OBYEK PENELITIAN
III.1 S ejarah Perusahaan
Perum Perhutani sebagai Badan Usaha M ilik Negara (BUM N) telah berdiri sejak
tahun 1972 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1972 dan telah mengalami
beberapa kali perubahan dasar hukum. Di awal pendirian, wilayah kerja Perum
Perhutani meliputi Kawasan Hutan Negara Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada
tahun 1978 wilayah kerjanya diperluas mencakup Kaasan Hutan Negara Provinsi Jawa
Barat dan Banten, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1978. Dasar
Pengelolaan hutan Jawa dan M adura oleh Perum Perhutani mengalami perubahan pada
tahun 1986 sebagaimana Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 1986 tentang Perusahaan
Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani). Pada tahun 1998 disempurnakan kembali
melalui Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 1999. Pada tahun 2001 Pemerintah
menetapkan Perhutani sebagai BUM N Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.14 Tahun 2001. Namun berdasarkan desakan dari berbagai pihak atas
keberadaan Perhutani sebagai Perseroan, maka pemerintah mengembalikan bentuk
badan hukum Perum Perhutani menjadi Perum sebagaimana Peraturan Pemerintah
No.30 Tahun 2003 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani).
Terakhir berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2003 mengemban
tugas dan tanggung jawab dalam pengelolaan hutan di Pulau Jawa, dengan wilayah
hutan yang dikelola seluas 2,426 juta hektar, terdiri atas hutan produksi seluas 1,767 juta
37
hektar dan sisanya sebagai hutan lindung. Secara struktural Perum Perhutani di bawah
Kementrian BUM N dengan pembinaan teknis Departemen Keutanan.
III.2 Wilayah dan Unit Kerja Perum Perhutani
Wilayah kerja Perum Perhutani meliputi kawasan hutan negara yang terdapat di
wilayah Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Barat dan
Banten, kecuali kawasan hutan konservasi seluas 2.426.206 hektar, terdiri dari hutan
produksi (HP) 1.767.304 hektar (73%) dan hutan lindung 658.902 hektar (27%).
Wilayah kerja Perum Perhutani dibagi dalam unit-unit yaitu :
1. Wilayah kerja kawasan hutan negara Propinsi Jawa Tengah yang disebut Unit I
Jawa Tengah
2. Wilayah kerja kawasan hutan negara Propinsi Jawa Timur yang disebut Unit II
Jawa Timur
3. Wilayah kerja kawasan hutan negara Propinsi Jawa Barat dan Banten yang
disebut Unit III Jawa Barat dan Banten
Tiap-tiap unit kerja memiliki luas Hutan Produksi (HP) dan Hutan Lindung (HL)
yang berbeda. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukan luas HP dan HL di
masing-masing unit.
Tabel III.1 Luas Hutan Produksi dan Hutan Lindung di setiap Unit
Unit Kerja
Provinsi
Hutan
Produksi
Hutan
Lindung
(Ha)
(Ha)
Total Luas
(Ha)
Unit I
Jawa Tengah
546.290
84.430
630.720
38
Unit II
Jawa Timur
809.959
326.520
1.136.479
Unit III
Jawa Barat
349.649
230.708
580.357
Banten
61.406
17.244
78.650
Jumlah
1.767.304
658.902
2.426.206
(Pengelolaan
Hutan
Bersama
M asyarakat)
dan
perencanaan
pengembangan sumber daya manusia. Dalam mengemban tugas dan tanggung jawab
tersebut, Perum Perhutani berupaya menjaga keseimbangan fungsi sumber daya hutan
baik ekologis, sosial, dan ekonomi.
Visi Dari Perum Perhutani adalah M enjadi pengelola hutan lestari untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan misi dari Perum Perhutani adalah sebagai
berikut :
39
40
operasional dan
pelaksanaan
41
42
Perum Perhutani bekerja sama dengan World Wide Fund (WWF) dan Tropical
Forest Trust (TFT) untuk mendapatkan sertifikasi Sustainable Forest M anagement
(SFM ) dan Chain of Custody (CoC), yang merupakan standar pengelolaan hutan,
industry perkayuan dan perdagangan kayu yang disyaratkan para pembeli dari Eropa dan
Amerika.
