Cairan mengikuti bentuk wadah (tempat) dimana cairan itu berada. Ruang atau
volume yang ditempati oleh zat cair tadi dinamakan displacement.
1.
Zat cair meneruskan tekanan ke semua arah (lihat gambar 1-2), mengikuti bentuk
dari wadah. Zat cair mengalir ke segala arah melalui pipa-pipa dan hose dalam
berbagai ukuran dan bentuk.
2.
3.
Force (gaya) adalah sesuatu yang menyebabkan benda diam menjadi bergerak,
benda yang bergerak lurus menjadi berbelok dan sebagainya.
Gaya biasanya dinyatakan dalam:
Pounds (Lbs)
Kilogram (Kg)
Newton (N)
Pressure (Tekanan), adalah gaya yang bekerja pada setiap satuan luas penampang. Pressure
biasanya dinyatakan dalam:
Pounds per Square Inch (Psi)
Kilogram per Centimeter Persegi (Kg/Cm)
KiloPascal (Kpa)
Area (Luas penampang/permukaan), biasanya dinyatakan dalam:
Square Inch (Inch)
Millimeter persegi (mm)
Centimeter persegi (mm)
Luas permukaan yang berbentuk lingkaran dapat dihitung dengan rumus berikut:
4.
Area = r
Jika jari-jari lingkaran (r) adalah 2 inch, maka:
A = 3,14 2 2
A = 12,5 inch
Dengan mengetahui luas area, dapat diketahui berapa besar tekanan yang mampu
mengangkat beban yang ada. Jika gaya sebesar 500 Pound bekerja pada area 12,5 inch,
tekanan yang terjadi adalah 40 psi.
Tekanan dapat diketahui dengan rumus:
P=F/A
P = 500 lbs/12,5 inch
P = 40 psi
Dengan demikian besar gaya yang bisa ditopang oleh piston yang besar adalah:
F= P A
P = 40 psi
A = belum diketahui (r = 3 inch)
F = 40 28,26
A = r
F = 1130 psi
A = 3,14 3 3
A = 28,26 inch
5.
Gambar 1.6 menunjukkan bagaimana zat cair dalam sebuah sistem hidrolik
menimbulkan keuntungan secara mekanis. Semua cylinder dalam keadaan tersambung, dan
semua ruangan terisi dengan zat cair sebelum sistem diberikan tekanan. Cylinder dihitung
dari kiri ke kanan.
Pressure = Force
Area
6.
Sekarang sudah didapatkan pressure yang ada di dalam sistem sehingga bisa
dihitung force dari load untuk cylinder satu dan tiga dan piston area untuk cylinder 4.
Hitung load pada cylinder satu dan tiga dengan menggunakan rumus: Force sama dengan
Pressure kali Area (Force = Pressure Area). Hitung cylinder nomor empat piston area
dengan menggunakan rumus: Area sama dengan Force dibagi Pressure (Area = Force :
Pressure ).
Jawaban:
Load pada cylinder 1 adalah 250 lbs, load pada cylinder 3 adalah 150 lbs, sedangkan
Area pada piston nomor 4 adalah 2 in.
I.3 Orifice
Berbicara masalah hidrolik, hal yang umum dipakai adalah istilah Pump Pressure
(Tekanan Pompa). Tetapi perlu diingat bahwa pompa tidak menghasilkan pressure.
Pompa hanya menghasilkan Flow (aliran fluida/oli). Jika flow-nya dihambat, maka
akan timbul pressure.
Pada gambar 7.a pump flow yang melalui pipa adalah 1 GPM (Gallon Per Minute). Pada
gambar tersebut, tidak ada hambatan untuk mengalir melalui pipe. Oleh sebab itu
pembacaan pressure adalah 0 (zero) untuk kedua gauge.
7.
Orifice menimbulkan hambatan terhadap pump flow. Pada saat oli mengalir melalui
sebuah orifice, maka akan timbul pressure pada sisi up stream dari sebuah orifice (pressure)
yang diukur pada ruangan sebelum orifice.
Pada gambar 8.b, ada sebuah orifice di dalam pipa di antara kedua gauge. Gauge pada sisi
up stream dari orifice menunjukkan bahwa pressure 207 kPa (30 psi) diperlukan untuk
mengirim flow sebesar 1 GPM melalui sebuah orifice. Tidak ada hambatan pada oli untuk
mengalir setelah orifice. Itu sebabnya gauge pada sisi down stream (ruangan setelah orifice)
menunjukan 0 (zero) kPa/psi.
3.1.3.1 Oil Flow ke Tangki di Blok
8.
Jika total pump flow tidak dialihkan ke circuit yang lain, pressure di dalam sistem
akan terus naik dan menyebabkan kerusakan sistem tersebut (meledak/jebol).
9.
B. Hambatan Parallel
Dalam sebuah sistem dengan circuit parallel, pump oil akan mempunyai prioritas untuk
mengalir melalui resistance yang paling kecil lebih dahulu.
Pada gambar di bawah pompa men-supply oli ke tiga circuit parallel. Circuit tiga
mendapatkan prioritas yang paling rendah. Circuit satu mendapatkan prioritas yang
paling tinggi (lihat besarnya tension/tekanan spring pada masing-masing check valve).
10.
Hydraulic
II. Komponen-Komponen Hydraulic
II.1 Tangki Hidrolik
II.1.1 Komponen Oil Tank
Fungsi utama dari hydraulic oil tank adalah untuk menyimpan oli. Akan tetapi oil
tank juga mempunyai beberapa fungsi lain. Oil tank harus bisa menyerap panas dan
memisahkan udara dari oli.
11.
12.
