Anda di halaman 1dari 27

BAB I

STATUS EPIDEMIOLOGI

No. Catatan Medik

: 11071

Nama

: An. J.S

Tempat, Tanggal Lahir

: 7 Januari 2003

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Umur

: 12 tahun

Pendidikan

: SD

Status Perkawinan

: Belum Kawin

Suku/Bangsa

: Biak / Papua

Agama

: Kristen Protestan

Pekerjaan

:-

Alamat

: Base G (Biak)

Ruang Perawatan

: Poliklinik

Tanggal MRSJ

: 30 Mei 2015

Tanggal Pemeriksaan

: 30 Juni 2015 1 Juli 2015

Yang Mengantar

: Tn. S.S

Alamat

: Base G

Pemberi Informasi

: Ayah Kandung

BAB II
LAPORAN PSIKIATRIK

2.1. RIWAYAT PSIKIATRI


1. Keluhan Utama
- Autoanamnesis
Saat diwawancara pasien cenderung menghindar
- Heteroanamnesis (Ayah Pasien)
Pasien suka menyendiri jika ada orang. Pasien tidak suka bergaul dengan temanteman atau adik pasien, jika mereka mendekat pasien biasanya menghindar.
2. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien merupakan rujukan dari RSUD Kab. Biak Numfor dibawa ke Poliklinik Rumah
Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Abepura untuk yang keempat kalinya dengan diantar oleh
ayah, pasien datang dengan keluhan utama berupa pasien suka menyendiri dan suka
menghindar bila ada orang.
Pasien mulai mengalami gejala seperti ini saat menginjak kelas dua SD (saat
berumur 8 tahun). Pasien awalnya suka menghindari orang-orang seperti adik dan
teman-teman pasien. Saat kesekolah pasien biasanya diganggu oleh teman-teman
pasien. Menurut orang tua pasien, pasien juga suka melamun sendiri dan tidak mau
menerima pendapat orang lain. Selain itu orang tua pasien mengatakan pasien sempat
mengalami susah tidur. Pasien juga suka berbicara sendiri dan mengulang kata-kata
yang dibicarakan. Pasien juga saat dikelas terutama saat jam istirahat pasien tidak
bermain dengan teman-teman pasien seperti yang lainnya tetapi lebih menyendiri di
kelas atau di luar kelas.
Orang tua pasien melarang pasien untuk bergaul dengan teman-teman sekolah
pasien karena lingkungan teman-teman sekolah pasien yang suka merokok dan
2

mengkonsumsi minuman keras. Kadang-kadang pasien juga dipukul menggunakan


sapu ijuk jika tidak mendengarkan orang tua pasien.
Menurut orang tua pasien, saat kelas 1 dan awal kelas 2 SD pasien mendapat
rangking didalam kelas dan berperilaku seperti anak-anak biasanya. Tetapi saat di kelas
2 pasien mulai menunjukan perilaku yang suka menyendiri dan menghindari orangorang.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Penyakit Psikiatri
Pasien baru pertamakali sakit seperti ini
- Riwayat Penyakit Medis
a. Pasien mulai menderita sakit seperti ini pada usia 8 tahun saat pasien duduk di
kelas 2 SD, dan semakin lama reaksi menghindari orang-orang dan menyendiri
yang dialami pasien semakin berat.
4. Riwayat Penyalahgunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak pernah menggunakan zat-zat psikoaktif.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Di dalam keluarga pasien tidak
ada yang mengalami gangguan atau sakit yang sama seperti pasien.
Pohon Keluarga

Keterangan:
Keluarga pasien berjenis kelamin laki-laki
Keluarga pasien berjenis kelamin perempuan

Keluarga yang mengalami gangguan kesehatan jiwa


Pasien
6. Riwayat Kehidupan Pribadi
- Masa Pranatal dan Perinatal
Selama hamil ibu pasien sering memeriksakan kehamilannya dan mendapat obat
merah pada umur kehamilan 4 bulan. Selama kehamilan ibu pasien tidak pernah
mengalami sakit. Pasien dilahirkan cukup bulan (9 bulan), dilahirkan secara spontan
di Biak dan ditolong oleh dukun. Waktu lahir, pasien menangis kuat dan dalam
keadaan sehat.
-

Masa Kanak Awal (Sampai usia 3 tahun)


ASI diberikan pada pasien sampai umur 1 tahun dan PASI diberikan sampai umur 5
tahun. Tambahan susu formula mulai diberikan pada usia 1 bulan karena ASI yang
diberikan masih belum cukup.
Pasien bertumbuh dan berkembang dilingkungan tempat tinggalnya dengan keadaan
yang normal seperti anak-anak seusianya. Tahapan perkembangan dan pertumbuhan
pasien mulai membalikkan badan dan mengangkat kepala pada umur 5 bulan, umur
8 bulan pasien sudah mulai merangkak, 10 bulan pasien sudah mulai berjalan
dengan dituntun, 11 bulan pasien sudah bisa berjalan sendiri. Dan selama masa ini
pasien tidak pernah mengalami kejang atau menderita sakit yang lain.

