Anda di halaman 1dari 92

HUBUNGAN ANTARA STRES, AKTIVITAS FISIK,

DAN ASUPAN ENERGI PADA AKTIVIS ORGANISASI


IKATAN SELURUH MAHASISWA KESEHATAN JAWA BARAT
(ISMAKES JABAR)

KARYA TULIS ILMIAH


diajukan untuk sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan Progam Diploma III Kesehatan Bidang Gizi
oleh
ANGGIE LIDYA PRATIWI
NIM P17331112002

POLTEKKES KEMENKES RI BANDUNG


JURUSAN GIZI PROGAM STUDI DIPLOMA III
2015

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul Hubungan Antara Stres, Aktivitas Fisik,
dan Asupan Energi pada Aktivis Organisasi Ikatan Seluruh Mahasiswa
Kesehatan Jawa Barat (Ismakes Jabar) ini telah disidangkan pada
tanggal 5 Juni 2015.

Menyetujui.
Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Widartika, SKM, MPH


NIP 197310201997032001

PERNYATAAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul Hubungan Antara Stres, Aktivitas Fisik,
dan Asupan Energi pada Aktivis Organisasi Ikatan Seluruh Mahasiswa
Kesehatan Jawa Barat (Ismakes Jabar) ini telah disidangkan dan
dinyatakan lulus pada tanggal 5 Juni 2015.
Tim Penguji Ujian Akhir Progam Tahun 2015
Ketua Ujian

Tanda Tangan

Widartika, SKM, MPH


Anggota Penguji
1. Dadang Rosmana, DCN, M.Kes

2. Dr. Ir. MF Aryani Sudja, MKM

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


KETUA JURUSAN GIZI

Holil M.Pari, SKM, M.Kes


NIP 195605121981021001

ABSTRAK
Pratiwi, Anggie Lidya. 2015. Hubungan Antara Stres, Aktivitas Fisik, dan
Asupan Energi pada Aktivis Organisasi Ikatan Seluruh Mahasiswa
Kesehatan Jawa Barat (Ismakes Jabar). Karya Tulis Ilmiah.
Progam
Studi
Diploma
III
Jurusan
Gizi.
Politeknik
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
RI
Bandung.
Pembimbing: Widartika, SKM, MPH.
Mahasiswa sebagai periode usia remaja yang masih mengalami perubahan
secara biologis, kognitif, dan sosial-emosional mempunyai aktivitas fisik yang
cukup tinggi. Selain mengikuti perkuliahan, tidak sedikit mahasiswa yang
mengikuti kegiatan pengembangan diri melalui ektrakulikuler atau organisasi
sebagai upaya pencarian jati diri. Kegiatan tambahan tersebut dapat memicu
aktivitas fisik menjadi lebih tinggi serta dapat mengakibatkan stres. Apabila
keadaan tersebut berlangsung dengan asupan energi yang indekuat maka
akan dapat mengakibatkan kekurangan energi.
Penelitian ini bertujan untuk mengetahui hubungan antara stres, aktivitas
fisik, dan asupan energi pada aktivis organisasi Ismakes Jabar. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 1 Maret 2015. Desain penelitian
yang digunakan adalah Cross Sectional dengan jumlah sampel 48 orang
yang diambil secara Accidental Sampling. Data yang dikumpulkan adalah
kejadian stres dengan menggunakan Kuesioner Depression Anxiety and
Stres Scale (DASS), aktivitas fisik dengan menggunakan International
Physical Activity Questionnaire (IPAQ), dan asupan energi menggunakan
Recall 2x24 hour yang dibandingkan dengan AKG 2013.
Hasil penelitian dengan uji Fisher Exact menunjukkan bahwa semakin tinggi
tingkat stres maka semakin rendah asupan energi pada aktivis organsiasi
Ismakes Jabar dengan nilai p = 0,033 (p<) serta semakin tinggi tingkat
aktivitas fisik maka semakin rendah asupan energi pada aktivis organisasi
Ismakes Jabar nilai p = 0,020 (p<). Untuk mencegah adanya gangguan
asupan energi pada mahasiswa kesehatan, khususnya pada aktivis
organisasi Ismakes Jabar, maka perlunya penyelenggaan progam edukasi
terkait gizi mengenai keseimbangan kebutuhan dan asupan energi.
Kata Kunci : Stres, Aktivitas Fisik, Asupan Energi

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul Hubungan Stres, Aktivitas Fisik, dan Asupan
Energi pada Aktivis Organisasi Ikatan Seluruh Mahasiswa Kesehatan
Jawa Barat (Ismakes Jabar)
Proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan
dan

bantuan

dari

berbagai

pihak.

Dalam

kesempatan

ini

penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama:


1. Bapak Holil M.Pari, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Bandung,
2. Ibu Widartika, SKM, MPH selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Keluargaku tercinta (Bapak, Mamah, Rafizal, dan Fahriza) yang telah
memberikan dukungan berupa moril serta materil sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini,
4. Mahasiswa Gizi Angkatan 24 seperjuangan yang selalu memberi
semangat, serta
5. Ismakes Jabar yang telah bersedia bekerja sama dengan penulis.
Penulis menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini masih
terdapat kekurangan sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
untuk perbaikan kedepannya
Bandung, Juni 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum .................................................................

1.3.2 Tujuan Khusus ...............................................................

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi Peneliti ...................................................................

1.5.2 Bagi Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Bandung


Jurusan Gizi .. ................................

