Salah satu penyebab timbulnya retakan pada bangunan, bahkan runtuhnya suatu bangunan adalah
ketidak-stabilan pondasi. Hal ini bisa disebabkan oleh perencanaan struktur pondasi yang salah atau
pondasi yang dibangun pada kondisi tanah yang tidak stabil atau tanah yang selalu bergerak.
Kondisi demikian masih penulis jumpai di beberapa tempat, diantaranya di desa Toriyo, Bendosari
Sukoharjo, dimana setiap didirikan bangunan, terutama bangunan dengan struktur beton bertulang
dan tembok bata, selalu terjadi retakan pada dinding, balok dan lantai setelah pada jangka waktu
tertentu. Setelah dikaji, memang retakan tersebut terjadi karena kondisi pondasi yang tidak stabil.
Terjadi penurunan dan pergerakan pondasi yang melebihi dari yang disyaratkan, serta besarnya
tidak merata pada seluruh pondasi. Bahkan beberapa pondasi batu kali terlihat miring, menunggu
proses keruntuhannya. Jenis tanahnya ternyata tanah lempung, atau terkadang masyarakat
menyebutnya dengan tanah hitam, yang mempunyai nilai kembang susut yang cukup besar.
Sehingga, walaupun struktur pondasi dan bangunan di atasnya sudah direncanakan cukup kuat, tapi
kalau didirikan di atas tanah yang tidak stabil, maka struktur bangunan tersebut akan ikut menjadi
tidak stabil.
Tanah hitam/lempung
Pondasi adalah struktur bawah bangunan yang berfungsi menyalurkan beban-beban atau berat
bangunan di atasnya ke dalam tanah. Oleh karenanya, perencanaan pondasi harus disesuaikan
dengan jenis dan sifat tanah yang akan mendukungnya. Disamping, tanah tersebut mampu menahan
beban yang disalurkan pondasi, tanah juga harus mempunyai sifat stabilitas yang baik atau
perbedaan kembang susut yang rendah.
Jenis tanah lempung atau tanah hitam mempunyai nilai kembang susut yang cukup besar. Pada
musim penghujan, tanah lempung akan mengembang cukup besar, dan pada musim kemarau/kering
tanah lempung akan menyusut yang cukup besar pula. Sehingga dapat dikatakan mempunyai
pergerakan yang besar. Kestabilannya dalam mendukung bangunan di atasnya menjadi jauh
berkurang. Apalagi bila pergerakan dan penurunan bangunan ini mempunyai tidak merata pada
seluruh bangunan dan pondasi, maka akan berakibat pada timbulnya retakan-retakan dan patahan
pada konstruksi betonnya atau dinding batanya, karena beton maupun dinding bata akan mudah
sekali retak atau patah apabila menerima beban tarik. Walaupun, retakan-retakan atau patahan
Cerucuk
bambu/kayu
Lapisan tanah
lempung