Rika, Tumor Serebelum
Rika, Tumor Serebelum
TUMOR OTAK
Oleh:
Martga Bella Rahimi, S.Ked
0910312128
Pembimbing:
Prof. dr. H. Basjiruddin A, Sp.S (K)
Dr. dr. Yuliarni Syafrita, Sp.S (K)
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala
(intra
cranial)
atau
di
sumsum
tulang
belakang
(medulla
spinalis).Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor
primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu
sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain
(metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut
tumor otak sekunder.
1.2 Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang
perlu ditinjau, yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit SturgeWeber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru,
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut
tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor
hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi
ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat
terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah
timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan
antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
sepertimethylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
1.3 KLASIFIKASI
Berdasarkan gambaran histopatologi, klasifikasi tumor otak yang penting
dari segi klinis, dapat dilihat pada table di bawah ini:
hipodens
Udem perifokal
1.7 Diagnosis Banding
Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda defisit neurologik fokal yang progresif. Setiap
proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak
sukar membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :
Abses intraserebral
7
Epidural hematom
Hipertensi intrakranial benigna
Meningitis kronik.
1.8 Tatalaksana
1.8.1 Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial,
namun tidak berefek langsung terhadap tumor.
1.8.2 Pembedahan
Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan
untuk mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor
tertentu yang tidak dapat direseksi. Banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan suatu pembedahan tumor otak yakni: diagnosis yang tepat, rinci
dan seksama, perencanaan dan persiapan pra bedah yang lengkap, teknik
neuroanastesi yang baik, kecermatan dan keterampilan dalam pengangkatan
tumor, serta perawatan pasca bedah yang baik, Berbagai cara dan teknik operasi
dengan menggunakan kemajuan teknologi seperti mikroskop, sinar laser,
ultrasound aspirator, bipolar coagulator, realtime ultrasound yang membantu ahli
bedah saraf mengeluarkan massa tumor otak dengan aman.
1.8.3 Radioterapi
Tumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total
sebesar 5000-6000 cGy tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari
radioterapi hiperfraksi ini didasarkan pada alasan bahwa sel-sel normal lebih
mampu memperbaiki kerusakan subletal dibandingkan sel-sel tumor dengan
dosis tersebut. Radioterapi akan lebih efisien jika dikombinasikan dengan
kemoterapi intensif.
1.8.4 Kemoterapi
Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan,
kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang
beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma
stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi
dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif.
1.9 Prognosis
-Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negaranegara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui
pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun ( 5
years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahaun (10 years
survival) berkisar 30-40%.8
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Nn. Rika Darma Denti
Umur
: 22 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Mahasiswa
Alamat
: Solok
Tanggal Masuk
: 2 Agustus 2015
Keluhan Utama
Nyeri kepala.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Nyeri kepala semakin meningkat sejak 1 minggu SMRS. Nyeri kepala
dirasakan seperti ditekan, sudah dirasakan sejak 1 tahun ini semakin lama
semakin berat, dirasakan di seluruh bagian kepala. Nyeri dirasakan
terutama di pagi hari disertai muntah. Nyeri sudah dirasakan sejak 1
tahun yang lalu, awalnya berkurang dengan minum obat penghilang nyeri,
tetapi sejak 1 bulan ini nyeri semakin berat.
- Keluhan disertai pandangan kabur, pusing sempoyongan, serta langkah
besar-besar sejak 1 bulan ini.
- Kelemahan anggota gerak tidak ada, gangguan penciuman, menelan,
ataupun pendengaran tidak ada.
- Penurunan kesadaran tidak ada.
- Kejang tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat batuk-batuk lama lebih dari 6 bulan tidak ada
- Riwayat infeksi gigi, sinus, telinga tidak ada
- Riwayat trauma kepala tidak ada
- Riwayat tumor di anggota tubuh yang lain tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat penyakit tumor/keganasan dalam keluarga tidak ada.
