Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

NEUROBEHAVIOUR
TERAPI KELUARGA

OLEH:
KELOMPOK 4/2.C/S1 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2015

NAMA ANGGOTA KELOMPOK


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

RHOBIATUL ADAWIYAH
NUR LAILATUL M
DEWI ZUNIAWATI
M. FAHRUR ROZI
JUNAID MUCHTAR
ANGGA P. E. PUTRA
NOVIA KAMARANTI

201401083
201401084
201401085
201401086
201401087
201401088
201401089

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat
serta rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sistem Respirasi, yang
berjudul Terapi Keluarga .
Makalah ini disusun sebagai pertanggungjawaban dalam menyelesaikan tugas
Sistem Neurobehaviour. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan jalan kemudahan dan segalanya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan lancar.
2. Lilik Marifatul Azizah, S.Kep, Ns, M.Kes , selaku dosen pengajar Sistem.
3. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar
penyusunan makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi ke depannya.

Mojokerto,
Penulis

DAFTAR ISI
1

KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 2
BAB II : LANDASAN TEORI.................................................................................. 3
2.1 Keluarga..............................................................................................................
2.1.1 Definisi Keluarga..............................................................................................
2.1.2 Peran Keluarga.................................................................................................
2.1.3 Tugas Keluarga.................................................................................................
2.1.4 Fungsi Yang dijalankan keluarga......................................................................
2.1.5 Disfungsi keluarga............................................................................................
2.2 Terapi Keluarga...................................................................................................
2.2.1 Definisi.............................................................................................................
2.2.2 Tujuan Terapi Keluarga....................................................................................
2.2.3 Manfaat Terapi Keluarga..................................................................................
2.2.4 Indikasi Terapi Keluarga...................................................................................
2.2.5 Struktur Terapi Keluarga..................................................................................
2.2.6 Model Terapi Keluarga.....................................................................................
2.2.7 Teknik Dalam Terapi Keluarga.........................................................................
2.2.8 Peran Perawat Dalam Terapi Keluarga.............................................................
2.2.9 Peran Keluarga.................................................................................................
2.2.10 Proses Terapi Keluarga.....................................................................................
BAB III : PEMBAHASAN KASUS..........................................................................
BAB IV : PENUTUPAN.............................................................................................
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................
4.2 Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
3
3
3
4
5
5
5
5
5
6
6
6

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terapi keluarga adalah sesungguhya bagian dari cabang ilmu konseling yang
relatif baru. Dia muncul di sekitar tahun 1950-an, sebagai suatu reaksi/koreksi atas
psikoanalisa yang ditemukan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisa dianggap sebagai
sesuatu yang gagal oleh para pionir terapi keluarga, sekalipun banyak dari
mereka terlatih di bidang psikoanalisa.Dalam psikoanalisa, klien harus
dikonseling sendirian. Kehadiran orang lain akan mengganggu proses
penyembuhan.
Para pionir terapi keluarga melihat ini sebagai suatu kelemahan (terutama
juga karena pengaruh sistem berpikir, yang melihat individu sebagai bagian dari
suatu sistem yang namanya keluarga). Para pionir ini, terutama Virginia Satir,
mencoba menghadirkan anggota keluarga lain dalam proses konseling, dengan
keyakinan bahwa klien yang sedang dikonseling mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh anggota keluarga lain. Jadi dalam terapi keluarga, yang hadir tidak hanya
individu yang dianggap bermasalah, tetapi juga anggota keluarga yang lain (yang
mungkin menganggap dirinya tidak punya masalah)
Sekalipun terapi keluarga diawali dengan kesamaan pola pandang tadi,
dalam perkembangannya muncul berbagai aliran dalam terapi keluarga. Berikut
ini contoh dari beberapa model yang ada seperti Family Systems Therapy oleh
Murray Bowen. Bowen percaya bahwa keluarga mempunyai pengaruh sangat
besar (lebih dari yang kita ketahui) terhadap hidup kita. Setiap kali kita masuk
dalam suatu hubungan, pola-pola lama yang ada dalam keluarga kita
mempengaruhi kita. Apalagi kalau kita mempunyai unfinished business dalam
hubungan di keluarga kita. Oleh karena itu, salah satu alat terapi Bowen adalah
peta keluarga (genogram) 3 generasi. Structural Family Therapy oleh Salvador
Minuchin. Sesuai dengan namanya, model ini melihat kepada struktur keluarga.
Untuk mengubah masalah, struktur keluarga harus diperbaiki. Model ini sangat
populer di tahun 1970-an.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya peran keluarga ?
1