Filler Screen, mencegah kotoran yang besar masuk ke tangki pada saat tutup tangki
dilepas.
Filler Tube, memungkinkan tangki diisi pada level yang benar tetapi tidak overfilled.
Baffles, mencegah return oil mengalir langsung ke bagian tangki outlet, memberikan
kesempatan kepada bubble (gelembung-gelembung udara) yang ada di return oil
untuk naik ke atas. Juga mencegah oli ter-aduk yang mana akan membantu
menurunkan oli dari pembentukkan buih.
Ecology Drain, digunakan untuk mencegah oli tercecer pada saat membuang air dan
endapan-endapan dari tangki.
Return Screen, mencegah partikel yang lebih besar masuk ke tangki, tetapi tidak bisa
menyaring partikel yang halus.
B. Vented Tank
13.
Lubricating
Transmitting power
Sealing
Cooling
Cleaning
14.
15.
memisahkan udara, air serta kotoran yang lain dan juga menjaga oil dari perubahan
temperature yang besar.
II.1.5 Viscosity (Kekentalan)
Viskositas adalah hambatan terhadap oil untuk mengalir pada temperature tertentu.
Jika zat cair mengalir dengan mudah, maka berarti mempunyai viscosity yang rendah. Zat
cair yang tidak mudah mengalir, berarti mempunyai viscosity yang tinggi.
Viskositas zat cair dipengaruhi oleh temperature. Bilamana zat cair menjadi lebih
panas, maka viskositasnya akan menjadi lebih rendah. Begitu juga bilamana zat cair-nya
menjadi lebih dingin, maka viskositasnya akan naik.
Contoh yang sangat mudah adalah minyak sayur dimana viskositas akan berubah
bila temperature-nya berubah. Bila minyak sayur ada dalam kondisi dingin, maka dia akan
terasa kental dan lambat untuk dituangkan. Setelah dipanaskan, maka minyak tersebut akan
menjadi lebih encer dan mudah dengan cepat dituangkan.
II.1.6 Viscosity Index
Viscosity Index (VI) adalah ukuran kekentalan zat cair seiring dengan berubahnya
temperature. Jika zat cair relative tetap di berbagai temperature, maka dikatakan zat cair
tersebut mempunyai Viskosity Index (VI) yang tinggi. Jika zat cair menjadi lebih kental
pada temperature rendah dan sangat encer pada temperature tinggi, maka zat cair tersebut
mempunyai Viscosity Index yang rendah. Pada kebanyakan hydraulic system, fluida dengan
Viscosity Index yang tinggi diperlukan daripada fluida dengan Viscosity Index yang rendah.
II.1.7 Petroleum Oil
Semua petroleum oil akan menjadi lebih encer seiring dengan kenaikan temperature.
Sebaliknya, jika temperature turun akan menjadi lebih kental. Jika viskositas terlalu rendah,
maka akan ada banyak kebocoran melalui seal dan lewat sambungan-sambungan. Jika
viskositas terlalu tinggi maka kemungkinan operasinya menjadi lebih berat sehingga
memerlukan extra power untuk mendorongnya melalui system. Viskositas dari petroleum
oil dinyatakan dengan SAE (Society of Automotive Engineers) numbers: 5W, 10W, 20W,
30W, 40W, dan lain-lain. Semakin kecil angkanya, dapat mengalir dengan baik pada
temperature rendah. Semakin besar angka-nya, semakin kental dan diperuntukkan buat
temperature tinggi.
16.
Water-glycol fluid, berisi 35% sampai 50% air (water inhibit burning), glycol
(synthetic chemical hampir menyerupai antifreeze) dan water thickener. Additive
ditambahkan ke dalam fluida untuk memperbaiki lubrikasi dan untuk mencegah
karat, korosi dan berbuih. Water-glycol fluid lebih berat dibanding dengan oil
dan bisa menyebabkan pump cavitation pada kecepatan tinggi. Fluida ini bisa
bereaksi dengan metal tertentu dan seal dan tidak bisa digunakan/dicampur
dengan beberapa tipe cat.
Water oil emulsion, paling mahal dari semua fluida tahan api. Jumlah yang sama
dari air (40%) juga dipakai sebagaimana pada water-glycol untuk mencegah
pembakaran. Water-oil digunakan dalam hidrolik oil system pada umumnya.
Additive bisa ditambahkan untuk mencegah karat dan buih.
Synthetic oil, dibuat dengan proses reaksi kimia dengan komposisi khusus untuk
menghasilkan senyawa yang terencana dan mempunyai sifat-sifat yang bisa
diprediksi. Synthetic oil secara spesifik diramu untuk dipakai pada temperature
tinggi dan juga temperature rendah.
17.
Kontaminasi di dalam oil juga bisa digunakan sebagai indikator dari keausan yang
tinggi dan masalah-masalah lain yang akan muncul. Salah satu program yang menggunakan
oil yang sudah terkontaminasi sebagai sumber informasinya adalah Schedule Oil Sampling
Program (SOS)
II.2 Hydraulic Pump
18.
disebabkan oleh hambatan terhadap aliran. Hambatan dapat disebabkan oleh flow melalui
hose, orifice, fitting, cylinder, motor atau apapun yang ada di dalam system yang
menghalangi flow menuju ke tangki. Ada dua pompa: Positive dan Non-Positive
displacement pump.
Gb. 2.7 Hydraulic Motor
Hydraulic motor mentransfer hydraulic energy menjadi mechanical energy. Hydraulic
motor menggunakan oil flow yang sedang di tekan ke dalam hydraulic system oleh pompa
dan mentransfernya menjadi rotary motion untuk menggerakkan peralatan yang lain seperti
final drive, diffrential, transmission, wheel, fan, pompa yang lain dan lain-lain.
