PENDAHULUAN
Sifilis
merupakan
penyakit
infeksi
menular
seksual
(IMS)
yang
menyebar
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan Hoffman ialah
Treponema pallidum yang termasuk dalam ordo Spirochaetales, familia Spirochaetaceae, dan
genus Treponema. Bentuknya sebagai spiral teratur, panjangnya antara 6,15um, lebar
0,15um,terdiri atas delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi
sepanjangaksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan
melintang, padastadium aktif terjadi setiap 30 jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat
dilakukan di luarbadan. Di luar badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah
untuk transfusidapat hidup 72 jam.
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi menurut WHO berdasarkan faktor epidemiologi :
Sifilis dini
Sifilis lanjut
Sifilis dini
Sifilis lanjut
2.5 Patogenesis
A.Stadium dini
Pada sifilis yang didapat T.pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atauselaput
lendir, biasanya melalui senggama. Kuman tersebut membiak, jaringanbereaksi dengan
membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel-selplasma, terutama di
perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi dikelilingi oleh T.pallidum dan
Masa tunas biasanya dua sampai empat minggu (2-4 minggu). T.pallidum masuk ke dalam
selaput lendir atau kulit yang telah mengalami lesi/mikrolesisecara langsung, biasanya
melalui senggama. Treponema tersebut akan berkembang biak kemudian terjadi penyebaran
secara limfogen dan hematogen. Kelainan kulit di mulai sebagai papul lentikuler yang
permukaannya segera menjadi erosi, umumnya kemudian menjadi ulkus. Ulkus tersebut
biasanya bulat, soliter, dasarnya ialah jaringan granulasi berwarna merah dan bersih ,
diatasnya hanya tampak serum. Dindingnya tak bergaung, kulit di sekitarnya tidak
menunjukkan tanda-tanda radang akut. Yang khas ialah ulkus tersebut indolen dan teraba
indurasi karena itu disebut ulkus durum.
Kelainan tersebut dinamakan afek primer dan umumnya berlokasi pada genitalia eksterna.
Padapria tempat yang sering dikenai ialah sulkus koronius, sedangkan pada wanitadi labia
minor dan mayor. Selain juga dapat di ekstragenital, misalnya di lidah,tonsil, dan anus.Afek
primer tersebut sembuh sendiri antara tiga sampai sepuluh minggu.Seminggu setelah afek
primer, biasanya terdapat pembesaran kelenjar getahbening regional di inguinalis medialis.
Keseluruhannya disebut kompleksprimer. Kelenjar tersebut soliter, indolen tidak lunak,
besarnya biasanya lentikuler, tidak supuratif. Kulit diatasnya tidak menandakan tandatandaradang akut. Istilah sif ilis demblee dipakai, jika tidak terdapat efek primer. Kuman
masuk ke jaringan yang lebih dalam, misalnya pada transffusi darah atau suntikan.
2. Sifilis sekunder (SII)
Biasanya SII timbul setelah 6-8 minggu sejak SI dan sejumlah 1/3 kasus masihdisertai SI.
Lama SII dapat sampai sembilan bulan. Berbeda dengan SI yangtanpa disertai gejala
konstitusi, pada SII dapat disertai gejala tersebut yang terjadi sebelum atau selama SII.
Gejalanya umumnya tidak berat, berupaanoreksia, turunnya berat badan, malese, nyeri
kepala, demam yang tidak tinggi, dan atralgia.Kelainan kulit dapat menyerupai berbagai
penyakit kulit sehingga disebut thegreat imitator. Selain pada kulit SII juga dapat
menyebabkan kelainan padamukosa, kelenjar getah bening, mata , hepar, tulang, dan
syaraf.Kelainan kulit yang membasah (eksudatif) pada SII sangat menular, kelainanyang
kering kurang menular. Kondiloma lata dan plaque muqueuses Ialah bentuk yang sangat
menular.Gejala yang penting untuk membedakan dengan penyakit kulit yang lain ialah
Kelainan kulit pada SII umumnya tidak gatal, sering disertai limfadenitis generalisata, pada
SII dini kelainan kulit juga terjadi pada telapak tangan dankaki.Antara SII dini dan SII lanjut
terdapat perbedaan. Pada SII dini kelainan kulitgeneralisata, simetrik, dan lebih cepat hilang
(beberapa hari hinggga beberapaminggu ). Pada SII lanjut tidak generalisata lagi, melainkan
setempat-setempat, tidak simetris dan lebih lama bertahan (beberapa minggu hinggabeberapa
bulan).