2. Apa pengertian terapi keluarga ?


3. Apa pentingnya terapi keluarga ?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pentingnya peran keluarga.
2. Mengetahui pengertian terapi keluarga.
3. Mengetahui pentingnya terapi keluarga.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga
Kumpulan dua orang atau lebih, yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masingmasing yang merupakan bagian dari keluarga. (Friedman, 1998).
Suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara
orang dewasa yang berkelainan jenis yang hidup bersama, atau seorang
laki-laki atau seoranag permpuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa
anak, baik anak sendiri maupun adopsi, dan tinggal dalam dalam seebuah
rumah tangga. (Sayekti, 1994).
2.1.2 Peran Keluarga
Peran kelurga menggambarkan seperangkat perilaku antara pribadi,
sifat, segi kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan
pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.berbagai peranan
yang terdapat dalam keluarga:
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan
sebahgai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta berbagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu berperan mengurus
rumah tangga,pengasuh dan pedidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat mencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
Anak-anak nya melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangan baik fisik mental dan spiritual.
2.1.3 Tugas Keluarga
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3. Pembagian tugas masing-masing anggotannya sesuai
4.
5.
6.
7.

kedudukannya masing-masing
Sosialisasi antar anggota keluarga
Pengaturan jumlah anggota keluarga
Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
Penempatan anggota-anggota keluarga yang lebih luas
3

dengan

8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya


2.1.4 Fungsi Yang Di Jalankan Oleh Keluarga
1. Fungsi pendididkan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa
depan anak.
2. Fungsi sosialisasi

anak

dilihat

dari

bagaimana

keluarga

mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.


3. Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak
sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
4. Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesame anggota keluarga
sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuh
keharmonisan dalam keluarga
5. Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota lain melalui kepala keluarga menanamkan
keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah
dunia.
6. Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala kelurag mencari
penghasilan mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi kebutuhan keluarga
7. Fungsi rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenagkan dalam keluarga seperti acara nonton tv bersama,
bercerita pengalaman masing-masing, dll.
8. Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan
keturunan sebagi generasi selanjutnya
9. Member kasih sayang, perhatian, dan rasa nyaman diantara keluarga
serta membina pendewasaan perhatian keluarga.
2.1.5 Disfungsi Keluarga
1. Tidak memiliki satu atau lebih fungsi keluarga
2. Ibu yang terlalu melindungi atau ayah yang tidak di rumah
3. Ayah dan ibu yang terlalu sibuk, pasif
4. Pasangan yang tidak harmonis
2.2 Terapi Keluarga
2.2.1 Definisi
Suatu cara untuk menata kembali masalah hubungan antar manusia
(Stuart & Sudden).

Merupakan salah satu bentuk psikoterapi kelompok yang berdasarkan


pada kenyataan bahwa manusia adalah mahluk social dan bukan suatu
mahluk yang terisolir.
Pendekatan terapiutik yang melihat masalah individu dalam konteks
2.2.2

lingkungan khususnya keluarga dan menitik.


Tujuan Terapi Keluarga
1. Menurunkan konflik kecemasan keluarga
2. Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing
anggota keluarga.
3. Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis
4. Mengembangkan hubungan peran yang sesuai
5. Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar
anggota keluarga
6. Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat

2.2.3

perkembangan keluarga.
Manfaat Terapi Keluarga
Bagi Klien :
1. Mempercepat proses penyembuhan.
2. Memperbaiki hubungan interpersonal.
3. Menurunkan angka kekambuhan.
Bagi Keluarga :
1. Memperbaiki fungsi & struktur keluarga.
2. Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien sehingga
lebih dapat menerima, toleran & menghargai klien sebagai manusia.
3. Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam membantu klien

2.2.4

2.2.5

dalam proses rehabilitasi.


