atas
pemenuhan
kepentingannya
sehingga
tidak
tertutup
untuk dibaca, dilihat atau diketahui saja melainkan untuk dilaksanakan ,ditaati
dan dipatuhi oleh setiap orang atau warga negara yang baik, dalam
kenyataannya hubungan hukum sangat mungkin terjadi pada kehidupan
bermasyarakat. Seharusnya setiap orang harus mentaati peraturan hukum yang
berlaku, tetapi dalam hubungan hukum yang terjadi, seringkali timbul suatu
perselisihan antara para pihak sehingga pihak yang lain merasa dirugikan
haknya. Apabila kaidah hukum tersebut dilanggar maka kepada yang
bersangkutan dapat dikenai sanksi atau hukuman.
Hukum adalah rangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah laku
orang-orang sebagai anggota suatu masyarakat, sedang satu-satunya tujuan
dari hukum ialah mengadakan keselamatan, bahagia dan tata tertib dalam
masyarakat itu.1
Suatu
manusia yang lain menerbitkan hak menuntut bagi manusia yang merasa
dirugikan. Dalam pasal 1365 KUHPerdata menentukan syarat gugatan ganti
rugi akibat perbuatan melawan hukum. Menurut Moegni Djojodirdjo dalam
bukunya yang berjudul Perbuatan Melawan Hukum, Tanggung gugat
(aansprakelijkheid) untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan
melawan hukum, untuk menuntut ganti kerugian harus dipenuhi syarat-syarat
material yaitu adanya perbuatan melawan hukum, adanya kesalahan, adanya
kerugian, serta adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian. 2
Namun demikian, undang-undang tidak memberikan perumusan/pengertian
perbuatan melawan hukum. Awalnya perbuatan melawan hukum ditafsirkan
secara sempit namun dalam perkembangannya kemudian ditafsirkan secara
luas.
Hal inilah yang menjadi latar belakang bagi penulis untuk melakukan
penelitian guna penyusunan skripsi dengan judul GUGAT GANTI
KERUGIAN AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM JUAL
BELI TANAH (Suatu Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Cilacap
Nomor : 20/Pdt.G/2005/PN.Clp.).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pertimbangan hukum yang digunakan oleh hakim dalam
mengkualifisir unsur-unsur perbuatan melawan hukum dalam Putusan
Pengadilan Negeri Cilacap Nomor 20/PDT.G/2005/PN.Clp ?
2. Bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam mengabulkan tuntutan
ganti rugi akibat perbuatan melawan hukum dalam Putusan Pengadilan
Negeri Cilacap Nomor 20/PDT.G/2005/PN.Clp?
C. Kerangka Teoritik
1. Pengertian Perikatan
Istilah perikatan dalam bahasa Belanda yaitu Verbintenis.
Diantara para sarjana ada yang menterjemahkan menjadi perutangan,
perikatan, ataupun perjanjian. Apabila dicermati penggunaan istilah
perjanjian untuk menterjemahkan istilah verbintenis adalah tidak tepat.
Sebab dalam istilah Belanda, Verbintenis berasal dari kata kerja Verbinden
yang berarti mengikat, sehingga dalam kata bendanya menjadi Verbintenis,
yang berarti perikatan. Sementara diketahui bahwa istilah perjanjian atau
persetujuan dipakai oleh sebagian besar sarjana untuk menterjemahkan
istilah Overenkomst.
Achmad
Ichsan
dalam
bukunya
Hukum
Perdata
IB
lapangan hukum kekayaan, dimana disatu pihak ada hak dan dilain pihak
ada kewajiban.7
Subekti mengakatan, sebagai dikutip oleh J. Satrio Berpendapat
bahwa perikatan adalah hubungan antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak
yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.8
Nieuwenhuis yang dikutip oleh Salim HS. Mengartikan bahwa
perikatan adalah hukum hukum harta kekayaan antara dua orang atau
lebih, dimana pihak yang satu (debitur) wajib melakukan prestasi,
sedangkan pihak yang lain berhak atas suatu prestasi.9
2. Unsur-unsur Perikatan
J. Satrio menyimpulkan, bahwa terdapat beberapa unsur-unsur
yang melekat pada suatu perikatan, yaitu :
1) Hubungan Hukum
J. Satrio mengatakan, bahwa hubungan hukum adalah hubungan antara
dua orang atau lebih yang diberi akibat hukum, dimana hak dan
kewajiban yang muncul dari hubungan tersebut diatur oleh hukum.
