PENDAHULUAN
rasa ketakwaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa untuk tujuan kemasyarakatan ; (c)
meningkatkan potensi siswa untuk hidup mandiri dan memberi pada orang lain;
(d) meningkatkan pengetahuan, kecerdasan dan sikap dalam tata pergaulan antarsesama ( Kurikulum SLB.B N Tabanan, tahun 2010 nomor 3).
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif untuk
mengembangkan potensi dirinya, memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Tujuannya, antara lain adalah menyiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik
dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, memperkaya
khazanah
ilmu
penggunaannya
pengetahuan,
untuk
teknologi,
meningkatkan
kesenian,
taraf
serta
kehidupan
mengupayakan
masyarakat
dan
setiap warga negara tanpa terkecuali (baik yang normal maupun tunarungu)
berhak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Undang-Undang Nomor 4 Pasal 14 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat,
berbunyi perusahaan negara meliputi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), sedangkan perusahaan swasta termasuk di
dalamnya koperasi di mana perusahaan harus mempekerjakan sekurangkurangnya satu orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan dan
kualifikasi pekerjaan yang bersangkutan, untuk setiap seratus orang karyawan.
Perusahaan yang menggunakan teknologi tinggi harus mempekerjakan sekurangkurangnya satu orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan dan
kualifikasi pekerjaan yang bersangkutan walaupun jumlah karyawannya kurang
dari seratus orang. Perlakuan yang sama diartikan sebagai perlakuan yang tidak
diskriminatif termasuk di dalamnya kesamaan pengupahan untuk pekerjaan dan
jabatan yang sama (Majalah Jakarta-Micom dalam www.disabilitas.com).
Dalam konteks di atas, undang-undang tersebut telah mengatur adanya
kuota satu persen bagi penyandang cacat dalam ketenagakerjaan, artinya ada
kewajiban bagi perusahaan untuk mempekerjakan satu orang penyandang cacat
untuk setiap seratus orang pegawai atau kurang dari seratus untuk yang
menggunakan teknologi tinggi. Sudah jelas bahwa setiap perusahaan harus
memberikan kesempatan pada penyandang cacat sehingga tidak ada alasan untuk
tidak menerima penyandang cacat sebagai karyawan atau pegawai.
Fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat saat ini terkait dengan
undang-undang tersebut masih belum optimal dan anak tunarungu masih
dimarginalkan dalam pasar kerja dan terdapat perlakuan yang kurang adil
(diskriminasi)
yang kental
terhadap
anak
tunarungu
dalam
kehidupan
1997
http://www.policy.hu/suharto/modul_a/
makindo_30.htm)
,struktur penghubung (mediating structures) yang memungkinkan kelompokkelompok lemah seperti anak tunarungu mengekspresikan aspirasi dan
menunjukkan kemampuannya terhadap lingkungan sosial yang lebih luas kini
cenderung melemah. Munculnya industrialisasi yang melahirkan spesialisasi kerja
dan pekerjaan mobile telah melemahkan lembaga-lembaga yang dapat berperan
sebagai struktur penghubung antara kelompok masyarakat lemah dengan
masyarakat luas. Organisasi organisasi sosial, lembaga-lembaga keagamaan
(masjid, gereja), dan lembaga keluarga yang secara tradisional merupakan
lembaga alamiah yang dapat memberikan dukungan dan bantuan informal,
pemecahan sosial, dan pemenuhan kebutuhan para anggotanya, cenderung
semakin melemah peranannya. Oleh karena itu, sering kali sistem ekonomi yang
diwujudkan dalam berbagai bentuk pembangunan proyek-proyek fisik, selain di
satu pihak mampu meningkatkan kualitas hidup sekelompok orang, juga tidak
jarang malah semakin meminggirkan kelompok-kelompok tertentu.
Sennet
dan
Cabb
http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_30.htm)
(Suharto
menyatakan
1972
bahwa
ketidakberdayaan
mereka
sering
kali
merupakan
akibat
dari
adanya
mengetahui
bentuk
upaya
sekolah
dalam
pemberdayaan
10
dalam
memperhitungkan
anak
tunarungu,
baik
dalam