II.2.1 Positive Displacement Pump
Ada 3 (tiga) type dari Positive displacement pump:
Gear
Vane
Piston
Positive displacement pump mempunyai clearance diantara komponen-komponen-nya
lebih kecil. Ini akan mengurangi kebocoran dan menghasilkan efficiency yang lebih baik
saat digunakan pada high pressure hydraulic system. Output flow pada positive
displacement pump pada dasarnya sama untuk setiap putaran pompa. Positive displacement
pump dikelompokkan menjadi dua berdasarkan kontrol output dan konstruksi pompa.
8
5
6
7
1
0
1
1
19.
20.
21.
housing-nya adalah apa yang membatasi jumlah force yang menekan plate terhadap
ujung daripada gear.
C. Pressure Balance Plate
Ada dua tipe pressure balance plate yang digunakan di gear pump. Tipe ini
menggunakan isolation plate, back up untuk seal, seal mirip seperti angka 3 dan sebuah
retainer.
Tipe kedua mempunyai sebuah groove (alur) seperti angka 3 pada permukaanya
dan lebih tebal dari tipe pertama.
22.
1
1
1
4
1
3
7
1
2
23.
dan ujung-ujung vane-nya. Dalam beberapa design pressure rendah, support plates dan
housing menge-seal sisi dari rotating rotor dan ujung-ujung vane. Support plate digunakan
untuk mengarahkan ke passage-passage yang ada di dalm housing. Housing juga berfungsi
sebagai support untuk komponen-komponen yang lain dari vane pump, mengarahkan flow
masuk dan keluar vane pump.
A. Vanes
Vane pertama sekali ditahan terhadap cam ring dengan centrifugal force yang
dihasilkan oleh putaran rotor. Bilamana flow-nya naik, pressure yang dihasilkan dari
hambatan terhadap flow itu sendiri diarahkan menuju passage di dalam rotor di bawah
vane (1). Ini terlihat pada gambar sebelah kiri. Oli yang bertekanan yang ada di bawah
vane ini akan berusaha menjaga vane supaya tetap bersentuhan dengan cam ring
(sealing proccess). Untuk mencegah vane supaya tidak terlalu keras menekan cam ring,
vane-nya dichamfer di bagian belakang untuk mendapatkan balancing pressure
24.
dipasang di support plate dengan salah satu sisi bundar ke dalam pocket dan sisi plastik
yang rata terhadap flex plate.
25.
ke ruang di antara vane oleh tekanan atmosphere atau tank pressure. Bilamana rotor
terus berputar, maka jarak antara ring dan rotor juga akan semakin kecil. Hal ini
mengakibatkan volume yang ada juga akan semakin mengecil. Hal ini memungkinkan
oil ditekan keluar dari segment rotor menuju ke outlet passage dari pompa.
D. Balanced Vane Pump
26.
Variable output vane pump dikontrol dengan menggeser ring maju dan mundur
sesuai dengan pusat rotor-nya. Variable output vane pump jarang penggunaanya. Jika
ada kebanyakan dipakai aplikasi mobile hydraulic.
6
5
27.
28.
Pada pompa yang lain, saat piston bergerak mundur, oil mengalir melalui intake
menuju ke piston. Pada saat pompa berputar, piston akan bergerak maju, oil kemudian
didorong cellar menuju ke system. Kebanyakan piston pump yang digunakan pada
mobile equiptment adalah Axial Piston Pump.
29.
daripada housing terhadap pusat poros menentukan speed dari output shaft motor. Piston
pump yang lebih kecil bekerja pada pressure 10.000 psi. Piston pumps yang digunakan
pada hydraulic system bekerja pada pressure di bawah 7000 psi.
B. Radial Piston Pump
Pada Radial Piston Pump (Gb. 2.22), piston bergerak maju dan mundur membentuk
sudut 90-derajat terhadap shaft-nya. Pada saat cam follower berputar turun pada cam
ring, piston akan bergerak mundur. Atmospheric pressure atau charge pump mendorong
oil melalui inlet valve port dan menggerakkan pergerakkan piston. Pada saat cam
follower berputar naik pada cam ring, piston akan bergerak maju. Oil kemudian ditekan
keluar dari cylinder melalui outlet port.
30.
besar.
Conjugate Curve Pump
Gb. 2.24 Conjugate Curve Pump
31.
Conjugate curve pump (Gambar di atas), yang juga biasa disebut dengan GEROTOR
pump. Inner dan outer komponen berputar bersama-sama dengan housing. Pemompaan
dihasilkan dengan cara lobe dari komponen inner dan outer masing-masing melakukan
kontak/bersentuhan selama berputar. Pada saat komponen inner dan outer berputar,
komponen inner akan berputar berkeliling di dalam komponen bagian luar. Inlet dan
outlet port terletak di ujung cover dari housing. Oil masuk melalui inlet dan dibawa
menuju outlet dan dikeluarkan saat lobe-nya bertautan.
Modified dari gerotor pump dipakai di banyak steering system hand metering unit
(HMU). Saat digunakan di HMU, outer gear-nya akan tetap diam sementara inner gearnya berputar.
Axial Propeller Pump
Axial propeller pump berbentuk seperti kipas angin listrik, diikat pada pipa yang lurus
dan
mempunyai
propeller
blade
(sudu-sudu).
Oil
diisap
dengan
cara
menggerakkan/memutar sudu-sudu.
32.
bila outlet pressure naik. Non-positive displacement pump adalah juga centrifugal impeller
pump. Pompa semacam ini biasa digunakan pada aplikasi dengan pressure rendah seperti
water pump.
