pada
tingkat
penyelidik[2]..
Ilmu pengetahuan juga bisa merupakan upaya menyingkap realitas secara tepat dengan
merumuskan objek material dan objek formal. Upaya penyingkapan realitas dengan memakai
dua perumusan tersebut adakalanya menggunakan rasio dan empiris atau mensintesikan
keduanya sebagai ukuran sebuah kebenaran (kebenaran ilmiah). Penyingkapan ilmu pengetahuan
ini telah banyak mengungkap rahasia alam semesta dan mengeksploitasinya untuk kepentingan
manusia.
Dewasa ini, ilmu pengetahuan yang bercorak empiristik dengan metode kuantitatif
(matematis) lebih dominan menduduki dialektika kehidupan masyarakat. Hal ini besar
kemungkinan karena banyak dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran positivistiknya Auguste
Comte yang mengajukan tiga tahapan pembebasan ilmu pengetahuan. Pertama, menurut Auguste
Comte ilmu pengetahuan harus terlepas dari lingkungan teologik yang bersifat mistis. Kedua,
ilmu pengetahuan harus bebas dari lingkungan metafisik yang bersifat abstrak. Ketiga, ilmu
pengetahuan harus menemukan otonominya sendiri dalam lingkungan positifistik.
Adapun fungsi-fungsi ilmu pengetahuan, sebagai berikut[3]:
1.
2.
3.
4.
substansi zat, ilmu astronomi yang berusaha memahami kondisi benda-benda langit dan ilmuilmu lainnya. Dari rumpun keilmuan ini kemudian membentuk ranting-ranting baru, seperti kalau
dalam fisika ada yang namanya mekanik, hidrodinamika, bunyi dan seterusnya yang masih
banyak lagi ranting-ranting kecil.
A. Syarat-syarat ilmu
Ada lima syarat ilmu pengetahuan, yaitu[5]:
1. Objektif, Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama
sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada,
atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari
adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran
objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2.
3.
Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem
yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab
akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4.
Universal, Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum
(tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180. Karenanya universal merupakan
syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an
(universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah
tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus
tersedia konteks dan tertentu pula.
5. Religius, segala upaya yang dilakukan dalam mencari ilmu digunakan dalam upaya
mendekatkan diri kepada Sang Pencipta Ilmu, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
B.
Pengertian Agama
Kata agama secara testimologi berasal dari bahasa Sansekerta gam yang dalam
bahasa inggrisnya sama dengan go yang berarti pergi. Jadi agama berarti sesuatu yang
tidak pergi, langgeng, kekal. Yang dimaksud dengan semua itu adalah Tuhan. Sedangkan
agama dalam bahasa inggris berarti relegion yang berarti kedatangan kembali,
maksutnya kedatangan wahyu Tuhan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud agama adalah ajaran suci bersifat rohani yang menuntun serta mengatur
kehidupan manusia[6]. Agama memberi petunjuk bagaimana cara mengadakan hubungan
antara manusia denganmanusia, manusia dengan alam, manusia dengan Tuhan.
serta kehidupan sesudah mati. Adapun missi praktis mengajarkan aspek-aspek praktis agama
sebagai tindakan ritual untuk dilaksanakan oleh seseorang yang beriman.
D.
membantu meringankan dan mengkonseptualkan dasar-dasar ilmu pengetahuan seperti fisika dan
biologi.
Ilmu pengetahuan yang dipahami dalam arti pendek sebagai pengetahuan objektif,
tersusun, dan teratur. Ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari agama. Sebut saja al-Quran,
al-Quran merupakan sumber intelektualitas dan spiritualitas. Ia merupakan sumber rujukan bagi
agama dan segala pengembangan ilmu pengetahuan. Ia merupakan sumber utama inspirasi
pandangan orang islam tentang keterpaduan ilmu pengetahuan dan agama. Manusia memperoleh
pengetahuan dari berbagai sumber dan melalui banyak cara dan jalan, tetapi semua pengetahuan
pada akhirnya berasal dari Tuhan. Dalam pandangan al-Quran, pengetahuan tentang benda-benda
menjadi mungkin karena Tuhan memberikan fasilitas yang dibutuhkan untuk mengetahui. Para
ahli filsafat dan ilmuan muslim berkeyakinan bahwa dalam tindakan berpikir dan mengetahui,
akal manusia mendapatkan pencerahan dari Tuhan Yang Maha mengetahui sesuatu yang belum
diketahui dan akan diketahui dengan lantaran model dan metode bagaimana memperolehnya.
Al-Quran bukanlah kitab ilmu pengetahuan, tetapi ia memberikan pengetahuan tentang
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang selalu dihubungkan dengan pengetahuan metafisik dan
spiritual. Panggilan al-Quran untuk membaca dengan Nama Tuhanmu telah dipahami dengan
pengertian bahwa pencarian pengetahuan, termasuk didalamnya pengetahuan ilmiah yang
didasarkan pada pengetahuan tentang realitas Tuhan. Hal ini dipertegas oleh Ibnu Sina yang
menyatakan, Ilmu pengetahuan disebut ilmu pengetahuan yang sejati jika menghubungkan
pengetahuan tentang dunia dengan pengetahuan Prinsip Tuhan.
Agama dan ilmu pengetahuan memang berbeda metode yang digunakan, karena masing-masing berbeda
fungsinya. Dalam ilmu pengetahuan kita berusaha menemukan makna pengalaman secara lahiriyah,
sedangkan dalam agama lebih menekankan pengalaman yang bersifat ruhaniah sehingga menumbuhkan
kesadaran dan pengertian keagamaan yang mendalam. Dalam beberapa hal, ini mungkin dapat
dideskripsikan oleh ilmu pengetahuan kita, tetapi tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan rumus-rumus
ilmu pasti. Sekalipun demikian, ada satu hal yang sudah jelas, bahwa kehidupan jasmani dan rohani tetap
dikuasai oleh satu tata aturan hukum yang universal. Ini berarti, baik agama maupun ilmu pengetahuan,
yaitu Allah. Keduanya saling melengkapi dan membantu manusia dalam bidangnya masing-masing
dengan caranya sendiri. Fungsi agama dan ilmu pengetahuan dapat dikiaskan seperti hubungan mata dan
mikroskop. Mikroskop telah membantu indera mata kita yang terbatas, sehingga dapat melihat bakteribakteri yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata telanjang. Demikian pula benda langit yang sangat kecil
dilihat dengan mata telanjang, ini bisa dibantu dengan teleskop karena terlalu jauh. Demikian halnya
dengan wahyu Ilahi, telah membantu akal untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang diamati oleh
indera. Jika ini hanya dilakukan oleh akal maka akan menyesatkan manusia.
http://amrinarose13.blogspot.co.id/2013/03/ilmu-pengetahuan-dan-agama_21.html