Riwayat Pekerjaan dan Sosio Ekonomi
- Pasien seorang mahasiswa PGSD di kota Solok. Tinggal dengan orangtua
dan saudara. Belum berkeluarga.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Napas
Suhu
Status Internus
Kulit dan kuku
KGB
Keadaan regional
Kepala
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
Leher
PARU
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: simetris kiri=kanan
: fremitus kanan=kiri
: sonor
: vesikuler N, ronkhi(-), wheezing(-)
Auskultasi
ABDOMEN
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
10
Status Neurologis
Kesadaran CMC, GCS 15 (E4 M6 V5)
1. Tanda Rangsangan Selaput Otak
Kaku kuduk
: (-)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Tanda Kernig : (-)
2. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
Pupil
: Isokor, 3mm/3 mm, Refleks cahaya +/+
Muntah proyektil (-)
Sakit kepala progresif (+)
3. Pemeriksaan Nervus Kranialis
N.I (Olfaktorius)
Penciuman
Kanan
Kiri
Subjektif
Baik
Baik
Objektif (dengan bahan)
Baik
Baik
N.II (Optikus)
Penglihatan
Tajam Penglihatan
Lapangan Pandang
Melihat warna
Funduskopi
Kanan
Baik
Baik
Baik
Tidak diperiksa
Kiri
Baik
Baik
Baik
Tidak diperiksa
N.III (Okulomotorius)
Kanan
Kiri
Bulat
Bulat
Bebas ke segala arah
Rotatoar (+) spontan
-
Bola Mata
Ptosis
Gerakan Bulbus
Strabismus
Nistagmus
Ekso/Endopthalmus
Pupil
Bentuk
Refleks Cahaya
Refleks Akomodasi
Refleks Konvergensi
Bulat, isokor
(+)
(+)
(+)
Bulat, isokor
(+)
(+)
(+)
Kanan
Baik
Kiri
Baik
N.IV (Troklearis)
Gerakan mata ke bawah
Sikap bulbus
Diplopia
Tidak ortho
(-)
11
(-)
N.VI (Abdusens)
Kanan
Baik
Kiri
Baik
Tidak Ortho
(+), tidak selalu
N.V (Trigeminus)
Motorik
Membuka mulut
Menggerakan rahang
Menggigit
Mengunyah
Sensorik
-Divisi Oftlamika
Refleks Kornea
Sensibilitas
-Divisi Maksila
Refleks Masseter
Sensibilitas
-Divisi Mandibula
Sensibilitas
Kanan
Kiri
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Baik
(+)
Baik
(+)
Baik
(+)
Baik
Baik
Baik
Kanan
Baik
(+)
Baik
Baik
Baik
Kiri
Baik
(+)
Baik
Baik
Baik
N.VII (Fasialis)
Raut wajah
Sekresi air mata
Fisura palpebra
Menggerakan dahi
Menutup mata
Mencibir/bersiul
Memperlihatkan gigi
Sensasi lidah 2/3 belakang
Hiperakusis
Plika nasolabialis
(+)
Baik
Baik
(-)
Baik
Baik
Baik
(-)
Baik
N.VIII (Vestibularis)
Kanan
Kiri
(+)
(+)
(+)
(+)
baik
Baik
Tidak ada lateralisasi
Suara berbisik
Detik Arloji
Rinne test
Webber test
Scwabach test
Memanjang
Memendek
12
Nistagmus
Pendular
Vertical
Rotatoar
Pengaruh posisi kepala
(-)
(-)
(+)
(-)
(+)
(-)
N.IX (Glosofaringeus)
Kanan
Sensasi Lidah 1/3 belakang
Refleks muntah (gag refleks)
Kiri
Baik
(+)
Baik
(+)
N.X (Vagus)
Kanan
Kiri
Arkus faring
Simetris
Uvula
Di tengah
Menelan
Baik
Baik
Artikulasi
Baik
Suara
Baik
Nadi
Teratur
N.XI (Asesorius)
Kanan
Baik
Menoleh kekanan
Menoleh kekiri
Mengangkat bahu kanan
Mengangkat bahu kiri
Kiri
Baik
Baik
Baik
N.XII (Hipoglosus)
Kedudukan lidah dalam
Kedudukan lidah dijulurkan
Tremor
Fasikulasi
Atropi
Kanan
simetris
(-)
(-)
(-)
Pemeriksaan Koordinasi
Cara Berjalan
Tidak terganggu
Romberg test
Terganggu
Ataksia
(-)/(-)
statis/dinamis
13
Kiri
Simetris
(-)
(-)
(-)
Disatria
Disgrafia
Supinasi-Pronasi
(-)
(-)
terganggu
