Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus

TUMOR OTAK

Oleh:
Martga Bella Rahimi, S.Ked

0910312128

Pembimbing:
Prof. dr. H. Basjiruddin A, Sp.S (K)
Dr. dr. Yuliarni Syafrita, Sp.S (K)

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF RSUP DR. M. DJAMIL PADANG


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UNIVERSITAS ANDALAS
2015
1

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala
(intra
cranial)
atau
di
sumsum
tulang
belakang
(medulla
spinalis).Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor
primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu
sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain
(metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut
tumor otak sekunder.
1.2 Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang
perlu ditinjau, yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit SturgeWeber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru,
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut
tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor
hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi
ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat
terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah
timbulnya suatu radiasi.

4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan
antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
sepertimethylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
1.3 KLASIFIKASI
Berdasarkan gambaran histopatologi, klasifikasi tumor otak yang penting
dari segi klinis, dapat dilihat pada table di bawah ini:

Tabel 1. Klasifikasi tumor otak berdasarkan klinis

Tabel 2. Prediksi dan topografi tumor otak

1.4 Gambaran Klinis


Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdiagnosa secara dini,
karena pada awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan
meragukan tapi umumnya berjalan progresif.
Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa:
1. Gejala serebral umum
Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang
dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung,
emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif
dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan
progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus.
2. Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30%
gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut
diketemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik
sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada malam hari dan
pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana terjadi peninggian
tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala dengan psikomotor asthenia
perlu dicurigai tumor otak.
3. Muntah
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih
sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat
proyektif dan tak disertai dengan mual.
4. Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25%
kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab
bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang
adalah tumor otak bila:
Bagkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
Mengalami post iktal paralisis
Mengalami status epilepsi
Resisten terhadap obat-obat epilepsi
Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasen
dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada
glioblastoma.

5. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial


Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul
pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan enurunan kesadaran. Pada
pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan segera karena
setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI
akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan
gejala TTIK tanpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah
meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma serebelum
dan craniopharingioma.
Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
1. Lobus frontal
Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra
lateral, kejang fokal
Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster
kennedy
Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
2. Lobus parietal
Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonym
Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus
angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmanns
3. Lobus temporal
Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang
didahului dengan aura atau halusinasi
Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala
choreoathetosis, parkinsonism.
4. Lobus oksipital
Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan
penglihatan
Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang
menjadi hemianopsia, objeckagnosia
5. Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala
menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi
5

peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasien tiba-tiba nyeri


kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran.
6. Tumor di cerebello pontin angle
Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa
gangguan fungsi pendengaran
Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah
pontin angle.
7. Tumor Hipotalamus
Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan
perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan
cairan dan elektrolit, bangkitan.
8. Tumor di cerebelum
Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi
disertai dengan papil udem
Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme
dari otot-otot servikal
9. Tumor fosa posterior
- Ditemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan
nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.
1.5 Diagnosis
Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis tumor otak
adalah dengan mengetahui informasi jenis tumor, karakteristiknya, lokasinya,
batasnya, hubungannya dengan system ventrikel, dan hubungannya dengan
struktur vital otak misalnya sirrkulus willisi dan hipotalamus. Selain itu juga
diperlukan periksaan radiologist canggih yang invasive maupun non invasive.
Pemeriksaan non invasive mencakup CT Scan dan MRI bila perlu diberikan
kontras agar dapat mengetahui batas-batas tumor.Pemeriksaan invasive seperti
angiografi serebral yang dapat memberikan gambaran system pendarahan tumor,
dan hungannya dengan system pembuluh darah sirkulus willisy selain itu dapat
mengetahui hubungan massa tumor dengan vena otak dan sinus duramatrisnya
yang fital itu.
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita
tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti,
adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI.
6

() Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh


penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas.
Misalnya ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui
pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema
papil dan deficit lapangan pandang.
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang
spesifik untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor.
Elektroensefalografi (EEG)
Foto polos kepala
Arteriografi
Computerized Tomografi (CT Scan)
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
1.6.1 Gambaran CT Scan tumor otak
CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen
yang diduga menderita tumor otak. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi tumor
yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil. Gambaran
CT Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa
massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya tumor otak
dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah.
Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan
sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat
lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian
zat kontras.
1.6.2 Penilaian CT Scan pada tumor otak:
Tanda proses desak ruang:

Pendorongan struktur garis tengah itak

Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel


Kelainan densitas pada lesi:

hipodens

hiperdens atau kombinasi kalsifikasi, perdarahan

Udem perifokal
1.7 Diagnosis Banding
Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda defisit neurologik fokal yang progresif. Setiap
proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak
sukar membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :

Abses intraserebral
7

Epidural hematom
Hipertensi intrakranial benigna
Meningitis kronik.