Indikasi Terapi Keluarga
1. Konflik perkawinan, sibling konflik, konflik beberapa generasi
2. Konflik orang tua & anak
3. Proses transisi dlm keluarga ; pasangan baru menikah, kelahiran anak
pertama, anak mulai remaja
4. Terapi individu yg perlu melibatkan anggota keluarga lain
5. Tdk ada kemajuan terapi individu
Struktur Terapi Keluarga
Identifikasi Keluarga
Perubahan/transisi keluarga
Tahap perkembangan
Struktur keluarga
Penetapan Tujuan Wawancara Awal

2.2.6

Proses penyatuan keluarga


Perawat berperan sebagai bagian sistem keluarga >Tempat : RS

(ruangan, Poliklinik) atau rumah klien .


Model Terapi Keluarga
1. Model Struktural (Minuchin)
Model ini dikembangkan oleh Minuchin, konsepnya keluarga adalah
suatu sistem sosiokultural terbuka sebagai sarana dalam memenuhi
kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga berkurang apabila kebutuhan
individu dan anggota lainnya dijumpai maladaptive dan tidak bisa
saling menyesuaikan. Fokus terapinya adalah perubahan adaptasi dari
maladaptif menjadi adaptif untuk memudahkan perkembangan
keluarga. Usaha terapi meliputi hubungan keluarga, evaluasi struktur
dasar keluarga, kemampuan dan upaya seluruh anggota keluarga untuk
saling menerima perbedaan dan saling memahami karakter.
2. Model Terapi Bowenian
Bowenian mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah suatu sistem
yang terdiri dari berbagai subsistem, seperti pernikahan, orang tuaanak & saudara kandung (sibling) dimana setiap subsistem tersebut
dibagi kedalam subsistem individu dan jika terjadi gangguan pada
salah satu subsistemnya maka akan menyebabkan perubahan pada
bagian lainnya bahkan bisa sampai ke suprasistem keluarga tersebut
yaitu masyarakat. Bowen sendiri mempunyai 8 konsep dasar dalam
pelaksanaan terapinya :
a. Pemisahan Diri (Differentiation Of Self)
Pemisahan diri adalah kemampuan seseorang untuk memisahkan
diri

sebagai

bagian

yang

terpisah

secara

realistis

dari

ketergantungan pada individu lain dalam keluarga, tetapi dengan


catatan dapat mempertahankan pemikiran dengan tenang dan
jernih dalam menghadapi konflik, kritik, serta menolak pemikiran
yang tidak jelas serta emosional.
Keluarga yang sehat akan mendorong proses pemisahan diri dari
kekuatan ego keluarga yang telah banyak diterima pada anggota
keluarga yang berusia 2 sampai 5 tahun serta diulang pada usia
antara 13 dan 15 tahun.
Stuck-togetherness (kebersamaan

yang

melekat/menancap)

menggambarkan keluarga dengan kekuatan ego yang melekat


6

kuat sehingga tidak ada anggota yang mempunyai perasaan utuh


tentang dirinya secara mandiri
b. Triangles (Segitiga)
Konsep hubungan segitiga merujuk kepada konfigurasi emosional
dari 3 orang anggota keluarga yang menghambat dasar
pembentukan sistem keluarga. Triangles adalah penghalang dasar
pembentukkan sistem emosional.
Jika ketegangan emosi pada sistem 2 orang melampaui batas,
segitiga tersebut adalah orang ketiga, yang membiarkan
perpindahan ketegangan ke orang ketiga tersebut.
Suatu sistem emosional yang disusun secara seri pada hubungan
segitiga akan bertaut satu sama lain.
Hubungan segitiga merupakan hubungan disfungsional yang
dipilih oleh keluarga untuk menurunkan kecemasan melalui
pengalihan isu yang berkembang daripada menyelesaikan
konflik/ketegangan.
Triangulasi ini dapat terus berlangsung untuk jangka waktu yang
tak terbatas dengan melibatkan orang di luar keluarga termasuk
terapis keluarga yang dianggap sebagai bagian dari keluarga besar
c. Proses Emosional Sistem Keluarga Inti
Menggambarkan pola fungsi emosional dalam satu generasi.
Umumnya hubungan terbuka terjadi selama masa pacaran,
kebanyakan individu memilih pasangan dengan tingkat perbedaan
yang sama. Jika tingkat perbedaan yang muncul rendah pada
masa penjajakan dalam hal ini adalah masa pacaran maka
kemungkinan besar akan muncul masalah di masa mendatang.
d. Proses Proyeksi Keluarga
Pasangan yang tidak mampu terikat dengan komitmen yang kuat
sebagai orang tua maka akan menciptakan kecemasan kepada
anak-anaknya. Peristiwa tsb dimanifestasikan sebagai hubungan
segitiga ayah-ibu-anak. Segitiga ini ini umumnya berada pada
berbagai tingkatan intensitas yang beragam pada hubungan antara
orang tua dengan anak. Anak biasanya menjadi target sasaran
yang dipilih dengan berbagai alasan:

Anak akan mengingatkan pada salah satu figur orang tua


terhadap isu pengalaman masa kanak-kanak yang tidak

terselesaikan.
Anak ditentukan oleh jenis kelamin atau posisi penting dalam

keluarga.

Anak yang lahir cacat.

Orang tua yang memiliki pandangan negatif saat kehamilan


Perilaku menjadikan anak sebagai sasaran tersebut disebut
pengkambinghitaman (scapegoating) dan hal tersebut sangat
membahayakan stabilitas emosional serta kemampuan anak.
e. Emotional Cutoff (Pemutusan Secara Emosional)
Persepsi anak untuk memisahkan diri secara emosional.
Setiap anak dalam keluarga mempunyai derajat keterikatan
secara emosi yang kuat dan abadi dengan orang tuanya.
Dalam pemutusan emosional biasanya pemutusan mudah
dilakukan jika antara anak dengan orang tua tinggal dalam
tempat yang jaraknya berdekatan sementara dengan anak
yang tinggalnya berjauhan pemutusan emosional ini menjadi
sangat sulit untuk dilakukan.
Pemutusan hubungan secara

emosional

merupakan

disfungsional yang terjadi diantara keluarga asli akibat


keterikatan yang terjadi dengan pembentukkan keluarga baru.
Memelihara hubungan secara emosional dengan keluarga asal
dapat mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga
walaupun adanya perbedaan.
f. Proses Transmisi Multigenerasional

Suatu cara pola interaksional yang ditransfer dari satu

generasi ke generasi lain.


Merupakan bagian yang berkelanjutan dari suatu proses yg

natural/alami dari seluruh generasi.


Sikap, nilai, kepercayaan (beliefs), perilaku dan pola interaksi
didapatkan dari orang tua kepada anak melalui seluruh

kehidupan.
Penting untuk dikaji pada keluarga, terutama perilaku
keluarga dalam suatu generasi yang turun menurun

(multiple).
g. Sibling Position

Satu kedudukan yang dipegang oleh keluarga akan


mempengaruhi perkembangan keluarga yang dapat diprediksi
dari karakteristik profil.
Anak ke berapa serta kepribadian anggota keluarga tsb akan
menentukan posisi seseorang dalam keluarga.
Bowen menggunakan teknik ini untuk

membantu

menggambarkan tingkat perbedaan kedudukan diantara


keluarga serta kemungkinan terjadinya proses proyeksi
keluarga secara langsung.
h. Societal regression
Teori Bowen meluaskan pandangannya terhadap masyarakat
(society) sebagai sistem sosial seperti layaknya keluarga.
Konsep societal regression membandingkan antara respon
masyarakat dengan respon individu dan keluarga terhadap:
a) Tekanan akibat krisis emosional.
b) Tekanan yang menimbulkan ketidaknyamanan &
kecemasan.
c) Penyebab penyelesaian yang tergesa-gesa, bertambahnya
masalah, serta siklus yang sama yg berulang secara terus
menerus.
Tujuan terapi Bowenian Model:
Menurunkan kecemasan & memperbaiki gejala-gejala yang
timbul.
Meningkatkan setiap partisipasi partisipan disesuaikan dengan
tingkat pemisahan dirinya dalam rangka meningkatkan adaptasi
keluarga sebagai system.
Peran terapeutik adalah:
Sebagai pelatih atau supervisor.
Meminimalkan keterlibatan secara emosional dengan keluarga.
Teknik terapis meliputi:
Mendefinisikan & mengklarifikasi hubungan antar anggota
keluarga.
Membantu anggota keluarga mengembangkan hubungan satusatu & meminimalkan hubungan segitiga (triangles) dalam
system.