1.5.3 Bagi Ikatan Seluruh Mahasiswa Kesehatan Jawa Barat


(Ismakes Jabar) . .. ..

1.6 Keterbatasan Penelitian ...........................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Karakteristik Mahasiswa ..........................................................

2.2 Asupan Energi


2.2.1 Kecukupan Asupan Energi Mahasiswa ........................

10

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Asupan Energi ................... 12


2.2.3 Survei Konsumsi Makanan ............................................. 14

ii

2.3 Stres
2.3.1 Definisi Stres .................................................................. 14
2.3.2 Etiologi ........................................................................... 15
2.3.3 Tipe Stres ....................................................................... 15
2.3.4 Respon Stres ................................................................. 17
2.3.5 Indikator Stres ................................................................ 18
2.3.6 Dampak Stres ................................................................ 19
2.3.7 Tingkatan Stres .............................................................. 21
2.3.8 Cara Mengukur Stres . .. 23
2.4 Aktivitas Fisik
2.4.1 Definisi Aktivitas Fisik ..................................................... 24
2.4.2 Jenis Aktivitas Fisik Remaja ........................................... 25
2.4.3 Anjuran Aktivitas Fisik .................................................... 25
2.4.4 Manfaat Aktivitas Fisik bagi Remaja .............................. 26
2.4.5 Cara Mengukur Aktivitas Fisik ........................................ 26
2.5 Jambore Mahasiswa Kesehatan ............................................. 24
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep .................................................................... 30
3.2 Hipotesis .................................................................................. 31
3.3 DefinisiOperasional
3.3.1 Asupan Energi ............................................................... 31
3.3.2 Stres ............................................................................... 32
3.3.3 Aktivitas Fisik ................................................................. 32
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 34
4.2 Desain Penelitian .................................................................... 34
4.3 Populasi dan Sampel .............................................................. 34

iii

4.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data


4.4.1 Data Primer .................................................................... 35
4.4.2 Data Sekunder ............................................................... 36
4.5 Pengolahan dan Analisis Data
4.5.1 Pengolahan Data ........................................................... 36
4.5.2 Analisis Data .................................................................. 38
BAB V HASIL PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Ismakes Jabar ............................................ 40
5.2 Karakteristik Sampel
5.2.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin .............. 41
5.2.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia .............................. 42
5.2.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Koordinator Wilayah ..... 44
5.2.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Tempat Tinggal ............ 46
5.3 Variabel Penelitian
5.3.1 Asupan Energi ................................................................ 47
5.2.2 Stres................................................................................ 49
5.2.2 Aktivitas Fisik .................................................................. 52
5.4 Analisis Bivariat
5.4.1 Hubungan

antara Stres

dan Asupan Energi

pada Aktivis Organisasi Ismakes Jabar Tahun 2015 . 54


5.4.1 Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Asupan Energi
pada Aktivis Organisasi Ismakes Jabar Tahun 2015 . 58
BAB VI KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan .............................................................................

60

6.2 Saran ......................................................................................

61

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ . 62


LAMPIRAN ...............................................................................................

iv

66

DAFTAR TABEL

No

Halaman

2.1

TABEL ANGKA KECUKUPAN ENERGI


BERDASARKAN
GOLONGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN

11

5.1

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN


JENIS KELAMIN PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES JABAR
TAHUN 2015 ..

42

5.2

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN


USIA PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES JABAR TAHUN
2015 .

43

5.3

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN


KOORDINATOR WILAYAH PADA AKTIVIS ORGANISASI
ISMAKES JABAR TAHUN 2015 .

45

5.4

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN


TEMPAT TINGGAL PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES
JABAR TAHUN 2015 ...

46

5.5

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN


ASUPAN ENERGI PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES
JABAR TAHUN 2015 ...

48

5.6

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN


STRES DAN TIDAK STRES PADA AKTIVIS ORGANISASI
ISMAKES JABAR TAHUN 2015 .

50

5.7

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN


AKTIVITAS FISIK PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES JABAR
TAHUN 2015 ..

52

5.8

TABEL HUBUNGAN ANTARA STRES DAN ASUPAN ENERGI


PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES JABAR TAHUN 2015 ..

54

5.9

TABEL HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN ASUPAN


ENERGI PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES JABAR TAHUN
2015 .

58

DAFTAR GAMBAR

No
3.1

Halaman
HUBUNGAN ANTARA STRES DAN AKTIVITAS FISIK
TERHADAP ASUPAN MAKAN PADA AKTIVIS ORGANISASI
IKATAN SELURUH MAHASISWA KESEHATAN JAWA BARAT
(ISMAKES JABAR)

vi

30

DAFTAR LAMPIRAN

No

Halaman

NASKAH PENJELASAN PENELITIAN .

65

DATA UMUM RESPONDEN ...

67

FOOD RECALL 2 X 24 JAM .......

68

KUESIONER DEPRESSION ANXIETY AND STRESS SCALE


(DASS) 42 ..

70

INTERNATIONAL PHYSICAL ACTIVITY QUESTIONNAIRE


(IPAQ) SHORT FORM .

74

HASIL
UJI
STATISTIK
CHI-SQUARE
TEST
HUBUNGAN ANTARA STRES, AKTVITAS FISIK, DAN ASUPAN
ENERGI PADA AKTIVIS ORGANISASI IKATAN SELURUH
MAHASISWA KESEHATAN JAWA BARAT (ISMAKES JABAR) ....