II.2.2.1 Centrifugal Impeller Pump
Centrifugal impeller pump terdiri dari dua komponen dasar yaitu: impeller (2) yang
diikat pada input shaft (4) dan housing (3). Impeller mempunyai sebuah cakram dengan
sudu-sudu yang melengkung (1) yang dicetak pada sisi input-nya.
2
3
Mengatur pressure
Mengatur flow
Mengatur arah
33.
34.
35.
minimum. Spring pada pilot valve berukuran lebih kecil dan memungkinkan
pengontrolan pressure.
Gb. 2.28 Pilot Operated Relief Valve, CLOSE Position
Unloading valve mempunyai ukuran yang cukup besar untuk mengatasi sebagian
besar oil flow pada maksimum relief pressure yang sudah ditentukan. Unloading
valve menggunakan oil pressure untuk menjaga valve-nya tetap tertutup. Oleh
sebab itu kita tidak perlu menggunakan unloading valve spring yang begitu kuat
dan keras. Hal ini memungkinkan unloading valve mempunyai opening pressure
yang lebih presisi.
Oil mengalir menuju relief valve housing melalui unloading valve orifice, dan
mengisi ruangan pada unloading valve spring. Oil yang berada pada ruangan
unloading valve beraksi pada area pilot valve. Ini memungkinkan pilot valve
dengan spring yang kecil mengontrol pressure yang besar. Pada saat oil pressure
dalam system meningkat, oil dengan pressure yang sama juga berada pada ruangan
unloading valve spring. Oleh sebab itu oil pressure yang berada pada kedua sisi
unloading valve akan sama. Gaya gabungan antara oil pressure dengan unloading
valve spring akan menjadi lebih besar dari oil pressure yang berada pada bagian
bawah dari unloading valve. Dengan demikian gaya gabungan antara spring
dengan oil pressure pada bagian atas unloading valve akan membuat valve
menutup.
Pilot operated Relief valve, OPEN Position
36.
kondisi normal operasi, pump flow di-blocked oleh valve (normally closed).
Gb. 2.31 Relief valve ISO Symbol, OPEN
37.
Relief valve symbol terlihat pada gambar 2.31, memperlihatkan satu kotak dengan valve
tunggal pada posisi OPEN. Saat gaya dari system pressure mengatasi gaya spring, symbol
panah akan bergerak ke bawah (valve membuka) dan menghubungkan saluran oli dari
pompa ke tangki. Oli kemudian mengalir menuju ke tangki.
Gambar 2.32 menunjukkan symbol dari ISO schematic untuk variable relief valve. Variable
relief valve merupakan single envelope valve dengan tanda panah pada spring. Tanda panah
38.
Close position, sequence valve mem-block pump oil flow ke circuit 2 sampai circuit
1 penuh. Pada saat pump oil mengisi circuit 1 dan sequence valve, maka oil pressure akan
mulai naik. Peningkatan pressure ini dirasakan lewat circuit pada bagian bawah unloading
valve dan juga pada ruangan unloading valve spring.
valve akan tetap terbuka sampai pompa dimatikan, atau pressure di circuit 1 drop lebih
rendah dari setting spring pada sequence valve.
Gb. 2.34 Sequence Valve ISO Symbol
39.
Cara kerja sequence valve sama dengan relief valve. Pada relief valve ruangan spring spring
biasanya dihubungkan dengan drain. Pada sequence valve, outlet passage terhubung dengan
circuit ke dua. Karena circuit ke-dua selalu bertekanan selama sequence valve membuka,
ruangan pilot valve spring harus dihubungkan dengan drain/tangki.
II.3.1.3 Pressure Reducing Valve
40.
chamber. Pada kondisi pump start-up, supply oil dan controlled oil mempunyai pressure
yang sama.
41.
42.
43.
Saat secondary circuit sudah terisi, maka pressure mulai naik. Pressure ini juga akan
dirasakan di dalam differential valve spring chamber. Kombinasi antara pressure oil dan
spring force akan berusaha menggerakkan spool ke kanan dan berusaha untuk menutup
aliran oli ke secondary circuit. Akan tetapi kenaikan pressure pada primary circuit
berusaha memuat valve tetap terbuka. Pressure akan naik di kedua sisi primary dan
secondary circuit sampai relief valve open dan membuang oli ke tangki.
Pressure differential valve akan menentukan posisi yang menjaga perbedaan
pressure sebesar 50 psi antara primary dan secondary circuit pada pressure di atas 50 psi.
Pressure Differential Valve ISO Symbol
44.
ditentukan selama initial system design. Directional control valve digunakan untuk
mengarahkan oli ke actuator dalam hydraulic system.
Gb. 2.41 Spool Valve
45.
Gambar berikut memperlihatkan gambar potongan untuk sebuah open center directional
control valve pada posisi HOLD.
46.
47.
48.
Pada gambar 2.46 berikut, garis dan panah yang berada di dalam sebuah envelope,
pada dasarnya dipakai untuk mewakili flow path dan arah di antara port.
Gb. 2.46 Flow Path
Three Position Valve
Gambar 2.47 memperlihatkan tiga ISO symbol dari three position valve. Pada three
position valve, kotak yang tengah adalah posisi NEUTRAL atau HOLD position. Pada saat
valve tidak sedang melakukan kerja, maka valve yang dipakai adalah valve yang tengah atau
berada pada HOLD position. Tergantung design dari spool, posisi tengah melayani beberapa
tujuan. ISO symbol yang di atas mewakili closed center valve. Pada saat berada di HOLD
position, close center spool block semua oil flow.
