TUGAS
OLEH:
PROGRAM STUDI A G R O T E K N O L O G I
F A K U L T A S P E RT A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Panen Dan Pasca Panen Kakao
setelah tanam. Produksi buah kakao di tahun pertama cenderung sedikit dan akan
pada umur 7-11 tahun, sekitar 1,8 ton biji kakao kering per hektar per tahun.
Produktivitas tersebut akan terus menurun hingga tanaman tua dan mati. Buah
kakao dihasilkan dari proses penyerbukan bunga jantan dan bunga betina yang
tumbuh pada batang pokok umumnya akan menghasilkan buah kakao yang besar
kakao matang dan siap petik dibutuhkan waktu sekitar 5 – 6 bulan. Kakao matang
yang siap petik adalah buah kakao yang sudah memenuhi kriteria panen. Buah
kakao yang memenuhi kriteria panen adalah buah kakao yang sudah menunjukan
Kulit buah sudah berubah warna secara sempurna, dari yang ketika
mentah berwarna hijau menjadi kuning saat masak, atau dari yang
sistem hanca gilir. Setiap pemanen mendapat hanca dengan luas tertentu, pada
waktu yang berbeda dan ada perpindahan blok panen. Dalam satu blok panen
dibagi beberapa hanca. Luas hanca ± 2 – 3 ha berlaku pada saat produksi buah
rendah dan ± 1 ha untuk panen raya. Rotasi panen yaitu 6 – 7 hari pada saat
produksi rendah dan 3 – 4 hari pada saat panen raya. Pemanen bekerja secara
berkelompok. Satu kelompok terdiri dari 2 orang pemanen. Pada areal panen
dengan topografi berlereng, kelompok panen terdiri dari 3 orang, 2 orang bertugas
hasil (TPH).
Buah kakao dipetik apabila sudah cukup masak, yakni ditandai dengan
adanya perubahan warna kulit buah. Buah ketika mentah berwarna hijau akan
berubah menjadi kuning pada waktu masak, sedangkan yang berwarna merah
Pada satu tahun terdapat puncak panen satu atau dua kali yang terjadi 5 - 6
bulan setelah perubahan musim. Pada beberapa negara ada yang panen sepanjang
musim.
Buah hasil pemetikan dipisahkan antara yang baik dan yang jelek. Buah
yang jelek berupa buah yang kelewat masak, yang terserang hama penyakit, buah
muda atau buah yang lewat masak. Frekuensi pemanenan ditentukan oleh jumlah
buah yang masak pada satu periode pemanenan. Jumlah minimum fermentasi
adalah 100 kg buah segar. Petani biasanya memanen 5 - 6 kali pada musim
puncak panen dengan interval satu minggu. Buah siap panen dan pemetikan buah.
golok atau pisau dan karung. Cungkring merupakan antel bergalah. Alat yang
digunakan harus tajam agar tidak melukai bantalan bunga. Menghindari kerusakan
bantalan bunga juga dilakukan dengan cara menyisakan tangkai buah sepanjang ±
5 mm. Hal ini di lakukan untuk menyediakan tempat pembunggaan pada musim
selanjutnya agar hasil panen tidak mengalami penurunan. Bantalan buah yang
rusak akan lama pulih dan menyebakan gagalnya pembungaan untuk periode
selanjutnya. Bantalan buah yang rusak seperti tersayat alat panen hingga
selanjutnya yaitu memecah buah yang telah dikumpulkan dan mengeluarkan biji
diusahakan agar pisau tidak mengenai daging buah dan merusak biji. Kemudian
biji tanpa plasenta dikeluarkan dari buah dan dimasukkan kedalam karung. Biji
yang terserang Phythopthora dan PBK diletakkan dalam karung yang berbeda
dengan biji sehat. Namun, dalam kenyataan di lapangan masih ada pemanen yang
mencampur biji sehat dan biji tidak sehat dalam satu karung. Pencampuran biji
sehat dan biji tidak sehat sehat akan menyebabakan terkontaminasinya biji sehat
Alur proses panen dan penanganan pascapanen kakao secara garis besar dapat
dilihat dalam bagan :
pematangan buah, dengan cara (a). Mengatur tempat agar cukup bersih dan
terbuka, (b). Menggunakan wadah pemeraman seperti keranjang atau karung goni,
(c). Memberi alas pada permukaan tanah dan menutup permukaan tumpukan buah
dengan daun-daun kering. Cara ini menurunkan jumlah biji kakao rusak dari 15%
menjadi 5%.