77

vii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam upaya pencapaian

Millenium Development Goals

(MDGs), penduduk Indonesia saat ini masih mempunyai hambatan


karena masih adanya masalah gizi, yaitu asupan makan yang tidak
seimbang. Asupan makan yang tidak seimbang tersebut mempunyai
dua kecenderungan yaitu asupan energi dibawah kebutuhan minimal
(asupan kurang) dan asupan energi diatas kebutuhan minimal (asupan
berlebih). Pada MDGs pertama, indikator yang digunakan adalah
persentase penduduk yang mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan
minimal. Berdasarkan data Riskesdas 2010, penduduk Indonesia yang
mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 70
persen dari angka kecukupan gizi bagi orang Indonesia) pada usia 1618 tahun adalah sebanyak 54,5% dan pada usia19 tahun keatas adalah
sebanyak 40,7%.
Rentang usia terjadinya permasalahan gizi tersebut dapat
dikategorikan

sebagai

remaja.

Remaja

merupakan

masa

perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa


yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
(Santrock, 2003: 26). Pertumbuhan fisik dan psikis menyebabkan
remaja membutuhkan asupan energi yang lebih besar dari pada masa
anak-anak (Nadeak, 2013). Apabila tidak terjadi keseimbangan antara
asupan energi dan energi yang dikeluarkan, maka akan menyebabkan
penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh sehingga
pertumbuhan kurang optimal. (Almatsier, 2009).

Remaja ini biasanya dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu 12


15 tahun disebut masa remaja awal, 15 18 tahun disebut masa remaja
pertengahan, dan 18 21 tahun disebut masa remaja akhir. Pada
remaja akhir, biasanya seseorang telah duduk di bangku kuliah sebagai
mahasiswa. Sedangkan, mahasiswa mempunyai peran sebagai agent
of change dan agent of social control yang sebenarnya adalah
penyambung lidah rakyat. Konsekuensinya, tugas mahasiswa tidak
hanya belajar dan sibuk dengan tugas-tugas, melainkan juga membumi
ke masyarakat. Hal ini sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi
yang menyiratkan aspek pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Oleh karena itu, dalam menjalankan perannya mahasiswa
tidak terlepas dari organisasi yang menjadi wadah aspirasi mereka.
(Deswita, 2006).
Pola hidup yang kompleks pada mahasiswa seringkali menjadi
beban tambahan selain beban akademis yang harus dijalaninya.
Tuntutan tersebut dapat menjadi gangguan perilaku makan pada remaja
yang dapat mengakibatkan asupan energi kurang atau berlebih dari
kecukupan energi yang seharusnya. Asupan energi kurang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantanya adalah jenis kelamin, usia,
tempat tinggal, stres, dan aktivitas fisik (Megawindah, 2012).
Pada mahasiswa awal yang mengalami peralihan dari siswa
menjadi mahasiswa, ketika hal tersebut terjadi, koping (pertahanan)
terhadap tuntutan tersebut dapat mengalami overload sehingga dapat
menjadi stres dalam bentuk kelelahan fisik atau mental, daya tahan
menurun, dan emosi yang mudah meledak-ledak (Santrock, 2003).
Menurut Edward (dalam Willenbring M.D, 2006), pada orang
yang menderita stres terdapat dua kecenderungan umum mengenai
pola makan yang secara nyata mempengaruhi berat tubuh yaitu tidak

selera makan dan keinginan makan makanan yang manis bertambah.


Nafsu makan ini berasal dari susunan syaraf pusat dan timbul karena
ingatan dan asosiasi tetapi rasa lapar juga mungkin timbul gerakan
saluran pencernaan yang agak keras. Selain nafsu makan bertambah,
stres juga dapat mengakibatkan nafsu makan berkurang karena
suasana hati tidak mendukung untuk memberikan asupan makan pada
tubuh.
Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian dari Ninna
Rohmawati (2013) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna secara statistik antara stres dengan asupan energi. Pada
penelitian ini menunjukkan subyek yang mengalami stres cenderung
mempunyai asupan makan berlebih. Stres diketahui juga dapat
menyebabkan gangguan makan, baik berupa nafsu makan berkurang
atau meningkat.
Begitu pula berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang
dilaksanakan oleh peneliti terhadap 10 orang mahasiswa kesehatan
yang tergabung dalam Ikatan Seluruh Mahasiswa Kesehatan Jawa
Barat (Ismakes Jabar), ditemukan bahwa sekitar 40% asupan energi
cukup, 40% mempunyai asupan energi kurang, dan 20% mempunyai
asupan energi berlebih dari kecukupan energi pada AKG 2013. Artinya
pada organisasi Ismakes Jabar masih terdapat mahasiswa dengan
asupan yang tidak seimbang.
Dari hasil penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian di organisasi Ikatan Seluruh Mahasiswa Kesehatan Jawa
Barat (Ismakes Jabar) karena organisasi ini termasuk organisasi ekstra
kampus yang mempunyai roda organisasi cukup ideal dan mandiri.
Selama ini, peneliti belum menemukan adanya penelitian yang

menjadikan organisasi ekstra kampus sebagai

objek penelitian,

khususnya Ismakes Jabar.


Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk
melihat hubungan stres, aktivitas fisik, dan asupan energi pada aktivis
organisasi Ismakes Jabar.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara stres, aktivitas fisik, dan
asupan energi pada aktivis organisasi Ikatan Seluruh Mahasiswa
Kesehatan Jawa Barat (Ismakes Jabar)?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1.

Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara stres, aktivitas fisik, dan
asupan

energi

pada

aktivis

organisasi

Ikatan

Seluruh

Mahasiswa Kesehatan Jawa Barat (Ismakes Jabar)


1.3.2

Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a) Mengetahui karakteristik sampel, meliputi jenis kelamin,
usia, asal korwil, dan tempat tinggal responden.
b) Memperoleh informasi mengenai stres pada aktivis
organisasi Ikatan Seluruh Mahasiswa Kesehatan Jawa
Barat (Ismakes Jabar)
c) Memperoleh informasi mengenai aktivitas fisik pada
aktivis organisasi Ikatan Seluruh Mahasiswa Kesehatan
Jawa Barat (Ismakes Jabar)

d) Memperoleh informasi mengenai asupan energi pada


aktivis organisasi Ikatan Seluruh Mahasiswa Kesehatan
Jawa Barat (Ismakes Jabar)
e) Menganalisa hubungan antara stres dengan jumlah
asupan energi pada aktivis organisasi Ikatan Seluruh
Mahasiswa Kesehatan Jawa Barat (Ismakes Jabar)
f) Menganalisa hubungan antara aktivitas fisik dengan
asupan energi pada aktivis organisasi Ikatan Seluruh
Mahasiswa Kesehatan Jawa Barat (Ismakes Jabar)
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi aspek stres, aktivitas fisik,
dan asupan energi pada aktivis organisasi Ikatan Seluruh Mahasiswa
Kesehatan Jawa Barat (Ismakes Jabar)
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Dari

penelitian

ini

diharapkan

dapat

menambah

pengetahuan peneliti mengenai hubungan stres, aktivitas fisik,


dan asupan energi pada aktivis organisasi Ikatan Seluruh
Mahasiswa Kesehatan Jawa Barat (Ismakes Jabar), serta dapat
mengaplikasikan ilmu yang dipelajari selama perkuliahan
kedalam penelitian ini.

1.5.2 Bagi

Politeknik

Kesehatan

Kemenkes

RI

Bandung

Jurusan Gizi
Penelitian

ini

diharapkan

dapat

dijadikan

sebagai

referensi penunjang pembelajaran maupun sebagai penambah


wawasan bagi pembaca itu sendiri, khususnya mahasiswa
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Bandung Jurusan Gizi.
1.5.3 Bagi Ikatan Seluruh Mahasiswa Kesehatan Jawa Barat
(Ismakes Jabar)
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang positif bagi aktivis organisasi Ikatan Seluruh Mahasiswa
Kesehatan Jawa Barat (Ismakes Jabar) sebagai bahan evaluasi
kaitannya dengan hubungan stres, aktifivitas fisik, dan asupan
energi sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai antisipasi
terjadinya asupan tidak seimbang.
1.6

Keterbatasan Penelitian
Pengumpulan data stres menggunakan kuesioner DASS 42.
Kuesioner ini akan mengalami bias apabila dilakukan pada

aktivis

yang telah mempunyai pertahanan atau koping stres yang baik karena
pada aktivis yang mempunyai koping stres yang baik akan mempunyai
manajemen diri yang baik sehingga tidak memperlihatkan gejala-gejala
stres. Untuk meminimalisir kemungkinan tersebut, peneliti mengambil
sampel kader aktif Ismakes Jabar tingkat 1 yang membutuhkan
penyesuaian diri dari peralihan siswa menjadi mahasiswa.
Selain itu, pengambilan data stres harus pada waktu yang tepat
menggambarkan kegiatan organisasi untuk mengurangi bias skala
stres dan tingkat aktivitas fisik. Organisasi Ismakes Jabar mempunyai
progam kerja besar 3 bulan sekali dengan progam insidental hampir

setiap minggu. Oleh karena itu, pengambilan data tingkat stres dan
aktivitas fisik dilakukan selama satu minggu terakhir persiapan
kegiatan besar. Pada penelitian ini dilakukan pada kegiatan Jambore
Mahasiswa Kesehatan yang dilaksanakan selama 3 hari. Pemilihan
sampel dilakukan dengan metode Accidental Sampling sehingga
sampel tidak terwakili oleh seluruh Korwil.
Pengambilan data asupan energi pada kegiatan Jambore
Mahasiswa Kesehatan mempunyai kekurangan yaitu pada saat
pengambilan recall hari ke-2 mayoritas akan mempunyai asupan yang
sama dikarenakan 2 kali makan dalam sehari disediakan oleh panitia
dalam jumlah yang sama sehingga asupan energi rata-rata sama
tergantung makanan tambahan yang dikonsumsi aktivis organisasi
tersebut saat kegiatan. Untuk mengurangi bias, dilakukan recall
selama 2x24 jam kemudian dirata-ratakan dengan recall hari ke-1
asupan makan sehari sebelum kegiatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Karakteristik Mahasiswa
Menurut golongan usianya, mahasiswa tergolong menjadi
remaja akhir. Pada tahap ini remaja akhir mengalami perubahan fisik,
psikologis, dan sosial (Deswita, 2006). Menurut Sarwono (2008),
remaja atau adolescence adalah tumbuh kearah kematangan fisik,
sosial maupun psikologis, periode perkembangan selama individu
mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa.
Menurut Santrock (2003: 91) perubahan fisik yang terjadi
pada remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu
meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial.
Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi
semakin panjang dan tinggi). Adanya kematangan fisik tersebut
mengakibatkan adanya masa dimana emosi, psikis, maupun perilaku
yang dipengaruhinya mengalami ketidakstabilan.
Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi,
kecerdasan dalam berpikir dan peerencanaan dalam bertindak.
Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat
yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa (Siswoyo, 2007).
Adanya perkembangan kognitif pada mahasiswa menjadi lebih
kritis dan kompleks tersebut mengakibatkan mahasiswa membutuhkan
suatu wadah berupa organisasi untuk mendukung secara legitimasi
ide-ide yang disampaikannya. Oleh karena itu, antara mahasiswa