1.8 Tatalaksana
1.8.1 Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial,
namun tidak berefek langsung terhadap tumor.
1.8.2 Pembedahan
Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan
untuk mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor
tertentu yang tidak dapat direseksi. Banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan suatu pembedahan tumor otak yakni: diagnosis yang tepat, rinci
dan seksama, perencanaan dan persiapan pra bedah yang lengkap, teknik
neuroanastesi yang baik, kecermatan dan keterampilan dalam pengangkatan
tumor, serta perawatan pasca bedah yang baik, Berbagai cara dan teknik operasi
dengan menggunakan kemajuan teknologi seperti mikroskop, sinar laser,
ultrasound aspirator, bipolar coagulator, realtime ultrasound yang membantu ahli
bedah saraf mengeluarkan massa tumor otak dengan aman.
1.8.3 Radioterapi
Tumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total
sebesar 5000-6000 cGy tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari
radioterapi hiperfraksi ini didasarkan pada alasan bahwa sel-sel normal lebih
mampu memperbaiki kerusakan subletal dibandingkan sel-sel tumor dengan
dosis tersebut. Radioterapi akan lebih efisien jika dikombinasikan dengan
kemoterapi intensif.
1.8.4 Kemoterapi
Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan,
kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang
beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma
stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi
dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif.
1.9 Prognosis
-Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negaranegara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui
pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun ( 5
years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahaun (10 years
survival) berkisar 30-40%.8

BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Nn. Rika Darma Denti
Umur
: 22 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Mahasiswa
Alamat
: Solok
Tanggal Masuk
: 2 Agustus 2015
Keluhan Utama
Nyeri kepala.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Nyeri kepala semakin meningkat sejak 1 minggu SMRS. Nyeri kepala
dirasakan seperti ditekan, sudah dirasakan sejak 1 tahun ini semakin lama
semakin berat, dirasakan di seluruh bagian kepala. Nyeri dirasakan
terutama di pagi hari disertai muntah. Nyeri sudah dirasakan sejak 1
tahun yang lalu, awalnya berkurang dengan minum obat penghilang nyeri,
tetapi sejak 1 bulan ini nyeri semakin berat.
- Keluhan disertai pandangan kabur, pusing sempoyongan, serta langkah
besar-besar sejak 1 bulan ini.
- Kelemahan anggota gerak tidak ada, gangguan penciuman, menelan,
ataupun pendengaran tidak ada.
- Penurunan kesadaran tidak ada.
- Kejang tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat batuk-batuk lama lebih dari 6 bulan tidak ada
- Riwayat infeksi gigi, sinus, telinga tidak ada
- Riwayat trauma kepala tidak ada
- Riwayat tumor di anggota tubuh yang lain tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat penyakit tumor/keganasan dalam keluarga tidak ada.
Riwayat Pekerjaan dan Sosio Ekonomi
- Pasien seorang mahasiswa PGSD di kota Solok. Tinggal dengan orangtua
dan saudara. Belum berkeluarga.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: tampak sakit sedang


9

Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Napas
Suhu
Status Internus
Kulit dan kuku
KGB
Keadaan regional
Kepala

Rambut
Mata
Hidung
Telinga
Leher

PARU
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

: GCS 15 (E4 M6 V5)


: 140/90 mmHg
: 84 x/menit
: 18x/menit
: 36,5 oC

: tidak ditemukan sianosis


: tidak ditemukan pembesaran
: tanda rangsangan meningeal tidak ada, kaku
kuduk tidak ada, laseeg (-), Brudzinky I (-),
Brunzinky II (-), tanda peningkatan tekanan
intrakranial (+)
: tidak mudah dicabut.
: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
: fungsi penciuman baik
: fungsi pendengaran baik
: Arkus faring simetris, di tengah. Refleks muntahh
(+), JVP 5-2 cmH2O, bruit carotis (-)

: simetris kiri=kanan
: fremitus kanan=kiri
: sonor
: vesikuler N, ronkhi(-), wheezing(-)

Auskultasi

: ictus tidak terlihat


: ictus teraba 1 jari medial LCMS RIC V
: Kiri
: 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan
: linea sternalis dextra
Atas
: RIC II
: bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

