Anda di halaman 1dari 16

1.

TANAH YANG TERTRANSPORT

Yang termasuk dalam tanah yang tertransport ini adalah alluvial deposit,
estuarine deposit, lacustrine dan evaporit deposit serta Eolian deposit.
Alluvial berdasarkan besar butirnya dapat diklasifikasikan sbb :
1. Berbutir kasar (terbentuk pada lingkungan dengan energi tinggi)
termasuk dalam katagori ini adalah: alluvial fan, teras deposit dan
braided stream sedimen.
2. Berbutir medium (Channel deposit) termasuk dalam katagori ini : channel
deposit, point bar deposit dan levee.
3. Berbutir halus (overbank deposit) termasuk dalam katagori ini adalah
overbank sand, clay swamp deposit clay plug.

1.1. SIFAT GEOTEKNIK DARI PASIR KASAR DAN GRAVEL


Pasir kasar dan gravel umumnya poorly bedded, sering ditandai dengan
lenticular

dan

dicontinuity,

mempunyai

porositas

yang

tinggi

dan

kompressibilitas yang rendah. Free draining sehingga muka air tanah akan
rendah pada slope yang curam. Dapat membentuk dinding yang curam
akibat erosi karena mempunyai shearing resistance yang tinggi.
Strength yang tinggi disebabkan oleh texture yang saling mengunci pada
gravel dan cobble. Tahan terhadap dilatasi karena adanya friksi antara
butiran dan hardness. Adanya sementasi pada pasir yang kasar dan
capillary tension serta adanya free draining akan membantu meningkatkan
strength.
Ketidakstabilan lereng disebabkan oleh adanya toe erosion terbentuk
longsoran slab terkadang sampai ketinggian 10 m slope masih stabil. Pasir

Tanah Yang Tertransport - 1

di permukaan akan cenderung mengalami erosi sehingga cenderung


membentuk permukaan yang kasar (terdiri atas gravel kasar).
1.2. SIFAT GEOTEKNIK DARI DEPOSIT DATARAN BANJIR
Dari segi ukuran mempunyai distribusi ukuran butiran yang bervariable
akibat adanya migrasi secara horisontal dari aliran dan adanya filling/erosi.
Point bar gravel dan pasir kasar merupakan sumber agregate yang sangat
potensial, sedangkan channel fill merupakan akifer yang potensial disamping
sebagai material pembuat jalan.
Pada bagian levee (fine sand) dan terras sungai (dalam ukuran yang besar)
cocok untuk pemukiman karena elevasinya yang tinggi dibanding dengan
dataran banjir serta mempunyai kondisi pondasi yang baik. Pada lokasi
terrace kuno (Tertier atau Awal Pleistocene) mungkin sudah terlapukan
sehingga

mungkin

tidak

cocok

sebagai

sumber

aggregate

karena

kandungan lempung yang tinggi.


Fondasi yang cocok menggunakan sistem reinforced raft pada permukaan
atau menggunakan bore pile ke bagian bedrock (jika alluviumnya tipis), jika
alluvium tebal bore pile harus didudukan pada lensa gravel, alluvium tua
yang sudah tersemenkan, lapisan calcrete yang terbenam.
Adanya penggalian untuk basement di daerah ini sering menyebabkan
masalah pada rembasan dan uplift karena posisi penggalian dibawah muka
air tanah. Adanya clay plug di daerah oxbow lake sering menyebabkan
adanya diffrential settlement untuk struktur besar atau sering rusaknya jalan
pada seksi tertentu yang melalui dataran banjir.

1.3. SEDIMEN ESTUARIN

Hampir semua sedimen estuarin berumur Holosen, dideposisikan sebagai


akibat post glasial pada waktu terjadi kenaikan air laut di dunia. kemudian
terjadi pengisian lembah sungai atau menutupi dataran banjir dengan soft
silt, lempung (sering organik), peat dan pasir halus.
Sedimen estuarin dapat dibedakan atas beberapa macam tipe yaitu:
1. Alluvial sand, silt dan lempung pada bagian hulu dari estuarine. Sering
terbentuk interbedded karena adanya kemajuan muka air laut.
2. Estuarine dan lagoonal silt. lumpur, gambut lempung kaya organik dan
silt.
3. Deltaic sand, laminatic dan interbedded
4. Marine sand, ukuran butir sama, sebagian/semua calcareus.
1.3.1. Sifat Geoteknik Dari Deposit Estuarine
Deposit estuarine umumnya mempunyai strength yang rendah (Cu = 10 - 30
KPa) karena umumnya terdiri dari soft mud dan loose sand (N< 10)
sehingga

mempunyai

bearing

capacity

yang

rendah.

