Anda di halaman 1dari 6

14 Cara Budidaya Kakao (Coklat) Agar

Berbuah Lebat

 PERTANIAN

Siapa sih yang tak suka dengan cokelat? Makanan manis yang sejak dulu sudah menjadi
favorite jutaan orang di semua usia.

Tidak berbeda dengan cokelat, ternyata kakao yang merupakan bahan dasar pembuatannya
pun juga menjadi primadona bagi para petani di Indonesia, bahkan hingga menghantarkan
Indonesia berada pada 5 besar negara penghasil kakao terbesar di dunia, dengan nilai
produksi lebih dari 1.315.800 ton/tahun.

Dalam kurun waktu 5 tahun saja, areal perkebunan kakao meningkat pesat dengan tingkat
pertumbuhan rata-rata 8%/tahun. Sejarah mengatakan, tanaman kakao berasal dari Amerika
Selatan.

Selama lebih dari 2000 tahun, kakao menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Aztec dan
Mayans yang merupakan penduduk asli Amerika Selatan. Nama latin kakao cukup unik dan
bermakna dalam yaitu Theobroma Cacao, yang artinya makanan untuk Tuhan.

Kakao menjadi bahan dasar dari ribuan produk bercita rasa cokelat, mulai dari minuman,
makanan, aroma ruangan dan produk-produk lain. Menariknya, yang pertama kali mengolah
serbuk kakao menjadi minuman cokelat adalah orang-orang Mesoamerika. Minuman tersebut
menjadi persembahan khusus untuk raja-raja dan upacara adat.

Sementara di Indonesia, tanaman kakao diperkenalkan pada tahun 1560, di Sulawesi,


Minahasa. Ekspor kakao diawali dari pelabuhan Manado ke Manila tahun 1825-1838 dengan
jumlah 92 ton, setelah itu menurun karena adanya serangan hama.

Hal ini yang membuat ekspor kakao terhenti setelah tahun 1928. Namun kini, industri kakao
telah lama bangkit dan menjadi tanaman perkebunan dengan prospek menjanjikan, mengingat
nilai industri hasil olahannya yaitu cokelat, bernilai lebih dari $ 100 miliar (1 kuadriliun).

Sayangnya, industri kakao masih sering mengalami masalah klasik, yaitu rendahnya
produktivitas yang secara umum rata-ratanya hanya 900 kg/ha.

Salah satu faktor penyebabnya adalah penggunaan bahan tanaman yang kurang baik,
teknologi budidaya yang kurang optimal, umur tanaman serta masalah serangan hama
penyakit. Itulah sebabnya, penting untuk mengetahui cara budidaya kakao dengan maksimal.

1). Syarat Tumbuh

Sesuai dengan tempat asalnya, lingkungan alami yang ideal bagi kakao adalah kawasan hutan
tropis.
Kakao cocok ditanam pada daerah yang berada pada 10°LU-10° LS. Ketinggian ideal untuk
penanaman kakao adalah < 800 m dari permukaan laut.

Angka tersebut juga berkaitan dengan faktor distribusi curah hujan 1.100-3.000 mm per tahun
dan tingkat penyinaran matahari sepanjang tahun.

Sementara, suhu ideal bagi tanaman kakao adalah 30°-32°C (maksimum) dan 16,6°-21°C
(minimum) dengan kondisi musim hujan yang tidak panjang.

2). Media Tanam Kakao

Tanaman kakao dapat tumbuh diberbagai jenis tanah. Namun untuk hasil panen terbaik, perlu
diperhatikan kadar kemasaman tanah yang berkisar pada Ph 6 – 7,5 serta tekstur tanah
lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir dan 10-20 persen debu.

Tanaman kakao juga menginginkan solum tanah minimal 90 cm, dan kedalaman air tanah
minimal 3 meter.

3). Pembersihan Lahan

Persiapan pra-tanam diawali dengan pembersihan lahan, pengendalian ilalang, hingga


membersihkan semak belukar dan kayu-kayu kecil.

4). Menanami Tanaman Penutup Tanah


Untuk mempertahankan lapisan atas tanah dan menambah kesuburan tanah, lahan penanaman
kakao juga dapat ditanami tanaman penutup tanah, yaitu tanaman jenis kacang-kacangan.

Beberapa tipe tanaman penutup tanah yang dapat digunakan antara lain Centrosema
pubescens, Calopogonium mucunoides, Pueraria javanica atau Calopogonium caeruleum.

5). Memperhatikan Jarak Tanam

Tanaman kakao mempunyai jarak tanam yang variatif karena disesuaikan dengan
perkembangan bagian tajuk tanaman, serta kecukupan ruang bagi perkembangan akar.

6). Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat antara 3-6 bulan sebelum penanaman, dengan cara membiarkan tanah
galian teronggok di sekitar lubang 2-3 bulan.

Ukuran lubang tanaman kakao umumnya 40 x 40 x 40 cm atau 60 x 60 x 60 cm tergantung


pada ukuran polybag.

Lubang kemudian ditaburi 1 kg pupuk phospat murni, kemudian ditutupi lagi dengan serasah.
Pemberian pupuk tersebut bertujuan untuk menyediakan hara bagi bibit yang akan ditanam
beberapa minggu kemudian.

7). Pembibitan Kakao


Bibit kakao biasanya dapat diperoleh dengan 2 cara, yaitu melalui perbanyakan generatif
(biji) dan melalui perbanyakan vegetatif (okulasi, enten, atau stek).