ABDOMEN
Inspeksi

: tak tampak membuncit

Palpasi

: supel, hepar dan lien tak teraba

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: bising usus (+) Normal

10

Status Neurologis
Kesadaran CMC, GCS 15 (E4 M6 V5)
1. Tanda Rangsangan Selaput Otak
Kaku kuduk
: (-)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Tanda Kernig : (-)
2. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
Pupil
: Isokor, 3mm/3 mm, Refleks cahaya +/+
Muntah proyektil (-)
Sakit kepala progresif (+)
3. Pemeriksaan Nervus Kranialis
N.I (Olfaktorius)
Penciuman
Kanan
Kiri
Subjektif
Baik
Baik
Objektif (dengan bahan)
Baik
Baik
N.II (Optikus)
Penglihatan
Tajam Penglihatan
Lapangan Pandang
Melihat warna
Funduskopi

Kanan
Baik
Baik
Baik
Tidak diperiksa

Kiri
Baik
Baik
Baik
Tidak diperiksa

N.III (Okulomotorius)
Kanan
Kiri
Bulat
Bulat
Bebas ke segala arah
Rotatoar (+) spontan
-

Bola Mata
Ptosis
Gerakan Bulbus
Strabismus
Nistagmus
Ekso/Endopthalmus
Pupil
Bentuk
Refleks Cahaya
Refleks Akomodasi
Refleks Konvergensi

Bulat, isokor
(+)
(+)
(+)

Bulat, isokor
(+)
(+)
(+)

Kanan
Baik

Kiri
Baik

N.IV (Troklearis)
Gerakan mata ke bawah
Sikap bulbus
Diplopia

Tidak ortho
(-)

11

(-)

N.VI (Abdusens)
Kanan
Baik

Gerakanmata kemedial bawah


Sikap bulbus
Diplopia

Kiri
Baik

Tidak Ortho
(+), tidak selalu

N.V (Trigeminus)
Motorik
Membuka mulut
Menggerakan rahang
Menggigit
Mengunyah
Sensorik
-Divisi Oftlamika
Refleks Kornea
Sensibilitas
-Divisi Maksila
Refleks Masseter
Sensibilitas
-Divisi Mandibula
Sensibilitas

Kanan

Kiri

(+)
(+)
(+)
(+)

(+)
(+)
(+)
(+)

(+)
Baik

(+)
Baik

(+)
Baik

(+)
Baik

Baik

Baik

Kanan
Baik
(+)
Baik
Baik
Baik

Kiri
Baik
(+)
Baik
Baik
Baik

N.VII (Fasialis)
Raut wajah
Sekresi air mata
Fisura palpebra
Menggerakan dahi
Menutup mata
Mencibir/bersiul
Memperlihatkan gigi
Sensasi lidah 2/3 belakang
Hiperakusis
Plika nasolabialis

(+)
Baik
Baik
(-)
Baik

Baik
Baik
(-)
Baik

N.VIII (Vestibularis)
Kanan
Kiri
(+)
(+)
(+)
(+)
baik
Baik
Tidak ada lateralisasi

Suara berbisik
Detik Arloji
Rinne test
Webber test
Scwabach test
Memanjang
Memendek

12

Nistagmus
Pendular
Vertical
Rotatoar
Pengaruh posisi kepala

(-)

(-)

(+)
(-)

(+)
(-)

N.IX (Glosofaringeus)
Kanan
Sensasi Lidah 1/3 belakang
Refleks muntah (gag refleks)

Kiri

Baik
(+)

Baik
(+)

N.X (Vagus)
Kanan

Kiri

Arkus faring

Simetris

Uvula

Di tengah

Menelan

Baik

Baik

Artikulasi

Baik

Suara

Baik

Nadi

Teratur

N.XI (Asesorius)
Kanan
Baik

Menoleh kekanan
Menoleh kekiri
Mengangkat bahu kanan
Mengangkat bahu kiri

Kiri
Baik

Baik
Baik

N.XII (Hipoglosus)
Kedudukan lidah dalam
Kedudukan lidah dijulurkan
Tremor
Fasikulasi
Atropi

Kanan
simetris
(-)
(-)
(-)

Pemeriksaan Koordinasi
Cara Berjalan
Tidak terganggu
Romberg test
Terganggu
Ataksia
(-)/(-)
statis/dinamis