Mempunyai

compressibilitay yang tinggi akibat kandungan air yang tinggi. Kecepatan


konsolidasi ditentukan oleh permeabilitas dan tekstur.
Adanya fluktuasi tekanan air pori akibat adanya hubungan dengan pasang
surut dan air yang korosif (garam dan asam dari organik). Lumpur bisa
menjadi dispersive ketika terekspose akibat adanya leaching Na+ dan
floculant alam oleh air tawar.
Kemungkinan adanya settelement yang luas karena adanya pengeringan
dari gambut maupun adanya pemompaan yang berlebihan dari aquifer.
Sedangkan calcareus dune sand merupakan partikel yang tidak stabil
sehingga mudah runtuh karena hilangnya skin friction
1.3.2. Design Penggalian

Tanah Yang Tertransport - 3

Perencanaan pengeringan yang teliti sehingga penurunan masih dalam


batas toleransi dari pembangunan suatu kontruksi. Harus dicegah adanya
uplift pada bagian lantai akibat adanya tekanan artesis pada bagian sub
lantai dari aquifer.
Dibutuhkan sheet piling meskipun kemungkinan jebol akibat tekanan lateral.
Dinding tanpa pengaman sangat tidak mungkin untuk soft clay, tetapi
penggalian tanpa dinding pengaman masih mungkin untuk daerah stiff clay
dan pasir ketika di keringkan (jika dilakukan benching harus dengan overall
slope yang rendah). Pada akhir penggalian dibutuhkan pressure relief wall,
mungkin ancor.
1.3.3. Design Fondasi
Fondasi yang cocok adalah menggunakan reinforced concrete raft system,
strip footing di permukaan untuk struktur ringan. Struktur yang berat
membutuhkan pile yang berakhir lapisan gravel, pasir padat, alluvium kuno
yang sudah tersemenkan ataupun bedrock.
1.3.4. Design Embankment
Problem utama adalah settlement terutama jika gambut yang tebal muncul di
lapisan. Adanya kerusakan pada bagian dasar embankment terutama
disebabkan oleh soft mud yang overloaded.
Pengamatan muka air tanah harus dilakukan secara terus menerus untuk
mengetahui tekanan air pori cukup di embankment. Konsolidasi dari lapisan
fondasi dipercepat oleh munculnya lapisan pasir, akar, ataupun vertikal
drainage.
1.3.5. Teknik Investigasi
Peralatan yang digunakan untuk melakukan penelitian lapangan adalah
vane shear, CPT dan SPT, dinamik penetrometer dll. Studi tentang kondisi
tanah (soil) yang perlu diketahui adalah fissures, lapisan pasir, akar-akaran
4

dan bahan buangan, rekahan. Selain itu juga perlu diketahui pengaruh
lapisan bawah tanah terhadap bulk permeabilitas.
Studi tentang sejarah pengendapan yang bertujuan untuk mengetahui
lapisan yang tersemenkan, gravel.
Studi tentang karakteristik aquifer, pengaruh pasang surut air laut, dan
permeabilitas didapatkan dari test lubang bor.
1.4. DEPOSIT EOLIAN
Termasuk dalam katagori deposit eolian ini adalah sand dunes, sand
spread, loess.
Dicirikan oleh sifat hydrocollapsing yang terjadi pada sand dune dan loess.
Loess sendiri dapat stable pada dinding yang mendekati vetikal pada
ketinggian 90 m, tetapi mudah tererosi membentuk parit yang dalam dan
sering terjadi sink hole sebagai akibat piping. Dengan demikian tidak
disarankan menggunakan material ini sebagai embankment. Adanya
keseragaman butir dari sand dune dapat digunakan sebagai agregate halus.

2. COLLOVIAL DEPOSIT DAN LAND SLIDE

Collovial deposit adalah semua material yang berada di kaki lereng dengan
sifat seperti tanah baik itu insitu maupun tertransport oleh proses
perpindahan masa termasuk di dalamnya adalah :
1. Slope wash pengisi lembah (gully fill)
2. Scree, rockfill debris, landslide debris (talluvium)
3. Tanah residu dan bedrock yang terlapukan (Saprolite)

2.1. SLOPE WASH DAN PENGISI LEMBAH

Tanah Yang Tertransport - 5

Slope wash diendapkan oleh overland flow sedangkan pengisi lembah


diendapkan oleh channel flow. Umumya tidak mengalami konsolidasi dan
tidak tersemenkan sehingga mudah tererosi. Terdiri atas campuran lempung,
silt, pasir halus dengan angular gravel. Adanya rounded gravel menunjukan
reworked terrace alluvium. Sering menunjukan sifat dispersive sehingga
kemungkinan piping dan internal erosion sangat besar.
Adanya hamparan batu menunjukan bahwa dasar lembah sudah terisi.
Biasanya tidak mengalami sorting, unbedded, mempunyai sisi yang sangat
curam dan ketebalannya bervariasi
2.2. TALLUVIUM
Talluvium didifinisikan sebagai slope deposit yang tertransport oleh mass
movement (Landslide dan creep)
2.2.1. Scree
Bersifat lepas dan kasar. Rock debris ini terdiri dari coble dan boulder yang
menyudut serta free draining. Terbentuknya akibat adanya pelepasan stress
di slope.
2.2.2. Talus
Talus ini dicirikan adanya lapisan boulder yang mengandung banyak
lempung. Kemungkinan bekas landslide lama tapi sudah mengalami
stabilisasi dan hanya terjadi creep pada saat ini.
Umumnya well graded, kurang munculnya pasir kasar dan gravel tetapi
mengandung banyak lempung. Boulder dan coble sangat lapuk sehingga
mudah digali, umumnya akan terikat dengan lempung pasiran
2.2.3. Lanslide Debris
Lanslide debris dicirikan munculnya blok-blok besar batuan yang lapuk.
Biasanya dicirikan adanya lapisan yang sangat lunak pada bagian bawah.

Kedua macam kondisi batuan ini akan bercampur secara heterogen di kaki
lereng.
2.3. CREEP
Creep yang sebenarnya diindikasikan oleh naiknya strain pada konstant
stress. Creep musiman yang disebabkan oleh pengembangan/pengkerutan
lempung, penetrasi akar, ekspansi dari masa batuan akibat pelapukan akan
mempunyai arti yang penting.
Kecepatan perpindahan mencapai 220 mm/tahun, dengan pengaruh sampai
sedalam 10 m (tetapi yang paling cepat pada kedalaman 50-200 mm).
Seringkali perpindahannya zig zag. Seringkali dicirikan oleh teras-teras dan
munculnya sumber air pada kaki lereng.
2.4. MASALAH TEKNIK DARI SLOPE DEPOSIT
Akibat adanya lapisan tanah yang tipis terutama di daerah slope yang curam
akan menimbulkan masalah pada penggalian. Sering kali collovium deposit
tidak distabilkan oleh penghutanan, kontruksi dan pertanian.
Collovial deposit mungkin dalam kondisi natural stabil tetapi kemungkinan
bergerak kembali sangat besar jika mengalami sedikit gangguan. Partikel silt
dan tanah pada collovium sumber piping karena muda tererosi oleh aliran
dengan kecepatan tinggi pada slope yang curam.
Beberapa collovial deposit dipakai untuk dasar jalan meskipun kualitasnya
rendah karena mengandung lempung. Scree deposit biasanya dipakai untuk
rip rap meskipun jumlahnya terbatas dan seringkali berhadapan dengan
aspek lingkungan jika di eksploitasi.
2.5. LANDSLIDE
Yang termasuk dalam golongan landslide adalah fall (terutama batuan dan
lepmpung yang berjoint), slide, spread dan flow. Material yang dilibatkan
Tanah Yang Tertransport - 7

adalah batu, debris dan tanah. Dibanding dengan creep maka bidang
lemahnya dapat diketahui dan geometry dari badan longsoran dapat dengan
jelas dibedakan. Kecepatannya relatif besar dan yang terbesar adalah flow
(50 - 100 Km/jam).
Terjadinya landslide disebabkan oleh dipindahkan toe support oleh
penggalian maupun erosi. Adanya penambahan beban akibat adanya
pembangunan stockpile ataupun embankment, penjenuhan oleh air hujan,
tertutupnya saluran pengeluaran maupun oleh dynamic loading oleh gempa
bumi atau peledakan.
Munculnya air tanah akan mengaruhi landslide karena akan menaikan
tekanan hidrostatik, meningkatnya berat dari soil, agregate lempung akan
terdispersi dan turunnya kohesi dari tanah.
Dengan semakin bertambahnya penduduk maka terjadi penggudulan hutan.
hal ini dapat menyebabkan hilangnya penguatan oleh akar tanaman,
naiknya infiltrasi karena hilangnya canopy dari daun-daunan, meningkatnya
tingkat erosi sehingga akan mempengaruhi landslide.
2.5.1. Bahaya Dari Landslide
Resiko kerusakan akibat landslide di daerah pemukiman di Indonesia
semakin meningkat karena:
1. Meningkatnya pembangunan di daerah yang curam atau melakukan
pemotongan di daerah yang tidak stabil untuk keperluan perumahan/
industri.
2. Semakin meningkatnya pembangunan sarana dalam ukuran besar
(kolam renang, sarana parkir dsb) sehingga membutuhkan gali dan
timbun.
3. Pembangunan jalan raya dengan standart yang meningkat sehingga
bukit harus dipotong atau lembah harus ditimbun.
4. Meningkatnya run off karena banyaknya permukaan yang disemen
maupun hilangnya hutan.

2.5.2. Penelitian Lapangan Daerah Bahaya


Pemetaan daerah bahaya dari landslide dapat dilakukan dengan skala
regional dan skala proyek.
Pada skala regional dibuat unit rangking yang menggambarkan :
1. Daerah tersebut dipercaya stabil.
2. Stabil pada kondisi sekarang tetapi tidak stabil jika ada kontruksi atau
urbanisasi.
3. Daerah yang tidak stabil karena formasi geologi dan atau kondisi slope.
4. Lokasi landslide kuno.
5. Lokasi landslide baru.
Kemudian dilakukan pengambaran lokasi land slide, lokasi yang mungkin
terjadi creep, kemiringan slope, convexcity/concavity maupun geometery
(tinggi, bentuk dsb),

kedalaman tanah dan sifat geotekniknya. Juga

dipetakan kondisi hidrologi (mata air, rawa, drainage, depresi dll) dan
kecepatan pergerakan slope..
Biasanya skala yang digunakan adalah 1 : 100.000 dan 1:250.000. Bahan
ini bisa berasal dari interpretasi photo udara, data satelite, peta topografi
maupun peta geologi regional.
Untuk skala proyek biasanya digunakan skala 1:10.000 dan data
berdasarkan penelitian lapangan. Sehingga data ini cocok untuk design
struktur bukan landuse zoning.
2.5.3. Penampakan Tanah Yang Tidak Stabil
Tanah yang tidak stabil dapat dicirikan dari kenampakan sebagai berikut :
1. Adanya tension crack pada bagian belakang dan luncuran dari masa
tanah/batuan.
Tanah Yang Tertransport - 9

2. Mata air atau rembasan yang membentuk garis (sering kali kalau mata
air tidak kontinu dicirikan oleh adanya tumbuhan yang kering).
3. Rawa dengan sumbu yang panjang sepanjang kontur.
4. Miringnya pagar, pohon-pohon tetapi ini bisa juga indikasi creep.
Biasanya instability akan menghancurkan pagar.
2.5.4. Teknik Investigasi Untuk Slope Yang Tidak Stabil
Penelitian slope yang tidak stabil dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung. Berikut diberikan beberapa cara investigasi slope yang tidak
stabil
Interpretasi photo udara
Yang terbaik dilakukan dengan penerbangan rendah sehingga di dapatkan
skala yang besar. Photo berwarna sangat berguna. Jika dipakai photo udara
dengan skala 1 : 20.000 atau 1 : 40.000 maka banyak informasi yang hilang.
penerbangan sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore.

Pemetaan topografi
Dilakukan di lapangan dengan skala 1:10.000 dengan interval kontur 1 m.
Tidak melakukan blow up dari peta skala 1 : 250.000 dengan interval kontur
10 m. Diperlukan ground control yang banyak untuk menentukan secara
akurat kondisi permukaan.
Back hoe pit/ manual pit
Sangat efektif untuk soil mapping dan sampling. Disc auger sangat berguna
untuk mengambil conto sampai kedalaman 4-10 m serta mengetahui
kedalaman lapisan keras. Fabric dari tanah akan terlihat jelas pada dinding
trench demkian juga dengan perlapisan dan ketebalannya.

10

Tanah Yang Tertransport - 11

Gambar 1

Posisi pengendapan dari sedimen yang tertransport

Gambar 2

Penampang sepanjang sungai di dataran banjir

Gambar 3

Penampang dataran pantai a) transgesi b)regresi c) perungan


transgesi

Gambar 4

Contoh pembangunan yang baik disisi bukit

Gambar 5

Contoh pembangunan yang berbahaya disisi bukit dan


akibatnya

DAFTAR PUSTAKA

Montgomery, C.W., 1989, Environmnetal Geology, WCB, Iowa


Walker, BF and Fell, R., 1987, Soil Instability and stabilzation, Balkema,
Roterdam
Gerrard, A.J, 1984, Soil and Landform, Allend & Unwin
Marsland, A, 1986, The floodplain deposit of the Lolwer Thames, QJEG, Vol
.9.
Hawkin, A.B., 1984, Depositional Characteristic of Estuarine Alluvium,
QJEG, Vol 17

Anda mungkin juga menyukai