dengan organisasi mempunyai kemungkinan tidak dapat dipisahkan


satu sama lain (Ardi, 2010).
Masalah yang timbul akibat tuntutan peran mahasiswa dalam
berbagai ruang lingkup, baik itu sebagai pelajar, aktivis, maupun
perannya dalam lingkungan sosial lainnya dapat memicu aktivitas dan
stres yang tinggi. Sedangkan menurut Hamid (2008), kaitannya
dengan asupan energi remaja, fenomena pertumbuhan pada masa
remaja menuntut asupan energi yang tinggi agar tercapai potensi
pertumbuhan

secara

maksimal

karena

asupan

energi

dan

pertumbuhan merupakan hubungan integral.


2.2

Asupan Energi
Asupan energi merupakan faktor utama dalam berjalannya
metabolisme dalam tubuh. Bahan-bahan yang terkandung dalam
makanan sehari-hari akan menjadi penyusun tubuh setelah melalui
berbagai proses dengan mekanisme pengaturan sebagai berikut :
a. Penyerapan dalam saluran pencernaan
b. Metabolisme dalam jaringan
c. Pengeluaran oleh alat-alat ekskresi
Zat-zat gizi yang berperan sebagai sumber energi adalah karbohidrat,
lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang
diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas. Ketiga zat gizi
tersebut terdapat dalam jumlah paling banyak dalam bahan pangan.
Oleh karena itu, ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar yang
dapat digunakan sebagai energi untuk beraktivitas (Almatsier, 2009).
. Manusia yang kurang asupan energi akan lemah baik daya
kegiatan, pekerjaan fisik atau daya pemikirannya karena kurangnya
zat-zat makanan yang diterima tubuhnya. Seseorang tidak dapat
menghasilkan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari

10

makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi


dalam

tubuh,

namun

kebiasaan

meminjam

ini

akan

dapat

mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu kekurangan gizi khususnya


energi (Suhardjo, 2003).
John P.K. Pinel (2009) mengemukakan bahwa jumlah asupan
energi yang melebihi dari total kecukupan energi dapat beresiko
mengakibatkan kegemukan, dan asupan energi yang kurang dari total
kebutuhan energi dapat beresiko mengakibatkan tubuh yang kurus.
Seringkali asupan energi berlebih dikaitkan dengan adanya
rasa lapar. Adanya rasa lapar dibentuk ternyata bukan karena adanya
defisit energi tapi berdasarkan teori perspektif insentif-positif derajat
rasa

lapar

dirasakan

bergantung

pada

semua

faktor

yang

mempengaruhi termasuk cita rasa makanan, faktor stres, adanya


iming-iming efek makan sesuatu baik itu dipelajari sendiri maupun
bersumber dari orang lain, berapa lama waktu terakhir makan, apakah
ada orang lain yang hadir dan makan, jenis dan kuantitas makanan
diusus, dan apakah glukosa darah berada pada kisaran normal. Oleh
karena itu, rasa lapar tidak mengenal apa yang kita makan, kapan kita
makan, dan seberapa banyak kita makan (Pinel, 2009).
2.2.1 Kecukupan Asupan Energi Mahasiswa
Menurut Soetjiningsih (2004), kebutuhan energi pada
mahasiswa bervariasi tergantung aktifivas fisik. Mahasiswa
yang kurang aktif dapat menjadi kelebihan berat badan atau
obesitas, walaupun asupan energi lebih rendah dari kebutuhan
yang direkomendasikan. Sebaliknya pada mahasiswa yang
sangat aktif akan membutuhkan energi yang lebih banyak dari
kebutuhan energi yang direkomendasikan. Konsumsi energi

11

yang kurang dapat terjadi karena sumbernya, kebutuhan yang


meningkat atau pada penyakit kronis.
Kecukupan asupan energi mahasiswa dimuat dalam
Angka Kecukupan Gizi yang diambil dari usia remaja yaitu 1821 tahun. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) adalah
banyaknya masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi
dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk
mencegah defesiensi zat gizi. AKG dipengaruhi oleh umur, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, tinggi badan, genetika dan
keadaan fisiologis seperti ibu hamil dan menyusui.
Berikut merupakan tabel kecukupan energi berdasarkan
golongan umur dan jenis kelamin :
TABEL 2.1
ANGKA KECUKUPAN ENERGI
BERDASARKAN GOLONGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN
Golongan Umur

Jenis Kelamin

Energi (kkal)

16-18

Laki-laki

2675

16-18

Perempuan

2125

19-29

Laki-laki

2725

19-29

Perempuan

2250

(tahun)

Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, AKG 2013

12

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Asupan Energi


Faktor yang mempengaruh asupan energi pada remaja
diantaranya :
1. Jenis Kelamin
Banyak yang telah meneliti tentang asupan energi
hubungannya dengan jenis kelamin. Berdasarkan Riskesdas
2010, asupan energi berlebih yang mengakibatkan obesitas,
prevalensinya

pada

dibandingkan

dengan

perempuan

lebih

laki-laki

(16,3%).

tinggi

(26,9%)

