Di Susun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
(201401084)
(201401087)
(201401088)
(201401097)
(201401098)
(201401099)
(CRONIC
OBSTRUCTION
PULMONARY
patofisiologi
utamanya.
Ketiga
penyakit
yang
b. Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu:
Infeksi : stafilokokus, sterptokokus,
pneumokokus,
haemophilus influenzae.
Alergi
Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll
c. Manifestasi klinis
Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada
bronchi besar, yang mana akanmeningkatkan produksi
mukus.
Mukus lebih kental
Kerusakan fungsi
cilliary
sehingga
menurunkan
bagian
distal
dari
paru-paru.
Obstruksi
ini
perfusi
penurunan
PaO2.
abnormal
timbul,
Kerusakan
ventilasi
maka
terjadi
dimana
terjadi
dapat
juga
kompensasi
dari
polisitemia
(overproduksi
ekspirasi
Hipoksemia
Hiperkapnia
Anoreksia
Penurunan BB
Kelemahan
3. Asthma Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang
meningkat dari trachea dan bronkus terhadap berbagai macam
rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas
yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari
saluran nafas (Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etiologi
1. Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
2. Infeksi saluran nafas
3. Stress
4. Olahraga (kegiatan jasmani berat)
5. Obat-obatan
6. Polusi udara
7. Lingkungan kerja
8. Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi Klinis
Dispnea
Permulaan Serangan Terdapat Sensasi Kontriksi Dada
(Dada Terasa Berat),
Wheezing,
Batuk Non Produktif
Akikardi
Takipnea
C. ETIOLOGI
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah
partikel gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya.
Partikel gas ini termasuk :
1. Asap Rokok
Perokok Aktif Dan Perokok Pasif
2. Polusi Udara
Polusi di dalam ruangan- asap rokok - asap kompor
Polusi di luar ruangan- gas buang kendaraan bermotor- debu
jalanan
Polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
D. PATOFISIOLOGI
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu
pengambilan oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran
atau
disfungsional
serta
metaplasia.
Perubahan-
A.
B.
yaitu:
A. Gambaran
defisiensi
arteri,
terjadi
overinflasi,
3.
tachipnea.
Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi
mukus, peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema
mukosa. Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas
4.
5.
masalah ini.
Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat
atau asidosis respiratory.
6.
Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma
bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam
kehidupan dan seringkali tidak berespon terhadap therapi yang
biasa diberikan.Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi
melaksanakan
aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
1. Meniadakan
faktor
etiologi/presipitasi,
misalnya
segera
bronkodilator.
udara
2.
Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi Infeksi
ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka
digunakan ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin 40.56/hari
Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat) dapat diberikan jika
kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan B. Cacarhalis
yang memproduksi B. Laktamase Pemberiam antibiotik seperti
kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang
mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan
dan membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya
dalam 7-10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi
sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotik
yang kuat.
Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernapasan karena
hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2
Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan
baik.
Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di
dalamnya golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien
dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250
mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56
3.
IV secara perlahan.
Terapi jangka panjang di lakukan :
40,25-0,5/hari
dapat
menurunkan
kejadian
eksaserbasi akut.
b) Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi
saluran napas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini
dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru.
c) Fisioterapi
5. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
6. Mukolitik dan ekspektoran
7. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal
napas tipe II dengan PaO2 (7,3Pa (55 MMHg) Rehabilitasi, pasien
cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan
terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari
depresi.
ASUHAN KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah suatu penyakit
yang ditandai dengan adanya obstruksi aliran udara yang disebabkan
oleh bronkitis kronis atau empisema. Obstruksi aliran udara pada
umumnya progresif kadang diikuti oleh hiperaktivitas jalan nafas dan
kadangkala parsial reversibel, sekalipun empisema dan bronkitis kronis
harus didiagnosa dan dirawat sebagai penyakit khusus, sebagian besar
pasien PPOK mempunyai tanda dan gejala kedua penyakit tersebut.