ISO symbol yang di tengah mewakili tandem center valve. Saat berada pada posisi
HOLD, tandem center valve mem-block oil flow pada titik A dan B, dengan demikian
menghubungkan pompa dengan tangki.
49.
50.
51.
52.
Forward Flow
Gambar 2.52 bagian atas memperlihatkan kepada kita sebuah pilot operated check
valve. Pilot operated check valve terdiri dari sebuah check valve, pilot valve dan rod.
Pilot operated check valve membiarkan oli mengalir dengan bebas dari control valve ke
cylinder
Flow Blocked
Saat oil flow dari control valve berhenti, maka check valve akan duduk sebagaimana
terlihat pada Gb. 2.52 bawah bagian kanan. Oil dari cylinder menuju control valve diblocked pada check valve.
Pilot operated check valve kebanyakan sering digunakan di system operasi dimana
terdapat drift problem. Pilot operated check valve menahan drift pada toleransi yang
sangat kecil.
53.
Gb.2.52 Pilot Operated Check Valve Forward Flow dan Flow Blocked
54.
Reverse Flow
Gambar 2.53 di atas memperlihatkan oil flow dari cylinder ke control valve.
Pada saat flow diperlukan, pilot oil dikirim ke pilot valve oil chamber. Pilot oil pressure
menggerakkan pilot valve dan rod ke kanan dan membuka check valve. Cylinder oil
mengalir melalui check valve menuju ke control valve dan kemudian ke tangki.
Perbandingan pressure antara load pressure dan pilot pressure dirancang sesuai dengan
valve-nya. Perbandingan pressure-nya 3 : 1. Pressure yang diperlukan untuk membuka
check valve sama dengan 1/3 dari load pressure. Load pressure sebesar 600 psi
memerlukan pilot pressure sebesar 200 psi untuk bisa membuka check valve.
55.
Make-up valve seperti gambar 2.55, terlihat mirip check valve. Make-up valve biasanya
ditaruh di circuit antara implement dan tangki. Pada saat operasi normal, pump atau cylinder
oil akan mengisi ruangan di belakang make-up valve. Pressure di dalam cylinder akan
menjaga valve tetap CLOSED. Pada cylinder pressure sekitar 2-psi lebih rendah dari tank
pressure, make-up valve akan OPEN. Oil dari tangki akan mem-by pass pump dan mengalir
secara langsung melalui make-up valve menuju ke cylinder.
56.
Solenoid Actuator
Pada sebuah solenoid actuator, medan electromagnet akan menggerakkan armature
yang mana akan dipakai untuk menggerakkan push pin. Push pin akan menggerakkan
valve spool.
57.
ditaruh di cover. Posisi dari pin sejajar dengan armature. Pada saat pin ditekan
kedalam cover, maka pin secara mechanical akan menggerakkan armature.
Kemudian armature akan menggerakkan push pin yang man akan menggerakkan
spool.
B. Wet Armature Solenoid
Wet armature solenoid (gb. 2.57) merupakan komponen yang relatif baru
dalam hydraulic system. Wet armature solenoid terdiri dari frame yang berbentuk
persegi panjang, coil, tube, armature, push pin dan manual override. Coil dan frame
persegi panjang dibungkus dalam sebuah plastik. Tube-nya masuk pas ke dalam
sebuah lubang yang melalui pusat coil dan dua sisi frame-nya. Armature-nya sendiri
diletakkan di dalam tube dan terendam oleh hydraulic fluid dari directional valve.
Hydraulic fluid merupakan konduktor yang lebih baik dari medan electro-magnet
dibandingkan dengan udara. Oleh karena itu wet armature solenoid mempunyai
force yang lebih besar dibandingkan dengan air gap solenoid.
Pada coil diberikan arus listrik, akan timbul medan electro-magnet. Medan
electro-magnet akan menggerakkan armature. Armature akan menggerakkan push
pin dan push pin akan menggerakkan valve spool di dalam control valve.
Pada sebuah wet armature solenoid, manual override terletak pada ujung
tube yang juga merupakan housing dari armature dan push pin. Manual override
digunakan untuk mengecheck pergerakkan dari directional valve spool.
58.
Solenoid Controlled, Spring Offset, Pilot Operated, Two Position, 4-way Directional
Control Valve
Gambar berikut (2.58) memperlihatkan Solenoid Controlled, Spring Offset, Pilot
Operated, Two-Position, 4-way Directional Control Valve.
Solenoid controlled, spring offset, pilot operated, two position, directional control valve
tidak selamanya dipasang dengan dua solenoid.
Solenoid digunakan untuk menggerakkan pilot valve spool. Valve spool kembali ke
posisinya semula dengan sebuah spring. Saat system-nya di design untuk oil flow yang
lebih besar, maka dengan sendiri akan dipakai valve dengan ukuran yang lebih besar.
Gaya utama diperlukan untuk menggerakkan valve spool yang besar. Solenoid
diperlukan untuk menimbulkan jumlah gaya yang juga besar. Pada tipe valve seperti ini,
sebuah solenoid controlled pilot valve yang relatif lebih kecil di taruh di atas main valve
spool yang lebih besar. Saat shifting diperlukan, oil yang bertekanan akan mengalir dari
small solenoid controlled pilot valve ke sisi yang lain dari valve spool yang lebih besar.
59.
Solenoid Controlled, Pilot Operated, Three Position, 4-way Directional Control Valve
Gambar 2.59 memperlihatkan Solenoid Controlled, Pilot Operated, Three Position, 4way Directional Control Valve. Pilot valve dicontrol oleh dua solenoid valve. Pilot valve
juga mempunyai sebuah spring yang terletak pada masing-masing ujung dari valve
spool. Bilamana tak satupun solenoid yang energize, maka valve spool spring menahan
valve spool pada posisi CENTER. Saat pilot valve berada pada posisi CENTER, pilot oil
flow yang menuju ke control valve yang lebih besar di blocked. Spring yang berada pada
ke-tiga posisi directional control valve akan mengembalikan posisi control spool ke
posisi center.