Hal

tersebut

membuktikan bahwa jenis kelamin mempengaruhi asupan


energi seseorang.
2. Usia
Pertumbuhan

fisik

dan

psikis

pada

usia

remaja

menyebabkan remaja membutuhkan asupan energi yang lebih


besar. Apabila tidak terpenuhi hal tersebut dapat menyebabkan
penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh sehingga
pertumbuhan kurang optimal (Nadeak, 2013).
3. Tempat tinggal
Faktor tempat tinggal pada mahasiswa cukup berperan
dalam asupan energinya. Biasanya ketika mahasiswa tersebut
mempunyai aktivitas tinggi disertai dengan permasalahanpermasalahan kehidupan yang dapat mengakibatkan stres
pada mahasiswa yang kost tidak adanya peran orang tua
sebagai pengontrol yang mengingatkan pentingnya asupan
energi seimbang untuk memenuhi kecukupan energi pada

13

mahasiswa secara langsung. Selain itu, ketersediaan makanan


di kostan biasanya terbatas. Berbeda halnya dengan yang
tinggal dengan orangtua masih adanya kemungkinan peran
orang

tua

dalam

mengontrol

kehidupan

anaknya

serta

ketersediaan asupan energi akan lebih terjamin. (Budiyanto,


2004)
4. Stres
Menurut Edward (dalam Willenbring M.D, 2006), pada
orang yang menderita stres terdapat dua kecenderungan umum
mengenai pola makan yang secara nyata mempengaruhi berat
tubuh yaitu tidak selera makan dan keinginan makan-makanan
yang manis bertambah. Nafsu makan ini berasal dari susunan
syaraf pusat dan timbul karena ingatan dan asosiasi tetapi rasa
lapar juga mungkin timbul gerakan saluran pencernaan yang
agak keras. Selain nafsu makan bertambah, stres juga dapat
mengakibatkan nafsu makan berkurang karena suasana hati
tidak mendukung untuk memberikan asupan makan pada
tubuh.
5. Aktivitas Fisik
Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar
metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru
memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi
dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisasisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung
pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan
berapa berat pekerjaan yang dilakukan. (Almatsier, 2009).

14

2.2.3 Survei Konsumsi Makanan


Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan
status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumah dan
jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi
makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi
berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu.
Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan
zat gizi. (Supariasa, 2002)
Salah satu metode dalam melakukan survei konsumsi
makanan adalah dengan metoda Recall 2x24 jam. Recall 2x24
jam adalah metoda untuk mengetahui gambaran rata-rata
asupan gizi sehari individu. Metode ini dilakukan dengan
wawancara mengenai jenis dan banyaknya makanan yang
dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) atau
berat dari setiap makanan yang dikonsumsinya. Dengan
demikian dapat diketahui rata-rata asupan gizi yang dikonsumsi
dengan bantuan daftar komposisi bahan makanan (DKBM),
daftar

penukar

atau

dengan

software

NutriSurvey2007.

(Supariasa, 2002)
2.3 Stres
2.3.1 Definisi Stres
Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor
psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini
digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai
stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa
respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres;
konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan

15

stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu sistem


(WHO, 2003).
Luthans (dalam Megawindah, 2012) mendefinisikan stres
sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang
dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis,
sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau
peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis
dan fisik seseorang.
2.3.2 Etiologi
Stres dapat terjadi karena adanya perubahan dalam
ruang lingkup pekerjaan sebagai mahasiswa, tanggung jawab,
pengambilan keputusan, tempat tinggal, hubungan pribadi, dan
kesehatan. Kondisi tersebut dapat memicu stres yang disebut
sebagai stresor. (Purwati, 2012)
Mahasiswa mengalami stres dengan karakteristik stresor
yang kompleks. Sumber stres meliputi manajemen waktu,
tuntutan

akademik,

kesibukan

organisasi,

dan

cara

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berasal dari


berbagai macam karakteristik kepribadian. (Davidson, 2001)
Berdasarkan

penjabaran

singkat

mengenai

stresor

tersebut, setiap individu dituntut untuk beradaptasi dengan


stresor yang terjadi pada dirinya dalam rangka bertahan hidup.
2.3.3 Tipe Stres
Luthans (dalam Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, 2011)
menyebutkan bahwa penyebab stres (stresor) terdiri atas emapt
hal utama, yakni:

16

1. Extra organizational stresors, yakni terdiri dari perubahan sosial


teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan,
ras dan kelas, dan keadaan komunitas/tempat tinggal.
2. Organizational stresors, yang terdiri dari kebijakan organisasi,
struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses
yang terjadi dalam organisasi. Organisasi disini dapat berupa
organisasi

mahasiswa

maupun

institusi

mahasiswa

bersangkutan.
3. Group stresors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam
grup,

kurangnya

dukungan

sosial, serta adanya

konflik

intraindividu, interpersonal, dan intergroup. Contohnya dalam


keluarga, grup pertemanan, atau grup lainnya.
4. Individual stresors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan
ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti control
personal, learned helplessness, self-efficacy, dan daya tahan
psikologis.
Sedangkan Copper (dalam Veithzal Rivai dan Deddy
Mulyadi, 2011) membagi penyebab stres dalam beraktivitas
menjadi dua, yakni:
1. Group stresors, adalah penyebab stres yang berasal dari situasi
maupun keadaan di dalam organisasi atau lingkungan institusi,
misalnya kurangnya kerjasama antara anggota atau teman
konflik antara

individu

dalam suatu

kelompok,

maupun

kurangnya dukungan sosial dari sesama anggota atau teman di


dalam organisasi atau lingkungan institusi.
2. Individual stresor, adalah penyebab stres yang berasal dari
dalam diri individu, misalnya tipe kepribadian seseorang, control

