PEMBAHASAN
1
Aspek Pasar
a
Segmentasi
Kakao merupakan salah satu produk yang telah dikenal oleh semua
kalangan. Kakao ini juga banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan
cokelat. Segmentasi dari usahatani kakao ditujukan kepada agroindustri atau
pabrik pengolahan cokelat.
b
Permintaan
Kakao merupakan produk dari tanaman tahunan yang olahannya banyak
Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran yang digunakan dalam usahatani kakao di Kecamatan
Pedagang
Besar
Pabrik /
Industri
30
Saluran pemasaran II :
Saluran pemasaran usahatani kakao yang terletak di Kecamatan Curahnongko
Kabupaten Jember melakukan pemasaran dengan menjual langsung ke pabrik atau
industri pengolahan.
Produsen
Pabrik /
Industri
Aspek Teknis
Teknis Produksi
Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah satu komoditas perkebunan
yang sesuai untuk perkebunan rakyat karena tanaman ini dapat berbunga dan
berbuah sepanjang tahun. Terdapat beberapa langkah dalam budidaya tanaman
kakao, yaitu:
1. Pembukaan lahan
Tahap Pertama dari pembersihan areal adalah tebas/babat. Pelaksanaan
pekerjaan pada tahap ini adalah dengan membersihkan semak belukar dan kayukayu kecil sedapat mungkin ditebas rata dengan permukaan tanah, kemudian
dilanjutkan dengan tahap tebang membersihkan tanaman/pohon yang terdahulu.
Bila semua pohon telah tumbang, tumbangan itu dibiarkan selama 1 bulan agar
daun kayu mengering. Total lama proses pembukaan lahan ini 1,5 bulan.
2. Penanaman Pohon Pelindung
Penanaman
pohon
pelindung
sebelum
penanaman
kakao
bertujuan
yang digunakan dalam usahatani kakao adalah tanaman pisan dan tanaman kelapa.
Tanaman pisang akan dipangkas setengah dari jumlahnya saat tanaman kakao
berumur 18 bulan dan sisanya beserta tanaman kelapa akan dipangkas pada tahun
keempat tanaman kakao.
3. Penanaman bibit kakao
Sebelum bibit kakao ditanam perlu disiapkan terlebih dahulu lubang tanam.
Pembuatan lubang tanam bertujuan untuk menyediakan lingkungan perakaran
yang optimal bagi bibit kakao, baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Ukuran
lubang tanam umumnya 60 x 60 x 60 cm. Lubang tanam dibuat 2 minggu sebelum
penanaman dan tanah galian dibiarkan teronggok disamping lubang, tindakan ini
bertujuan untuk mengubah suasana reduktif tanah menjadi oksidatif dan unsurunsur yang bersifat racun berubah menjadi tidak meracuni.
Bila jarak tanam dan pola tanam telah ditetapkan dan keadaan pohon
pelindung telah memenuhi syarat sebagai penaung, dan bibit dalam polibag telah
berumur 4-6 bulan maka penanaman sudah dapat dilaksanakan. Teknik
penanamannya adalah dengan terlebih dahulu memasukkan polibag ke dalam
lubang tanam, setelah itu dengan menggunakan pisau tajam polibag disayat dari
bagian bawah ke arah atas. Polibag yang terkoyak dapat dengan mudah ditarik dan
lubang ditutup kembali dengan tanah galian. Pemadatannya dilakukan dengan
bantuan kaki. Tetapi di sekitar batang dipermukaan tanah haruslah lebih tinggi.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penggenangan air di sekitar batang yang
dapat menyebabkan pembusukan.
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah tanaman kakao berumur dua bulan di lapangan.
Pemupukan pada tanaman yang belum menghasilkan dilaksanakan dengan cara
menaburkan pupuk secara merata dengan jarak 15 50 cm (untuk umur 2 10
bulan) dan 50 75 cm (untuk umur 14 20 bulan) dari batang utama. Tanaman
yang telah menghasilkan buah, penaburan pupuk dilakukan pada jarak 50 75 cm
dari batang utama. Penaburan pupuk dilakukan dalam alur sedalam 10 cm.
