manusia. Xenophon, filsuf dan sejarawan Yunani yang hidup 425-355 SM,
mengatakan bahwa Agriculture is the mother and nourishes of all other arts.
When it is well conducted, all other arts prosper. When it is neglected, all other
arts decline. Pertanian adalah ibu dari segala budaya. Jika pertanian berjalan
dengan baik, maka budaya-budaya lainnya akan tumbuh dengan baik pula. Tetapi,
manakala sektor ini diterlantarkan, maka semua budaya lainnya akan rusak
(Daryanto, 2010).
A. Kebijakan-kebijakan yang Dijalankan Pemerintah dalam Rangka
Pembangunan Pertanian
1. Kebijakan Harga
Kebijakan ini merupakan salah satu kebijakan yang terpenting di banyak
negara dan biasanya digabung dengan pendapatan sehingga disebut kebijakan
harga dan pendapatan (price and income policy). Segi harga dari kebijakan itu
bertujuan untuk mengadakan stabilisasi harga, sedangkan segi pendapatannya
bertujuan agar pendapatan petani tidak terlalu berfluktuasi ari musim ke musim
dan dari tahun ke tahun. Kebijakan harga dapat mengandung pemberian suatu
penyangga (support) untuk hasil-hasil pertanian supaya tidak merugikan petani.
Negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Australia dan lain-lain, banyak
sekali hasil-hasil pertanian seperti gandum, kapas, padi, gula biet dan lain-lain
yang mendapat perlindungan pemerintah berupa penyangga dan subsidi.
Indonesia baru mempraktikan kebijakan harga untuk beberapa hasil sejak tahun
1969. Secara teoritis kebijakan harga dapat dipakai mencapai tiga tujuan yaitu:
1. Stabilisasi harga-hasil hasil pertanian terutama pada tingkat petani.
2. Meningkatkan pendapatan petani melalui perbaikan nilai tukar (term of trade).
3. Memberikan arah dan petunjuk pada jumlah produksi.
2. Kebijakan Pemasaran
Di samping kebijakan harga untuk melindungi petani produsen maka
pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan-kebijakan khusus dalam kelembagaan
perdagangan dengan tujuan yang sama, tetapi dengan tekanan pada perubahan
rantai pemasaran dari produsen ke konsumen, dengan tujuan utama untuk
memperkuat daya saing petani. Di negara-negara Afrika seperti Nigeria dan
Kenya apa yang dikenal dengan nama Badan Pemasaran Pusat (Central
Marketing Board) berusaha untuk mengurangi pengaruh fluktuasi harga pasar
dunia atas penghasilan petani. Badan pemasaran ini sangat berhasil di Inggris
yang dimulai sesudah deprisi besar pada tahun 1930 untuk bulu domba, milk, telur
dan kentang. Di negara kita pembentukan sindikat dan PT eksportir kopi, badan
pengurus kopra, badan pemasaran lada, pada prinsipnya mempunyai tujuan yang
sama dengan badan-badan pemasaran pusat di Afrika dan Inggris itu.
Masalah yang dihadapi di negara kita adalah kurangnya kegairahan
berproduksi pada tingkat petani, tidak adanya keinginan untuk mengadakan
penanaman baru, dan usaha-usaha lain untuk menaikan produksi karena
presentase harga yang diterima oleh petani relatif rendah dibandingkan dengan
bagian yang diterima golongan-golongan lain.
Badan-badan pemasaran yang dibentuk dimaksudkan untuk memberikan
jaminan harga yang minimum yang stabil pada petani. Sehubungan dengan usaha
memperkuat kedudukan pengusaha eksportir lemah telah diambil kebijakan
kredit, yaitu dengan memberikan kredit dengan bunga yang relatif rendah dan
menyederhanakan prosedur ekspor maka kebijakan pemasaran hasil-hasil tanaman
perdagangan untuk ekspor maka kebijakan ini meliputi pula pengaturan distribusi
sarana-saran produksi bagi petani pemerintah berusaha menciptakan persaingan
yang sehat diantara para pedagang yang melayani kebutuhan petani seperti pupuk,
peptisida dan lain-lain sehingga petani akan dapat membeli saran-saran produksi
tersebut dengan harga yang tidak terlalu tinggi.
Kebijakan pemasaran merupakan usaha campur tangan pemerintah dalam
bekerjanya kekuatan-kekuatan pasar. Disatu pihak pemerintah dapat mengurangi
pengaruh kekuatan-kekuatan pasar supaya tidak terlalu merugikan para pedagang
dan petani, tetapi dipihak lain persaingan dapat didorong untuk mencapai efisiensi
ekonomi yang tinggi. Dalam hal yang terakhir ini berarti pemerintah memberi
arah tertentu di dalam bekerjanya gaya-gaya pasar. Dalam praktek kebijakan
pemasaran dilaksanakan secara bersamaan dengan kebijaksanaan harga.
3. Kebijakan Struktural
1. Strategi dan prioritas program yang memiliki nilai taktis strategis bagi
pembangunan pertanian.
2. Target group (kelompok sasaran) yang akan dituju oleh program dan kegiatan
yang ditunjukkan oleh indikator dan sasaran kinerja yang terukur.
3. Sumberdaya dan teknologi yang tersedia dalam rangka peningkatan pelayanan
dan pemberdayaan masyarakat.