Bibit yang telah ditanam pada polybag, bisa berlanjut pada tahap penanaman di lahan apabila
telah memasuki usia 4-6 bulan dan tanpa mengalami keadaan flush.

Bibit yang hendak ditanam sebaiknya tidak terlalu sering dipindahkan agar mutu bibit
senantiasa terjamin.

8). Tahap Penanaman

Setelah beberapa persiapan diatas telah dilakukan, waktunya untuk bertanam kakao. Terlebih
dahulu, masukkan polybag ke dalam lubang tanam, jangan lupa untuk menyayat polybag dari
bawah ke atas.

Padatkan tanah dengan kaki dan pastikan tanah harus lebih tinggi pada permukaan batang
untuk mencegah air tergenang yang dapat menjadi penyebab pembusukan.

9). Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan awal tanaman kakao, berupa penjaringan dan penyulaman yang wajib
dilakukan pada tanaman hingga berusia 10 tahun.

Kemudian untuk pengendalian gulma, disarankan untuk melakukan cara teraman yaitu
dengan mencabut tanaman pengganggu, dan membuang tunas yang tidak diinginkan.

10). Pemupukan

Dosis pemupukan tanaman kakao yang belum berproduksi (gram/tanaman):

a. Umur 2 bulan: ZA=50 gram/pohon.

b. Umur 6 bulan: ZA=75 gram/pohon; TSP=50 gram/pohon; KCl=30 gram/pohon;


Kleserit=25 gram/pohon.

c. Umur 12 bulan: ZA=100 gram/pohon.

d. Umur 18 bulan: ZA=150 gram/pohon; TSP=100 gram/pohon; KCl=70 gram/pohon;


Kleserit=50 gram/pohon

e. Umur 24 bulan: ZA=200 gram/pohon Dosis pemupukan tanaman berproduksi


(gram/tanaman): a) Umur 3 tahun: ZA = 2 x 100 gram/pohon, Urea = 2 x 50 gram/pohon,
TSP = 2 x 50 gram/pohon, KCl = 2 x 50 gram/pohon. b) Umur 4 tahun: ZA= 2 x 100
gram/pohon, Urea = 2 x 100 gram/pohon, TSP = 2 x 100 gram/pohon, KCl = 2 x 100
gram/pohon. c) > 5 tahun: ZA = 2 x 250 gram/pohon, Urea = 2 x 125 gram/pohon, TSP= 2 x
125 gram/pohon, KCl = 2 x 125 gram/pohon.

Pemupukan dilakukan dengan membuat alur sedalam 10 cm di sekeliling batang kakao


dengan diameter kira-kira 1⁄2 tajuk. Waktu pemupukan di awal musim hujan dan akhir
musim hujan.
11). Penyiraman

Tanaman kakao sejatinya tidak perlu disiram banyak air dikarenakan kondisi air yang
berlebihan berpotensi menjadikan tanah lembab. Kondisi tersebut bukanlah kondisi tanah
ideal bagi pertumbuhan kakao.

Maka dari itu, lakukan penyiraman hanya pada tanaman muda atau tanaman yang terletak
pada wilayah dengan sengatan sinar matahari berlebih.

12). Proses Panen Kakao

Biasanya, kakao bisa dipanen jika mempunyai ciri khas perubahan warna kulit atau idealnya
setelah melewati fase pembuahan dari buah mentah menjadi matang pada usia 5-6 bulan,
tergantung pada tinggi dataran daerah penanaman.

Ciri-ciri perubahan warnanya seperti warna kulit menjadi kuning atau kuning tua, atau bisa
disesuaikan dengan warna awal kulit sebelum matang.

Teknik memanen cokelat umumnya menggunakan pisau tajam. Perlu diperhatikan, hindari
pemetikan hingga melukai batang yang ditumbuhi buah.

Lakukan pemetikan hanya dengan memotong tangkai buah tepat di batang yang ditumbuhi
buah, agar pemetikan tidak menghalangi pertumbuhan buah berikutnya.
Tanaman kakao mencapai produksi maksimal pada kisaran umur 5-13 tahun. Pada 1 hektar
kebun kakao, idealnya produksi dapat menghasilkan 1000 kg biji kakao kering dalam
setahun.

13). Pasca Panen

Sebelum panen, sebaiknya turut dipersiapkan tempat pengumpulan hasil panen. Tempat
tersebut juga berfungsi sebagai tempat penyortiran berdasarkan kelas kematangan dan mutu,
serta proses pemecahan kulit buah untuk mengeluarkan biji.

14). Ketahui Jenis Hama dan Penyakit

Agar proses penanaman berlangsung dengan baik hingga panen, perlu untuk diketahui
berbagai jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman kakao.

Beberapa diantaranya adalah Penggerek Cabang (Zeuzera Coffeae), yang kerap menyerang
cabang dengan gejala cabang mati tau mudah patah. Penggerek Cabang dapat dikendalikan
dengan membuang cabang yang terserang.

Hama selanjutnya, Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp.) yang biasa menyerang buah,
daun, dan kuncup bunga.

Gejala yang bisa dilihat akibat Kepik adalah bercak hitam pada buah kakao, penanganannya
dengan membuang bagian yang terserang, atau gunakan insektisida Baytroid 50 EC, Lannate
25 WP, Sumithion 50 EC, Lebaycid 50 EC, dan Orthene 75 SP.

Anda mungkin juga menyukai