Anda di halaman 1dari 19

BAB 4.

PEMBAHASAN
1

Aspek Pasar, Aspek Teknis, dan Aspek Manajemen Organisasi.


1

Aspek Pasar
a

Segmentasi
Kakao merupakan salah satu produk yang telah dikenal oleh semua

kalangan. Kakao ini juga banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan
cokelat. Segmentasi dari usahatani kakao ditujukan kepada agroindustri atau
pabrik pengolahan cokelat.
b

Permintaan
Kakao merupakan produk dari tanaman tahunan yang olahannya banyak

diminati oleh masyarakat. Permintaan akan kakao setiap tahun semakin


meningkat. Produksi kakao setiap tahunnya bersifat fluktuatif, haltersebut
dikarenakan faktor dari umur tanaman. Kakao mulai berproduksi pada tahun
keempat dan memiliki umur produksi selama 25 tahun. Kakao memiliki angka
penjualan mulai dari 600 pada tahun keempat, kemudian berfluktuatif hingga
1700 pada tahun ke sepuluh. Produk tersebut memiliki angka penjualan yang
tinggi dikarenakan banyak dibutuhkan oleh industri sebagai bahan baku cokelat.
Harga penjualan kakao ini adalah sebesar Rp 35.000/kg.
c

Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran yang digunakan dalam usahatani kakao di Kecamatan

Curahnongko Kabupaten Jember ini terdapat dua saluran pemasaran. Saluran


pemasaran yang dipakai tersebut terbagi menjadi :
Saluran pemasaran I :
Saluran pemasaran usahatani kakao yang terletak di Kecamatan Curahnongko
Kabupaten Jember melakukan pemasaran dengan menjual melalui pedagang besar
seperti distributor, selanjutnya disalurkan kepada pabrik atau industri pengolahan.
Produsen

Pedagang
Besar

Pabrik /
Industri

Gambar 4.1 Bagan saluran pemasaran I

30

Saluran pemasaran II :
Saluran pemasaran usahatani kakao yang terletak di Kecamatan Curahnongko
Kabupaten Jember melakukan pemasaran dengan menjual langsung ke pabrik atau
industri pengolahan.
Produsen

Pabrik /
Industri

Gambar 4.2 Bagan saluran pemasaran II


2
a

Aspek Teknis

Teknis Produksi
Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah satu komoditas perkebunan

yang sesuai untuk perkebunan rakyat karena tanaman ini dapat berbunga dan
berbuah sepanjang tahun. Terdapat beberapa langkah dalam budidaya tanaman
kakao, yaitu:
1. Pembukaan lahan
Tahap Pertama dari pembersihan areal adalah tebas/babat. Pelaksanaan
pekerjaan pada tahap ini adalah dengan membersihkan semak belukar dan kayukayu kecil sedapat mungkin ditebas rata dengan permukaan tanah, kemudian
dilanjutkan dengan tahap tebang membersihkan tanaman/pohon yang terdahulu.
Bila semua pohon telah tumbang, tumbangan itu dibiarkan selama 1 bulan agar
daun kayu mengering. Total lama proses pembukaan lahan ini 1,5 bulan.
2. Penanaman Pohon Pelindung
Penanaman

pohon

pelindung

sebelum

penanaman

kakao

bertujuan

mengurangi intensitas sinar matahari langsung. Pada area penanaman kakao


terdapat dua jenis tanaman pohon pelindung yaitu pohon pelindung tetap dan
pohon pelindung sementara. Tanaman pelindung sementara mulai dikurangi
secara bertahap setelah kakao ditanam pada lahan. Setelah tanaman kakao mulai
berbunga yaitu pada umur 18 bulan tanaman pelindung sementara dikurangi
setengah dari jumlahnya, dan setelah kakao berumur empat tahun tanaman
pelindung yang masih tersisa di bunuh seluruhnya karena pada umur itu tanaman
kelapa idealnya telah berfungsi sebagai pelindung yang baik. Tanaman pelindung
48