SII pada mukosa
Biasanya timbul bersama-sama dengan eksantema pada kulit, kelainan padamukosa disebut
enantem, terutama terdapat pada mulut dan tenggorok.Umumnya berupa makula eritematosa,
yang cepat berkonfluensi sehingga membentuk eritem yang difus, berbatas tegas dan disebut
angina sifilitikaeritematosa. Keluhannya nyeri pada tenggorok, terutama pada waktu
menelan. Seringfaring juga diserang, sehingga memberi keluhan suara parau. Pada
eritematersebut kadang-kadang terbentuk bercak putih keabu-abuan, dapat erosif dan nyeri.
Kelainan lain ialah yang disebut plaque muqueuses (mucous patch), berupa papul
eritematosa, permukaannya datar, biasanya miliar atau lentikuler,timbulnya bersama-sama
dengan SII bentuk papul pada kulit. Plaque muqueuses tersebut dapat juga terletak di selaput
lendir alat genital danbiasanya erosif. Umumnya kelainan pada selaput lendir tidak nyeri,
lamanyabeberapa minggu.
Kelainan selaput lendir
Lesi pertama umumnya terlihat antara 3-10 tahun setelah S I. Kelainan yang khas adalah
gumma, yakni infiltrat sirkumskrip, kronis, biasanya melunak dan destruktif. Besar gumma
bervariasi dari lentikuler sampai sebesar telur ayam. Kulit diatasnya mula-mula tidak
menunjukkan tanda-tanda radang akut dan dapat digerakkan.setelah beberapa bulan mulai
melunak, biasanya mulai dari tengah,tanda-tanda radang mulai tampak, kulit menjadi
eritematosa dan livid serta melekat terhadap gumma tersebut. Kemudian terjadi perforasi dan
keluarlahcairan
seropurulen,
kadang-kadang
sanguinolen,
pada
beberapa
kasus
pertumbuhannya
lambat
yakni
beberapaminggu/bulan
dan
umumnya
Paling sering menyerang tibia, tengkorak, bahu, femur, dan humerus. Gejalanyeri biasanya
pada malam hari. Terdapat dua bentuk, yakni periostitisgumatosa dan osteitis gumatosa,
kedua-duanya dapat didiagnosa dengan sinar-x.
S III pada alat dalam
Hepar merupakan organ intra abdominal yang paling sering diserang. Gummabersifat
multiple, jika sembuh terjadi fibrosis, hingga hepar mengalamiretraksi, membentuk lobuslobus tidak teratur yang disebut hepar lobatum.Esofagus dan lambung dapat pula dikenai,
meskipun jarang. Gumma dapatmenyebabkan fibrosis. Pada paru juga jarang, gumma soliter
dapat terjadi didalam atau di luar bronkus, jika sembuh terjadi fibrosis dan menyebabkan
bronkiektasis. Gumma dapat menyerang ginjal, vesika urinaria, dan prostat,meskipun jarang.
S III pada ovarium jarang, pada testis kadang-kadang berupa gumma atau fibrosis interstitial,
tidak nyeri, permukaanya rata dan unilateral,kadang-kadang memecah ke bagian anterior
scrotum.