5. Pemangkasan
49
Teknologi
Teknologi dalam sebuah program atau proyek harus diseleksi agar
membantu proses produksi agar lebih efektif dan efisien. Teknologi yang
digunakan harus sesuai dengan keadaan usahatani kakao, dengan kata lain melihat
52
besar kecilnya usaha yang dilakukan dan kesesuaian dengan sumber daya yang
digunakan. Teknologi yang digunakan dalam usahatani kakao tidak terlalu banyak
dan relatif sederhana. Hal ini disesuaikan juga dengan kemampuan sumber daya
manusia (tenaga kerja) yang ada..
Alat yang digunakan dalam usahatani kakao ini terdiri dari cangkul,
parang, sabit, handsprayer, karung goni, keranjang rotan, gerobak, dan gunting
pemangkas. Cangkul berfungsi sebagai alat untuk penggembur tanah. Parang,
sabit, dan gunting pemangkas berfungsi untuk alat dalam proses pemangkasan.
Handsprayer berfungsi untuk menyemprot air, pupuk, maupun pestisida yang
diperlukan dalam kegiatan usahatani kakao. Karung goni, keranjang rotan, dan
gerobak berfungsi sebagai wadah yang digunakan untuk menampung kakao yang
telah dipanen.
4.1.3 Aspek Manajemen Organisasi
a. Struktur Organiasasi
Kegiatan usahatani kakao memiliki suatu struktur oraganisasi yang setiap
bagian dari struktur tersebut mempunyai fungsi masing-masing. Bagian-bagian
struktur tersebut diantaranya yaitu pimpinan. Pimpinan dalam kegiatan usahatani
kakao ini memiliki peranan dan fungsi yang sangat besar bagi keberlangsungan
kegiatan usahatani ini. Fungsi dari pimpinan yaitu membuat keputusan atas
kegiatan usahatani, mengintegarasikan bagian-bagian dari struktur kegiatan
usahatani tersebut, dan mengontrol jalannya proses usahatani.
Bagian-bagian struktur kegiatan usahatani kakao yang lain yaitu bagian
saprodi yang bertugas menyiapkan dan menyediakan peralatan dan bahan yang
dibutuhkan selama proses produksi. Bagian produksi yang bertugas menjalankan
proses produksi memiliki tugas melakukan kegiatan seperti penanaman,
penyiraman, pemangkasan, pemupukan, pemanenan, serta pengolahan pasca
panen kakao. Bagian lain adalah bagian pengemasan dan pemasaran yang
berfungsi untuk mengemas kakao dan kemudian mendistribusikannya ke pabrik
atau industri pengolahan. Keseluruhan bagian tersebut haruslah terintegrasi
53
dengan baik demi terciptanya kegiatan usahatani yang baik seperti yang ada pada
bagan dibawah ini.
Tabel 4.1 Nilai Total Net Benefit, Discount Factor, dan NPV
Keterangan
Total Net Benefit
Nilai
Rp. 188.889.050
Discount Factor
NPV
9%
Rp. 99.469.567,66
Net Present Value (NPV) adalah kriteria investasi yang banyak digunakan
dalam mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak. Net Present Value
55
(NPV) dari usahtani kakao merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih
antara penerimaan (benefit) dengan total biaya yang dikeluarkan (cost) pada
discount rate yang berlaku. Perhitungan NPV yang dilakukan pada usahatani
kakao menghasilkan nilai 99.469.567,66. Nilai tersebut dihasilkan dari jumlah
NPV selama sepuluh tahun menjalankan usahatani kakao dengan nilai diskon
faktor sebesar 9%. Berdasarkan kriteria investasi NPV > 0 menunjukkan bahwa
usaha usahatani kakao feasible untuk dilaksanakan.