yang digunakan dalam usahatani kakao adalah tanaman pisan dan tanaman kelapa.
Tanaman pisang akan dipangkas setengah dari jumlahnya saat tanaman kakao
berumur 18 bulan dan sisanya beserta tanaman kelapa akan dipangkas pada tahun
keempat tanaman kakao.
3. Penanaman bibit kakao
Sebelum bibit kakao ditanam perlu disiapkan terlebih dahulu lubang tanam.
Pembuatan lubang tanam bertujuan untuk menyediakan lingkungan perakaran
yang optimal bagi bibit kakao, baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Ukuran
lubang tanam umumnya 60 x 60 x 60 cm. Lubang tanam dibuat 2 minggu sebelum
penanaman dan tanah galian dibiarkan teronggok disamping lubang, tindakan ini
bertujuan untuk mengubah suasana reduktif tanah menjadi oksidatif dan unsurunsur yang bersifat racun berubah menjadi tidak meracuni.
Bila jarak tanam dan pola tanam telah ditetapkan dan keadaan pohon
pelindung telah memenuhi syarat sebagai penaung, dan bibit dalam polibag telah
berumur 4-6 bulan maka penanaman sudah dapat dilaksanakan. Teknik
penanamannya adalah dengan terlebih dahulu memasukkan polibag ke dalam
lubang tanam, setelah itu dengan menggunakan pisau tajam polibag disayat dari
bagian bawah ke arah atas. Polibag yang terkoyak dapat dengan mudah ditarik dan
lubang ditutup kembali dengan tanah galian. Pemadatannya dilakukan dengan
bantuan kaki. Tetapi di sekitar batang dipermukaan tanah haruslah lebih tinggi.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penggenangan air di sekitar batang yang
dapat menyebabkan pembusukan.
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah tanaman kakao berumur dua bulan di lapangan.
Pemupukan pada tanaman yang belum menghasilkan dilaksanakan dengan cara
menaburkan pupuk secara merata dengan jarak 15 50 cm (untuk umur 2 10
bulan) dan 50 75 cm (untuk umur 14 20 bulan) dari batang utama. Tanaman
yang telah menghasilkan buah, penaburan pupuk dilakukan pada jarak 50 75 cm
dari batang utama. Penaburan pupuk dilakukan dalam alur sedalam 10 cm.
5. Pemangkasan

49

Bagi tanaman kakao, pemangkasan adalah suatu usaha meningkatkan


produksi dan mempertahankan umur ekonomis tanaman. Secara umum,
pemangkasan bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan tajuk yang seimbang
dan kokoh, mengurangi kelembaban sehingga aman dari serangan hama dan
penyakit, memudahkan pelaksanaan panen dan pemeliharaan, dan mendapatkan
produksi yang tinggi.
6. Pengendalian hama, penyakit dan gulma.
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor penting
yang menghambat pencapaian sasaran produksi dan mutu hasil. Diperkirakan ratarata 30% pengurangan hasil disebabkan serangan OPT, bahkan ada penyakit
penting yang menyebabkan kematian apabila tidak dikendalikan secara tepat.
Berdasarkan UU nomor 12 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
1995, kegiatan penanganan OPT merupakan tanggung jawab pemerintah dan
masyarakat yang dilaksanakan dengan menerapkan sistem Pengendalian Hama
Terpadu (PHT).
7. Panen
Sejak fase penyerbukan sampai menjadi buah dan matang kakao
memerlukan waktu sekitar 5-6 bulan. Pada satu tahun terdapat puncak panen satu
atau dua kali yang terjadi 5-6 bulan setelah perubahan musim. Buah yang sudah
matang dipetik dengan menggunakan pisau atau gunting tanaman. Kakao matang
yang siap petik harus memenuhi kriteria panen. Buah kakao yang memenuhi
kriteria panen adalah buah yang sudah menunjukan tanda-tanda yaitu: (1) kulit
buah sudah berubah warna secara sempurna, dari yang ketika mentah berwarna
hijau menjadi kuning saat masak, atau dari yang ketika mentah berwarna merah
menjadi jingga tua. (2) tangkai buah mulai mengering. (3) buah kakao
mengeluarkan bunyi jika digoncangkan atau dikocok. Keterlambatan waktu panen
akan berakibat pada berkecambahnya biji di dalam. Pemetikan buah pada
umumnya dilakukan pagi hari, kemudian buah-buah tersebut dikumpulkan disuatu
tempat.
8. Pasca Panen
a) Pemeraman
50