Masa Kanak Pertengahan (Usia 3-11 tahun)


Menurut Ibu pasien, pasien di sekolah bisa menangkap/menerima pelajaran
disekolah dengan baik pada saat pasien duduk di kelas 1 SD dan sempat
mendapatkan rangking 3 di SD kelas 1. Pasien bermain dengan teman-teman
seusianya hanya sampai umur 7 tahun, lalu pada saat pasien berusia 8 tahun pasien
mulai menyendiri dan menghindar dari orang-orang sekitarnya.

a. Riwayat Pendidikan
Pasien TK nol besar di jayapura pada usia 5 tahun, lalu umur 7 tahun
melanjutkan SD di di Jayapura selama 4 tahun, sampai pasien kelas 4 SD yaitu
pada umur 10 tahun.
b. Riwayat Kehidupan Keagamaan
Pasien dari kecil jarang pergi ke Gereja, walaupun dipaksa oleh orangtuanya
dan pasien juga jarang mengikuti kegiatan-kegiatan keagaamaan.
c. Aktivitas Sosial
Menurut keterangan dari ayah pasien, pasien jika berada dirumah orang tuanya,
pasien kebanyakan menghabiskan waktu di kamar atau diruang TV dengan
bermain Play Station, lalu jika adik pasien datang untuk main bersama, pasien
akan menghindar dan menyendiri di kamar.
d. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama kedua orang tuanya.
e. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak mempunyai riwayat pelanggaran hukum
f. Riwayat Seksual
Menurut ayah pasien, pasien mulai tidak memperlihatkan rasa suka pada lawan
jenis.
7. Riwayat Kehidupan Psikoseksual
Pasien menyadari bahwa dirinya berjenis kelamin laki-laki. Menurut ayah pasien,
sebelum sakit seperti ini pasien merupakan anak mudah bergaul dengan lingkungan

sekitarnya. Pasien selalu menaati serta mematuhi segala perkataan dan aturan yang
dibuat oleh orang tuanya.
2.2. PEMERIKSAAN FISIS
2.2.1. Status Internus
Keadaan Umum : tampak agak gelisah
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi
: 92 x/mnt
Respirasi
: 24 x/mnt
Suhu Badan
: 36.80C
Kepala dan Leher
Mata
: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/Hidung : Deformitas (-), secret (-)
Telinga : Deformitas (-), secret (-)
Mulut : Deformitas (-), bibir sianosis (-), Oral Candidiasis -/Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Toraks
Pulmo
: Inspeksi : simetris, ikut gerak nafas
Palpasi
: Vokal Fremitus Dextra = Sinistra
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/Jantung : Inspeksi : Iktus Kordis (-)
Palpasi
: Thrill (-)
Perkusi : pekak
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspkesi
: datar
Palpasi
: Supel, nyeri tekan (-), Hepar: tidak teraba membesar, Lien: tidak
teraba membesar
Perkusi
: Timpani
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Ekstremitas : deformitas (-), akral hangat, edema (-)
2.2.2. Status Neurologi
Reflex fisiologi
Reflex patologi
Motorik

: BPR (+/+), TPR (+/+), KPR (+/+), APR (+/+)


: Babinski (-/-), Schaeffer (-/-), Chaddock (-/-),Oppenheim(-/-),
Gonda (-/-), Gordon (-/-)
: Tremor (-/-)

2.2.3. Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan pemeriksaan

2.3. STATUS PSIKIATRI


2.3.1. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien seorang laki-laki, berusia 12 tahun, dengan berpenampilan baik,
memakai baju berwarna hitam dan memakai celana pendek berwarna abu-abu
dan memakai alas kaki, dengan kulit berwarna coklat kehitaman, berambut
keriting, dengan potongan rambut 2 cm dan warna hitam, berwajah bulat, serta
kuku pendek dan bersih. Tampak merawat diri dengan baik.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pasien kurang kooperatif saat dilakukan pemeriksaan. Dengan aktivitas
psikomotor normokinetik.
3. Pembicaraan
a. Wicara
Pasien berbicara dengan kecepatan yang normal, suara cukup keras, koheren
tetapi pasien lebih banyak diam.
b. Bahasa
Pasien bereaksi/merespon setiap

percakapan

dengan

kurang

baik.