2
Tabel 4.2 Nilai Total NPV (+), Total NPV (-), dan Net B/C
Keterangan
Total NPV (+)
Total NPV (-)
Net B/C
Nilai
Rp. 107.648.540,1
Rp.- 8.178.972,461
13,16
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara net benefit
yang telah didiskon positif dengan net benefit yang telah didiskon negatif.
Berdasarkan analisis melalui kriteria investasi Net B/C yang dilakukan pada
usahatani kakao menghasilkan nilai 13,16 artinya
memperoleh benefit sebesar 13,16 kali dari biaya yang dikeluarkan pada diskon
faktor 9%. Net B/C yang dihasilkan oleh usahatani kakao lebih dari 1, sehingga
dapat dikatakan bahwa usahatani kakao layak untuk dikerjakan.
3
Tabel 4.3 Nilai Total PV(B), Total PV (C) dan Gross B/C
Keterangan
Nilai
Rp. 247.906.258,3
Rp. 148.436.690,6
1,67
Total PV (B)
Total PV (C)
Gross B/C
Sumber : Data Sekunder
Rp
148.436.690,6
sebesar akan
menghasilkan penerimaan
sebesar
Rp
Tabel 4.4 Nilai NPV (+), NPV (-) dan IRR (Internal Rate of Return)
Keterangan
Nilai
9%
11%
Rp. 107.648.540,1
Rp.- 8.178.972,461
0,113808347
i1
i2
NPV (+)
NPV (-)
IRR
Sumber : Data Sekunder
Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat discount rate yang
menghasilkan Net Present Value (NPV) = 0 (nol). IRR digunakan untuk
mengetahui prosentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun dan IRR juga
merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman.
Nilai IRR pada usahatani kakao yang dilaksanakan selama sepuluh tahun dengan
diskon sebesar 9% menghasilkan nilai 11,38%. Sehingga dapat dikatakan apabila
nilai IRR lebih besar dari diskonnya, maka menunjukkan bahwa usahatani kakao
layak untuk dijalankan.
4.2.5 Profitability Ratio (PR)
Tabel 4.5 Nilai Total NPV(+), Investasi, dan PR (Profitability Ratio)
Keterangan
Nilai
Rp. 103.210.888,3
Rp. 66.493.350
1,552198654
NPV (+)
Investasi
PR
Sumber: Data Sekunder
NPV positif pada nilai diskon 9% dibagi dengan investasi awal usahatani kakao.
Nilai PR pada usahatani kakao sebesar 1,552198654. Investasi Usahatani Kakao
berdasarkan kriteria investasi PR > 1 menunjukkan bahwa usahatani kakao layak
untuk dikerjakan.
4.2.6 Payback Period (PP)
Tabel 4.6 Investasi, NB rata-rata tiap tahun, dan Payback Period (PP)
Keterangan
Nilai
Rp. 102.520.250
Rp. 16.265.930
6
Investasi
NB rata-rata tiap tahun
PP
Sumber: Data Sekunder
Hasil
87420651,01
6,561753887
1,588501207
0,111655665
1,550065961
6
NPV
Net B/C
Gross B/C
IRR
PR
PP
Sumber: Data Sekunder
Kebutuhan
Nilai Lokasi
yang Ideal
Curahnongko
60
Badean
Kemuning
Lor
Pasar
2
3
4
5
6
Input
Transportasi
Tenaga Kerja
Luas Lahan
Lainnya
Jumlah
30
25
20
15
10
20
15
20
5
100
10
15
10
18
4
82
9
10
12
15
5
71
9
9
10
13
5
61
karena itu Desa Curahnongko yang lokasinya lebih dekat dengan kios-kios
penjual obat-obatan dan pupuk akan mengalami kemudahan dalam memperoleh
input-input yang dibutuhkan dalam usahatani kako dibandingkan dengan 2 desa
lainnya yang harus membeli input ke luar desa dengan jarak yang jauh dengan
konsekuensi biaya yang dikeluarkan lebih banyak.
Kebutuhan transportasi merupakan aspek penting setelah kebutuhan pasar.