Sekitar 14 juta orang Amerika terserang PPOK dan Asma sekarang
menjadi penyebab kematian keempat di Amerika Serikat. Lebih dari
90.000 kematian dilaporkan setiap tahunnya. Rata-rata kematian akibat
BAB II
ANALISA KASUS
A. Kasus
Tn.S 56 Th masuk 3 Maret 2013 $ Diagnosa PPOK, jenis kelamin
Laki-laki Agama
SD. Alamat
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Muttaqin,2008).
2. Penyebab PPOK adalah :
Merokok
Polusi udara
Pemajanan di tempat kerja (thd batu bara, kapas, padi padian )
Infeksi paru berulang
3. Manifestasi klinis PPOK adalah
Batuk
Sesak napas
Mengi atau wheeze
Ekspirasi yang memanjang
Penggunaan otot bantu pernapasan
Suara napas melemah
4. Klasifikasi PPOK
a. Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap
hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan
dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun
berturut-turut.
b. Emfisema paru
Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu
suatu perubahan anatomik paru yang ditandai dengan
melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal
bronkus terminalis, yang disertai kerusakan dinding alveolus
1) Emfisema Centriolobular Merupakan tipe yang sering
muncul, menghasilkan kerusakanbronchiolus, biasanya
pada region paru atas.
ekspirasi
banyak
terjebak
dalam
alveolus
dan
terjadilah
seperti
kotrimaksasol,
amoksisilin,
atau
karena
hiperkapnia
dan
berkurangnya
PHATWAY PPOK
Hipoventilasi alveolar
Dinding bronkiolus melemah dan alveoli pecah
Bronkitiskronik
Emfisema
Sekresi mukus
meningkat
Sekresi mukus
meningkat
Kontraksi otot
Kontraksi otot
Resistensi
pernafasan
Frekuensi nafas
meningkat
dyspneau
Ketidakefektifan jalan
nafas
Gangguan
pertukaran
gas
A. PENGKAJIAN
Identitas
Nama
: Tn. S
Umur
: 56 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan
: SD
Alamat
: Sendang Kulon
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
urin : 400-500cc/hari,
( 7,35-7,45 ), PCO2
Infus RL : Dex.5%
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit
Saat dikaji
bahasa jawa.
Saat dikaji
dideritanya
: Pasien sudah tahu tentang penyakit yang
dideritanya karena penjelasan perawat.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : compos mentis,TD 130/80mmHg, RR
28x/menit, suhu 37 C, N :104x/menit
2. Kepala
a. Kepala
: mesosephal
b. Rambut
: hitam, tidak mudah dicabut,
c. Mata
: Bulu mata tidak mudah dicabut, sklera tidak
ikterik, konjungtiva tidak anemis, palpebra
dekstra udem dan spasme, oedem pada kornea
d.
e.
f.
g.
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
h. Ektremitas
dekstra.
: tampak terpasang kanul O2 (2L/menit)
: Besih, tidak ada serumen, reflek suara baik.
: Gigi kekuningan, lengkap, tidak ada stomatitis.
: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak
ada pembengkakan pada trakhea
: Tidak ada oedem pada kedua ekstremitas atas
dan bawah. Ekstremitas atas tangan kiri
terpasang infus RL 7 ttes/menit
3. Dada
a. Paru
1) Inspeksi
Bentuk dada simetris
Tampak RR 28x/menit
2) Palpasi
Tidak ada pembengkakan pada paru
Tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi
Hipersonor
4) Auskultasi
Suara nafas wheezing dan kadang terdengar ronchi
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
AGD
a) PH = 7,359 (7,35-7,45)
b) PCO2 = 46,0 (35-45)
c) PO2 = 115,0 (80-104)
d) HCO3 = 25
Sputum BTA ( - )
2. Terapi
a) Terapi infus : RL Dextro 5 % 1:1/24 jam (7 tetes/menit)
b) Terapi injeksi :
Aminiphylin 1 amp/24 jam
Tarbulatin 4x0,025mg
Ciproflaxosin 2x 500 mg
c) Terapi Oksigen
Nebulizer 4x (atroven : agua) = 1:1 ,O2 2L/menit
d) Diet TKTP
E. Analisa Data
NO
1.