Rebound Phenomen
Tes Tumit Lutut
(-)
(+)
Tes Jari-jari
Tes Hidung Jari
Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil
Sensibilitas nyeri
Sensibilitas termis
Sensibilitas kortikal
Stereognosis
Pengenalan 2 titik
Pengenalan rabaan
Sistem Refleks
A. Fisiologis
Kornea
Berbangkis
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Inferior
Kiri
Aktif
555
Eutropi
Eutonus
Kanan
Aktif
555
Eutropi
Eutonus
Kiri
Aktif
555
Eutropi
Eutonus
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Kana
n
(+)
Kir
i
(+)
Laring
Masseter
Dinding Perut
Atas
Tengah
Bawah
B. Patologis
Teratur
Dapat dilakukan
(-)
Superior
Kanan
Aktif
555
Eutropi
Eutonus
Terganggu
Terganggu
Biseps
Triseps
KPR
APR
Bulbokavernos
a
Creamaster
Sfingter
Kana
n
Lengan
Kir
i
(+++)
(+++)
(-)
(++)
(-)
(++)
Kana
n
Tungkai
14
Kana
n
(+++)
(+++)
Kiri
Kiri
Hofmann Tromner
(-)
(-)
Babinski
Chaddoks
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Klonus paha
Klonus kaki
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Fungsi Otonom
Miksi
: baik, aninhibited bladder tidak ada
Defekasi
: baik
Keringat
: baik
Fungsi Luhur
Kesadaran
Reaksi bicara
reaksi intelek
Reaksi emosi
Tanda Demensia
Refleks glabela
Refleks Snout
Refleks Menghisap
Refleks Memegang
Refleks palmomental
Baik
Baik
Baik
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Pemeriksaan Laboratorium
Hb
: 13,6 g/dl
Leukosit
: 6500/mm3
LED
: 41%
Trombosit
: 204000/mm3
GDR
: 120 gr%
Ureum
: 16 g/dl
Kreatinin
: - g/dl
Na
: 133 mEq/L
K
: 3,6 mEq/L
Cl
: 103 mEq/L
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topik
: Cerebellum Sinistra
Diagnosis Etiologi
2. Khusus
Elevasi kepala 30
Oksigen 3 liter/menit
IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
Diet MB 1900 Kkal/hari
:
Dexametasone 4x10 gr (IV, tappering off)
Ranitidine 2x50 mg (IV)
Ondansentrone 3x1 amp (IV)
Ibuprofen 3x200 mg (P.O)
FOLLOW UP
2-8-2015
S/
- Nyeri kepala (+)
- Pandangan ganda
- Muntah (+)
- Kejang (-), demam (-), lemah anggota gerak (-)
Pf/ KU
Kes
TD
Nd
Nf
T
Sdg
cmc 120/80 96x 16x
36,5C
SI : paru dan jantung dalam batas normal
SN: GCS 15 E4M6V5, TRM (+), TIK (-)
Nn Cranialis : Pupil Isokor, Diameter 3 mm, Refleks Cahaya +/+, gerak bola
mata bebas ke segala arah, Nistagmus (+) rotatoar
Motorik : 555 555
555 555
Sensorik : Baik
Otonom : Baik
Rf ++/++ , Rp -/Tes koordinasi terganggu
A/ SOL intrakranial e.c. suspect tumor di cerebellum
P/
Brain CT-Scan dengan kontras
Penatalaksanaan :
1. Manajemen Umum :
Elevasi kepala 30
Oksigen 3 liter/menit
IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
Diet MB 1900 Kkal/hari
2. Khusus
:
Dexametasone 4x10 gr (IV, tappering off)
Ranitidine 2x50 mg (IV)
16
3-8-2015
S/
- Nyeri kepala berkurang
- Pandangan ganda,
- Pusing sempoyongan
- Muntah (-), kejang (-), demam (-), lemah anggota gerak (-)
Pf/ KU
Kes
TD
Nd
Nf
T
Sdg
cmc 120/80 76x 19x
36,5C
SI : paru dan jantung dalam batas normal
SN: GCS 15 E4M6V5
Nn Cranialis : Pupil Isokor, Diameter 3 mm, Refleks Cahaya +/+, gerak bola
mata bebas ke segala arah, Nistagmus (+) rotatoar
Motorik : 555 555
555 555
Sensorik : Baik
Otonom : Baik
Rf ++ ++ , Rp -/+++ +++
Tes koordinasi kiri terganggu