Pengaturan meliputi pelaksanaan hak dan kewajiban dan kalau perlu
oleh para pihak dapat dimintakan bantuan hukum. Ini yang
membedakan perikatan hukum dengan perikatan yang muncul dalam
lapangan moral.10
7 J.Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan pada umumnya, PT. Alumni, Bandung, 1993, Hal. 15 (III)
8 J. Satrio,Op Cit, Hal. 15 (III)
9 Salim HS.Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika, Yogyakarta, 2002, Hal. 173
10 J. Satrio. Loc Cit. (II)
Kartohadiprodjo
mengemukakan
istilah
(1967:145)
tindakan
serta
melawan
J.Satrio(1993:145)
hukum.
M.A.Moegni
10
tahun
memberikan keputusan
1919
terjadi
kesulitan-kesulitan
dalam
perbuatan melawan hukum. Sehingga tidak jarang terhadap perbuatanperbuatan yang terjadi setelah tahun 1919 digolongkan pada perbuatan
melawan hukum dan karenanya menimbulkan hak bagi penderita untuk
mendapatkan ganti kerugian, yang terjadi sebelum tahun 1919 harus
ditolak tuntutannya karena atas perbuatan tersebut tidak ada ketentuannya
dalam undang-undang. Seperti yang terjadi dalam perkara:
a. Singernaaimachine Mij (Arrest H.R. tanggal 6 Januari 1905)
Kasus yang terjadi adalah sebagai berikut :
Maatschappij Singer telah mengalami saingan yang berat dari sebuah
Matschappij lainnya yang menjual mesin-mesin jahit dari pabrik
lainnya, yang telah berdagang dengan menggunakan nama SingerMaatschappij sehingga masyarakat umum menyangka bahwa
maatschappij yang tersebut belakangan terrsebut benar-benar menjual
mesin-mesin jahit dari singer Manufacturing Co. yang terkenal
tersebut. Oleh karena itu Singer Maatschappij yang asli menuntut ganti
kerugian berdasarkan pasal 1401 BW Belanda (pasal 1365
HUHPerdata), akan tetapi Hoge Raad telah menolaknya karena pada
waktu itu tidak terdapat ketentuan undang-undang yang memberi
perlindungan atas hak nama perdagangan.
b. Arrest H.R. tanggal 24 Nopember 1905
Seorang bankier telah mengedarkan prospektus tentang sebuah
Perseroan Terbatas yang akan didirikan dengan mengajukan faktafakta yang tidak benar. Pembeli-pembeli saham yang telah mengalami
kerugian telah menuntut ganti kerugian atas dasar perbuatan melawan
hukum, akan tetapi tuntutan mana juga telah ditolak oleh H.R. karena
tidak dibuktikan bahwa bankier tersebut telah membaca prospectus
tersebut terlebih dahulu sebelum menandatanganinya, dan undangundang pada waktu itu belum mngharuskan penandatanganan
prospectus untuk membacanya atau memberi jaminan tentang
kebenaran segala sesuatunya yang dicantumkan dalam prospectus
tersebut.
c. Zutphense Juffrouw (Arrest H.R. tanggal 10 Juni 1910)
11
12
mengenai
16 Ibid.Halaman 22
17 Ibid. Halaman 165
13
14
15
artinya kalau suatu perilaku telah memenuhi salah satu unsur dari keempat
peristiwa
onrechtmatige
daad
saja
sudah
cukup
untuk
adanya
onrechtmatige daad.
Perbuatan melawan hukum hampir dapat dipersamakan dengan
tindak pidana. Meskipun demikian terdapat perbedaan yang begitu
mendasar antara keduanya. Persamaan antara perbuatan melawan hukum
dengan tindak pidana yaitu sama-sama bertindak bertentangan dengan
larangan atau keharusan. Adapun ruang lingkup onrechtmatige daad lebih
luas karena tiap tindak pidana dapat digolongkan sebagai perbuatan
melawan hukum, namun tidak setiap perbuatan melawan hukum dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana. Karena suatu perbuatan tidak dapat
dipidana sepanjang tidak terdapat ketentuan undang-undang yang
mengaturnya (nulla puna sine praevia lege poenali). Selain itu, hukum
pidana secara langsung mengatur mengenai tertib umum, sedangkan
ketentuan
perbuatan
melawan
hukum
terutama
bertujuan
untuk
16
yang
diatur
oleh
undang-undang.
Namun
dengan
17
kehidupan
18
19
normalnya
akibat-akibat
dari
suatu
perbuatan
bahwa
dirinya
tidak
bersalah
yang
dibenani
pembuktian.
Kesalahan seharusnya dibedakan dalam beberapa tingkatan,
bervariasi dari kesengajaan sampai dengan kesalahan paling ringan.