DATA FOKUS
ETIOLOGI
PROBLEM
Ketidak efektifan
pola nafas
DO:
ps.
Tampak
nafas/dispneu
sesak
,tampak
kanul
O2
RR:
28
x/m,
wheezing(+), Ronchi(+)
Bersihan
jalan
DS:
3.
pasien
mengatakan
batuk
nafas
tidak
efektif
pertukaran gas
nafas
DO: PCO: 46 ,PO2 : 115
Gangguan
5.
6.
peningkatan
DS :
Klien mengatakan sesak nafas. rasa produksi mukus
dada tertekan/ketidakmampuan untuk
bernafas.
DO :
Warna kulit perifer cianosis.
RR : 32 x /menit.
Nafas pendek.
Pengguanaan otot bantu pernafasan
Sianosis bibir dan dasar kuku, jari
pertukaran gas
tabuh
Gangguan
DO : Klien hanya makan beberapa Intake
makanan pemenuhan nutrisi
sendok dari makanan yang disajikan.
kurang
dari
yang kurang.
DS : Klien mengeluh sesak nafas pada
kebutuhan tubuh
waktu makan
Cemas
DO :
DS :Klien mengatalakn cemas karena Kurangnya
Kurangnya pengetahuan tentang sifat pengetahuan
penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tentang penyakitnya
tujuan tindakan yang diprogramkan.
Lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan dan
gangguan peran pada keluarga (self
esteem).
F. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya
mukus
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan
5.
6.
7.
8.
produksi mukus.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Intake makanan yang kurang.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
G. Intervensi
NO DX
1.
DIAGNOSA
RENCANA
TUJUAN
Ketidakefektifan Setelah
TINDAKAN
keperawatan
hiperventilasi
2x24
jam
masalah
(00032)
ketidakefektifan
pola
1. Observasi TTV
2. Posisikan pasien
untuk
nafas teratasi
memaksimalkan
Kriteria :
ventilasi
1. RR normal 16-24
3. Lakukanfisiotera
2. Adanya kesimetrisan
ekspansi dada
3. Tidak
4. Keluarkansekret
menggunakan
saat
beraktifitas
5. Tidak
pendek
ada
pi dada jikaperlu
denganbatukatau
suction
5. Auskultasisuaran
afas,
catatadanyasuara
nafas
tambahan
6. Aturintakeuntuk
cairanmengopti
malkan
keseimbangan.
7. Monitor respirasi
dan status O2
8. Berikan
bronkodilator
bila
perlu
(aminophilin
2
Bersihan
jalan Setelah
nafas
tidak tindakan
efektif
bd 2x24
adanya mukus
amp/24 jam)
dilakukan Airway Management
keperawatan Intervensi :
jam
masalah 1.
Observasi
TTV
2.
Posisikan
Kriteria :
pasien
1. RR normal
memaksimalkan
ventilasi
3.Mampu membersihkan 3.
Lakukan
secret
fisioterapi
jika perlu
4.
untuk
dada
Berikan
minum
hangat
kepada pasien
5.
Ajarkan batuk
efektif
6.
Auskultasi
suara nafas, catat
adanya suara
7.
Tambahan
dilakukan Monitoring
pertukaran gas tindakan keperawtan 2x24 pernafasan :
1. Observasi TTV
bd
ventilasi jam masalah gangguan 2. Palpasi
perfusi
pertukaran gas teratasi
kesimetrisan
Gangguan
Setelah
Kriteria :
ekspansi paru
Status
pernafasan: 3. Auskultasi
suara
pertukaran gas
pernafasan,
catat
1. Kemudahan bernafas
area
yang
mengalami
dalam istirahat
penurunan ventilasi
saat beraktivitas
4.Tidak ada kelelahan
5.Tidak ada sianosis
6.PaCO2 DBN (35-45)
tambahan
4. tidur menyamping
untuk
mencegah
aspirasi
Klien
mampu
menunjukkan perbaikan
Gangguan
oksigenasi.
pertukaran gas
Kriteria hasil
berhubungan
Warna kulit perifer
membaik (tidak cianosis)
dengan
RR : 12 24 x /menit
peningkatan
Nafas panjang
produksi mukus
Tidak
menggunakan
otot bantu pernafasan.
