisi dari
rangkaian yang satu ke yang lainnya. Simbol tidak menunjukkan konstruksi, juga
tidak menunjukkan nilai seperti pressure, flow rate dan setting komponen yang
lainnya.
B. Simbol tidak menunjukkan lokasi dari sebuah port, petunjuk shifting dari spool atau
posisi dari control element yang ada pada komponen nyata.
C. Simbol bisa diputar atau dibalik tanpa merubah artinya, kecuali dalam hal Lines
untuk reservoir, vented manifold, accumulator dan receiver.
D. Line Technique
Bikin supaya tebal garis tetap sama. Tebal garis tidak akan merubah arti dari symbol.
Solid Line
(Main line conductor, outline dan shaft)
Dash Line
(Pilot line untuk control)
Dotted Line
(Saluran Drain)

66.

Center Line
(Enclosure Outline)
Instrument Line
(Indicator, Recorder, Sensor)
Line Crossing
(Tidak Berhubungan)
Atau

Lines Joining

Atau

E. Basic symbol bisa terlihat dalam beberapa ukuran. Ukuran-ukuran tersebut bisa bervariasi guna memperjelas suatu kasus.
Lingkaran dan setengah lingkaran
Lingkaran besar dan kecil, bisa digunakan
untuk menyatakan bahwa satu komponen
merupakan komponen utama/main,
dan komponen yang lain merupakan pelengkap
Segitiga

67.

Panah
Bujur sangkar dan persegi panjang

F. Huruf kombinasi yang digunakan sebagai satu bagian dari graphic simbol tidak perlu
berupa singkatan.
G. Panah yang melewati sebuah symbol pada kira-kira 45 menunjukan bahwa komponen
tersebut bisa di-adjust/variabel.
) (

H. Panah dengan posisi parallel pada sisi dari sebuah simbol, berada di dalam simbol,
menunjukkan komponen tersebut merupakan pressure compensate.
) (

I.

Garis yang pada ujungnya ada sebuah titik melambangkan sebuah thermometer

J. Rotating shaft dilambangkan dengan panah yang menunjukkan arah putaran.

68.

III.3 KONDUKTOR, FLUID


III.3.1 Line, Working (Utama)
III.3.2 Line, Pilot (untuk control)
III.3.3 Line, Drain
III.3.4 Line, untuk Instrument

//

(Measuring, recording, sensing)


III.3.5 Arah Aliran

Pneumatic

Hydraulic

III.3.6 Line dengan hambatan


yang tetap sama

III.3.7 Line, Flexible

III.3.8 Station, Testing, Measurement,


atau Power Take-Off

Plugged Port

III.3.9 Quick Disconnect

69.

//

//

Tanpa check valve:


Tersambung:
Tidak Tersambung:

Dengan Dua Check Valve:


Tersambung:
Tak Tersambung:

III.3.10 Rotating Coupling

III.4 PENYIMPAN ENERGI DAN PENYIMPAN FLUIDA


III.4.1 Reservoir

Vented:
Pressurizes:

Catatan: Reservoir biasanya digambar pada posisi horizontal. Semua lines masuk dan
keluar reservoir dari bagian atas.
Contoh:

Reservoir dengan Connecting Lines


Di atas fluid level

70.

Di bawah fluid level :

Terlihat garis yang masuk atau keluar di bawah reservoir dipakai hanya bilamana
sambungan pada bagian bawah merupakan circuit pokok.
III.4.2 Accumulator

Accumulator, Spring Loaded

Accumulator, Gas Charged

Accumulator, Weighted

III.4.3 Receiver, untuk udara dan gas

III.5 FLUID CONDITIONER


Sebuah alat untuk mengontrol
karakter fisik dari fluida
III.5.1 Heat Exchanger
Heater
Segitiga di dalam menun-

71.

jukkan pemberian panas.


Segitiga yang di luar menunjukkan
media pemanas, yaitu zat cair.
Segitiga yang di luar menunjukkan
media pemanas, yaitu gas.
Cooler
Segitiga yang di dalam menunjukkan
pelepasan panas.
Temperature Controller
Temperature di-maintain di antara
dua batasan yang telah ditetapkan

III.5.2 Filter-Strainer

III.5.3 Separator

Dengan Manual Drain

Dengan Automatic Drain

III.5.4 Filter-Separator

Dengan Manual Drain

72.

Dengan Automatic Drain

III.5.5 Dessicator (Chemical Dryer)

III.6 Cylinder

Single Acting

Double Acting

Double Rod end

Fixed Cushion

Adjustable Cushion

III.7 CONTROLS
III.7.1 Spring

73.

III.7.2 Manual
Digunakan sebagai symbol umum
tanpa menunjuk type secara khusus.
(Contoh: kaki, tungkai, lengan)

III.7.3 Push Button

III.7.4 Push-Pull Lever

III.7.5 Pedal

Hydraulic
IV. Load Sensing/ Pressure Compensated

74.

Gb. 4.1 Backhoe Loader


Load sensing/Pressure compensated banyak digunakan di sejumlah unit Caterpillar.
Beberapa diantaranya adalah 416-446 Backhoe Loader, Challenger 65, Track Type Tractor
seri H, Motor Grader seri G, 916-936 Wheel Loaders.

Gb.4.2 Basic System


IV.1 Basic System (Open Center)
Dimulai dengan pembahasan basic sistem yang terdiri dari:
(1)

Reservoir/ tank

(2)

Fixed Displacement Pump

(3)

Pressure Tap

(4)

Open Center, Lever Actuated control valve

(5)

Double-acting hydraulic cylinder


Pada System Open Center, aliran oli mengalir menuju control valve setiap saat,

apakah langsung ke tangki ataukah ke cylinder. Volume oil flow yang besar &
konstan dapat menghasilkan panas (apabila ada restriction). Panas dapat mengurangi
umur component.
Dengan memakai control valve yang besar dapat meminimalkan restriction,
demikian juga dengan memakai cooler dapat mengurangi efect panas yang muncul.

75.

Namun hal ini tidak praktis dan mahal, serta componentnya juga terlalu besar apabila
dipasang pada mesin.
IV.1.1

Relief

Valve

Gb.4.3 Relief Valve


Dengan sistem yang sederhana seperti di atas dapat dihasilkan High system
pressure yaitu pada saat cylinder rod full extend atau full retract ataupun pada saat
cylinder mendapat beban berat. Untuk proteksi terhadap sistem tersebut, maka
ditambah suatu komponen yaitu: Main Relief Valve. Satu kekurangan system ini
adalah pada saat system berada pada high pressure, maka muncul panas yang tinggi
sehingga mengurangi umur komponen
Ada dua masalah lain yang berhubungan dengan sistem ini:
(1) Sticky Gerak kontrol spool keras/lengket
(2) Speed Cylinder (kecepatan gerak cylinder) bervariasi terhadap speed engine atau
berubah sesuai beban kerja (hal ini menyebabkan jumlah aliran juga berubah).

76.

Gb.4.4 Flow Forces


Flow Force (Gaya Aliran)
Sticky control valve (keras/lengket) biasanya disebabkan oleh gaya aliran (flow
force). Flow force adalah gaya yang bekerja pada control spool. Hal ini
diasumsikan sebagai kecenderungan gaya untuk tetap mempertahankan spool pada
posisi terbuka selama ada flow yang melewati orifice yang dibuat oleh besarkecilnya bukaan spool. Besarnya Flow Force tersebut berbanding proporsional
terhadap jumlah aliran (flow) dan pressure differensial sebelum dan sesudah spool
land.
Dengan kata lain, flow atau pressure differensial naik maka kecenderungan force
mempertahankan spool untuk tetap terbuka juga naik. Vector gaya, yang bekerja
paralel terhadap centerline dari control valve, adalah gaya yang berusaha
mempertahankan stem tetap terbuka. Pada contoh diatas, semakin besar spool
menutup suply oli (semakin kecil ukuran orifice), semakin besar pressure
differensial antara suplay dan workport, dan semakin besar gaya yang
mempertahankan spool untuk tetap terbuka.
Sebagai illustrasi, apabila anda sedang menutup pintu terhadap hembusan angin.
Sementara anda menutup pintu berarti anda membuat restriction terhadap
hembusan angin. Semakin rapat pintu mulai tertutup, semakin kuat gaya yang
bekerja terhadap anda. Apa yang anda rasakan adalah efek flow dan pressure yang
bekerja pada orifice, dan dikenal sebagai flow force
Centering Spring

77.