13

Kiri
Simetris
(-)
(-)
(-)

Disatria
Disgrafia
Supinasi-Pronasi

(-)
(-)
terganggu

Rebound Phenomen
Tes Tumit Lutut

(-)
(+)

Tes Jari-jari
Tes Hidung Jari

Pemeriksaan Fungsi Motorik


A. Badan
Respirasi
Duduk
B.Berdiri dan
Gerakan spontan
berjalan
Tremor
Atetosis
Mioklonik
Khorea
C.Ekstermitas
Gerakan
Kekuatan
Tropi
Tonus

Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil
Sensibilitas nyeri
Sensibilitas termis
Sensibilitas kortikal
Stereognosis
Pengenalan 2 titik
Pengenalan rabaan
Sistem Refleks
A. Fisiologis
Kornea
Berbangkis

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

(-)
(-)
(-)
(-)
Inferior

Kiri
Aktif
555
Eutropi
Eutonus

Kanan
Aktif
555
Eutropi
Eutonus

Kiri
Aktif
555
Eutropi
Eutonus

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

Kana
n
(+)

Kir
i
(+)

Laring
Masseter
Dinding Perut
Atas
Tengah
Bawah
B. Patologis

Teratur
Dapat dilakukan
(-)

Superior
Kanan
Aktif
555
Eutropi
Eutonus

Terganggu
Terganggu

Biseps
Triseps
KPR
APR
Bulbokavernos
a
Creamaster
Sfingter

Kana
n

Lengan

Kir
i

(+++)
(+++)

(-)
(++)

(-)
(++)

Kana
n
Tungkai

14

Kana
n
(+++)
(+++)

Kiri

Kiri

Hofmann Tromner

(-)

(-)

Babinski
Chaddoks
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Klonus paha
Klonus kaki

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Fungsi Otonom
Miksi
: baik, aninhibited bladder tidak ada
Defekasi
: baik
Keringat
: baik
Fungsi Luhur
Kesadaran
Reaksi bicara
reaksi intelek
Reaksi emosi

Tanda Demensia
Refleks glabela
Refleks Snout
Refleks Menghisap
Refleks Memegang
Refleks palmomental

Baik
Baik
Baik

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Pemeriksaan Laboratorium
Hb
: 13,6 g/dl
Leukosit
: 6500/mm3
LED
: 41%
Trombosit
: 204000/mm3
GDR
: 120 gr%
Ureum
: 16 g/dl
Kreatinin
: - g/dl
Na
: 133 mEq/L
K
: 3,6 mEq/L
Cl
: 103 mEq/L
Diagnosis Klinis

: Traction headache + Vertigo Sentral

Diagnosis Topik

: Cerebellum Sinistra

Diagnosis Etiologi

: SOL intracranial e.c suspect tumor cerebellum DD/ Abses

Diagnosis Sekunder : Pemeriksaan Anjuran : Brain CT Scan


Penatalaksanaan :
1. Manajemen Umum :
15

2. Khusus

Elevasi kepala 30
Oksigen 3 liter/menit
IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
Diet MB 1900 Kkal/hari
:
Dexametasone 4x10 gr (IV, tappering off)
Ranitidine 2x50 mg (IV)
Ondansentrone 3x1 amp (IV)
Ibuprofen 3x200 mg (P.O)

FOLLOW UP
2-8-2015
S/
- Nyeri kepala (+)
- Pandangan ganda
- Muntah (+)
- Kejang (-), demam (-), lemah anggota gerak (-)
Pf/ KU
Kes
TD
Nd
Nf
T
Sdg
cmc 120/80 96x 16x
36,5C
SI : paru dan jantung dalam batas normal
SN: GCS 15 E4M6V5, TRM (+), TIK (-)
Nn Cranialis : Pupil Isokor, Diameter 3 mm, Refleks Cahaya +/+, gerak bola
mata bebas ke segala arah, Nistagmus (+) rotatoar
Motorik : 555 555
555 555
Sensorik : Baik
Otonom : Baik
Rf ++/++ , Rp -/Tes koordinasi terganggu
A/ SOL intrakranial e.c. suspect tumor di cerebellum
P/
Brain CT-Scan dengan kontras
Penatalaksanaan :
1. Manajemen Umum :
Elevasi kepala 30
Oksigen 3 liter/menit
IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
Diet MB 1900 Kkal/hari
2. Khusus
:
Dexametasone 4x10 gr (IV, tappering off)
Ranitidine 2x50 mg (IV)