Ketidaknyamanan dada
()
6.
Nadi 60 100
x/menit
1. Observasi status
pernafasan, hasil
gas darah arteri,
nadi dan nilai
oksimetri.
2. Awasi
perkembangan
membran mukosa
/ kulit (warna).
3. Observasi tanda
vital dan status
kesadaran.
4. Evaluasi toleransi
aktivitas
dan
batasi
aktivitas
klien.
5. Berikan
oksigenasi yang
telah
dilembabkan.
6. Pertahankan
posisi
fowler
dengan
tangan
abduksi
dan
disokong dengan
bantal atau duduk
condong ke depan
dengan
ditahan
meja.
7. Kolaborasi untuk
pemberian obat
yang
telah
diresepkan.
Ka
Gangguan
5
Tujuan
:
Kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhi
1. kaji status nutrisi
nutrisi kurang Kriteria hasil :
dan
kebiasaan
1. Berat badan dan tinggi
dari kebutuhan
makan
badan ideal.
2. Anjurkan pasien
tubuh
2. Pasien mematuhi dietnya.
untuk mematuhi
berhubungan
diet yang telah
dengan Intake
diprogramkan
makanan yang
pemenuhan
kurang.
3.
Kerja
sama
dengan
tim
kesehatan
lain
untuk pemberian
diet
Kalori
Tinggi
dan
Tinggi Protein.
Cemas
6
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
tentang
penyakitnya.
1.
Kaji
tingkat
kecemasan yang
dialami
oleh
pasien.
2.
Beri
kesempatan
pada
pasien
untuk
mengungkapka
n
rasa
cemasnya.
3.
4.
Gunakan
komunikasi
terapeutik.
Beri informasi
yang
akurat
tentang proses
penyakit
dan
anjurkan pasien
untuk ikut serta
dalam tindakan
keperawatan.
5.
Berikan
keyakinan pada
pasien
bahwa
perawat, dokter,
dan
tim
kesehatan lain
selalu berusaha
memberikan
pertolongan
yang terbaik dan
seoptimal
mungkin.
6.
Berikan
kesempatan
pada keluarga
untuk
mendampingi
pasien
secara
bergantian.
8. Ciptakan
lingkungan yang
tenang
nyaman.
dan
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
PPOK ( Penyakit Paru Obstruksi Kronis) adalah klasifikasi luas dari
gangguan, yang mencangkup bronkitis kronis, bronkiestasis, emfisema, dan
asma. PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea
saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.
(Brunner&Suddarth,2001)
Penyakit paru obstruktif kronis merupakan sejumlah gangguan yang
mempengaruhi
pergerakan
udara
dari
dan
ke
luar
paru.
(Arif
Muttaqin,2008).
Diagnosa yang muncul pada kasus di atas adalah :
1.
Ketidakefektifan pola nafas bd hiperventilasi
2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif bd adanya mukus
3.
Gangguan pertukaran gas bd ventilasi perfusi
DAFTAR PUSTAKA
Tamsuri,
Anas
.2008.Seri
Asuhan
Keperawtan
Klien
Gangguan
Pernafasan.Jakarta : EGC
Brown,Sandra Clark.2004.Nursing Outcomes Classification (NOC).US :
ELSEVIER
Brown,Sandra Clark.2004.Nursing Outcomes Classification (NOC).US :
ELSEVIER
Smeltzer, Suzanne C& Bare, Brenda G .2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta : EGC
Herdman,T.Heather.2010.Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi
2009-2011.Jakarta : EGC
Tim PDPI.2003.PPOK Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.http//
:jurnal PPOK- Perhimpunan- Dokter -Paru Indonesia.com diakses
pada hari rabu,6/3/2013