Pemeraman buah bertujuan untuk memperoleh keseragaman kematangan


buah dan memudahkan pengeluaran biji dari buah kakao. Pemeraman dilakukan
dengan menyimpan buah ke dalam keranjang rotan atau sejenisnya dengan alas
daun-daunan dan permukaan tumpukan ditutup dengan daun. Pemeraman
dilakukan di tempat yang teduh lamanya sekitar maksimum 1 minggu.
b) Pemecahan buah
Pemecahan atau pembelahan buah kakao harus dilakukan secara hati-hati
jangan sampai merusak biji kakao. Buah dipecah dengan menggunakan pemukul
kayu atau memukulkan buah satu sama lainnya. Setelah buah pecah biji kakao
dikeluarkan kemudian dimasukan kedalam ember plastic atau tempat lainnya yang
bersih. Biji kakao harus dihindarkan dari kontak dengan benda-benda logam
karena dapat menyebabkan warna kakao menjadi kelabu.
c) Fermentasi
Fermentasi biji kakao dimaksudkan untuk mematikan lembaga biji kakao agar
tidak dapat tumbuh dan untuk menimbulkan aroma yang khas coklat. Fermentasi
dilakukan dengan memasukan biji kakao basah ke suatu wadah/kotak kayu yang
berukuran panjang 60cm, lebar 60cm, dan tinggi 40cm. Setelah itu kotak ditutup
dengan karung goni atau daun pisang. Satu kotak fermentasi ini dapat menampung
100 kg biji kakao basah.
Fermentasi yang sempurna dilakukan dalam waktu 5 hari, dimana pada hari kedua
harus dilakukan pengadukan/pembalikan agar fermentasi biji merata. Sesudah itu
biji dibiarkan dalam tempat fermentasi sampai hari kelima. Selama proses
fermentasi, sebagian air yang terkandung dalam biji akan hilang dan aroma seperti
asam cuka akan keluar dari tempat fermentasi. Biji yang sudah difermentasikan
kemudian diangin-anginkan sebentar atau direndam dan dicuci sebelum
dikeringkan.
d) Perendaman dan Pencucian
Tujuan perendaman dan pencucian adalah untuk menghentikan proses
fermentasi dan memperbaiki kenampakan biji. Perendaman berpengaruh terhadap
proses pengeringan. Selama proses perendaman berlangsung, sebagian kulit biji
kakao terlarut sehingga kulitnya lebih tipis, Sehingga proses pengeringan menjadi
51

lebih cepat. Setelah perendaman, dilakukan pencucian untuk mengurangi sisa-sisa


lendir yang masih menempel pada biji dan mengurangi rasa asam pada biji, karena
jika biji masih terdapat lendir maka biji akan mudah menyerap air dari udara
sehingga mudah terserang jamur dan akan memperlambat proses pengeringan.
e) Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air dalam biji dari 60%
sampai pada kondisi kadar air dalam biji tidak dapat menurunkan kualitas biji dan
biji tidak ditumbuhi cendawan. Pengeringan dapat dilakukan dengan dengan
menjemur di bawah sinar matahari atau secara buatan dengan menggunakan
mesin pengering. Dengan sinar matahari dibutuhkan waktu 2-3 hari, tergantung
kondisi cuaca, sampai kadar air biji menjadi 7-8%. Sedangkan dengan
pengeringan buatan berlangsung pada temperatur 65 68 C. Mesin pengering
yang digunakan adalah rancangan BPP-Bogor (Stasioner dan mobil). Baik
pengeringan dengan sinar matahari maupun mesin pengering, perlu dilakukan
pembalikan biji agar pengeringan merata.
f) Sortasi/Pengelompokan
Sortasi biji kakao kering bertujuan untuk memisahkan antara biji baik dan biji
cacat atau pecah, memisahkan kotoran atau benda asing lainnya seperti batu, kulit
dan daun-daunan. sortasi dapat dilakukan dengan menggunakan ayakan yang
dapat memisahkan biji kakao dari kotoran.
g) Penyimpanan
Biji kakao kering dimasukkan ke dalam karung goni. Tiap karung goni diisi
60 kg biji kakao kering kemudian karung tersebut disimpan dalam ruangan yang
bersih, kering dan memiliki lubang pergantian udara. Antara lantai dan wadah biji
kakao diberi jarak 8 cm dan jarak dari dinding 60 cm. Biji kakao dapat
disimpan selama 3 bulan.
b

Teknologi
Teknologi dalam sebuah program atau proyek harus diseleksi agar

membantu proses produksi agar lebih efektif dan efisien. Teknologi yang
digunakan harus sesuai dengan keadaan usahatani kakao, dengan kata lain melihat
52