16

Ondansentrone 3x1 amp (IV)


Ibuprofen 3x200 mg (P.O)

3-8-2015
S/
- Nyeri kepala berkurang
- Pandangan ganda,
- Pusing sempoyongan
- Muntah (-), kejang (-), demam (-), lemah anggota gerak (-)
Pf/ KU
Kes
TD
Nd
Nf
T
Sdg
cmc 120/80 76x 19x
36,5C
SI : paru dan jantung dalam batas normal
SN: GCS 15 E4M6V5
Nn Cranialis : Pupil Isokor, Diameter 3 mm, Refleks Cahaya +/+, gerak bola
mata bebas ke segala arah, Nistagmus (+) rotatoar
Motorik : 555 555
555 555
Sensorik : Baik
Otonom : Baik
Rf ++ ++ , Rp -/+++ +++
Tes koordinasi kiri terganggu
A/ SOL intrakranial e.c. suspect tumor di cerebellum
P/
Brain CT-Scan dengan kontras
Penatalaksanaan :
1. Manajemen Umum :
Elevasi kepala 30
Oksigen 3 liter/menit
IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
Diet MB 1900 Kkal/hari
2. Khusus
:
Dexametasone 4x10 gr (IV, tappering off)
Ranitidine 2x50 mg (IV)
Ibuprofen 3x200 mg (P.O)
4-8-2015
S/
- Nyeri kepala berkurang
- Pusing sempoyongan berkurang
- Nyeri ulu hati saat makan
- Kejang (-), demam (-), lemah anggota gerak (-)
Pf/ KU
Kes
TD
Nd
Nf
T

17

VAS

Sdg
cmc 120/80 96x 16x
36,5C
4-5
Hasil Lab: Ur=14, Cr=0,5
SI : paru dan jantung dalam batas normal
SN: GCS 15, TRM (+), TIK (-)
Nn Cranialis : Pupil Isokor, Diameter 3 mm, Refleks Cahaya +/+, gerak bola
mata bebas ke segala arah, Nistagmus (+) rotatoar
Motorik : 555 555
555 555
Sensorik : Baik
Otonom : Baik
Rf ++ ++ , Rp -/+++ +++
Tes koordinasi kiri terganggu
A/ - Sindroma Cerebellar e.c. tumor cerebellar
- Dispepsia e.c. steroid + NSAID
P/

- Brain CT-Scan dengan kontras


- Ro thorax
- Konsul bedah saraf

Penatalaksanaan :
1. Manajemen Umum :
Elevasi kepala 30
Oksigen 3 liter/menit
IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
Diet MB 1900 Kkal/hari
2. Khusus
:
Dexametasone 4x10 gr (IV, tappering off)
Ranitidine 2x50 mg (IV)
Sukralfat syr 3xCI (diantara jam makan)
5-8-2015
S/
- Nyeri kepala berkurang
- Nyeri ulu hati, muntah (-)
Pf/ KU
Kes
TD
Nd
Nf
T
Sdg
cmc 120/80 70x 18x
36,5C
SI : paru dan jantung dalam batas normal
SN: GCS 15, TRM (-), TIK (+)
Nn Cranialis : Pupil Isokor, Diameter 3 mm, Refleks Cahaya +/+, gerak bola
mata bebas ke segala arah, posisi mata tidak ortho, Nistagmus (+) rotatoar
spontan

18

Motorik : 555 555


555 555
Sensorik : Baik
Otonom : Baik
Rf ++ ++ , Rp -/+++ +++
Hasil Brain CT-Scan:
SOL regio cerebellum hemisfer kiri (suspect kistik meningioma) dengan
hydrocephalus obstruksi.
A/ SOL Serebellum
P/
- Konsul bedah saraf
Penatalaksanaan :
1. Manajemen Umum :
Elevasi kepala 30
IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
Diet TKTP
2. Khusus
:
Dexametasone 4x10 gr (IV, tappering off)
Ranitidine 2x50 mg (IV)
Sukralfat syr 3xCI (diantara jam makan)
6-8-2015
S/
- Nyeri kepala berkurang
- Nyeri ulu hati (-), Muntah (-)
Pf/ KU
Kes
TD
Nd
Nf
T
Sdg
cmc 110/70 72x 18x
36,5C
SI : paru dan jantung dalam batas normal
SN: GCS 15, TRM (-), TIK (-)
Nn Cranialis : Pupil Isokor, Diameter 3 mm, Refleks Cahaya +/+, gerak bola
mata bebas ke segala arah, posisi mata tidak ortho, Nistagmus (+) rotatoar
spontan
Motorik : 555 555
555 555
Sensorik : Baik
Rf ++ ++ , Rp -/++ ++
Hasil konsul bedah saraf:
Perbaiki keadaan umum untuk kemudian dilakukan pengangkatan massa.
A/
P/