kakao dari kulit buah dan plasentanya. Pemecahan buah harus dilakukan secara
hati-hati agar tidak melukai atau merusak biji kakao. Disamping itu juga harus
dijaga agar biji kakao tetap bersih atau tidak tercampur dengan kotoran dan tanah.
Dalam pemecahan buah kakao hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut,
2. Apabila pemecahan buah menggunakan golok atau sabit maka harus dilakukan
dengan hati-hati supaya biji kakao tidak terlukai atau terpotong oleh alat
pemecah, karena akan meningkatkan jumlah biji cacat dan mudah terinfeksi
oleh jamur.
3. Setelah kulitnya terbelah, biji kakao diambil dari belahan buah dan ikatan
produk akhirnya.
4. Biji yang sehat harus dipisahkan dari kotoran-kotoran pengganggu maupun biji
cacat, kemudian dimasukkan ke dalam ember plastik atau karung plastik yang
bersih untuk dibawa ke tempat fermentasi, sedang plasenta yang melekat pada
biji dibuang.
Kadar kulit buah berkisar 61.0 – 86.4% dengan rata-rata 74.3%. dan kadar
Fermentasi
baik dan memiliki aroma serta cita rasa khas coklat. Citra rasa khas coklat
ditandai dengan warna ungu, bertekstur pejal, rasanya pahit dan sepat, sedang
yang berlebihan fermentasi akan mudah pecah, berwarna coklat seperti coklat tua,
keranjang. Kotak dibuat dari kayu dengan lubang didasarnya untuk membuang
cairan fermentasi atau keluar masuknya udara. Biji ditutup dengan daun pisang
atau karung goni untuk mempertahankan panas. Selanjutnya diaduk setiap hari
atau dua hari selama waktu 6-8 hari. Kotak yang kedalamannya 42 cm cukup
diaduk sekali saja selama 2 hari. Tingkat keasamannya lebih rendah dibandingkan
lebih dari 42 cm. Fermentasi tidak boleh lebih dari 7 hari. Setelah difermentasi biji
kakao segera dikeringkan. Pemecahan buah dan biji dalam kotak fermentasi
biji kakao segar di atas daun pisang hingga membentuk kerucut. Permukaan atas
ditutup daun pisang atau lainnya yang memungkinkan udara masuk, kemudian
ditindih dengan potongan kayu. Pada metode ini, fermentasi dilakukan selama 6
hari dengan pengadukan dua kali. Fermentasi harus dilakukan ditempat teduh agar
rotan yang telah dilapisi daun pisang dengan kapasitas lebih dari 20 kg.
yang sama kemudian ditutup kembali. Lama fermentasi tidak boleh lebih dari
7 hari.
dilakukan atas dasar permintaan pasar. Tujuan perendaman dan pencucian adalah
memperbaiki penampakan biji dan mengurangi kadar kulit. Biji yang dicuci
biaya produksi.