A/ SOL intrakranial e.c. suspect tumor di cerebellum
P/
Brain CT-Scan dengan kontras
Penatalaksanaan :
1. Manajemen Umum :
Elevasi kepala 30
Oksigen 3 liter/menit
IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
Diet MB 1900 Kkal/hari
2. Khusus
:
Dexametasone 4x10 gr (IV, tappering off)
Ranitidine 2x50 mg (IV)
Ibuprofen 3x200 mg (P.O)
4-8-2015
S/
- Nyeri kepala berkurang
- Pusing sempoyongan berkurang
- Nyeri ulu hati saat makan
- Kejang (-), demam (-), lemah anggota gerak (-)
Pf/ KU
Kes
TD
Nd
Nf
T
17
VAS
Sdg
cmc 120/80 96x 16x
36,5C
4-5
Hasil Lab: Ur=14, Cr=0,5
SI : paru dan jantung dalam batas normal
SN: GCS 15, TRM (+), TIK (-)
Nn Cranialis : Pupil Isokor, Diameter 3 mm, Refleks Cahaya +/+, gerak bola
mata bebas ke segala arah, Nistagmus (+) rotatoar
Motorik : 555 555
555 555
Sensorik : Baik
Otonom : Baik
Rf ++ ++ , Rp -/+++ +++
Tes koordinasi kiri terganggu
A/ - Sindroma Cerebellar e.c. tumor cerebellar
- Dispepsia e.c. steroid + NSAID
P/
Penatalaksanaan :
1. Manajemen Umum :
Elevasi kepala 30
Oksigen 3 liter/menit
IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
Diet MB 1900 Kkal/hari
2. Khusus
:
Dexametasone 4x10 gr (IV, tappering off)
Ranitidine 2x50 mg (IV)
Sukralfat syr 3xCI (diantara jam makan)
5-8-2015
S/
- Nyeri kepala berkurang
- Nyeri ulu hati, muntah (-)
Pf/ KU
Kes
TD
Nd
Nf
T
Sdg
cmc 120/80 70x 18x
36,5C
SI : paru dan jantung dalam batas normal
SN: GCS 15, TRM (-), TIK (+)
Nn Cranialis : Pupil Isokor, Diameter 3 mm, Refleks Cahaya +/+, gerak bola
mata bebas ke segala arah, posisi mata tidak ortho, Nistagmus (+) rotatoar
spontan
18
SOL Serebellum
19
Penatalaksanaan :
1. Manajemen Umum :
Elevasi kepala 30
IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
Diet TKTP
2. Khusus
:
Dexametasone 4x10 gr (IV, tappering off)
Ranitidine 2x50 mg (IV)
Sukralfat syr 3xCI (diantara jam makan)
7-8-2015
S/
- Nyeri kepala semakin berkurang
- Mual dan muntah (-)
- BAB tidak lancar
Pf/ KU
Kes
TD
Nd
Nf
T
Sdg
cmc 130/90 76x 16x
36,5C
SI : paru dan jantung dalam batas normal
SN: GCS 15, TRM (-), TIK (-)
Nn Cranialis : Pupil Isokor, Diameter 3 mm, Refleks Cahaya +/+, gerak bola
mata bebas ke segala arah, Nistagmus (+) rotatoar
Motorik : 555 555
555 555
Sensorik : Baik
Rf ++ ++ , Rp -/++ ++
Tes koordinasi tidak dapat dilakukan karena pasien pusing.
A/ SOL Serebellum
P/
Brain CT-Scan dengan kontras
Penatalaksanaan :
1. Manajemen Umum :
Elevasi kepala 30
Oksigen 3 liter/menit
IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
Diet MB 1900 Kkal/hari
2. Khusus
:
Dexametasone 4x5 gr (IV, tappering off tiap hari)
Ranitidine 2x5 gr (IV)
Sukralfat syr 3xCI (diantara jam makan)
Compolax syr 3xC1
20
BAB 3
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien perempuan usia 22 tahun di Bangsal
Neurologi RSUP Dr. M. Djamil Padang, hari rawatan ke-6, dengan diagnosis SOL
Serebellum. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pada saat masuk, pasien didiagnosis klinisdengan
Traction headache + Vertigo Sentral, diagnosis topik
pada
Cerrebelum
Sinistra, dan diagnosis etiologi denganSOL intracranial e.c suspect tumor
cerebellum DD/ Abses.
21
22