SOL Serebellum

19

Penatalaksanaan :
1. Manajemen Umum :
Elevasi kepala 30
IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
Diet TKTP
2. Khusus
:
Dexametasone 4x10 gr (IV, tappering off)
Ranitidine 2x50 mg (IV)
Sukralfat syr 3xCI (diantara jam makan)
7-8-2015
S/
- Nyeri kepala semakin berkurang
- Mual dan muntah (-)
- BAB tidak lancar
Pf/ KU
Kes
TD
Nd
Nf
T
Sdg
cmc 130/90 76x 16x
36,5C
SI : paru dan jantung dalam batas normal
SN: GCS 15, TRM (-), TIK (-)
Nn Cranialis : Pupil Isokor, Diameter 3 mm, Refleks Cahaya +/+, gerak bola
mata bebas ke segala arah, Nistagmus (+) rotatoar
Motorik : 555 555
555 555
Sensorik : Baik
Rf ++ ++ , Rp -/++ ++
Tes koordinasi tidak dapat dilakukan karena pasien pusing.
A/ SOL Serebellum
P/
Brain CT-Scan dengan kontras
Penatalaksanaan :
1. Manajemen Umum :
Elevasi kepala 30
Oksigen 3 liter/menit
IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
Diet MB 1900 Kkal/hari
2. Khusus
:
Dexametasone 4x5 gr (IV, tappering off tiap hari)
Ranitidine 2x5 gr (IV)
Sukralfat syr 3xCI (diantara jam makan)
Compolax syr 3xC1

20

BAB 3
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien perempuan usia 22 tahun di Bangsal
Neurologi RSUP Dr. M. Djamil Padang, hari rawatan ke-6, dengan diagnosis SOL
Serebellum. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pada saat masuk, pasien didiagnosis klinisdengan
Traction headache + Vertigo Sentral, diagnosis topik
pada
Cerrebelum
Sinistra, dan diagnosis etiologi denganSOL intracranial e.c suspect tumor
cerebellum DD/ Abses.

21

Dari anamnesis pasien mengeluhkan nyeri kepala semakin meningkat


sejak 1 minggu SMRS. Nyeri kepala dirasakan seperti ditekan, sudah dirasakan
sejak 1 tahun ini semakin lama semakin berat, dirasakan di seluruh bagian
kepala. Nyeri dirasakan terutama di pagi hari disertai muntah. Nyeri awalnya
berkurang dengan minum obat penghilang nyeri, tetapi sejak 1 bulan ini nyeri
semakin berat. Keluhan disertai pandangan kabur, pusing sempoyongan, serta
langkah besar-besar sejak 1 bulan ini. Keluhan tidak disertai kelemahan anggota
gerak, gangguan penciuman, menelan, pendengaran, penurunan kesadaran
maupun kejang.
Dari pemeriksaan fisik, pada mata didapatkan gerak bola mata bebas ke
segala arah, nistagmus rotatoar spontan dengan posisi mata tidak ortho, terkadang
disertai dengan penglihatan ganda. Tidak ditemukan kelainan pada fungsi
penciuman, pengecap, maupun pendengaran. Pada tes koordinasi didapatkan tes
romberg terganggu, supinasi-pronasi terganggu, tes jari-jari terganggu, dan tes
hidung jari terganggu. Dari brain CT-scan didapatkan SOL regio cerebellum
hemisfer kiri (suspect kistik meningioma) dengan hydrocephalus obstruksi.
Pasien ditatalaksana dengan manajemen umum berupa elevasi kepala 30,
Oksigen 3 liter/menit, IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf, dan pemberian diet MB
1900 Kkal/hari. Sedangkan untuk manajemen khusus, pada pasien diberikan
Dexametasone 4x10 gr (IV, tappering off), Ranitidine 2x50 mg (IV),
Ondansentrone 3x1 amp (IV), Ibuprofen 3x200 mg (P.O). Pasien telah
dikonsulkan kepada Bedah Saraf dan disetujui untuk dilakukan pengangkatan
massa.

22

Anda mungkin juga menyukai