Akan tetapi apabla kita berpegang pada adagium, bahwa pelaku
perbuatan melawan hukum hanya tidak bertanggungjawab atas
kerugian, apabila ia tidak bersalah, tidak perlu kita membedakan berat
ringannya kesalahan dari perbuatan melawan hukum yang dilakukan.
Apakah kesalahannya itu ringan maupun berat, tetap mempunyai
tanggungjawab yang sama. Dalam pasal 1365 BW kesalahan
20
pelaku
perbuatan
melawan
hukum
menolak
21
23 Chidir Ali, Yurisprudensi Indonesia Tentang Perbuatan Melawan Hukum, Binacipta, halaman
84
22
melawan
hukum,
tetapi
penggantian
kerugian
akibat
23
oleh perbuatan melawan hukum dapat bersifat harta kekayaan materiil dan
bersifat immateriil atau idiil.26
Kerugian materiil yaitu kerugian yang nyata-nyata diderita yang
dapat dinilai dengan uang dan terlihat secara lahiriah serta menyangkut
barang milik atau harta kekayaan. Kerugian immateriil atau idiil yaitu
semua kerugian yang diderita yang tidak menyangkut harta kekayaan
seseorang dan tidak dapat dilihat secara lahiriah misalnya perasaan
sedih,sakit,kehilangan
kesenangan
hidup,dikucilkan
dari
pergaulan
pemikiran
yang
bermanfaat
bagi
24
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif atau legal
research, yaitu pendekatan yang menggunakan konsepsi legistis
positivistis. Konsep ini mengungkapkan,bahwa hukum identik dengan
norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau
pejabat negara yang berwenang. Konsep ini, hukum melihat sebagai
system normatif yang bersifat otonom, tertutup dan terlepas dari
kehidupan masyarakat (Ronny Hanitijo Sumitro,1983:11).
2. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang dipakai adalah deskriptif analitis, deskriptif
maksudnya bahwa penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan
atau gejala dari objek penelitian tanpa bermaksud untuk mengambil
kesimpulan secara umum, khususnya untuk mengetahui bagaimana
pertimbangan dan penerapan hukum hakim terhadap masalah ganti rugi
berdasarkan perbuatan melawan hukum dalam Putusan Pengadilan Negeri
Cilacap Nomor../Pdt.G/2005/PN.Pwt. Untuk kemudian akan dilakukan
analisa terhadap berbagai aspek yang diteliti dengan teori teori, kaedah
hukum serta berbagai pengertian yang terkait dengan penelitian ini.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian diselenggarakan di Pengadilan Negeri Cilacap, Perpustakaan
Universitas Jenderal Soedirman, dan Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman.
4. Sumber Data
Data sekunder bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku
literature, doktrin, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
25
penelitian. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
Pengadilan Negeri Purwokerto.
5. Metode Pengumpulan Data
Data yang akan digunakan adalah data sekunder, karena pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan yuridis normatif. Dalam penelitian ini, data
sekunder yang digunakan adalah:
a. Bahan-bahan hukum primer
1) Peraturan perundang-undangan berupa KUHPerdata
2) Yuriprudensi berupa Putusan Pengadilan Cilacap Nomor
20/Pdt.G/2005/PN.Clp.
Bahan-bahan hukum tersebut diatas mempunyai kekuatan mengikat.
b. Bahan-bahan hukum sekunder
yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum
primer dan dapat membantu dalam menganalisis serta memahami
bahan hukum primer, seperti hasil karya ilmiah berupa literatur yang
berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti.
c. Bahan hukum tersier
yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum.
26
SISTEMATIKA SKRIPSI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Literatur :
Ali, Chidir.1978. Yurisprudensi Indonesia Tentang Perbuatan Melawan Hukum,
Binacipta.
Djojodirdjo, Moegni. 1982. Perbuatan Melawan Hukum, Tanggung Gugat
(aansprakelijkheid) untuk kerugian
yang disebabkan karena
perbuatan melawan hukum. Pradnya Paramita, Jakarta Pusat.
Prodjodikoro, Wirjono.1992. Perbuatan Melanggar Hukum. Bandung : Sumur
Bandung.
Satrio,J.2001. Hukum Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Buku I. Bandung :
PT. Citra Aditya Bakti.
Satrio, J.,1993, Hukum Perikatan, Perikatan pada umumnya, PT. Alumni,
Bandung,
Salim HS. 2002,Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika,
Yogyakarta.
Setiawan,R.1999. Pokok-Pokok Hukum Perikatan. Bandung : Putra Abardin.
Subekti,R.1982. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta : Intermasa.
Perundang-undangan :
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terjemahan Prof.Subekti