2.7 Sifilis Kongenital
Sifilis kongenital pada bayi terjadi, jika ibunya terkena sifilis, terutama sifilis dinisebab
banyak T.palidum beredar dalam darah. Treponema masuk secra hematogen ke janin melalui
plasenta yang sudah dapat terjadi pada saat masa kehamilan 10 minggu.Sifilis yang mengenai
wanita hamil gejalanya ringan. Pada tahun I setelah infeksiyang tidak diobati terdapat
kemungkinan penularan sampai 90%. Jika ibu menderitasifilis laten dini, kemungkinan bayi
sakit 80 % , bila sifilis lanjut 30%.Pada kehamilan yang berulang, infeksi janin pada
kehamilan yang kemudian menjadi berkurang. Misalnya pada hamil pertama akan terjadi
abortus pada bulan ke lima, berikutnya lahir mati pada bulan kedelapan, berikutnya janin
dengan sifilis kongenital yang akan meninggal dalam beberapa minggu, diikuti oleh dua
sampai tiga bayi yang hidup dengan sifilis kongenital. Akhirnya akan lahir seorang atau lebih
bayi yang sehat. Keadaan ini disebut hukum kossowitz. Gambaran klinis dapat dibagi
menjadi sifilis kongenital dini (prekoks), sifilis kongenital lanjut (tarda), dan stigmata. Batas
antara dini dan lanjut ialah dua tahun.Yang dini bersifat menular, jadi menyerupai S II,
sedangkan yang lanjut berbentuk gumma dan tidak menular. Stigmata berarti jaringan parut
atau deformitas akibat penyembuhan kedua stadium tersebut.
1. Sifilis kongenital dini
Kelainan kulit yang pertama kali terlihat pada waktu lahir ialah bula
bergerombol,simetris pada telapak tangan dan kaki, kadang-kadang pada tempat lain
Umumnya terjadi antara umur tujuh sampai lima belas tahu. Gumma dapat menyerang
kulit, tulang, selaput lendir, dan alat dalam. Yang khas ialah gumma pada hidung dan
mulut. Jika terjadi kerusakan di septum nasi akan terjadi perforasi, bila meluas
menjadi dekstruksi seluruhnya hingga hidung mengalami kolaps dengan deformitas.
Gumma pada palatum mole dan durum juga seringterjadi sehingga menyebabkan
perforasi pada palatum. Periostitis sifilitika pada tibia umumnya mengenai 1/3tengah
tulang danmenyebabkan penebalan yang disebut sabre tibia. Osteoperiotiitis setempat
padatengkorak berupa tumor bulat yang disebut parrots nodus, umumnya terjadi
padadaerah frontal dan parietal.Keratitis merupakan gejala yang paling umum,
biasanya terjadi antara umur tigasampai tiga puluh tahun, insidensinya 25% dari
penderita dengan sifiis kongenital dan dapat menyebabkan kebutaan. Akibat
diserangnya nervus VIII terjadi ketulian yang biasanya bilateral.
3. Stigmata
Stigmata pada lesi dini
Fasies
Akibat rinitis yang parah dan terus-menerus pada
bayi,
akan
Terbentuknya
dari
papul-papul
yang
berkonfluensi,
akibat
Kornea
Keratitis interstitsial dapat meninggalkan keruhan pada lapisan dalam kornea.
Sikatriks gumatosa
Gumma pada kulit meninggalkan sikatriks yang hipotrofi seperti
kertasperkamen. Pada palatum dan septum nasi meninggalkan perforasi.
Tulang
Osteoporosis gumatosa meninggalkan deformitas sebagai sabre tibia.
Nodusperiosteal yang menyembuh sering memberi prominen yang abnormal
danpelebaran regio frontalis yang disebut frontal bossing. Kalianan ini
bersama dengan saddle nose dan bulldog jaw disebut buldog facies.
Trias hutchinson
Trias hutchinson ialah sindrom yang terdiri dari keratitis intertisisal,
gigihutchinson, dan ketulian nervus VIII.
2.8 Pemeriksaan untuk Diagnosa
1. Pemeriksaan Treponema pallidum
Pemeriksaan - mikroskop lapangan gelap : melihat pergerakkan Treponema
Pewarnaan Burri (tinta hitam) : tidak adanya pergerakan Treponema, - T. Pallidum telah mati
kuman berwarna jernih dikelilingi oleh lapangan yang berwarna hitam.