Gb.4.5
Centering Spring
Hydraulic control valve akan sangat bermanfaat apabila control spoolnya dapat
kembali ke posisi semula secara otomatis. Hal ini dapat dilakukan dengan
menambahkan spring di bawah spool untuk menutup orifice pada saat operator
me-release lever.
Perlu diingat, semakin besar flow atau sistem pressure maka akan semakin besar
flow force, dan semakin berat centering spring berusaha mengembalikan spool
ke posisi semula.
Efeknya control lever menjadi agak berat, sehingga menyebabkan operator cepat
fatiq/ bosan.
Variasi Kecepatan Cylinder
Pada contoh circuit diatas, kecepatan cylinder ditentukan oleh jumlah aliran yang
melalui spool/orifice. Hal ini dapat dipengaruhi oleh speed engine, beban kerja,
displacement lever dan output pompa.
Apabila operator berusaha membuat kecepatan cylinder relatif tetap selama speed
engine berubah atau beban kerja berubah-ubah, maka si operator harus secara terus
menerus merubah posisi lever untuk menjaga supaya pressure differensial pada
spool/orifice relatif sama. Dari teori basic hydraulic diketahui, ketika pressure

78.

differensial pada spool/ orifice konstan, jumlah aliran yang melewati orifice/spool
juga sama. Problem ini membuat operator cepat lelah.
IV.2 Pressure Compensation (Close Center System)
Untuk menjawab kedua problem fatiq tersebut maka ditambahkanlah Pressure
Reducing Valve, yang berfungsi mengatur jumlah aliran. Doble check valve berfungsi untuk
merasakan pressure workport, baik pada rod end maupun head end cylinder dan
mengirimkan pressure workport tersebut ke pressure reducing valve. Pressure ini disebut
sinyal pressure dan selalu sama dengan workport pressure.
Note: Pressure reducing valve tersebut, sering disebut pressure compensator, Flow
control Valve, Flow compensator, sementara double check valve kadang
disebut Shuttle Valve atau Ball Resolver

Gb.
4.6 Pressure Compensation
Dari schematic di atas dapat ditentukan bahwa pressure reducing valve menyensing
pressure workport. Pressure ini akan bekerja bersama spring pressure reducing valve untuk
mengontrol downstream pressure. Downstream pressure sama dengan workport pressure

79.

ditambah pressure spring. Apabila pressure ke main control spool sama dengan workport
pressure ditambah nilai spring, berarti bahwa pressure differential (perbedaan antara
pressure supply ke main control spool dan workport pressure) main control spool sama
dengan nilai spring.
Apabila spring mempunyai nilai 50 psi, maka nilai 50-psi ini mengontrol maksimum
differensial pressure pada main control spool, dan akan mengurangi gaya aliran (flow force)
pada spool sehingga membuat lever menjadi lebih ringan.
Pressure reducing valve ini akan meniadakan pengaruh variasi engine speed
terhadap cylinder speed. Sebagaimana engine speed naik, pump flow juga naik, sehingga
meningkatkan pump supply pressure. Pressure reducing valve akan memberi reaksi terhadap
kenaikan pump supply pressure dan membatasi input flow (aliran masuk), hal ini berfungsi
untuk memelihara differensial pressure yang sama pada spool. Dengan begitu, diharapkan
terjadi konstan flow ke cylinder. Sebaliknya, juga akan terjadi aksi yang sama pada
penurunan engine speed.
Valve ini juga berfungsi meniadakan efek perubahan beban pada cilinder. Sehingga
variasi beban kerja tidak mempengaruhi kecepatan implement, akibatnya kecepatan
implement akan konstan.
Contoh kasus:
Diasumsikan workport pressure 500 psi. Pressure ini bekerja bersama pressure spring
sebesar 50 Psi di dalam pressure reducing valve dan menghasilkan 550 psi di dalam main
control spool.
Pressure diferensial/ perbedaan pressure pada main control spool adalah 50 psi yang mana
merupakan nilai dari spring itu sendiri.
Apabila workport pressure meningkat menjadi 1000 Psi. Pressure ini akan bekerja bersama
pressure (nilai) spring (50 Psi) di dalam pressure reducing valve dan menghasilkan 1050
Psi pada main control spool.
Pressure diferensial/ perbedaan pressure pada main control spool adalah 50 Psi yang juga
merupakan nilai dari spring.
Sekalipun load/ beban berubah, pressure diferensial pada main control spool tetap sama,
yang berakibat jumlah flow akan tetap konstan.

80.

Definisi Pressure Compensation:


Sistem kontrol yang menghasilkan kecepatan implement yang konstan untuk setiap
posisi displacement lever.
Hal ini dilakukan dengan menjaga perbedaan pressure yang tetap pada main control spool
oleh spring pressure reducing valve (yang digunakan untuk mengatur aliran).
Pada sistem Pressure Compensasi ada dua perbedaan pressure (Pressure Differensial),
yaitu:

Pertama, pressure differensial pada pressure reducing valve itu sendiri.


Perbedaan pressurenya bervariasi tergantung perbedaan pressure supply pompa
dengan workport pressure (plus nilai spring)

Kedua, pressure differensial pada main control spool, yang dibatasi dan
dikontrol oleh spring pada pressure reducing valve

Contoh:
Suatu implement memerlukan 5-gpm dan berkembang 1000 Psi pada workportnya.
Pompa fixed displacement mempunyai kemampuan mensuplai 30 gpm. Nilai spring
pada pressure reducing valve 50 psi, maka spring plus workport pressure akan
membatasi pressure downstream yang menuju main control stem sebesar 1050 Psi.
Selama implement tidak memerlukan supply penuh, maka pressure pump supply akan
naik sebesar 2700 Psi dan kelebihan flow akan dikembalikan ke tanki melalui main
relief valve.
Perbedaan pressure pertama terjadi pada pressure reducing valve, yakni sebesar 2700
Psi 1050 Psi sama dengan 1650 Psi
Perbedaan pressure kedua adalah 1050 Psi 1000 Psi sama dengan 50 Psi dan
merupakan nilai spring dari pressure reducing valve
Apabila cylinder digerakkan dengan pelan, berarti operator sedikit membuka closed
center control spool, dan hanya sebagian kecil flow pompa yang diijinkan ke cylinder.
Dengan pompa fixed displacement, pressure pompa pasti akan naik dan kelebihan
flownya akan di drain ke tanki. Jumlah flow yang besar dan pressure yang tinggi pada

81.

relief valve akan secara cepat berakibat panas, akibatnya memperpendek umur
componen.
Untuk mengurangi akibat panas tersebut perlu ditambahkan oil cooler, disamping itu
ada dua pilihan lain, yaitu:

Dapat menambahkan Flow Control atau dump valve pada system

Mengganti Fixed Displacement Pump dengan Variable Displacement pump

IV.3 Load Sensing (Close Center System)


Dengan menggunakan Flow Control (Dump) valve atau variable displacement pump
(disertai valve pengatur pompa untuk mengatur sistem flow) akan diperoleh pressure
yang diinginkan, hal ini dikenal dengan istilah Load Sensing.
Definisi Load Sensing:
Sistem kontrol yang menjaga pressure supply pompa pada nilai tetap di atas nilai
sistem pressure tertingginya
Jaringan sinyal diperlukan, yang berfungsi mengirim pressure workport tertinggi
(sensing beban) kembali ke Flow Control (Dump) Valve atau control valve pompa.
Di dalam jaringan sinyal ada beberapa double check valve, yang dikenal dengan
Resolver atau Shuttle Valve
Flow Control Dump Valve
Flow Control Dump valve saat ini banyak ditambahkan pada sistem

82.

Gb. 4.7 Flow Control Valve


Contoh kasus:
Implement

memerlukan

gpm

dan

mengembangkan

1000

Psi

pada

workportnya.Fixed Displacement Pump dapat mensuplai 30 gpm. Spring di dalam


flow control valve/ Dump valve mempunyai nilai 200 Psi, maka harga spring plus
workport pressure sebesar 1200 Psi ini bertindak mengature pressure suplai pompa
dan membatasinya sebesar 1200 ke sistem.
Kelebihan flow yang tidak diperlukan oleh implement di drain ke tanki. Nilai
perbedaan pressure antara workport pressure dan pressure yang boleh masuk ke

83.

sistem adalah 200 Psi sama dengan nilai spring pada flow control valve. Nilai ini
adalah Nilai Margin Pressure, yang akan memberikan respon implement yang
lebih baik.
Pada kasus ini, return suplai pompa ke tanki terjadi pada pressure setting di bawah
setting main relief pressure. Sehingga akan mengurangi panas yang timbul dan
memperpanjang umur component.
Sekarang yang menjadi masalah besar adalah adanya wasted hydraulic horsepower
(Hp Hydraulic yang terbuang).
Suatu sistem dimana pompa selalu mensuplai maksimum flow tanpa memperhatikan
keperluan implement. Kelebihan flow didrain ke tangki, ini yang disebut wasted
energy (energi yang terbuang)
Variable Displacement Pump
Kita dapat mengurangi wasted energi yang terjadi pada fixed displacement pump
dengan mengganti dengan variable displacement pump.

Gb.
4.7 Variable Displacement Pump
Pompa ini menggunakan control valve untuk mengatur pump flow yaitu dengan
merubah sudut swashplate. Workport atau sinyal pressure akan bekerja bersama
spring Flow Compensator (di dalam pump control valve), supaya bisa memberikan
margin pressure dengan setting di atas harga workport pressure.

84.

Flow compensator spool berfungsi menyensing suplai pressure (sama seperti flow
control valve pada fixed displacement pump). Seiring kebutuhan flow berubah
karena perubahan posisi lever, perbedaan pressure antara workport pressure dengan
pump suplai pressure akan berubah sebagai akibat reaksi terhadap perubahan posisi
lever.
Ini akan menyebabkan posisi flow compensator spool berubah. Sehingga akan
mengirim flow banyak atau sedikit menuju ke large actuator piston di dalam pompa.
Selanjutnya akan merubah sudut swasplate pompa, sehingga output pompa juga
berubah.
Biasanya pompa ini juga dilengkapi dengan secondary control stem (pressure
compensator/ pressure cut off spool) yang akan memberi reaksi terhadap pump
suplai pressure dan akan terbuka pada set pressure maksimum. Control ini akan
mendestroke pompa (mengurangi flow pompa) untuk menjaga maksimum sistem
pressure tanpa menggunakan main relief valve
Dengan men-set pompa dan control valvenya, dapat diperoleh kebutuhan flow yang
tepat sesuai dengan keperluan pressure workportnya sehingga sistem dapat bekerja
dengan lebih efisien (dibanding sistem dengan fixed displacement pump).
Contoh kasus:
Formula untuk Horsepower hydraulic adalah:
(Gpm x psi)/1714 = Hp = gpm x psi x .000583
Apabila dipakai 30 gpm fixed displacement pump dan pressure pada workport 1000
psi, Flow control (dump) valve menyensing workport pressure dan bekerja bersama
spring 200 psi (margin), maka Hydraulic Horsepower (Hp) yang diambil dari
engine:
30 gpm x (1000 psi + 200 psi) x .000583 = 21 Hp
Karena cylinder hanya memerlukan 5 gpm, maka hp yang digunakan hanya:

gpm x (1000 psi x 200 psi) x .000583 = 3.5 Hp


Apa yang terjadi untuk 17.5 Hp (21 hp 3.5 hp) sisanya yang diambil dari engine?
Ini adalah wasted Hp (Hp yang tidak terpakai), dan di dump kembali ke tangki
dalam bentuk panas.

85.

Dengan menggunakan Variable Displacement, berapa kira-kira Wasted Hp yang


muncul? Secara praktek hampir tidak ada. Pompa akan memberikan flow sesuai
dengan kebutuhan pada pressure yang sedikit lebih tinggi (Slightly) dari pada yang
dibutuhkan.
5 gpm x 200 Psi x 0.000583 =0.58 Hp wasted, yang digunakan untuk margin
pressure
Dua keuntungan apabila menggunakan Variable Displacement Pump, yaitu:
1.

Panas yang muncul dapat dikurangi, sehingga component mempunyai umur yang lebih
lama.

2.

Horsepower yang terbuang menjadi berkurang, sehingga irit bahan bakar

Gb.
4.8

Load Sensing/ Pressure Compensation


Kembali ke basic diagram, fungsi Flow control (dump) valve dan main relief valve dari
pompa dihilangkan dan digantikan dengan Flow Compensator atau Margin Spool yang
berfungsi mengontrol Flow, dan Pressure Compensator atau Pressure Cut-off Spool
yang berfungsi membatasi maksimum pressure sistem.

86.

Anda mungkin juga menyukai