Perbendaharaan kata cukup. Kemampuan membaca pada pasien baik.


4. Respon terhadap pemeriksa
Kontak pasien ada dengan rapport cukup.
5. Roman Muka
Tampak murung
2.3.2. Keadaan Afektif dan Mood
1. Mood
Iritable
2. Afek
depresif
2.3.3. Bicara
Pasien bicara tidak spontan, yaitu berbicara saat ditanya oleh pemeriksa, dan
berespon diam atau berusaha menghindar terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan pemeriksa.
2.3.4. Gangguan Persepsi
7

1. Halusinasi
Pada pasien ini didapatkan halusinasi auditorik.
2. Ilusi
Ilusi pada pasien ini belum didapatkan
2.3.5. Proses Berpikir
1. Bentuk Pikiran
Neologisme
2. Isi Pikiran
Waham curiga, Fobia Sosial

3. Arus Pikiran
Inkoheren
2.3.6. Sensorium dan Kognisi
1. Kesadaran
- Kualitas
: Kompos Mentis
- Kuantitas
: GCS = 15 (E4V5M6)
2. Orientasi
Orientasi dinilai berdasarkan waktu, tempat, dan orang
- Waktu: Cukup (pasien dapat membedakan antara pagi-siang-malam)
- Tempat: Cukup (pasien mampu mengenali tempat keberadaannya saat ini)
- Orang: Cukup (pasien dapat mengenal dirinya sendiri, kakak kandungnya
dan anggota keluarga lainnya. Bahkan untuk menyebut namanya pasien
bisa)
2.3.7. Fungsi Intelektual
1. Taraf Pendidikan, Pengetahuan Umum dan Kecerdasan
Pasien pasien hanya bersekolah sampai kelas 5 SD.
2. Daya Konsentrasi

Pasien mampu menyebutkan abjad dari huruf A-Z, dan pasien mampu
menyebutkan benda-benda yang pemeriksa berikan, seperti bolpen, buku, sepatu
dan tas.

3. Memori
-

Remote memori
Pemeriksa menanyakan pada pasien saat sekolah di taman kanan-kanak
pasien bersekolah diamana? Pasien berusaha menghindar. Interpretasi
pasien: buruk

Recent past memori


Pemeriksa menanyakan saat dikelas 1 SD pasien rangking berapa? pasien
hanya diam dan berusaha menghindar. Interpretasi pasien: buruk

Immediate memori
Pemeriksa menyebutkan angka-angka 1, 3, 5, 7, 9. Lalu menyuruh pasien
menyebutkan ulang. Interpretasi pasien: cukup

Recent memori
Pemeriksa menyuruh pasien mengingat 3 benda. Bolpen, pensil, kertas
setelah beberapa menit diselingi dengan pertanyaan lain, pemeriksa
menyuruh pasien menyebutkan 3 benda tersebut kembali. Interpretasi
pasien: cukup

Longterm
Pemeriksa menanyakan Dimana kamu tinggal waktu kecil?, pasien hanya
diam dan berusaha menghindar. Interpretasi pasien: buruk

4. Kemampuan Berhitung
Pasien mampu berhitung dengan baik. Contoh yang pemeriksa berikan Jika
kamu mempunyai uang 10.000 lalu membeli permen 5.000, berapa
kembaliannya? Pasien tidak menjawab dan berusaha menghindar

5. Pikiran Abstrak
Pasien mampu membedakan secara abstrak perihal antara bolpen dan sepatu
serta mampu menyebutkan fungsi masing-masing. Yaitu bolpen adalah alat tulis
dan sepatu adalah alas kaki yang digunakan untuk jalan.
6. Pengendalian Impuls
Pasien mampu mengendalikan impuls, dimana saat pasien di cubit saat pasien
tutup mata, pasien mampu menunjukan tempat dimana pasien di cubit.
2.3.8. Tilikan
Tilikan 1: penyangkalan penyakit sama sekali.
2.4. WAWANCARA DENGAN ANGGOTA KELUARGA
1. Ayah Pasien
Nama
: Tn. S.S
Umur
: 45 Tahun
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Base G (Biak)
Hubungan Dengan Pasien
: Ayah Kandung

2.5. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien seorang laki-laki, berusia 12 tahun dibawa ke Poliklinik RSJD Abepura untuk yang
ke empat kalinya, dengan keluhan utama berupa pasien suka menghindari orang-orang dan
suka menyendiri.
10