Transportasi dibutuhkan untuk mengangkut hasil kakao yang telah berupa biji
kakao menuju pasar. Transportasi yang biasa digunakan yaitu menggunakan truk.
Penilaian yang ideal untuk kebutuhan transportasi sebesar 20 karena dianggap
cukup penting dalam pemilihan lokasi usahatani kakao. Desa Curahnongko dipilih
karena memiliki nilai yang paling tinggi, yaitu 15, Desa Kemuning Lor juga
memiliki nilai sebesar 9 dan Desa Badean memiliki nilai sebesar 10. Hal ini
didasarkan bahwa Desa Curahnongko merupakan tempat yang sangat dekat
dengan pasar sehingga biaya yang digunakan untuk membeli bahan bakar truk
lebih sedikit. Jika yang dipilih Desa Badean atau Desa Kemuning Lor maka akan
meningkatkan biaya bahan bakar yang digunakan dalam transportasi karena
letaknya yang jauh dengan pasar.
Kebutuhan akan tenaga kerja juga merupakan hal yang penting dalam
melakukan usahatani kakao. Penilaian lokasi yang ideal untuk kebutuhan tenaga
kerja yaitu sebesar 15 karena dianggap aspek yang cukup penting. Hal ini karena
jika tidak tersedia tenaga kerja, maka usahatani kakao juga tidak akan berjalan
dengan baik. Berdasarkan kebutuhan tenaga kerja Desa Curahnongko memiliki
nilai sebesar 10 sedangkan dua Desa Badean memiliki nilai sebesar 12 dan Desa
Kemuning Lor sebesar 14. Tenaga kerja di Desa Curahnongko sangat mendukung
karena mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dibandingkan
dengan Desa badean dan Kemuning Lor yang penduduknya mayoritas bekerja
sebagai kuli bangunan.
Kebutuhan akan luasan lahan yang digunakan untuk usahatani kakao
merupakan suatu hal yang penting dalam usahatani kakao terutama untuk
perluasan lahan. Penilaian lokasi ideal untuk luas lahan yaitu sebesar 20.
Berdasarkan kebutuhan luas lahan, Desa Curahnongko memiliki nilai sebesar 18.
62
Sedangkan Desa Badean memiliki nilai sebesar 15 dan Desa Kemuning Lor
memiliki nilai sebesar 13. Berdasarkan penilaian tersebut Desa Curahnongko
memiliki lahan kosong yang cukup luas diabandingkan dengan Desa Badean dan
Desa Kemuning Lor, dimana lahan kosong sedikit karena telah dibuat pemukiman
penduduk sekitar.
Kebutuhan lainnya yang diperkirakan juga akan diperlukan dalam
melakukan usahatani kakao seperti listrik, air, pajak, dan lain-lain. Kebutuhan
tersebut akan berbeda di setiap daerah. Penilaian lokasi yang ideal tentang
kebutuhan lainnya yaitu sebesar 5. Hal ini didasarkan pada jarak antara desa dan
kota. Mengingat bahwa Desa Curahnongko merupakan desa yang lebih dekat
dengan kota, maka Desa Curahnongko memiliki nilai lebih rendah yaitu 4
dibandingkan dengan dua desa lainnya dengan nilai masing-masing sebesar 5
karena lebih jauh dari kota. Hal ini dipengaruhi oleh tersedianya akses dan
fasilitas di kota yang lebih baik daripada pedesaan. Metode penentuan lokasi
usahatani kakao dengan penilaian hasil value menunjukkan bahwa desa yang
dipilih yaitu Desa Curahnongko Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember.
63
BAB 5. SIMPULAN
Berdasarkan perhitungan analisis kriteria investasi dan penentuan lokasi
perusahaan kakao di Desa Curahnongko Kabupaten Jember dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1
Kelayakan aspek pasar, aspek teknis, dan aspek manajemen organisasi pada
perusahaan kakao Kabupaten Jember dapat dikatakan layak untuk diusahakan,
karena memiliki aspek pasar, aspek teknis, dan aspek manajemen organisasi
yang baik.
64
65