2. Serologi Tes sifilis (STS)
STS penting untuk diagnosis dan pengamatan hasil pengobatan.Prinsip pemeriksaan STS mendeteksi bermacam antibodi yangberlainan akibat infeksi T. pallidum
Klasifikasi STS
Tes Non Treponema : kardiolipin, lesitin dan kolesterol
Tes Treponema : Treponema pallidum hidup / mati / fraksi Treponema pallidum
Ketepatan hasil STS dinilai berdasarkan :
2. Tes imunofluoresensi
a. Fluorecent Treponemal Antibody Absorption Test (FTA-Abs)
Tes ini paling sensitif (90 %), bisa untuk mendeteksi Ig G
False (+) pada :
Keganasan
Anemia hemolitik
Lupus eritematosus
Sirosis hepatik
Rheumatoid arthritis
Kehamilan Skleroderma
Infeksi virus, Vaksinia
Drug induced LE
Orang normal
2.9 Pengobatan
Obat pilihan untuk Therapi sifilis adalah Penisilin
Tidak dianjurkan pemberian penisilin oral
Prinsip Therapi sifilis adalah kadar obat harus dapat bertahan dalam serum selama 10 14
hari untuk sifilis dini & lanjut, 21 hari untuk neurosifilis dan sifilis kardiovaskular.
Kadar penisilin yg diperlukan cukup 0,03 unit/ml selama 10 14 hari
Cara & dosis pemberian penisilin dalam kepustakaan masih berbeda.
Dosis total yang dianjurkan :
S I : 4,8 juta unit
S II : 6 juta unit
S III : 9 juta unit
Dosis yang dianjurkan oleh WHO (1982 yaitu :
dengan
tujuan
untuk
menilai
hasil
Therapi
&
BAB III
ILUSTRASI KASUS
I.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. IM
Pendidikan
: S1. Pendidikan
Umur
: 35 tahun
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Laki-laki
Suku
: Melayu
Pekerjaan
: Honorer
No.MR
:-
Alamat
: jl. Pekanbaru-Bangkinang
Tanggal
: 22 Juni 2015
Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan terdapat benjolan berisi air
banyak hingga ke punggung dan terkadang terasa gatal dan terasa nyeri
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku mengalami demam sejak 1 minggu yang lalu
Riwayat sakit cacar air pada saat kecil
Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien mengalami hal yang serupa
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah berobat dan diberikan obat asam mefenamat 2 x 500 mg
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Keadaan umum
: Tidak tampak sakit
Kesadaran
: Composmentis kooperatif
Tanda vital
- Tekanan darah
: Tidak diperiksa
- Nadi
: Tidak diperiksa
- Nafas
: Tidak diperiksa
- Suhu
: Tidak diperiksa
Keadaan gizi
: baik
Pemeriksaan thorax
: Tidak diperiksa
Pemeriksaan abdomen : Tidak diperiksa
Status Dermatologis
Lokasi
: Regio abdomen dan punggung
Distribusi
: herpetiformis
Bentuk
: Sirsinar
Susunan
Batas
Ukuran
Efloresensi
: Sirsinar
: Sirkumskrip
: miliar-lentikular
: vesikel berkelompok dengan dasar eritema, bulla
Kelainan mukosa
Kelainan Mata
Kelainan kuku
Kelainan Rambut
Kelainan KGB
III.
Pemeriksaan Penunjang
Tes PCR dn Tes Tzank
IV.
Resume
Terdapat benjolan berisi cairan berwarna bening dibagian perut dan punggung
sejak 6 hari yang lalu. Awalnya benjolan diperut dan kemudian kemudian semakin
banyak hingga ke punggung dan terkadang terasa gatal dan terasa nyeri. Pasien
mengaku mengalami demam sejak 1 minggu yang lalu Riwayat sakit cacar air pada
saat kecil. Ayah pasien mengalami hal yang serupa. Pasien pernah berobat dan
V.
VI.
VII.
VIII.
Penatalaksanaan
a. Umum
Jangan digaruk karena ditakutkan dapat menimbulkan infeksi sekunder
b. Khusus
a.Sistemik : anti nyeri : asam mefenamat 3 x 500 mg
: antihistamin : cetirizin 2 x 10 mg
: antivirus : aciklovir 5 x 800 mg
Prognosis
Quo ad sanam
: Bonam
Quo ad vitam
: Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad kosmetikum : Qua ad Bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda adhi,dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. edisi IV. Jakarta : 2005
2. A.Price Silvia dan m.Wilson Lorraine, 2006. Patofisiologi. edisi 6.EGC: Jakarta
3. Mansjoer arif,dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran.Edisi III. Media Aesculapius
Fakultas Kedoketran Universitas Indonesia : Jakarta Rani A azis,dkk, 2005.
4. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
5. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia :
Jakarta
6. Sudoyo aru W, 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta