Anda di halaman 1dari 15

Laporan Kasus

PITIRIASIS VERSIKOLOR

Oleh
Fatimah Syakirah, S.Ked
04124705041

Pembimbing
Dr. Fitriani, Sp.KK

BAGIAN/DEPARTEMEN ILMU KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2014

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kasus dengan judul:
Pitirasis Versikolor
oleh
Fatimah Syakirah, S.Ked
04124705041

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang.

Palembang, Juni 2014

Dr. Fitriani, Sp.KK

STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Agama
Status
Pekerjaan
Pendidikan
Suku
Alamat
No. Rekam Medik
Tanggal Kunjungan

: Tn. DI
: 72 tahun
: Laki-laki
: Islam
: Menikah
:: Tamat SD
: Palembang
: Jl. Rimba Kemuning 20 Ilir, Palembang
: 826930
: 16 Juni 2014 (Kunjungan Pertama)

II. ANAMNESIS (Autoanamnesis tanggal 16 Juni 2014, pukul 11.00 WIB)


Keluhan Utama :
Timbul bercak putih di kedua lengan atas, perut, dada, dan punggung yang
semakin meluas sejak 2 pekan yang lalu.
Keluhan Tambahan :
Gatal
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Kisaran 2 tahun yang lalu, timbul bercak putih sebanyak 3 buah di
kedua lengan atas pasien seukuran kepala jarum pentul. Bercak tidak
terasa gatal. Pasien tidak berobat. Keluhan bercak putih tidak ada
perubahan.
Kisaran 1 tahun yang lalu, muncul bercak putih baru di perut dan
dada masing-masing 1 buah seukuran kepala jarum pentul. Bercak putih di
kedua lengan atas makin bertambah banyak dan melebar sampai seukuran
telapak tangan. Bercak terasa gatal terutama jika berkeringat. Pasien
menggaruk bercak hingga tampak ada sisik halus berwarna putih. Pasien
tidak berobat. Keluhan bercak putih dan gatal tidak ada perubahan.

Kisaran 4 bulan yang lalu, muncul bercak putih baru di punggung


sebanyak 2 buah, seukuran kepala jarum pentul. Bercak terasa gatal.
Pasien menggaruk bercak hingga tampak ada sisik halus berwarna putih.
Pasien menaburkan bedak (pasien tidak tahu nama bedak) pada bercak
putih 1-2x sehari. Bedak diperoleh dari warung. Keluhan gatal berkurang.
Keluhan bercak putih tidak ada perubahan.
Kisaran 2 pekan yang lalu, bercak putih di kedua lengan atas,
perut, dada, dan punggung semakin meluas sampai seukuran telapak
tangan. Bercak putih terasa gatal dan disertai sisik halus berwarna putih.
Pasien masih menggunakan bedak. Keluhan bercak putih dan gatal tidak
membaik. Pasien kemudian berobat ke poli IKKK RSMH Palembang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kurang rasa atau mati rasa pada bercak putih disangkal.
Riwayat timbul keluhan yang sama berupa bercak putih gatal

sebelumnya disangkal.
Riwayat bercak merah dan luka sebelum muncul bercak disangkal.

Riwayat terpapar sinar matahari dalam waktu yang lama disangkal.

Riwayat kontak dengan penderita kusta disangkal.

Riwayat nafas mengi dan bersin di pagi hari disangkal.

Riwayat timbul bintik merah setelah makan makanan tertentu


disangkal.

Riwayat kencing manis disangkal.

Riwayat

penggunaan

obat-obatan

jangka

panjang

seperti

kortikosteroid disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat timbul bercak putih yang gatal pada anggota keluarga
disangkal.

Riwayat anggota keluarga yang memiliki bercak putih yang mati


rasa dan kemampuan menggenggam berkurang disangkal.

Riwayat timbul bercak merah setelah makan makanan tertentu pada


anggota keluarga disangkal.

Riwayat Higiene dan Kebiasaan


Pasien mengaku sering beraktivitas di bawah sinar matahari dan
berkeringat. Penderita mandi dua kali sehari dengan air ledeng dan
menggunakan sabun mandi batangan. Penderita jarang mengganti baju
meski berkeringat.
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien tidak bekerja, keperluan sehari-hari pasien dibiayai oleh
anaknya yang bekerja sebagai penjual baju.
Kesan: Status sosial ekonomi menengah ke bawah.
III. PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 16 Juni 2014 pukul 11.00 WIB)
Status Generalikus
Keadaan Umum
: tampak sakit ringan
Kesadaran
: kompos mentis
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: 36,8 oC
Pernapasan
: 20 x/menit
Tinggi Badan
: 160 cm
Berat Badan
: 58 kg
IMT
: 22,66
Gizi
: normoweight
Keadaan Spesifik
Kepala

Facies leonina tidak ada


Mata

: Konjungtiva palpebra tidak pucat, sklera tidak


ikterik, lagoftalmus tidak ada, orbital darkening
tidak ada, lipatan Dennie-Morgan tidak ada.

Hidung

: Saddle nose (-)

Telinga

: Globus tidak ada

Mulut

: Stomatitis tidak ada, cheilitis tidak ada

Tenggorokan

: Faring tidak hiperemis, tonsil tidak membesar

Leher

: Tidak ada pembesaran KGB pada inspeksi dan


palpasi, JVP (5-2) cmH2O

Dada

: Simetris, retraksi tidak ada

Jantung

: HR=84 x/menit, bunyi jantung normal, murmur


tidak ada, gallop tidak ada

Paru-Paru

: Vesikuler (normal), ronchi tidak ada, wheezing


tidak ada

Kulit
Abdomen
Kulit
Ekstremitas
Ekstremitas superior

: Lihat status dermatologikus


: Simetris, datar, bising usus (+) normal.
: Lihat status dermatologikus
: Edema tidak ada, deformitas tidak ada.
: Claw hand tidak ada, claw toes tidak ada, drop
hand tidak ada

Ekstremitas inferior

: Claw toes tidak ada, drop foot tidak ada

Kulit

: Lihat status dermatologikus

KGB

: Tidak ada pembesaran dan tidak ada nyeri tekan


KGB di regio aurikula, submandibula, koli, aksila,
dan inguinal pada inspeksi dan palpasi.

Pemeriksaan Fungsi Saraf Tepi


I. Palpasi
- Nervus (N.) aurikularis magnus dekstra et sinistra:
tidak ditemukan pembesaran saraf, tidak nyeri.
- N. ulnaris dekstra et sinistra

tidak ditemukan pembesaran saraf, tidak nyeri.


- N. radialis dekstra et sinistra

tidak ditemukan pembesaran saraf, tidak nyeri.


- N. medianus dekstra et sinistra
tidak ditemukan pembesaran saraf, tidak nyeri.

- N. peroneus komunis dekstra et sinistra

tidak ditemukan pembesaran saraf, tidak nyeri.


- N. tibialis posterior dekstra et sinistra

tidak ditemukan pembesaran saraf, tidak nyeri.


II. Tes Fungsi Saraf
1. Tes Sensorik:
- Rasa nyeri : sensibilitas baik
- Rasa raba : sensibilitas baik
- Rasa suhu : tidak dilakukan
2. Tes Otonom

: tidak dilakukan

3. Tes Motorik
- N. ulnaris dekstra et sinistra

: kekuatan otot jari kelingking


kanan dan kiri: baik

- N. medianus dekstra et sinistra

: kekuatan otot ibu jari kanan


dan kiri : baik

- N. radialis dekstra et sinistra

: kekuatan otot pergelangan


tangan kanan dan kiri : baik

- N. peroneus komunis dekstra et sinistra ` : kekuatan otot pergelangan


kaki kanan dan kiri : baik

Status Dermatologikus:
Regio brachii dekstra et sinistra, torakalis, abdominalis, trunkus posterior
Makula-patch: hipopigmentasi, multipel, lentikuler sampai dengan plakat,
ireguler, diskret sebagian konfluens, sebagian ditutupi skuama halus, putih,
selapis.

Gambar 1. Regio brachii dekstra

Gambar 2. Regio brachii sinistra

Gambar 3. Regio torakalis dan abdominalis

Gambar 4. Regio trunkus posterior

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Dilakukan pengerokan skuama pada regio trunkus posterior dengan
penambahan KOH 10%. Hasil: ditemukan gambaran spaghetti and
meatballs.

Gambar 5 Gambaran hasil pemeriksaan kerokan kulit dengan penambahan


tetesan KOH 10% tampak dengan pembesaran 40x

2.

Dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan lampu wood ditemukan


efloresensi kuning keemasan.

Gambar 6. Hasil pemeriksaan lampu wood memberikan gambaran kuning keemasan pada
pitiriasis versikolor

V. RESUME
Tn. DI, 72 tahun, datang ke poliklinik IKKK RSMH dengan keluhan
utama timbul bercak putih di kedua lengan atas, perut, dada, dan punggung
yang semakin meluas sejak 2 pekan yang lalu. Kisaran 2 tahun yang lalu,
timbul patch hipopigmentasi 3 buah di regio brachii, ukuran milier. Kisaran 1
tahun yang lalu, muncul patch hipopigmentasi di regio abdominalis dan
torakalis, soliter, milier. Patch hipopigmentasi di regio brachii bertambah
banyak dan melebar sampai seukuran plakat. Pruritus (+) terutama jika
berkeringat. Skuama (+) halus, putih. Kisaran 4 bulan yang lalu, muncul patch
hipopigmentasi di regio trunkus posterior, 2 buah, milier. Pruritus (+). Skuama
(+) halus, putih. Pasien menaburkan bedak pada patch 1-2x sehari. Kisaran 2
pekan yang lalu, patch di regio brachii, abdominalis, torakalis, trunkus
posterior, semakin meluas sampai seukuran plakat. Pruritus (+). Skuama (+)
halus, putih. Pasien kemudian berobat ke poli IKKK RSMH Palembang.
Dari pemeriksaan fisik, status generalikus dan keadaan spesifik dalam
batas normal. Status dermatologikus regio brachii dekstra et sinistra, torakalis,
abdominalis, trunkus posterior, terdapat makula-patch hipopigmentasi,
multipel, lentikuler sampai dengan plakat, ireguler, diskret sebagian konfluens,
sebagian ditutupi skuama halus, putih, selapis. Pada pemeriksaan penunjang
dengan KOH 10%, ditemukan gambaran spaghetti and meatballs. Pada
pemeriksaan menggunakan lampu wood ditemukan efloresensi kuning
keemasan.
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. Pitiriasis versikolor

10

2. Pitiriasis alba
3. Hipopigmentasi pasca inflamasi
4. Morbus Hansen tipe borderline lepromatosa
VII. DIAGNOSIS KERJA
Pitiriasis versikolor
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Biakan jamur menggunakan agar Sabourraud ditambah minyak zaitun.
IX. PENATALAKSANAAN
Umum:
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang dideritanya disebabkan
infeksi jamur.
2. Menyarankan kepada pasien untuk menghindari suasana lembab dan
keringat berlebih.
3. Menyarankan kepada pasien untuk memakai obat secara teratur serta
tidak menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter.
Khusus:
Topikal

Sampo ketokonazol 2% 2x sehari dioleskan pada bercak putih 30 menit


sebelum mandi selama 2 minggu.
Sistemik :
Tablet ketokonazol 200 mg/hari /oral selama 4 minggu.
Tablet loratadin 1 x 10 mg/hari/oral bila gatal.
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam

: bonam
: bonam
: bonam

11

DISKUSI
1. Mengapa terjadi hipopigmentasi pada pitiriasis versikolor?
Hipopigmentasi pada pitiriasis versikolor disebabkan

oleh

metabolit Malessezia spp., yaitu:1,3


Azelaic acid, asam dikarboksilat yang bersifat menghambat aksi

tirosinase dalam melanogenesis.


Pityriactrin, akan menyerap sinar ultraviolet.
Malassezin, agonis reseptor aryl hydrocarbon yang merangsang
apoptosis melanosit.

2. Apakah bercak hipopigmentasi pitiriasis versikolor akan meninggalkan


bekas permanen?
Bercak hipopigmentasi pada pitiriasis versikolor tidak akan
meninggalkan bekas permanen, hanya saja perlu waktu beberapa bulan
sampai warnanya kembali sama seperti kulit sekitar.1,2,3
3. Pada kasus ini, apakah diperlukan pemeriksaan anjuran berupa basil tahan
asam (BTA)?
Pemeriksaan BTA (+) merupakan diagnosis pasti morbus hansen. 1
Pada kasus ini, pemeriksaan BTA belum dibutuhkan karena berdasarkan