Tahapan perendaman dan pencucian biji adalah biji direndam selama 1 - 2
jam, kemudian dilakukan pencucian ringan secara manual atau mekanis. Biji
kakao dari buah yang sudah diperam selama 7– 12 hari tidak perlu dicuci karena
melekat pada biji. Biji direndam selama 3 jam untuk meningkatkan jumlah biji
bulat dan penampilan menarik. Kadar kulit biji yang dikehendaki maksimum
Saat ini telah dihasilkan mesin cuci kakao berkapasitas 2 ton biji
segar/jam. Pencucian dimulai pukul 03.00 dan diakhiri pukul 10.00 sehingga
Tujuan utama pengeringan adalah mengurangi kadar air biji dari 60%
tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat. Pengeringan dilakukan dengan
Penjemuran cara yang paling baik dan murah. Kapasitas per m2 lantai
adalah 15 kg. Biji kakao dapat kering setelah 7-10 hari. Selama penjemuran
hamparan biji perlu dibalikkan 1-2 jam sekali. Selama penjemuran biji dirawat
dengan membuang serpihan kulit buah, plasenta, material asing dan biji yang
cacat.
Pada daerah yang curah hujannya agak tinggi dan produksi biji kakao
Tempering adalah proses penyesuaian suhu pada biji dengan suhu udara
sekitarnya setelah dikeringkan, agar biji tidak mengalami kerusakan fisik pada
kg biji kakao kering/m2. Sortasi kemudian dilakukan lagi setelah 5 hari dan
dilakukan pengemasan.
Sortasi
berdasarkan ukuran, dan memisahkan dari kotoran atau benda asing lainnya
memisahkan biji kakao berdasarkan ukuran. Sesuai dengan SNI biji kakao No
ukuran yaitu :
Biji kakao kering dan bersih dikemas dalam karung bersih dan disimpan
dalam gudang.
1. Biji yang telah disortasi kemudian dikemas dalam karung, dengan berat bersih
2. Setiap karung diberi label yang menunjukkan nama komoditi, jenis mutu dan
kakao.
ventilasi cukup, dan tidak dicampur dengan produk pertanian lainnya yang
4. Tumpukan maksimum biji kakao adalah 6 karung, tumpukan karung diberi alas
dengan palet dari papan-papan kayu setinggi 8 – 10 cm, jarak dari dinding 15 –
Standard Mutu
Standar mutu diperlukan sebagai tolok ukur untuk pengawasan mutu.
Setiap biji kako yang akan dipasarkan harus memenuhi persyaratan tersebut dan
Indonesia Biji Kakao (SNI 2323:2008/ Amd 1:2010). Standar mutu terbagi atas
dua syarat mutu, yaitu syarat umum dan syarat khusus (Tabel 1 dan 2). Secara
umum syarat umum biji kakao yang tertera di dalam SNI ditentukan atas dasar
Untuk mendapatkan mutu biji kakao yang memenuhi standar, seragam, dan
konsisten, setiap tahapan proses harus diawasi secara reguler dan berkelanjutan
agar pada saat terjadi penyimpangan, suatu tindakan koreksi yang tepat sasaran
dapat segera dilakukan. Pengawasan proses dan kontrol mutu biji kakao harus
menghasilkan biji yang memiliki mutu tinggi. Tetapi selain karena faktor
penyakit
Penanganan proses budidaya yang baik dan benar akan menghasilkan biji
(sebagai bahan mentah olahan) yang bermutu tinggi, dan begitupun sebaliknya
bahan mentah olahan) yang bermutu rendah, sebagai contoh bobot biji tidak
seragam, Infestasi hama atau penyakit dalam biji sehingga ketika masuk sortasi
maka banyak biji yang tidak sesuai standar mutu akan tersortasi dan tidak bisa
penerimaan. Biaya yang dimasukkan dalam penelitian ini meliputi semua biaya
yang dikeluarkan petani untuk proses produksi yang merupakan variabel terdiri
atas pembelian pupuk, pestisida dan upah tenaga kerja. Jumlah dan nilainya
bervariasi sesuai dengan kemampuan petani. Hasil penelitian Dewi Sahara et al.
kakao di Kabupaten Kolaka adalah luas areal dan harga pupuk. artinya
analisis akan sangat bervariasi berdasarkan kemampuan petani dan harga pada
tahun tersebut serta nilai rupiah, kakao masih layak diusahakan karena B/C lebih