Berpenampilan baik dengan memakai baju berwarna hitam dan memakai celana pendek
berwarna abu-abu serta memakai alas kaki, dengan kulit berwarna coklat kehitaman,
berambut keriting, dengan potongan rambut 2 cm dan berwarna warna hitam, berwajah
bulat, serta kuku pendek dan bersih. Pasien tampak terawat dengan baik.
Pasien mulai mengalami gejala seperti ini saat menginjak kelas dua SD (saat berumur 8
tahun). Pasien awalnya suka menghindari orang-orang seperti adik dan teman-teman
pasien. Saat kesekolah pasien biasanya diganggu oleh teman-teman pasien. Menurut orang
tua pasien, pasien juga suka melamun sendiri dan tidak mau menerima pendapat orang lain.
Selain itu orang tua pasien mengatakan pasien sempat mengalami susah tidur. Pasien juga
suka berbicara sendiri dan mengulang kata-kata yang dibicarakan. Pasien juga saat dikelas
terutama saat jam istiriahat pasien tidak bermain dengan teman-teman pasien seperti yang
lainnya tetapi lebih menyendiri di kelas atau di luar kelas.
Pada pemeriksaan status psikiatrik (30 juni 2015 1 juli 2015) didapatkan: keadaan umum
agak gelisah, kebersihan diri baik, berpakaian bersih dan rapi, kuku pendek dan bersih,
perilaku kurang kooperatif, afek depresif dengan mood iritable, bentuk pikiran neologisme,
isi pikiran didapatkan waham curiga dan fobia sosial, arus pikiran inkoheren. Pasien bicara
tidak spontan, kesadaran compos mentis, tilikan 1.
2.6. FORMULA DIAGNOSIS
Berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesis (autoanamnesa dan heteroanamnesa),
riwayat dan pemeriksaan status psikiatri pasien yang terangkum dalam iktisar penemuan
bermakna diatas, tidak ditemukan tanda-tanda atau gejala gangguan mental organik dan
skizofrenia. Sebagian besar dari gejala yang ditunjukkan pasien, memenuhi kriteria
diagnosis pada F30 episode depresif dan sementara khususnya F32.3 episode depresi berat
dengan gejala psikotik.

11

2.7. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


1. Aksis I
: F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
2. Aksis II
: Tidak ada
3. Aksis III : Tidak ada
4. Aksis IV : masalah berkaitan dengan primary support group (keluarga)
5. Aksis V
: 70 61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik)
2.8. DIAGNOSIS BANDING
- F40.0 Agorafobia
- F40.1 Fobia Sosial
- F43.2 Gangguan penyesuaian

2.9. RENCANA TERAPI


Pasien ini diberikan terapi dipoliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Abepura. Dengan
indikasi utama adalah menstabilkan keadaan pasien. Lamanya pengobatan tergantung pada
respon pasien terhadap terapi yang diberikan dan perjalanan gangguan jiwa yang diderita
pasien.
Farmakoterapi
1. Antipsikotik
Resperidon 2 mg 2 x 1 tab
2. Anti-Depresan
Fluoxetine 20 mg 2 x 1 tab
3. THP 2 mg 2 x 1 tab
2.10. PROGNOSIS
Qou ad vitam
Qou ad Fungsionam
Quo ad Sanationam

: ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

12

BAB III
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. F32 EPISODE DEPRESIF
- Gejala Utama (pada derajat ringan, sedang dan berat)
- Afek depresif,
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
-

yang nyata sesudah kerja sedkit saja) dan menurunnya aktivitas


Gejala Lainnya:
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Tidur terganggu
g. Napsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurangkurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan juka gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat. Kategori diagnosis
episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat (F32.2) hanya digunakan
untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus
diklasifikasi dibawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33)

F32.0 Episode depresif ringan


Pedoman diagnostik
-

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas
Ditambah sekuurang-kurangnya dua dari gejala lainnnya: (a) sampai dengan (g)
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
Lamanya seluruh episode sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan social yang biasa dilakukannya.

F32.1 Episode depresif sedang


Pedoman diagnostik

13

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode
depresi ringan
Ditambah sekurang-kurangnya tiga (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya
Lamanya seluruh episode minimal 2 minggu.
Menghadapai kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan
rumah tangga
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
Pedoman diagnostik
Semua tiga gejala utama depresif harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnnya dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok,
maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya
secara rinci.
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih
dapat dibenarkan.
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi
jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk
menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, atau
urusan rumah tangga kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik


Pedoman diagnostik
-

Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang
dosa, kemiskinan atau malapetaka yang menganncam, dan pasien merasa bertanggung
14

jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang
menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau bau aging yang busuk. Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi
dengan afek (mood-congruent)
2.2. F40 GANGGUAN ANXIETAS FOBIK
- Ansietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu
sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan.
Kondisi lain (dari diri individu itu sendiri) seperti perasaan takut akan adanya penyakit
(nosofobia) dan ketakutan akan perubahan benntuk badan (dismorfobia) yang tak
-

realistik.
Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa

terancam.
Secara subjektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak berbeda dari
anxietas lainnya dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai yang berat (serangan

panik).
Anxietas fobik seringkali berbarengan (coexist) depresi. Suatu episode depresif
seringkali memperburuk keadaan anxietas fobik yang sudah ada sebelumnya. Beberapa
episode depresif dapat disertai anxietas fobik yang temporer, sebaliknya afek depresif
seringkali menyertai berbagai fobia, khususnya agorafobia. Pembuatan diagnosis
tergantung darimana jelas-jelas timbul lebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada
saat pemeriksaan.
2.1.1. F40.0 Agorafobia
Pedoman Diagnostik
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan
manifestasi primer dari anxietasnyadan bukan sekunder dari gejala-gejala lainnya
seperti waham atau pikiran obsesif;

15

b) Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi dalam hubungan
dengan) setidaknya 2 dari situasi berikut: banyak orang / keramaian, tempat
umum, berpergian keluar rumah, dan berpergian sendiri. Dan
c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol
(penderita menjadi house bound).
2.1.2. F40.1 Fobia Sosial
Pedoman Diagnostik
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
a) Gejala psikologis, perilaku otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari gejala anxietasnya dan bukan sekunder dari manifestasi lain seperti
misalnya waham atau pikiran obsesif;
b) anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu (outsite the
family circle); dan
c) menghinndari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol.
3.1. TERAPI
3.1.1. Farmakoterapi
a. Penggolongan Obat Psikotropik
Sinonim: PSIKOTROPIKA, PSIKOFARMAKA, PSYCHO-ACTIVE DRUGS,
PSYCHOTHERAPEUTIC DRUGS
Penggolongan ini menganut asas:
-

Kesamaan efek terhadap supresi gejala sasaran

Kesamaan dalam susunan kimiawi obat

Kesamaan dalam mekanisme kerja obat

Obat yang sudah masuk dalam satu golongan tertentu, dapat juga masuk ke
golongan lain sesuai dengan efek klinisnya yang berbeda.
1. Obat Anti-Psikosis
Sinonim: Neuroleptics, Major Tranquillizers Ataractics,

Antipshychotics,

Antipsychotic Drugs, Neuroleptika


Obat acuan

: Chlorpromazine (CPZ)

2. Obat Anti-Depresi
Sinonim: Thymoleptics, Physic Energizers, Anti-Depressants, Antidepresan
Obat acuan

: Amitriptylin
16

3. Obat Anti-Mania
Sinonim: Mood Modulators, Mood Stabilizers, Antimanic
Obat acuan

: Lithium Carbonate

4. Obat Anti-Anxietas
Sinonim: Pshycoleptic, Minor Tranquillizers Anxyolitics, Antianxiety
Drugs, Ansiolitik
Obat Acuan

: Diazepam/Chlordiazepoxide

5. Obat Anti-Insomnia
Sinonim: Hypnotics, Somnifacient, Hipnotika
Obat Acuan

: Phenobarbital

6. Obat Anti-Obsesif Kompulsif


Sinonim: Drugs Used In Obsesive Compulsive Disorder
Obat Acuan

: Clomipramine

7. Obat Anti-Panik
Sinonim: Drugs Used In Panic Disorder
Obat Acuan

: Imipramine

2.2.1. Obat Anti Psikotik


Penggolongan
a. Obat antipsikosis tipikal
- Phenothiazine
Rantai Aliphatic Chlorpromazine
Rantai Piperazine Perphenazine, Trifluoperazine, Fluphenazine
- Butyrophenone Haloperidol
- Diphenyl-butyl-piperidine Pimozide
b. Obat antipsikosis atipikal
- Benzamide Supiride
- Dibenzodiazepine Clozapine, Olanzapine, Zotepine, Quetiapine
- Benzisoxazole Resperidon, Aripiprazole
Indikasi
- Hendaya berat dalam kemammpuan daya nilai realitas, bermanifestasi dalam
gejala: kesadaran diri yang terganggu, daya nilai norma sosial terganggu,
-

dan daya tilikan terganggu.


Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, bermaifestasi dalam gejala
POSITIF: gangguan asosiasi pikiran (inkohorensi), isi pikiran yang tidak

17

wajar (waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan perasaan (tidak


sesuai dengan situasi), perilaku yang aneh atau tidak terkendali
(disorganized), dan gejala NEGATIF: gangguan perasaan (afek tumpul,
respon emosi minimal), gangguan hubungan sosial (menarik diri, pasif,
apatis), gangguann proses berpikir (lambat, terhambat), isipokiran yang
stereotip dan tidak inisiatif, perilaku yang sangat terbatas dan cenderung
-

menyendiri (abulia).
Hendaya berat dalam hubungan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala:
tidak mampu bekerja, menjalin hubungan social, dan melakukan kegiatan

rutin.
Mekanisme Kerja
Semua obat anti-psikosis merupakan obat-obat potensial dalam memblokade
reseptor dopamin dan juga dapat memblokade reseptor kolinergik, adrenergik dan
histamin. Pada obat generasi pertama (fenotiazin dan butirofenon), umumnya tidak
terlalu selektif, sedangkan benzamid sangat selektif dalam memblokade reseptor
dopamine D2. Anti-psikosis atypical memblokade reseptor dopamine dan juga
serotonin 5HT2 dan beberapa diantaranya juga dapat memblokade dopamin sistem
limbic, terutama pada striatum.
Cara Pennggunaan
Umumnya dikonsumsi secara oral, yang melewati first-pass metabolism di hepar.
Beberapa diantaranya dapat diberikan lewat injeksi short-acting Intra muscular
(IM) atau Intra Venous (IV), Untuk beberapa obat anti-psikosis (seperti haloperidol
dan flupenthixol), bisa diberikan larutan ester bersama vegetable oil dalam bentuk
depot IM yang diinjeksikan setiap 1-4 minggu. Obat-obatan depot lebih mudah
untuk dimonitor.

18

Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang


dominan dan efek samping obat. Penggantian obat disesuaikan dengan dosis
ekivalennya. Apabila obat psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam
dosis optimal setelah jangka waktu memadai, dapat diganti dengan obat antipsikosis lainnya. Jika obat anti-psikosis tersebut sebelumnya sudah terbukti efektif
dan efek sampingnya dapat ditolerir dengan baik, dapat dipilih kembali untuk
pemakaian sekarang.
Dalam pemberian dosis, perlu dipertimbangkan:
- Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
- Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
- Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
- Dosis pagi dan malam berbeda untuk mengurangi dampak efek samping,
sehingga tidak menganggu kualitas hidup pasien
Mulailah dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari hingga
dosis efektif (sindroma psikosis reda) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu
dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)
diturunkan setiap 2 minggu dosis maintenance dipertahankan selama 6 bulan
2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu tapering off (dosis diturunkan
tiap 2-4 minggu) stop
Obat anti-psikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun
diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan sangat kecil.
Jika dihentikan mendadak timbul gejala

cholinergic rebound, yaitu: gangguan

lambung, mual, muntah, diare, pusisng, gemetar dan lain-lain dan akan mereda jika
diberikan anticholinergic agents (injeksi sulfas atropine 0,25 mg IM dan tablet
trihexylfenidil 3x2 mg/hari).
Obat anti-psikosis parenteral berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur
makan obat atau tidak efektif dengan medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 4 cc

19

setiap bulan. Pemberiannya hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan


terhadap skizofrenia.
Efek Samping
1. Extrapiramidal: distonia akut, parkinsonism, akatisia, dikinesia tardiv
2. Endokrin: galactorrhea, amenorrhea
3. Antikolinergik: hiperprolaktinemia
Bila terjadi gejal tersebut, obat anti-psikosis perlahan-lahan dihentikan. Bisa
diberikan obat reserpin 2,5 mg/hari. Obat pengganti yang yang paling baik adalah
klozapin 50-100 mg/hari.
Reaksi idiosinkrasi yang timbul dapat berupa diskrasia darah, fotosensitivitas,
jaundice, dan Neuroleptic Malignant Syndrome(NSM). NSM berupa hiperpireksia,
rigiditas, inkontinensia urin, dan perubahan status mental dan kesadaran. Bila
terejadi NSM, hentikan pemakaian obat, perawatan suportif dan berikan agonis
dopamin (bromokriptin 3x 7,5 sampai 60 mg/hari, L-Dopa 2x100 mg atau
amantidin 200 mg/hari)
Kontraindikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris yang tinggi,
ketergantungan alkohol, penyakit SSP dan gangguan kesadaran
3.1.2. Obat Anti Depresan
Sinonim antidepresan adalah thimoleptika atau psikik energizer. Umumnya yang
digunakan sekarang adalah dalam golongan trisiklik (misalnya imipramin,
amitriptilin, dothiepin dan lofepramin)
Penggolongan
a. Obat Anti-Depresi TRISIKLIK Amitriptilin, Imipramine, Clomipramine,
Tianeptine
b. Obat Anti-Depresi TETRASIKLIK Maprotiline, Mianserin, Amoxapine
c. Obat Anti-Depresi MAOI Reversible Moclobemide