besar kecilnya usaha yang dilakukan dan kesesuaian dengan sumber daya yang
digunakan. Teknologi yang digunakan dalam usahatani kakao tidak terlalu banyak
dan relatif sederhana. Hal ini disesuaikan juga dengan kemampuan sumber daya
manusia (tenaga kerja) yang ada..
Alat yang digunakan dalam usahatani kakao ini terdiri dari cangkul,
parang, sabit, handsprayer, karung goni, keranjang rotan, gerobak, dan gunting
pemangkas. Cangkul berfungsi sebagai alat untuk penggembur tanah. Parang,
sabit, dan gunting pemangkas berfungsi untuk alat dalam proses pemangkasan.
Handsprayer berfungsi untuk menyemprot air, pupuk, maupun pestisida yang
diperlukan dalam kegiatan usahatani kakao. Karung goni, keranjang rotan, dan
gerobak berfungsi sebagai wadah yang digunakan untuk menampung kakao yang
telah dipanen.
4.1.3 Aspek Manajemen Organisasi
a. Struktur Organiasasi
Kegiatan usahatani kakao memiliki suatu struktur oraganisasi yang setiap
bagian dari struktur tersebut mempunyai fungsi masing-masing. Bagian-bagian
struktur tersebut diantaranya yaitu pimpinan. Pimpinan dalam kegiatan usahatani
kakao ini memiliki peranan dan fungsi yang sangat besar bagi keberlangsungan
kegiatan usahatani ini. Fungsi dari pimpinan yaitu membuat keputusan atas
kegiatan usahatani, mengintegarasikan bagian-bagian dari struktur kegiatan
usahatani tersebut, dan mengontrol jalannya proses usahatani.
Bagian-bagian struktur kegiatan usahatani kakao yang lain yaitu bagian
saprodi yang bertugas menyiapkan dan menyediakan peralatan dan bahan yang
dibutuhkan selama proses produksi. Bagian produksi yang bertugas menjalankan
proses produksi memiliki tugas melakukan kegiatan seperti penanaman,
penyiraman, pemangkasan, pemupukan, pemanenan, serta pengolahan pasca
panen kakao. Bagian lain adalah bagian pengemasan dan pemasaran yang
berfungsi untuk mengemas kakao dan kemudian mendistribusikannya ke pabrik
atau industri pengolahan. Keseluruhan bagian tersebut haruslah terintegrasi

53

dengan baik demi terciptanya kegiatan usahatani yang baik seperti yang ada pada
bagan dibawah ini.

Gambar 4.5 Bagan struktur organisasi usahatani kakao


b. Logo Perusahaan

Gambar 4.6 Gambar Logo Perusahaan


Logo perusahaan kakao terdiri dari beberapa komponen diantaranya logo
perusahaan berbentuk tameng menandakan perusahaan akan terus berjalandan
menjadi perusahaan terkuat didunia meski banyak permasalahan yang terjadi.
Bintang berjumlah 12 berarti dapat memberikan manfaat bagi perusahaan maupun
masyarakat atas berdirinya perusahaan. Buah kakao terbuka dan terlihat daging
buah putih menandakan produksi yang dilakukan dengan proses yang bersih
higienis. Pita merupakan arti dari kepedulian dalam mengayomi kebutuhan
54

masyarakat. Warna hijau pada tameng menunjukkan bahwa perusahaan bergerak


di bidang pertanian. Simbol 2 ranting kanan dan kiri diantara mahkota
menunjukkan persaingan dunia usaha dilakukan dengan damai. Simbol mahkota
menunjukkan bahwa perusahaan bertekad menguasai industri dunia. Tahun 2016
menunjukkan tahun berdirinya perusahaan. Garis berwarna putih pada pinggiran
tameng menunjukkan peraturan disiplin perusahaan. Cocoa Ajib adalah nama
perusahaan yang memiliki arti perusahaan produk kakao yang lezat.
4.2 Aspek Finansial
Aspek finansial pada usahatani kakao berperan sebagai dasar pengambilan
keputusan, di samping aspek lainnya dalam menganalisis kelayakan usahatani
kakao. Analisis kelayakan usahatani kakao pada bidang keuangan bertujuan untuk
melakukan serangkaian perhitungan-perhitungan secara tepat dan akurat dari
suatu investasi modal dengan membandingkan aliran biaya (cost) dengan
kemanfaatan (benefit) menggunakan berbagai kriteria penilaian investasi. Proses
perhitungan kelayakan usahatani kakao memerlukan alat bantu pengambilan
keputusan yang dapat berfikir dan memutuskan seperti halnya manusia. Analisis
kelayakan finansial yang dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria
penilaian investasi yaitu, Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net
B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Internal Rate of Return (IRR),
Profitability Ratio (PR), Payback Period (PP), dan Analisis sensitivitas. Berikut
merupakan kriteria investasi yang dilakukan untuk menganalisis kelayakan
usahatani kakao.
1

Net Present Value (NPV)