Mengajarkan anggota keluarga mengenai fungsi system


emosional.
Meningkatkan perbedaan dengan mendorong kedudukan
sebagai saya (individu) selama mengikuti terapi
Proses Terapinya :
a. Presession Membuat perjanjian pertemuan dan lamanya, bina
hub saling percaya serta kejujuran, merumuskan hipotesa
berdasarkan masalah yang didapatkan.
b. Session Testing & memperbaiki hipotesa berdasarkan 8
konsep Bowen dengan memberikan beberapa intervensi
terhadap keluarga.
c. Post-session- Analisa reaksi keluarga serta rencana sesi
selanjutnya Atau mengakhiri terapi.
3. Model Strategis
Terapis yang mengembangkannya adalah Jay Harley. Konsep dasar
terapi ini adalah semua tingkah laku dan komunikasi yang dilakukan
keluarga. Strategi terapi meliputi :
a. Reframing : masalah yang di terapi pada keluarga adalah masalah
yang ditegaskan kembali oleh terapis atau siapapun yang
melakukan terapi.
b. Pengandalian perubahan
mengarahkan

apa

yang

dalam

perlu

terapi,

dilakukan

terapis

hanya

keluarga

untuk

menyelesaikan masalahnya dan untuk pelaksanaan penyelesaian


masalah semuanya dilakukan oleh keluarga.
c. Paradok : terapis mengarahkan untuk perubahan peran pada
anggota keluarga yang menjadi penyebab masalah dalam keluarga
dimana yang sudah menjadi kebiasaan dibalik 180 sehingga di
sini keluarga akan belajar untuk mempelajari dan mendengarkan
apa yang menjadi keinginan keluarga.
4. Model Terapi Transformational
Model ini dikembangkan oleh Virginia Satir, seorang terapis dari
Amerika Serikat. Konsep dasar dalam terapinya adalah dinamika
hubungan antara manusia dalam satu sistem keluarga, yang akan
berpengaruh kepada hubungan seseorang dengan sistem diluar
keluarganya sehingga supaya tidak terjadi masalah maka diupayakan

10

untuk terjadinya transformasi dalam hidup seseorang. Perubahan yang


dimaksud semata-mata bukan untuk kepentingan perubahan saja tetapi
juga mengupayakan bagaimana seseorang dapat memberdayakan
kemampuan serta kekuatannya untuk menyelesaikan masalahnya,
karena masalah yang ditimbul pada setiap individu semuanya bisa
diselesaiakan tergantung dari upaya seseorang tersebut untuk
memberdayakan kekuatannya untuk mengatasi masalahnya. Dalam
model ini jika terdapat anggota keluarga yang dianggap bermasalah
maka terapisnya akan mengkondisikan keluarga tersebut untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung seseorang yang bermasalah
tersebut untuk memberdayakan kekuatannya untuk menyelesaikan
masalahnya. Sementara itu, untuk individu yang bermasalah akan
dilakukan proses transformasi perasaan, persepsi, pengharapan, dan
tingkah lakunya terhadap masalah yang dihadapinya. salah satu
bentuk terapinya adalah terapi musik yang dilakukan bersama-sama
dengan seluruh anggota keluarga meskipun yang bermasalah hanya
satu individu atau beberapa individu saja.
2.2.7

Teknik Dalam Terapi Keluarga


1. Sculpting
Yang dilakukan melalui teknik ini adalah, memberi kesempatan pada
anggota keluarga lain untuk mengekspresikan perasaannya melalui
apa yang dilakukannya (seperti pematung). Terapis melakukan hal ini
dengan menyusun anggota keluarga menjadi apa yang disebut
gambaran hubungan keluarga
2. Bermain Peran
Satu persyaratan untuk teknik ini adalah pemeran harus mencoba
untuk beraktinf dan merasakan seperti orang yang diperankannya.
3. Menanggani saat diam secara efektif.
Pada teknik ini terapis hanya duduk, menanti tanda-tanda yang
ditunjukkan keluarga dan diam saja. Dengan hanya duduk diam
bersama

anggota

keluarga,

mungkin

dapat

membantu

mengembangkan rasa percaya terhadap terapis.