12

hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, diagnosis


ke arah morbus hansen sudah bisa disingkirkan.
4. Pada situasi praktek dokter umum, bolehkah pitiriasis versikolor diterapi
hanya berdasarkan klinis, tanpa pemeriksaan KOH, lampu wood, dan
biakan?
Diagnosis pitiriasis versikolor ditegakkan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti dengan
konfirmasi mikroskopik melalui pemeriksaan KOH, berupa ditemukannya
gambaran hifa pendek dan spora (spaghetti and meatballs). Pemeriksaan
lampu wood memberikan gambaran efloresensi kuning keemasan. Biakan
dengan media yang mengandung lipid (misalnya minyak zaitun) dapat
dilakukan, namun jarang diperlukan.1,2,3
Pada praktek dokter umum, pitiriasis versikoolor boleh diterapi
hanya berdasarkan klinis pasien. Namun demikian, jika fasilitas mencukupi,
pemeriksaan KOH dan lampu wood seyogyanya dilakukan.
5. Bagaimana pemberian obat anti jamur pada pasien pitiriasis versikolor?
Umum disepakati bahwa pengobatan selama minimum 2 minggu
akan memberikan hasil yang cukup baik.4
a. Topikal
Beberapa agen topikal yang dapat digunakan adalah selenium
sulfat, zinc pyrithione, sodium sulfacetamide, ciclopiroxolamine,
golongan azol dan alyllamine. 1

Lotio selenium sulfat 2,5%, digunakan 7-10 menit sebelum mandi,


3-4x/minggu. Untuk lesi yang luas, dipakai setiap hari.

Shampo ketokonazol 2% digunakan 5 menit sebelum mandi, selama


3 hari.

Solution terbinafin 1% 2xsehari selama 7 hari.1

b. Sistemik
Terapi sistemik diberikan, jika:1
a. Lesi luas
b. Sering rekuren

13

c. Gagal dengan obat topikal


Berikut pilihan terapi sistemik yang biasa digunakan:1

Ketokonazol 200 mg perhari peroral selama 7-10 hari, atau dosis


tunggal 400 mg.

Itrakonazol 200-400 mg perhari peroral selama 3-7 hari, atau dosis


tunggal 400 mg.

Flukonazol dosis tunggal 400 mg.

Terbinafin dan allylamine tidak direkomendasikan pada pengobatan


pitiriasis versikolor.1

Tabel 1. Daftar obat untuk pitiriasis versikolor yang ada di Indonesia:3


Nama
Obat topikal
Berbagai
derivat
azol,
misal
mikonazol
Terbinafin

Sediaan/dosis

Cara penggunaan

Keterangan

Krim 1-2%

1-2x/hari

Untuk lesi terbatas

krim

1-2x/hari

Untuk lesi terbatas.


Tidak
dianjurkan
FDA untuk pitiriasis
versikolor

Ketokonazol

Sampo 2%

Selenium sulfida

Sampo 1,8%

Sodium tiosulfat

Solusio
25%

1x5
menit/hari
sebelum mandi
a. Minimum
1x10
menit/hari sebelum
mandi
b. Setiap 2 hari sekali,
tiap malam sebelum
tidur
2x/hari setiap hari

Propylene glycol
Zinc pyrithione

Solusio 50%
Sampo

Obat sistemik
Ketokonazol

Tablet 200 mg

Itrakonazol

Kapsul
mg

20-

100

Mewarnai
pakaian,
tidak untuk wajah dan
genitalia

Bau menyengat, sulit


hilang,
sebaiknya
tidak untuk wajah

2x/hari
Dioleskan 5 menit/hari
selama 2 minggu
a. 1
tablet/hari
selama 7-10 hari
b. Dosis tunggal 2
tablet atau diulang
hingga 4 dosis
a. 800-1000
mg
terbagi dalam 5
hari
b. 200-400 mg/hari
selama 3-7 hari

14

Perhatian pada efek


samping dan interaksi
obat
Perhatian pada efek
samping dan interaksi
obat

Flukonazol

Tablet 50 mg
dan 150 mg

c. 400 mg dosis
tunggal
400 mg dosis tunggal
atau diulang setelah 2
minggu

Tidak
dianjurkan
FDA untuk pitiriasis
versikolor

Daftar pustaka
1. Kundu RV, Garg A. Yeast infections: candidiasis, tinea (pityriasis)
versicolor, and Malassezia (Pityrosporum) folliculitis. In: Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, editors. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: McGraw Hill; 2012.
p.2307-10.
2. James WD, Berger TG, Elston DM. Diseases resulting from fungi and
yeasts. Andrews Disease of The Skin Clinical Dermatology. 10 th ed.
Canada: Elsevier Inc; 2006. p.313-14.
3. Radiono S, Suyoso S, Bramono K. Dalam Bramono K, Suyoso S, Indriatmi
W, Ramali LM, Widaty S, Ervianti E. Dermatomikosis superfisialis:
pedoman untuk dokter dan mahasiswa kedokteran. Edisi kedua. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2013. p.24-34.
4. Mellen LA, Vallee J, Feldman SR, Fleischer AB. Treatment of pityriasis
versicolor in united states. J dermatology treat 2004; 15:189-92.

15

Anda mungkin juga menyukai