Tabel 4.1 Nilai Total Net Benefit, Discount Factor, dan NPV

Keterangan
Total Net Benefit

Nilai
Rp. 188.889.050

Discount Factor
NPV

9%
Rp. 99.469.567,66

Sumber : Data Sekunder

Net Present Value (NPV) adalah kriteria investasi yang banyak digunakan
dalam mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak. Net Present Value
55

(NPV) dari usahtani kakao merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih
antara penerimaan (benefit) dengan total biaya yang dikeluarkan (cost) pada
discount rate yang berlaku. Perhitungan NPV yang dilakukan pada usahatani
kakao menghasilkan nilai 99.469.567,66. Nilai tersebut dihasilkan dari jumlah
NPV selama sepuluh tahun menjalankan usahatani kakao dengan nilai diskon
faktor sebesar 9%. Berdasarkan kriteria investasi NPV > 0 menunjukkan bahwa
usaha usahatani kakao feasible untuk dilaksanakan.
2

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Tabel 4.2 Nilai Total NPV (+), Total NPV (-), dan Net B/C

Keterangan
Total NPV (+)
Total NPV (-)
Net B/C

Nilai
Rp. 107.648.540,1
Rp.- 8.178.972,461
13,16

Sumber : Data Sekunder

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara net benefit
yang telah didiskon positif dengan net benefit yang telah didiskon negatif.
Berdasarkan analisis melalui kriteria investasi Net B/C yang dilakukan pada
usahatani kakao menghasilkan nilai 13,16 artinya

usahatani kakao tersebut

memperoleh benefit sebesar 13,16 kali dari biaya yang dikeluarkan pada diskon
faktor 9%. Net B/C yang dihasilkan oleh usahatani kakao lebih dari 1, sehingga
dapat dikatakan bahwa usahatani kakao layak untuk dikerjakan.
3

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Tabel 4.3 Nilai Total PV(B), Total PV (C) dan Gross B/C

Keterangan

Nilai
Rp. 247.906.258,3
Rp. 148.436.690,6
1,67

Total PV (B)
Total PV (C)
Gross B/C
Sumber : Data Sekunder

Nilai Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) diperoleh dari perbandingan


antara jumlah present value benefit dengan jumlah present value cost. Nilai Gross
B/C yang dihasikan oleh usahatani kakao sebesar 1,67 artinya pengeluaran biaya
56

Rp

148.436.690,6

sebesar akan

menghasilkan penerimaan

sebesar

Rp

247.906.258,3 sehingga masih ada keuntungan sebesar Rp 99.469.567,66.


Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa Gros B/C > 1, sehingga
usahatani kakao layak untuk dilanjutkan.
4

Internal Rate of Return (IRR)

Tabel 4.4 Nilai NPV (+), NPV (-) dan IRR (Internal Rate of Return)

Keterangan

Nilai
9%
11%
Rp. 107.648.540,1
Rp.- 8.178.972,461
0,113808347

i1
i2
NPV (+)
NPV (-)
IRR
Sumber : Data Sekunder

Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat discount rate yang
menghasilkan Net Present Value (NPV) = 0 (nol). IRR digunakan untuk
mengetahui prosentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun dan IRR juga
merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman.
Nilai IRR pada usahatani kakao yang dilaksanakan selama sepuluh tahun dengan
diskon sebesar 9% menghasilkan nilai 11,38%. Sehingga dapat dikatakan apabila
nilai IRR lebih besar dari diskonnya, maka menunjukkan bahwa usahatani kakao
layak untuk dijalankan.
4.2.5 Profitability Ratio (PR)
Tabel 4.5 Nilai Total NPV(+), Investasi, dan PR (Profitability Ratio)
Keterangan

Nilai
Rp. 103.210.888,3
Rp. 66.493.350
1,552198654

NPV (+)
Investasi
PR
Sumber: Data Sekunder

Profitability Ratio (PR) merupakan rasio antara selisih benefit dengan


biaya operasi dan pemeliharaan dibanding dengan jumlah investasi. Nilai dari
masing-masing variable dalam bentuk present value atau nilai yang telah di
discount dengan discount factor dari Social Opportunity Cost of Capital yang
berlaku dalam masyarakat. Perhitungan PR pada usahatani kakao adalah jumlah
57

NPV positif pada nilai diskon 9% dibagi dengan investasi awal usahatani kakao.
Nilai PR pada usahatani kakao sebesar 1,552198654. Investasi Usahatani Kakao
berdasarkan kriteria investasi PR > 1 menunjukkan bahwa usahatani kakao layak
untuk dikerjakan.
4.2.6 Payback Period (PP)
Tabel 4.6 Investasi, NB rata-rata tiap tahun, dan Payback Period (PP)
Keterangan