17

personal dan tingkat kepasrahan seseorang, persepsi terhadap


diri sendiri, tingkat ketabahan dalam menghadapi konflik peran
serta ketidakjelasan peran.
2.3.4 Respon Stres
Stres dapat menghasilkan berbagai respon yang dapat
digunakan sebagai indikator tingkat stres seseorang. Respon
stres dapat terlihat dari berbagai aspek, yaitu respon fisiologis,
adaptif dan psikologis.
Respon fisiologis terhadap stressor menurut Smeltzer &
Bare (dalam Purwati, 2012) merupakan mekanisme protektif
dan adaptif untuk memelihara keseimbangan homeostatis
tubuh. Merupakan rangkaian peristiwa neural dan hormonal
yang menimbulkan konsekuensi jangka panjang dan jangka
pendek bagi otak dan tubuh. Dalam respon stres impuls aferen
oleh organ pengindra dan internal ke pusat saraf otak lalu
diteruskan sampai ke hipotalamus. Kemudian diintegrasikan
dan dikoordinasikan dengan respon yang diperlukan untuk
mengendalikan tubuh tetap pada kondisi seimbang homeostasis
Jika tubuh tidak dapat menyesuaikan dengan kondisi tersebut
maka tubuh akan mengalami stres.
Sistem saraf pusat mensekresikan neropinefrin dan
efinefrin untuk meningkatkan respon simpatis-adrenal-moduler
pada kondisi stres.

Pada kondisi tersebut ada organ yang

meningkat maupun menurun kinerjanya, reaksi ini disebut fight


or flight. Neropinefrin mengakibatkan peningkatan fungsi organ
vital dan keadaan tubuh secara umum. Sedangan sekresi
endofrin mampu menaikkan ambang untuk menahan stimulasi
nyeri yang mempengaruhi suasana hati. Manifestasi peran

18

neropinefrin dan endofrin adalah sebagai berikut: pengeluaran


keringat, perubahan suasana hati, keluhan sakit kepala, sulit
tidur, peningkatan denyut nadi, yang dapat terjadi pada
mahasiswa akibat stres akademik dan organisasi.
2.3.5 Indikator Stres
Indikator stres merupakan ukuran stres secara kuantitatif
dan

kualiatif

mahasiswa.

yang
Taylor

dapat

menggambarkan

(dalam

tingkat

Megawindah,

stres
2012)

mengkategorikan indikator stres meliputi fisiologis, psikologis


(emosional), dan perilaku stres.
Indikator fisiologis stres adalah objektif dan lebih mudah
diidentifikasi. Indikator fisiologis yang mudah diamati berupa
kenaikan tekanan darah, tangan dan kaki dingin, postur tubuh
yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala, gangguan lambung,
suara bernada tinggi, muntah, mual, diare, perubahan nafsu
makan,

perubahan

berat

badan,

dan

telapak

tangan

berkeringat.
Indikator psikologis (emosional) dan perilaku stres adalah
subjektif, berupa ansietas, depresi, kepenatan, kelelahan
mental, perasaan tidak mampu menyelesaikan suatu masalah,
kehilangan harga diri, kehilangan minat dan motivasi, ledakan
emosi dan menangis, kecenderungan membuat kesalahan,
mudah lupa dan pikiran buntu, kehilangan perhatian terhadap
hal-hal rinci, ketidakmampuan berkonsentrasi terhadap tugas,
rentan terhadap kecelakaan, serta penurunan produktivitas dan
kualitas kerja.

19

Indikator perilaku dapat berupa konstruktif dan destruktif.


Perilaku konstruktif membantu mahasiswa menerima tantangan
untuk menyelesaikan konflik, sedangkan perilaku destruktif akan
mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan menyelesaikan
masalah,

kepribadian,

situasi

yang

sangat

berat,

dan

kemampuan untuk berguna untuk lingkungannya.


Perilaku
mekanisme

adaptif

koping.

psikologis

Biasanya

dapat

disebut

mekanisme

dengan

dalam

teknis

pemecahan masalah lebih mudah diterapkan pada perempuan.


Sedangkan laki-laki lebih suka menggunakan mekanisme
koping berupa pertahanan ego, untuk mengatur distres
emosional yang dapat memberikan perlindungan terhadap
ansietas dan stres (Potter & Perry, 2005). Oleh karena itu,
perempuan cenderung lebih mudah diidentifikasi stresnya.
2.3.6 Dampak Stres
Menurut Indri

Kemala (2007) adanya stres pada

mahasiswa dengan berbagai macam tuntutan yang dihadapinya


akan menimbulkan reaksi positif maupun reaksi negative.
Reaksi positif adalah ketika mahasiswa tersebut survive atau
bertahan dengan tantangan hidup yang dihadapinya, malah
disisi lain ada yang menganggap tantangan adalah sebuah ujian
untuk mengembangkan dirinya ke arah kedewasaan. Tentu
saja, bagi seseorang yang menganggap suatu permasalahan
adalah

sesuatu

yang

harus

diselesaikan,

permasalahan

tersebut tidak akan menjadi beban untuk mahasiswa. Adapun


permasalahan

pada

mahasiswa

contohnya

seperti

keseimbangan antara akademis dan kegiatan organisasi.