60.
Solenoid Failure
Kebanyakan kerusakan dari solenoid actuator saat valve stuck. Valve spool yang
stuck akan mencegah armature menutup secara benar. Kebanyakan valve stuck
disebabkan oleh contamination. Kotoran seperti endapan lumpur, bram, dan partikel
yang lain akan tersangkut antara spool dan bore yang menyebabkan spool-nya macet.
Juga, partikel oil yang ter-oksidasi bisa menimbulkan bahan yang melengket yang dapat
menyumbat clearance antara spool dan dinding bore sehingga menyebabkan macet
terhadap bore-nya. Lumpur, bram, dan partikel yang lain bisa dicegah dengan
menggunakan filter. Penggunaan oil yang benar dan penggantian filter yang teratur
dapat membantu mengurangi problem.
Pada saat valve stuck dan solenoid di-energize, solenoid coil menerima aliran
arus listrik yang konstan yang akan menghasilkan panas yang berlebihan. Solenoid tidak
61.
di-design untuk meniadakan panas yang berlebihan, akibatnya coil-nya bisa terbakar.
Problem overheating sering terjadi pada saat temperature udara luar yang cukup tinggi
atau terjadi system low voltage.
Solenoid rusak karena temperature udara luar yang cukup tinggi bisa di control
dengan meningkatkan aliran udara melalui solenoid. Temperature dari oli hydraulic
dapat diturunkan supaya lebih banyak panas yang diserap dari solenoid melalui
hydraulic system.
Kadang-kadang, design valve yang berbeda bisa dipasang pada saat beroperasi di
cuaca yang sangat panas. Harus dibuat pengaturan yang cukup bagus untuk membuat
sistem beroperasi pada temperature yang lebih rendah.
Pada saat voltage ke coil terlalu rendah, medan electromagnet tidak cukup kuat
untuk menarik armature. Cuma, pada saat spool-nya stuck, arus listrik akan terus
mengalir melalui coil. Aliran arus listrik yang konstan ini bisa menimbulkan panas yang
berlebihan.
Faktor lain juga mempengaruhi operasi dan umur dari solenoid actuator.
Solenoid actuator bisa rusak bilamana terjadi perputaran arus listrik yang berlebihan,
seperti short circuit frekwensi dan voltage yang salah.
62.
Solenoid Controlled Pilot Operated, Spring Centered, Three Position, 4-way, ClosedCenterd valve.
Di ISO symbol gambar 2.60 bagian bawah, solenoid controlled pilot operated, spring
centered, three position, 4-way, closed centerd valve terlihat pada posisi normal. 4-port
semuanya di blocked di valve. Bila solenoid di sebelah kanan di-energize, pump oil
mengalir ke A dan oil di B mengalir ke tangki.
63.
Hydraulic
III. I S O SYMBOL
Tujuan dari digunakannya graphic symbol adalah untuk mendapatkan pengertian
yang menyeluruh dari fluid power system. Teknik ini bertujuan untuk standarisasi dengan
memakai simbol-simbol, suatu cara untuk mendapatkan pengertian yang lebih mudah dalam
cara menerangkan komponen dari fluid power system. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan basic simbol geometri seperti: lingkaran, bujur sangkar, persegi panjang, segi
tiga, busur, panah, garis, titik, tanda silang.
64.
1. Konduktor (fluid)
2. Menyimpan energi dan menyimpan fluid
3. Fluid conditioner (heater, coolers, filters, dll).
4. Linier devices (silinder).
5. Controls (manual, electrical spring, dll).
6. Rotary devices (pumps dan motors).
7. Instruments dan accessories.
8. Valves.
III.1 INTRODUCTION
III.1.1. Pandangan Umum
Fluid power system digunakan untuk men-transmit dan mengkontrol power melalui
penggunaan fluida yang bertekanan (zat cair atau gas) di dalam circuit yang tertutup
Tipe dari simbol-simbol tersebut biasanya digunakan dalam penggambaran circuit
diagram untuk fluid power sistem yaitu Pictorial, Cutaway, dan Graphic.
Graphic symbol, menekankan fungsi dan cara operasi dari sebuiah komponen.
Simbol ini mudah untuk digambarkan. Fungsi komponen dan cara operasinya
jelas sekali kelihatan. Graphic symbol mampu melampaui kendala bahasa
dengan demikian bisa mem-promote pengertian yang menyeluruh terhadap fluid
power system.
Segitiga
Kotak
Busur
Titik
Persegi panjang
Panah
Silang
65.
Garis
66.
Center Line
(Enclosure Outline)
Instrument Line
(Indicator, Recorder, Sensor)
Line Crossing
(Tidak Berhubungan)
Atau
Lines Joining
Atau
E. Basic symbol bisa terlihat dalam beberapa ukuran. Ukuran-ukuran tersebut bisa bervariasi guna memperjelas suatu kasus.
Lingkaran dan setengah lingkaran
Lingkaran besar dan kecil, bisa digunakan
untuk menyatakan bahwa satu komponen
merupakan komponen utama/main,
dan komponen yang lain merupakan pelengkap
Segitiga
67.
Panah
Bujur sangkar dan persegi panjang
F. Huruf kombinasi yang digunakan sebagai satu bagian dari graphic simbol tidak perlu
berupa singkatan.
G. Panah yang melewati sebuah symbol pada kira-kira 45 menunjukan bahwa komponen
tersebut bisa di-adjust/variabel.
) (
H. Panah dengan posisi parallel pada sisi dari sebuah simbol, berada di dalam simbol,
menunjukkan komponen tersebut merupakan pressure compensate.
) (
I.
Garis yang pada ujungnya ada sebuah titik melambangkan sebuah thermometer
68.
//
Pneumatic
Hydraulic
Plugged Port
69.
//
//
Vented:
Pressurizes:
Catatan: Reservoir biasanya digambar pada posisi horizontal. Semua lines masuk dan
keluar reservoir dari bagian atas.
Contoh:
70.
Terlihat garis yang masuk atau keluar di bawah reservoir dipakai hanya bilamana
sambungan pada bagian bawah merupakan circuit pokok.
III.4.2 Accumulator
Accumulator, Weighted
71.
III.5.2 Filter-Strainer
III.5.3 Separator
III.5.4 Filter-Separator
72.
III.6 Cylinder
Single Acting
Double Acting
Fixed Cushion
Adjustable Cushion
III.7 CONTROLS
III.7.1 Spring
73.
III.7.2 Manual
Digunakan sebagai symbol umum
tanpa menunjuk type secara khusus.
(Contoh: kaki, tungkai, lengan)
III.7.5 Pedal
Hydraulic
IV. Load Sensing/ Pressure Compensated
74.
Reservoir/ tank
(2)
(3)
Pressure Tap
(4)
(5)
apakah langsung ke tangki ataukah ke cylinder. Volume oil flow yang besar &
konstan dapat menghasilkan panas (apabila ada restriction). Panas dapat mengurangi
umur component.
Dengan memakai control valve yang besar dapat meminimalkan restriction,
demikian juga dengan memakai cooler dapat mengurangi efect panas yang muncul.
75.
Namun hal ini tidak praktis dan mahal, serta componentnya juga terlalu besar apabila
dipasang pada mesin.
IV.1.1
Relief
Valve
76.
77.
Gb.4.5
Centering Spring
Hydraulic control valve akan sangat bermanfaat apabila control spoolnya dapat
kembali ke posisi semula secara otomatis. Hal ini dapat dilakukan dengan
menambahkan spring di bawah spool untuk menutup orifice pada saat operator
me-release lever.
Perlu diingat, semakin besar flow atau sistem pressure maka akan semakin besar
flow force, dan semakin berat centering spring berusaha mengembalikan spool
ke posisi semula.
Efeknya control lever menjadi agak berat, sehingga menyebabkan operator cepat
fatiq/ bosan.
Variasi Kecepatan Cylinder
Pada contoh circuit diatas, kecepatan cylinder ditentukan oleh jumlah aliran yang
melalui spool/orifice. Hal ini dapat dipengaruhi oleh speed engine, beban kerja,
displacement lever dan output pompa.
Apabila operator berusaha membuat kecepatan cylinder relatif tetap selama speed
engine berubah atau beban kerja berubah-ubah, maka si operator harus secara terus
menerus merubah posisi lever untuk menjaga supaya pressure differensial pada
spool/orifice relatif sama. Dari teori basic hydraulic diketahui, ketika pressure
78.
differensial pada spool/ orifice konstan, jumlah aliran yang melewati orifice/spool
juga sama. Problem ini membuat operator cepat lelah.
IV.2 Pressure Compensation (Close Center System)
Untuk menjawab kedua problem fatiq tersebut maka ditambahkanlah Pressure
Reducing Valve, yang berfungsi mengatur jumlah aliran. Doble check valve berfungsi untuk
merasakan pressure workport, baik pada rod end maupun head end cylinder dan
mengirimkan pressure workport tersebut ke pressure reducing valve. Pressure ini disebut
sinyal pressure dan selalu sama dengan workport pressure.
Note: Pressure reducing valve tersebut, sering disebut pressure compensator, Flow
control Valve, Flow compensator, sementara double check valve kadang
disebut Shuttle Valve atau Ball Resolver
Gb.
4.6 Pressure Compensation
Dari schematic di atas dapat ditentukan bahwa pressure reducing valve menyensing
pressure workport. Pressure ini akan bekerja bersama spring pressure reducing valve untuk
mengontrol downstream pressure. Downstream pressure sama dengan workport pressure
79.
ditambah pressure spring. Apabila pressure ke main control spool sama dengan workport
pressure ditambah nilai spring, berarti bahwa pressure differential (perbedaan antara
pressure supply ke main control spool dan workport pressure) main control spool sama
dengan nilai spring.
Apabila spring mempunyai nilai 50 psi, maka nilai 50-psi ini mengontrol maksimum
differensial pressure pada main control spool, dan akan mengurangi gaya aliran (flow force)
pada spool sehingga membuat lever menjadi lebih ringan.
Pressure reducing valve ini akan meniadakan pengaruh variasi engine speed
terhadap cylinder speed. Sebagaimana engine speed naik, pump flow juga naik, sehingga
meningkatkan pump supply pressure. Pressure reducing valve akan memberi reaksi terhadap
kenaikan pump supply pressure dan membatasi input flow (aliran masuk), hal ini berfungsi
untuk memelihara differensial pressure yang sama pada spool. Dengan begitu, diharapkan
terjadi konstan flow ke cylinder. Sebaliknya, juga akan terjadi aksi yang sama pada
penurunan engine speed.
Valve ini juga berfungsi meniadakan efek perubahan beban pada cilinder. Sehingga
variasi beban kerja tidak mempengaruhi kecepatan implement, akibatnya kecepatan
implement akan konstan.
Contoh kasus:
Diasumsikan workport pressure 500 psi. Pressure ini bekerja bersama pressure spring
sebesar 50 Psi di dalam pressure reducing valve dan menghasilkan 550 psi di dalam main
control spool.
Pressure diferensial/ perbedaan pressure pada main control spool adalah 50 psi yang mana
merupakan nilai dari spring itu sendiri.
Apabila workport pressure meningkat menjadi 1000 Psi. Pressure ini akan bekerja bersama
pressure (nilai) spring (50 Psi) di dalam pressure reducing valve dan menghasilkan 1050
Psi pada main control spool.
Pressure diferensial/ perbedaan pressure pada main control spool adalah 50 Psi yang juga
merupakan nilai dari spring.
Sekalipun load/ beban berubah, pressure diferensial pada main control spool tetap sama,
yang berakibat jumlah flow akan tetap konstan.
80.
Kedua, pressure differensial pada main control spool, yang dibatasi dan
dikontrol oleh spring pada pressure reducing valve
Contoh:
Suatu implement memerlukan 5-gpm dan berkembang 1000 Psi pada workportnya.
Pompa fixed displacement mempunyai kemampuan mensuplai 30 gpm. Nilai spring
pada pressure reducing valve 50 psi, maka spring plus workport pressure akan
membatasi pressure downstream yang menuju main control stem sebesar 1050 Psi.
Selama implement tidak memerlukan supply penuh, maka pressure pump supply akan
naik sebesar 2700 Psi dan kelebihan flow akan dikembalikan ke tanki melalui main
relief valve.
Perbedaan pressure pertama terjadi pada pressure reducing valve, yakni sebesar 2700
Psi 1050 Psi sama dengan 1650 Psi
Perbedaan pressure kedua adalah 1050 Psi 1000 Psi sama dengan 50 Psi dan
merupakan nilai spring dari pressure reducing valve
Apabila cylinder digerakkan dengan pelan, berarti operator sedikit membuka closed
center control spool, dan hanya sebagian kecil flow pompa yang diijinkan ke cylinder.
Dengan pompa fixed displacement, pressure pompa pasti akan naik dan kelebihan
flownya akan di drain ke tanki. Jumlah flow yang besar dan pressure yang tinggi pada
81.
relief valve akan secara cepat berakibat panas, akibatnya memperpendek umur
componen.
Untuk mengurangi akibat panas tersebut perlu ditambahkan oil cooler, disamping itu
ada dua pilihan lain, yaitu:
82.
memerlukan
gpm
dan
mengembangkan
1000
Psi
pada
83.
sistem adalah 200 Psi sama dengan nilai spring pada flow control valve. Nilai ini
adalah Nilai Margin Pressure, yang akan memberikan respon implement yang
lebih baik.
Pada kasus ini, return suplai pompa ke tanki terjadi pada pressure setting di bawah
setting main relief pressure. Sehingga akan mengurangi panas yang timbul dan
memperpanjang umur component.
Sekarang yang menjadi masalah besar adalah adanya wasted hydraulic horsepower
(Hp Hydraulic yang terbuang).
Suatu sistem dimana pompa selalu mensuplai maksimum flow tanpa memperhatikan
keperluan implement. Kelebihan flow didrain ke tangki, ini yang disebut wasted
energy (energi yang terbuang)
Variable Displacement Pump
Kita dapat mengurangi wasted energi yang terjadi pada fixed displacement pump
dengan mengganti dengan variable displacement pump.
Gb.
4.7 Variable Displacement Pump
Pompa ini menggunakan control valve untuk mengatur pump flow yaitu dengan
merubah sudut swashplate. Workport atau sinyal pressure akan bekerja bersama
spring Flow Compensator (di dalam pump control valve), supaya bisa memberikan
margin pressure dengan setting di atas harga workport pressure.
84.
Flow compensator spool berfungsi menyensing suplai pressure (sama seperti flow
control valve pada fixed displacement pump). Seiring kebutuhan flow berubah
karena perubahan posisi lever, perbedaan pressure antara workport pressure dengan
pump suplai pressure akan berubah sebagai akibat reaksi terhadap perubahan posisi
lever.
Ini akan menyebabkan posisi flow compensator spool berubah. Sehingga akan
mengirim flow banyak atau sedikit menuju ke large actuator piston di dalam pompa.
Selanjutnya akan merubah sudut swasplate pompa, sehingga output pompa juga
berubah.
Biasanya pompa ini juga dilengkapi dengan secondary control stem (pressure
compensator/ pressure cut off spool) yang akan memberi reaksi terhadap pump
suplai pressure dan akan terbuka pada set pressure maksimum. Control ini akan
mendestroke pompa (mengurangi flow pompa) untuk menjaga maksimum sistem
pressure tanpa menggunakan main relief valve
Dengan men-set pompa dan control valvenya, dapat diperoleh kebutuhan flow yang
tepat sesuai dengan keperluan pressure workportnya sehingga sistem dapat bekerja
dengan lebih efisien (dibanding sistem dengan fixed displacement pump).
Contoh kasus:
Formula untuk Horsepower hydraulic adalah:
(Gpm x psi)/1714 = Hp = gpm x psi x .000583
Apabila dipakai 30 gpm fixed displacement pump dan pressure pada workport 1000
psi, Flow control (dump) valve menyensing workport pressure dan bekerja bersama
spring 200 psi (margin), maka Hydraulic Horsepower (Hp) yang diambil dari
engine:
30 gpm x (1000 psi + 200 psi) x .000583 = 21 Hp
Karena cylinder hanya memerlukan 5 gpm, maka hp yang digunakan hanya:
85.
Panas yang muncul dapat dikurangi, sehingga component mempunyai umur yang lebih
lama.
2.
Gb.
4.8
86.