Nilai
Rp. 102.520.250
Rp. 16.265.930
6

Investasi
NB rata-rata tiap tahun
PP
Sumber: Data Sekunder

Payback Period (PP) merupakan penilaian terhadap jangka waktu


pengembalian investasi suatu usaha dengan cara mengukur seberapa cepat suatu
investasi kembali. Perhitungan PP dapat dilakukan dengan membagi investasi
awal usahatani kakao dengan rata-rata net benefit selama lima tahun usahatani
kakao pertama berdiri. Berdasarkan perhitungan PP, maka diperoleh nilai PP
sebesar 6, sehingga dapat dikatakan bahwa pada jangka waktu selama 11 tahun
investasi perusahaan akan dapat kembali.
4.2.7 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan analisis berdasarkan pada kemungkinan
yang paling optimis sampai pada kemungkinan yang paling pesimis. Range
(jarak) antara kategori optimis dan pesimis yang lebih kecil merupakan investasi
yang beresiko rendah. Perlakuan yang digunakan pada analisis sensitivitas
usahatani kakao yaitu dengan asumsi biaya operasional, yaitu air mengalami
kenaikan sebesar 10%. Kenaikan biaya operasional dikarenakan faktor iklim
sangat mempengaruhi dalam usahatani kakao. Faktor iklim tersebut dapat
mempengaruhi musim kemarau yang berkepanjangan dan kemungkinan akan
mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan air. kenaikan biaya operasional
seperti biya pengairan, karena faktor iklim sangat mempengaruhi dalam usahatani
kakao. Faktor iklim tersebut dapat mempengaruhi musim kemarau yang
58

berkepanjangan dan kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan


kebutuhan air. Usahatani kakao setelah mengalami kenaikan biaya pengairan
sebesar 10 % ternyata masih dapat dikatakan layak untuk diusahakan berdasarkan
kriteria investasi yang telah dikerjakan.
Tabel 4.7 Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Pengairan 10%
Kriteria Investasi

Hasil
87420651,01
6,561753887
1,588501207
0,111655665
1,550065961
6

NPV
Net B/C
Gross B/C
IRR
PR
PP
Sumber: Data Sekunder

Hasil perhitungan sensitivitas menunjukkan bahwa nilai NPV sebesar


87420651,01 artinya investasi pada usaha pengolahan usahatani kakao ini akan
memberikan keuntungan sebesar Rp 39.966.550 selama 10 tahun investasi dengan
tingkat bunga 9% dan diterima pada tahun 2016. Internal Rate of Return (IRR)
sebesar 0,111655665, maka artinya usahatani kopi dapat dikatakan layak
dijalankan karena IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga pada bank. Net B/C
sebesar 6,561753887 artinya bahwa setiap biaya Rp 1,00 yang dikeluarkan pihak
perusahaan akan menghasilkan benefit sebesar Rp 6,561753887.
4.3 Penentuan Lokasi
Pemilihan lokasi merupakan salah satu faktor penting bagi pelaku usahatani
kakao, karena dapat mempengaruhi perkembangan dan kelangsungan dalam
menjalankan suatu usahatani. Penentuan lokasi menentukan keberhasilan
usahatani dalam hal persaingan, misalnya letak lokasi usahatani kakao terhadap
lokasi pasar. Perencanaan lokasi dapat membantu pelaku usaha untuk
menganalisis biaya yang akan dikeluarkan nantinya. Selain itu, perencanaan lokasi
dapat menciptakan keseimbangan aktivitas ekonomi antar wilayah ataupun
didalam satu wilayah. Keputusan dalam penentuan lokasi selain karena ditentukan
oleh faktor biaya juga akan menentukan bagaimana perkembangan usaha tersebut
di masa yang akan datang.
59