4. Konfrontasi
Konfrontasi merupakan teknik yang melibatkan keterus terangan.
Terapis menggunakan teknik ini jika dirasakan ataupun diamati bahwa

11

situasi pembicaraan atau perilaku dirinya dan para anggota keluarga


dapat menghalangi proses terapi.
5. Mendengarkan
Mendengarkan merupakan teknik yang paling dasar dan penting
karena membantu terapis untuk menempatkan dirinya dalam
lingkungan emosi keluarga.
6. Membuat Ikhtisar
Terapis menghubungkan hal-hal yang tadinya terpisah kemudian
menyusunnya kembali serta mencoba menangkap makna makna
yang penting.
7. Teknik Klarifikasi dan Refleksi
Klarifikasi berurusan dengan
2.2.8

aspek-aspek

kesadaran,

mental,

intelektual dari yang diungkapkan oleh individu


Peran Perawat Dalam Terapi Keluarga
Untuk peran perawat sendiri dalam terapi keluarga adalah melakukan
asuhan keperawatan yang relevan dimana untuk perawat yang tidak
memiliki sertifikasi dalam melaksanakan terapi adalah memberikan psiko
edukasi pada keluarga sedangkan bagi yang memiliki sertifikasi adalah
memberikan terapi sesuai dengan kondisi pasien. Sementara itu, menurut
Newman intervensi yang dilakuakn perawat mencakup intervensi primer
dan tersier yaitu :
Mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota
keluarga.
Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung
klien untuk mencapai tujuan dan usaha untuk berubah
Mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan
Memberi penyuluhan, perawatan di rumah, psiko edukasi,dll
Tak kalah penting adalah jika kita bukan perawat bersertifikasi kita bisa
melakukan hal paling mendasar untuk menentukan apakah seseorang
tersebut memnag membutuhkan terapi keluarga atau tidak yaitu dengan
pengkajian indikasi dilakukan terapi keluarga pada klien tersebut yaitu:
Segan terhadap psikoterapi individu karena takut, tidak percaya pada
terapi, menetang keras terapi, melawan figure orang tua.
Tidak\kurang berpengalaman dengan saudara-saudaranya, mempunyai
pertentangan dengan anggota keluarga lain, tidak\sukar menyesuaikan
diri dalam keluarga.
12

Ada salah satu anggota keluarga yang mempunyai intelegensi rendah


atau komunikasi keluarga yang terhambat.
Selain Peran perawat yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana
perawat membantu serta mendorong keluarga untuk terlibat dalam
mencegah klien kambuh. Alasan keluarga dilibatkan dalam mencegah
kekambuhan pada klien adalah :
Keluarga merupakan tempat individu pertama memulai hubungan
interpersonal dengan lingkungan.
Keluarga merupakan suatu sistem yang utuh dan tidak terpisahkan
sehingga jika ada satu yang terganggu yang lain ikut terganggu.
Keluarga menurut sullinger(1988) merupakan salah satu penyebab
klien gangguan jiwa menjadi kambuh lagi sehingga diharapkan jika
keluarga ikut berperan dalam mencegah klien kambuh setidaknya
membantu klien untuk dapat mempertahankan derajat kesehatan
mentalnya karena keluarga secara emosional tidak dapat dipisahkan
2.2.9

dengan mudah.
Peran Keluarga
Peran keluarga klien dalam proses terapi keluarga antara lain :
1. Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat

bahaya terhadap diri klien dan aktivitasnya.


2. Tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka.
3. Membantu anggota bagaimana memandang orang lain.
4. Tempat bertanya serta pemberi informasi yang mudah dipahami klien.
5. Membangun self esteem.
6. Menurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi.
7. Menurunkan ancaman dengan struktur pembahasan yang sistematis.
8. Pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab.
2.2.10 Proses Terapi Keluarga
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 wawancara, fase 2
kerja, fase 3 terminasi.
1. Fase Wawancara
Kesempatan awal ini dapat digunakan sebagai pengumpulan informasi
dari tangan pertama tentang gaya dan cara keluarga tersebut
menghadapi stres di dalam situasi wawancara, yang nantinya terbukti
akan sangat berguna.
Macam-macam isi wawancara atau teknik wawancara yang dilakukan
para terapis, tetapi pada intinya mereka biasa memulai dengan sebuah
wawancara dengan tekniknya masing-masing
13

Pada wawancara awal umumnya dibahas tentang: mengapa keluarga


membutuhkan terapis, menyatukan keluarga baik secara perorangan
ataupun sebagai kelompok, memperkirakan permasalahan secara
akurat, membuat rencana terapi, mendapat persetujuan dari keluarga
untuk menjalani terapi dan meyakinkan pentingnya seluruh anggota
keluarga untuk hadir pada sesi berikutnya (Schultz 1984)
2. Fase Kerja/Pertengahan
Keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha
mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan
kompetensi masing-masing individual anggota keluarga, eksplorasi
batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini
ada.
Tahap pertengahan dari terapi keluarga merupakan inti dari proses
terapi. Pada tahap pertengahan ini terapis bertugas untuk membuat
keluarga tersebut mendefinisikan kembali masalah atau gejala yang
timbul dari pasien dan perlu ditinjau dalam konteks keluarga.
Hasil keseluruhan dari dari tahap pertengahan terapi keluarga ini
adalah sebuah keluarga yang memiliki kesiapan secara lebih baik
untuk menerima perubahan dan lebih berkeinginan bekerja untuk hasil
positif.
3. Fase Terminasi
Di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani
untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang
timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan
yang berkesinambungan.
Kebanyakan terapis sependapat bahwa proses pengakhiran pada terapi
keluarga lebih mudah daripada terapi individual. Siap atau belumnya
keluarga yang sedang diterapi, menyimpulkan bahwa terapi yang
sedang diikuti biasa dapat dilakukan oleh terapis. Sesi terapi dapat
dihentikan apabila keluarga tersebut dapat menyelesaikan konflik
keluarganya sendiri, Keluhan dan gejala yang dulu tampak biasanya
hilang, keluarga tersebut menyatukan diri dalam kegiatan kegiatan
yang lebih bermanfaat, mereka telah mengembangkan cara cara
penyelesaian masalah dengan kemampuannya sendiri.

14

BAB III
PEMBAHASAN KASUS

15

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dalam
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga. ( friedman, 1998). Terapi keluarga adalah
suatu cara untuk menata kembali masalah hubungan antar manusia (Stuart &
Sudden).
Tujuan terapi keluarga : Menurunkan konflik kecemasan keluarga. Meningkatkan
kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing - masing anggota keluarga.
Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis. Mengembangkan
hubungan peran yg sesuai. Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dlm
16

maupun dari luar anggota keluarga. Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai
dg tingkat perkembangan anggota keluarga.
Manfaat terapi keluarga
Bagi klien : Mempercepat proses penyembuhan, memperbaiki hubungan
interpersonal, menurunkan angka kekambuhan.
Keluarga : Memperbaiki fungsi & struktur keluarga, Keluarga mampu
meningkatkan pengertian terhadap klien sehingga lebih dpt menerima, toleran &
menghargai klien sebagai manusia. keluarga dpt meningkatkan kemampuan dlm
4.2

membantu klien dlm proses rehabilitasi


Saran
Untuk menjaga agar sebuah keluarga tetap utuh seutuhnya dibutuhkan sikap
saling menghormati dan menghargai antara satu dengan yang lain, menjaga
komunikasi antar anggota keluarga, saling mendukung antar anggota keluarga
dalam hal-hal yang positif. Dan jika semua hal yang mendukung untuk menjaga
keutuhan keluarga sudah dilaksanakan tetapi masih saja terjadi perpecahan dalam
keluarga, maka sebaiknya kita menganggap hal tersebut sebagai ujian dari Tuhan
dan berdoa saja semoga masalah cepat selesai.

DAFTAR PUSTAKA

sss

17

Anda mungkin juga menyukai