Sejalan dengan kemajuan teknologi, dan berbagai masalah dan kendala
pembangunan
pertanian
yang
dihadapi,
maka
dapat
dikatakan
bahwa
Kemampuan
Kabupaten/Kota
menyusun
perencanaan
program
dan
penyusunan
rencana
program
maupun
anggaran
kinerja
2)
3)
setiap tahunnya.
Dalam forum Musrenbangtan ini dilakukan evaluasi terpadu terhadap
usulan program maupun anggaran kinerja untuk menghasilkan suatu komitmen
bersama
mengenai
rancangan
pembangunan
pertanian
di
tingkat
5)
Pertanian
pembangunan
Nasional
dan
Rencana
Kerja
Pemerintah.
Kegiatan
yang
ditempuh
Kementerian
Pertanian
dalam
rangka
benih yang digunakan berkualitas dan dan telah memiliki sertifikat sehingga hasil
yang diperoleh oleh petani dapat maksimal.
3. Kinerja Implementasi Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana Pertanian
Untuk mengorganisasikan kompleksitas dalam kegiatan bisnis, empat elemen
faktor sebagai perangkat analisa lingkungan bisnis. Elemen yang pertama adalah
kondisi-kondisi faktor, misalnya infrastruktur fisik dan keterampilan tenaga kerja.
Elemen yang kedua adalah faktor permintaan, misalnya peraturan produk dan
pelanggan, perilaku pelanggan, dan daya beli pelanggan. Elemen ketiga adalah
konteks strategi dan persaingan, misalnya struktur perpajakan, hukum-hukum
persaingan, dan strategi untuk berkompetisi dengan perusahan-erusahaan lokal.
Elemen keempat adalah tersedianya industri-industri yang terkait dan mendukung
bisnis, misalnya keluasan dan kedalaman industri pertanian di kawasan Program
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (P2LB). Semua elemen di atas berinteraksi
dengan dampak spesifiknya pada perusahaan dan pada kawasan PLP2B. Elemenelemen tersebut menghasilkan dampak kinerja sistem, di mana perbaikan elemen
terlemah cenderung menghasilkan dampak terkuat pada mutu secara keseluruhan.
4. Kinerja Implementasi Revitalisasi Sumber Daya Manusia
Dengan asumsi bahwa tujuan petani adalah memaksimumkan keuntungan
usahatani, maka pengambilan keputusan petani mencakup aspek-aspek berikut: (a)
apa yang akan diusahakan, (b) seberapa banyak, (c) kapan, (d) di mana, (e)
dengan cara apa, dan (f) akan dijual kapan, dalam bentuk apa dan di mana. Aspek
(a) sampai dengan (c) lazimnya menentukan pola tanam, aspek (d) berkaitan
dengan teknik budidaya (prapanen dan pascapanen), sedangkan aspek (f)
berkaitan dengan masalah pemasaran produk yang dihasilkannya.
Dalam UU No. 16/2006 Pasal 4 disebutkan bahwa penyuluhan pertanian
berfungsi menumbuhkan kemandirian petani, yang berarti meningkatkan kualitas
SDM petani. Hal ini sejalan dengan salah satu target Kementerian Pertanian
berupa pencapaian swasembada pangan. Dengan menempatkan ketahanan pangan
sebagai unsur wajib dan pertanian bukan wajib, berarti upaya untuk pemenuhan
pangan berasal dari impor menjadi legal, mengingat pertanian bukan menjadi
prioritas.
bahan yang digunakan; (3) pentingnya penyuluhan dan pelatihan lapang yang
dapat meningkatkan pengetahuan petani tentang makna dan logika yang
terkandung dalam paket teknologi tersebut, sehingga petani memiliki pemahaman
yang mendalam tentang teknologi yang diterapkan; dan (4) melakukan uji
adaptasi terhadap teknologi yang akan diintroduksikan, baik yang dapat dilakukan
di Laboratorium Lapang pada berbagai tipe agroekosistem.
Revitalisasi industri hilir terutama dalam industri hilir pangan berbasis tepungtepungan dihadapkan pada beberapa permasalahan pokok sebagai berikut: (1)
masalah produksi bahan baku yang terbatas, (2) fasilitas yang kurang memadai,
(3) program yang bersifat sporadik dan tidak massal, (4) rendahnya keterampilan
teknis dan kapabilitas manajerial petani, (5) kalah bersaing dengan pabrikan skala
besar dalam efisiensi dan kualitas produk, (6) tidak kebijakan proteksi dari
pemerintah terhadap industri hilir berbasis tepung-tepungan, dan (7) mengalami
stagnasi dalam pengembangan industri hilir
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, Arief. 2010. Memposisikan secara Tepat Pembangunan Pertanian dalam
Perspektif Pembangunan Nasional. Poultry Industries Outlook, 1(1): 26-46.
Kementerian Pertanian. 2013. Mekanisme Perencanaan. [Serial Online].
http://www.pertanian.go.id/eplanning/statis-8-mekanismeperencanaan.html.
[24 April 2016].
Rifai, Ade Indrawan. 2012. Dampak Pembangunan Sektor Pertanian Tanaman
Pangan Terhadap Perekonomian Indonesia. Jakarta: UI.
Saptana, Muhammad Iqbal, dan Ahmad Makky Ar-Rozi. 2013. Evaluasi
Kebijakan Tujuh Gema Revitalisasi dalam Pembangunan Pertanian. Analisis
Kebijakan Pertanian, 11(2): 107-127.