Analisis lokasi dilakukan untuk mendapatkan lokasi usahatani yang dapat


merangsang pertumbuhan usaha dengan mendapat dukungan ketersediaan sumber
daya yang terdapat di lokasi tersebut. Usahatani yang memiliki kemampuan
finansial yang mencukupi dan kemampuan manajerial yang matang tetapi dalam
penentuan lokasinya buruk dan tidak tepat akan mengakibatkan usahatani tidak
berkembang dengan baik. Usahatani ketika memiliki lokasi yang tepat dan
strategis maka dapat dipastikan usaha tersebut akan dapat berjalan dengan baik
dan berkembang. Metode penentuan lokasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penilaian hasil value. Pemilihan lokasi usahatani kakao
mengggunkan metode penilaian hasil value dilakukan dengan cara menentukan
serta menilai seluruh faktor-faktor penting yang berpengaruh terhadap penentuan
lokasi usahatani. Penentuan lokasi dengan menggunakan metode tersebut,
mengambil lokasi yang mempunyai nilai tertinggi. Faktor-faktor yang menjadi
pertimbangan dalam metode ini antara lain pasar, luas lahan, input, transportasi,
tenaga kerja dan lainnya.
Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang
cocok ditanami tanaman perkebunan khususnya komoditas kakao. Terdapat
beberapa lokasi yang menjadi tujuan dalam melakukan usahatani komoditas
kakao. Daerah yang dituju diantaranya yaitu Desa Curahnongko Kecamatan
Tempurejo, Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa, dan Desa Badean Kecamatan
Bangsalsari. Pemilihan lokasi untuk usahatani komoditas kakao dilakukan dengan
beberapa pertimbangan yang dianggap cocok sehingga akan mendapatkan hasil
yang maksimal. Berdasarkan faktor-faktor tersebutdapat dipilih tiga desa di
daerah Kabupaten Jember yang dianggap potensial ditanami komoditas kakao,
yaitu Desa Curahnongko Kecamatan Tempurejo, Desa Badean Kecamatan
Bangsalsari, dan Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa. Berikut ini metode
penilaian hasil value dalam penentuan lokasi untuk melakukan usahatani
komoditas kakao di Kabupaten Jember yang dapat dilihat Tabel 4.3.
Tabel. 4.3. Metode Penilaian Hasil Value Usahatani Rosella di Kabupaten Jember
No

Kebutuhan

Nilai Lokasi
yang Ideal

Curahnongko

60

Badean

Kemuning
Lor

Pasar

2
3
4
5
6

Input
Transportasi
Tenaga Kerja
Luas Lahan
Lainnya
Jumlah

30

25

20

15

10
20
15
20
5
100

10
15
10
18
4
82

9
10
12
15
5
71

9
9
10
13
5
61

Berdasarkan metode penilaian hasil value diatas, lokasi dengan nilai


tertinggi yaitu Desa Curahnongko dengan total nilai 82 sehingga akan dipilih
sebagai lokasi usahatani komoditas kakao di Kabupaten Jember.
Pemilihan lokasi usahatani komoditas kakao di Desa Curahnongko
Kecamatan Tempurejo dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pasar, input,
transportasi, tenaga kerja, luas lahan dan lainnya. Pasar sangat penting dalam
melakukan usahatani kakao. Fungsi pasar yaitu untuk memasarkan hasil usahatani
kakao yang berupa biji kakao. Jika tempat yang dipilih dekat dengan pasar, maka
akan mudah untuk memasarkan hasil produk dari kakao tersebut. Sebaliknya, jika
tempat yang dipilih jauh dengan pasar, maka sulit untuk memasarkan biji kakao
sehingga akan mengalami kerugian karena akan mengeluarkan biaya yang lebih
besar. Kebutuhan pasar diberi nilai 30 karena dianggap faktor paling menentukan
dalam pemilihan lokasi usahatani kakao. Desa Curahnongko dengan nilai 25
dipilih sebagai tempat yang tepat untuk melakukan usahatani kakao karena tempat
tersebut dekat dengan keramaian kota dan juga pasar sehingga sangat mudah
untuk menjual biji kakao. Desa Badean dan Kemuning Lor masing-masing
memiliki nilai yang rendah yaitu 72 dan 68. Hal ini karena kedua desa tersebut
jauh dari pasar atau merupakan daerah pedalaman yang biasanya jarang terdapat
pasar sehingga sangat sulit untuk menjual biji kakao. Jadi, pemilihan lokasi pasar
yang tepat akan menghasilkan manfaat yang maksimal berupa keuntungan.
Input merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam usahatani kakao.
Berdasarkan penilaian hasil value dengan kebutuhan input mempunyai nilai lokasi
yang ideal sebesar 10 karena input relatif mudah didapatkan. Desa Curahnongko
memiliki nilai sebesar 10, Desa Badean 9, dan Desa Kemuning Lor sebesar 9.
Nilai lokasi di tiga desa tersebut berbeda dalam memenuhi kebutuhan input seperti
bibit dan pupuk. Ketersediaan akan input lebih banyak tersedia di kota, oleh
61