20

d. Obat Anti-Depresi SSRI Sentraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine,


Citalopram
e. Obat Anti-Depresi SNRI Venlafaxine, Duloxetine
f. Obat Anti-Depresi MELATONERGIC Agomelatine
g. Obat Anti-Depresi ATYPICAL Trazodone, Mirtazipine
Indikasi
-

Selama hampir dua minggu dan hampir mengalami:


1. Rasa hati yang murung
2. Hilang minat dan rasa senang
3. Kurang tenaga hingga mudah lelah dan kendur kegiatan
Keadaan diatas disertai gejala:
1. Penurunan konsentrasi pikiran dan perhatian
2. Pengurangan rasa harga diri dan percaya diri
3. Pikiran perihal dosa dan diri tidak berguna lagi
4. Pandangan suram dan pesimistik terhadap masa depan
5. Gagasan atau tindakan mencederai tubuh / bunuh diri
6. Gangguan tidur
7. Pengurangan napsu makan
Hendaya dalam fungsi sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala: penurunan
kemampuan kerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin

Mekanisme Kerja
Trisiklik (TCA) memblokade

reuptake dari noradrenalin dan serotonin yang

menuju neuron presinaps. SSRI hanya memblokade reuptake dari serotonin. MAOI
menghambat pengrusakan serotonin pada sinaps. Mianserin dan mirtazapin
memblokade reseptor alfa 2 presinaps. Setiap mekanisme kerja dari antidepresan
melibatkan modulasi pre atau post sinaps atau disebut respon elektrofisiologis.
Cara Penggunaan

21

Umumnya bersifat oral, sebagian besar bisa diberikan sekali sehari dan mengalami
proses first-pass metabolism di hepar. Respon anti-depresan jarang timbul dalam
waktu kurang dari 2-6 minggu..
untuk sindroma depresi ringan dan sedang, pemilihan obat sebaiknya mengikuti
urutan:
Langkah 1 : golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
Langkah 2 : golongan tetrasiklik (TCA)
Langkah 3 : golongan tetrasiklik, atypical, MAOI (Mono Amin Oxydase Inhibitor)
reversibel.
Efek Samping
Trisklik dan MAOI : antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,
konstipasi, sinus takikardi) dan antiadrenergik (perubahan EKG, hipotensi
SSRI : nausea, sakit kepala
MAOI : interaksi tiramin
Jika pemberian telah mencapai dosis toksik timbul atropine toxic syndrome dengan
gejala eksitasi SSP, hiperpireksia, hipertensi, konvulsi, delirium, confusion dan
disorientasi. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya:
-

Gastric lavage
Diazepam 10 mg IM untuk mengatasi konvulsi
Postigmin 0,5-1 mg IM untuk mengatasi efek antikolinergik, dapat diulangi
setiap 30-40 menit hingga gejala mereda.
22

Monitoring EKG

Kontraindikasi
-

Penyakit jantung koroner


Glaucoma, retensi urin, hipertensi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsy

23

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. DIAGNOSIS
Berdasarakan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan psikiatri didapatkan
suatu diagnosa yang sudah terangkum dalam iktisar penemuan bermakna, dimana pada
pasien ini tidak ditemukan adanya tanda-tanda atau gejala gangguan mental organik dan
skizofrenia. Sebagian besar dari gejala yang ditunjukkan pasien, memenuhi kriteria episode
depresif, sehingga mengarahkan diagnosis pasien ini pada F30 Episode depresif dan
sementara khususnya F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik.
Pada kasus ini, kami diagnosa bermakna pada block diagnosis F32.3 Episode depresif
berat dengan gejala psikotik. Karena pada block ini dijelaskan tentang Episode depresif
berat dengan gejala psikotik dan sementara dimana pada temuan klinis pasien yang sesuai
dengan F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik, seperti:
-

Gejala disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang menganncam, dan pasien merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa
suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau bau daging yang busuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Pada kasus ini didapatkan gejala berupa pasien yang suka menyendiri dan menurut
orang tua pasien apa yang dipikirkan oleh pasien adalah yang dianggap benar.
Pada kasus ini juga didapatkan perubahan perilaku yang dialami oleh pasien berupa
pasien suka menghindari orang-orang disekitar pasien dan pasien suka menyendiri.

Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk episode depresif (F30.-) harus sudah ada untuk
sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis episode depresif;
-

Afek depresif,
Kehilangan minat dan kegembiraan
Dimana pada temuan klinis didapatkan pasien biasanya suka menyendiri dan akan
menghindar saat ada orang lain disekitar pasien.
Gejala Ini juga ditunjukan pasien ketika pasien tiba di Poliklinik RSJD Abepura, saat
pasien hendak ditimbang pasien tidak mau dan terus berusaha untuk menghindar.
Pasien hanya mau ditimbang oleh ayah pasien.
24

Berdasarkan temuan klinis pasien dan pedoman diagnostik, maka kami mendiagnosa pasien
sesuai dengan block diagnosis F32.3 Episode depresi berat dengan gejala psikotik.
4.2. DIAGNOSIS BANDING
Adapun beberapa diagnosis banding berdasarkan urutan hierarki block diagnosis yang
muncul dari temuan klinis pasien berdasarkan pedoman diagnostik F32.3 Episode depresi
berat dengan gejala psikotik adalah sebagai berikut:
- F40.0 Agorafobia
Berdasarkan pedoman diagnostik dan temuan klinis pasien, bahwa sakit yang sekarang
pasien alami bukan disebabkan karena pasien takut keluar rumah, berada ditempat atau
-

fasilitas umum, ataupun pada situasi keramaian.


F43.2 Gangguan penyesuaian
Berdasarkan pedoman diagnostic F32.2 disebutkan bahwa diagnosis ditegakan apabila
terdapat gejala-gejala berupa depresif, anxietas depresif-anxietas, gangguan tingkah
laku disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari yang disebabkan
karena adanya kejadian atau situasi yang stressfull atau krisis kehidupan yang dialami

oleh pasien.
F40.1 Fobia sosial
Yang didalamnya termasuk fobia sosial adalah reaksi menghindari orang-rang
keramaian, atau berada ditempat umum, kehilangan minat dan kegembiraan, Dimana
pada pasien ini tidak ditemukan.

4.3. TERAPI
Pasien mendapat terapi:
1. Anti-depresan
Pemberian fluoxetin (anti-depresan) pada pasien ini didasarkan atas:
Dalam kepustakaan penggunaan klinis obat anti-depresan dikatakan bahwa apabila
gejala positif (terdapat afek depresif dan suka menyendiri serta murung) lebih menonjol
pada pasien dengan episode depresif berat dengan gangguan psikotik, maka pilihannya
obat anti-depresan. Pada pasien ini didapakan gejala positif yang lebih menonjol yaitu

25

adanya reaksi menghindar dari orang-orang, dan suka menyendiri serta tidak mau
bergaul dengan orang-orang disekitar pasien dan tampak murung.
2. Anti-Psikotik
Pemberian antipsikotik pada pasien ini didasarkan atas:
Pada gejala klinis pasien didapatkan gejala-gejala psikotik berupa adanya waham serta
halusinasi auditorik berupa suara-suara bisikan yang mengatakan bahwa pasien gila,
serta menarik diri. Sebagaimana gejala diatas sesuai dengan indikasi dari obat-obat
antipsikotik Maka pasien ini diberikan terapi dengan obat antipsikosis.
4.4. PROGNOSIS
Prognosis gangguan ini (episode depresif berat dengan gejala psikotik) adalah bervariasi.
tetapi pada umumnya prognosisnya bersifat dubia ad bonam.
Oleh karena sebab itu berdasarkan prognosis kami golongkan sebagai berikut
Qou ad vitam
: ad bonam
Qou ad Fungsionam
: dubia ad bonam
Quo ad Sanationam
: dubia ad bonam

26

DAFTAR PUSTAKA
1. Kairupan, Prof. dr., MSc, SpKJ(K). Handouts Dasar-dasar Ilmu Kedokteran Jiwa. Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNSRAT Manado. 2007
2. Maslim, Rusdi dr. Sp.KJ. Buku Saku : Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. 2001. Jakarta
3. Kaplan,M.D Harold, Sadock,M.D Benjamin, Grebb,M.D Jack. Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 1. Binarupa Aksara. 2010. Jakarta
4. Maslim, Rusdi dr. Sp.KJ. Panduan Praktis : Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi
Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. 2007. Jakarta
5. URL: www.medscape.com/drugreference [Diunduh 30 Juni 2015]
6. Damayanti D., Puspita A dkk. 2013. Anxietas Fobik. Fakultas Psikologi Universitas
Padjajaran.

Jatinangor. URL: http://xa.yimg.com/kg/groups/74542946/1264194205/.../

[Diunduh 1 Juli 2015]

27

Anda mungkin juga menyukai