Organisasi merupakan bentuk persekutuan antar dua orang atau lebih yang
bekerja secara terkoordinir dan rasional dalam rangka mencapai tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya, yang mana dalam persekutuan tersebut selalu terdapat
hubungan antara atasan dan bawahan. Organisasi yang baik harus terlihat adanya
pembagian tugas dan wewenang. Untuk itulah diperlukan suatu rancangan yang matang
sehingga akan memberikan suatu manfaat bagi perusahaan dalam menjalankan
43
kegiatannya. Hal ini sangat penting karena baik dan buruknya organisasi dalam suatu
perusahaan akan mempengaruhi kesuksesan dalam sebuah manajemen untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Struktur Organisasi Perum Perhutani yang terbaru diatur dalam Surat Keputusan
Direksi Perum Perhutani Nomor 019/Kpts/Dir/2009 yang mulai berlaku pada tanggal 19
Januari 2009. Struktur Organisasi Perum Perhutani dilampirkan dalam Lampiran 1.
44
2. Direktur Keuangan
Direktur keuangan mengepalai tiga bagian keuangan, yang terdiri dari :
a. Bagian Anggaran dan Akuntansi
b. Bagian Pembelanjaan dan Perpajakan
c. Bagian M anajemen Resiko dan Pembinaan Anak Perusahaan
45
Penelitian ini dilakukan pada Bagian Keuangan yang terdiri dari tiga bagian,
yaitu bagian Anggaran dan Akuntansi, Bagian Pembelanjaan dan Perpajakan, Bagian
M anajemen Resiko dan Pembinaan Anak Perusahaan. Tiap-tiap bagian tersebut
memiliki tugas dan wewenang masing-masing sebagaimana telah ditetapkan dalam Surat
Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 19/Kpts/Dir/2009. Adapun uraian tugas dari
masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
Tersusunnya RKAP
46
dihasilkan
Perusahaan,
sebagai
bahan
pertimbangan
M embantu merumuskan sistem akuntansi manajemen atas produkproduk yang dihasilkan Perusahaan.
47
Tersusunnya RKAP.
48
49
M embantu
melaksanakan
verifikasi
atas
seluruh
kegiatan
50
Selama tahun 2006, 2007, dan 2008, kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh
Perum Perhutani diantaranya :
51
dibuat oleh Perum Perhutani sebagai bukti pungutan pajak dalam melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak. Pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai dilakukan setiap masa pajak dengan menggunakan SPT
PPN.
1. M embuat SPT M asa atau Tahunan untuk setiap jenis pajak sesuai dengan
petunjuk pengisian SPT oleh Direktorat Jenderal Pajak berikut pengisian SSP.
2. M elaporkan penyetoran Pajak Terutang sesuai dengan SPT dan SSP dengan
mendatangi secara langsung Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib
Pajak terdaftar dan atau Kantor Pos dan tempat lain yang telah ditunjuk oleh
Direktorat Jenderal Pajak.
3. M enyetorkan pajak terutangnya tepat waktu di Bank DKI dan atau Bank lain
yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
4. Setiap dokumen pajak yang ditebitkan perusahaan dan diterima oleh pihak
luar beserta SPT dan dokumen pendukungnya dikelompokkan per periode dan
dimasukan ke dalam arsip tetap tahunan.
5. M elakukan koreksi jika terjadi kekeliruan penyetoran pajak sesuai tata cara
perpajakan yang berlaku.
52
1.
2.
M embuat faktur pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak.
3.
4.
5.
6.
53
tanaman. Dalam sistem perpajakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), informasi yang
diperlukan oleh manajemen perusahaan antara lain :
1. Nama, alamat, Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP) pemasok dan pembeli.
2. Jumlah kuantitas dan nilai nominal penjualan menurut jenis produk dan atau
jasanya.
3. Jumlah kuantitas dan nilai nominal pembelian menurut jenis produk dan atau
jasanya.
4. Besarnya Pajak M asukan yang di pungut perusahaan dan Pajak Keluaran yang
dibayar perusahaan.
5. Otorisasi pejabat yang berwenang
54
atau pembeli, jenis BKP atau JKP yang dijual atau dibeli, selain itu dapat
digunakan juga sebagai sarana untuk mengkreditkan pajak masukan.
55
adalah tentang aspek perpajakan dan penetapan Pajak Pertambahan Nilai yang dipakai
oleh
perusahaan.
Dalam
menganalisis
peneliti
1. Observasi
Yaitu penulis memperoleh informasi melalui observasi. Penulis melakukan
pengamatan langsung ke kantor Perum Perhutani.
2. Wawancara
Yaitu penulis melakukan wawancara langsung kepada Kepala Biro Pembelanjaan
dan Perpajakan Perum Perhutani untuk mendapatkan informasi perpajakan
khususnya penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai.
56