karena itu Desa Curahnongko yang lokasinya lebih dekat dengan kios-kios
penjual obat-obatan dan pupuk akan mengalami kemudahan dalam memperoleh
input-input yang dibutuhkan dalam usahatani kako dibandingkan dengan 2 desa
lainnya yang harus membeli input ke luar desa dengan jarak yang jauh dengan
konsekuensi biaya yang dikeluarkan lebih banyak.
Kebutuhan transportasi merupakan aspek penting setelah kebutuhan pasar.
Transportasi dibutuhkan untuk mengangkut hasil kakao yang telah berupa biji
kakao menuju pasar. Transportasi yang biasa digunakan yaitu menggunakan truk.
Penilaian yang ideal untuk kebutuhan transportasi sebesar 20 karena dianggap
cukup penting dalam pemilihan lokasi usahatani kakao. Desa Curahnongko dipilih
karena memiliki nilai yang paling tinggi, yaitu 15, Desa Kemuning Lor juga
memiliki nilai sebesar 9 dan Desa Badean memiliki nilai sebesar 10. Hal ini
didasarkan bahwa Desa Curahnongko merupakan tempat yang sangat dekat
dengan pasar sehingga biaya yang digunakan untuk membeli bahan bakar truk
lebih sedikit. Jika yang dipilih Desa Badean atau Desa Kemuning Lor maka akan
meningkatkan biaya bahan bakar yang digunakan dalam transportasi karena
letaknya yang jauh dengan pasar.
Kebutuhan akan tenaga kerja juga merupakan hal yang penting dalam
melakukan usahatani kakao. Penilaian lokasi yang ideal untuk kebutuhan tenaga
kerja yaitu sebesar 15 karena dianggap aspek yang cukup penting. Hal ini karena
jika tidak tersedia tenaga kerja, maka usahatani kakao juga tidak akan berjalan
dengan baik. Berdasarkan kebutuhan tenaga kerja Desa Curahnongko memiliki
nilai sebesar 10 sedangkan dua Desa Badean memiliki nilai sebesar 12 dan Desa
Kemuning Lor sebesar 14. Tenaga kerja di Desa Curahnongko sangat mendukung
karena mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dibandingkan
dengan Desa badean dan Kemuning Lor yang penduduknya mayoritas bekerja
sebagai kuli bangunan.
Kebutuhan akan luasan lahan yang digunakan untuk usahatani kakao
merupakan suatu hal yang penting dalam usahatani kakao terutama untuk
perluasan lahan. Penilaian lokasi ideal untuk luas lahan yaitu sebesar 20.
Berdasarkan kebutuhan luas lahan, Desa Curahnongko memiliki nilai sebesar 18.
62

Sedangkan Desa Badean memiliki nilai sebesar 15 dan Desa Kemuning Lor
memiliki nilai sebesar 13. Berdasarkan penilaian tersebut Desa Curahnongko
memiliki lahan kosong yang cukup luas diabandingkan dengan Desa Badean dan
Desa Kemuning Lor, dimana lahan kosong sedikit karena telah dibuat pemukiman
penduduk sekitar.
Kebutuhan lainnya yang diperkirakan juga akan diperlukan dalam
melakukan usahatani kakao seperti listrik, air, pajak, dan lain-lain. Kebutuhan
tersebut akan berbeda di setiap daerah. Penilaian lokasi yang ideal tentang
kebutuhan lainnya yaitu sebesar 5. Hal ini didasarkan pada jarak antara desa dan
kota. Mengingat bahwa Desa Curahnongko merupakan desa yang lebih dekat
dengan kota, maka Desa Curahnongko memiliki nilai lebih rendah yaitu 4
dibandingkan dengan dua desa lainnya dengan nilai masing-masing sebesar 5
karena lebih jauh dari kota. Hal ini dipengaruhi oleh tersedianya akses dan
fasilitas di kota yang lebih baik daripada pedesaan. Metode penentuan lokasi
usahatani kakao dengan penilaian hasil value menunjukkan bahwa desa yang
dipilih yaitu Desa Curahnongko Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember.

63

BAB 5. SIMPULAN
Berdasarkan perhitungan analisis kriteria investasi dan penentuan lokasi
perusahaan kakao di Desa Curahnongko Kabupaten Jember dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1

Kelayakan aspek pasar, aspek teknis, dan aspek manajemen organisasi pada
perusahaan kakao Kabupaten Jember dapat dikatakan layak untuk diusahakan,
karena memiliki aspek pasar, aspek teknis, dan aspek manajemen organisasi
yang baik.

Aspek penilaian lokasi menggunakan metode penilaian hasil value di


Kabupaten Jember, lokasi yang tepat untuk mengusahakan kakao adalah di
Curahnongko dengan nilai 81, meliputi penilaian terhadap kebutuhan pasar,
luas lahan, input, transportasi, tenaga kerja dan lainnya.

64

65

Anda mungkin juga menyukai