Mahasiswa yang mampu menjawab tantangan tersebut akan

20

berprestasi di dua bidang yang berlainan tersebut, bagaimana


cara ia menyelesaikan masalah dan bagaimana cara ia
menyikapi masalah adalah respon dari stres yang ia hadapi.
Stres bagi mahasiswa seperti halnya tersebut berfungsi sebagai
stimulus untuk pengembangan dirinya ke arah yang lebih baik.
Berbeda kasusnya dengan mahasiswa yang menjadikan
sebuah permasalahan adalah masalah yang besar sehingga
menjadi gangguan secara psikologis pada dirinya sendiri juga.
Kondisi ini merupakan reaksi negatif dari adanya stres.
Stres pada kondisi ini justru membahayakan karena akan
ada

kemungkinan

kecenderungan

seseorang

melakukan

perubahan perilaku, baik itu perilaku moral maupun perilaku


makan. Perilaku moral misalnya adalah pengekspresian jiwa
yang merusak diri sendiri contohnya dengan mabuk-mabukan,
kebut-kebutan, serta memakai obat-obatan diharapkan dapat
mengurangi tingkat stresnya tersebut yang pada akhirnya hal
tersebut terbukti merupakan penjabaran yang salah kaprah
dalam pengobatan stres.
Menurut Mark L. Willenbring M.D. dkk. (2006), secara
psikologis stres telah terbukti mampu menciptakan perilaku
makan pada manusia. Tidak hanya manusia, bahkan stres pun
dapat menyebabkan perilaku makan pada hewan Saat dalam
kondisi stres, perilaku makan akan mengalami peningkatan dan
berkontribusi terhadap obesitas atau kelebihan berat badan.
Misalnya, kebanyakan orang yang sedang dalam kondisi stres
akan lebih sering makan karena mereka percaya bahwa makan
bisa mengatasi stres yang dialami. Stres dan tidak enaknya
suasana hati atau bad mood, yang sebagian dimediasi oleh

21

fungsi serotonin otak berkurang, justru sering meningkat pada


nafsu makan wanita yang sedang berdiet.
Stres muncul untuk mengubah asupan makanan secara
keseluruhan dengan cara makan berlebihan, yang mungkin
dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya tingkat keparahan stres
(Ragin, 2011)
Namun, pada kenyataannya stres dapat pula memicu
turunnya nafsu makan, pada kesibukan mahasiswa sebagai
aktivis dijumpai mahasiswa tidak mempunyai waktu untuk
makan, sehingga dapat beresiko maag atau apabila terjadi
secara terus menerus akan mengakibatkan tubuh yang kurus.
Oleh karena itu, respons emosional yang terkait dengan
stres perlu ditekan agar tidak menyebabkan timbulnya nafsu
makan berlebih atau kurang yang berujung pada malnutrisi.
2.3.7 Tingkatan Stres
Setiap individu mempunyai persepsi berbeda tentang
menterjemahkan

tingkatan

stres.

Hal

tersebut

dapat

dikarenakan oleh adannya perbedaan latar belakang baik itu


dari keyakinan dan norma, pengalaman, pola hidup, dan
lingkungan.
Menurut Indri Kemala (2007) tingkatan stres terdiri
menjadi 5 bagian yaitu:
1) Stres Normal
Stres normal merupakan stres yang alamiah teratur
terjadi pada mahasiswa biasanya. Seperti dalam situasi:
kelelahan

setelah

mengerjakan

tugas,

kelelahan

setelah

22

berorganisasi, merasakan detak jantung yang lebih keras dari


biasanya setelah beraktivitas. Stres alamiah adalah normal,
bahkan dalam kandungan pun manusia sudah merasakan stres.
2) Stres Ringan
Stres ringan terjadi secara terartur untuk beberapa menit
atau beberapan jam. Situasi seperti ini misalnya kurangnya tidur
akibat aktivitas organisasi, kemacetan, atau terkena marah oleh
seseorang. Stresor ini biasanya dilengkapi dengan gejala,
antara lain bibir kering pecah-pecah, kesulitan bernafas
(terengah-engah), kesulitan menelan, merasa goyah, merasa
lemas, berkeringat berlebihan, dan merasa sangat lega ketika
kegiatan berakhir. Pada organisastor biasanya terjadi ketika
beberapa hari menjelang progam kerja besar dimana persiapan
kegiatan

akan

diporsir

secara

terus

menerus

hingga

pelaksanaan kegiatan.
3) Stres Sedang
Stres sedang terjadi lebih lama, dari mulai beberapa jam
hingga beberapa hari. Misalnya masalah perselisihan dengan
seseorang yang sulit untuk diselesaikan. Stresor ini dapat
menimbulkan gejala, antara lain mudah marah, bereaksi
berlebihan terhadap situasi, sulit untuk beristirahat, tidak sabar
menunggu, merasa cemas, mudah tersinggung, dan gelisah.
(Psychology Foundation of Australia, 2010.) Pada kondisi
seperti ini jumlah asupan makan dapat terjadi dua kemungkinan
yaitu makan lebih sedikit atau sebaliknya karena dipengaruhi
oleh suasana hati mahasiswa. Menjadi lebih sedikit apabila
mahasiswa tersebut sudah acuh terhadap kondisi tubuhnya
akibat kesibukan atau stres yang dialaminya, sedangkan akan

23

menjadi lebih banyak ketika perilaku makan dijadikan sasaran


sebagai obat untuk menghilangkan stres, terkadang perilaku
makan tidak mempertimbangkan lapar atau tidaknya.
4) Stres Berat
Stres berat adalah situasi stres yang kronis yang dapat
terjadi dalam kurun waktu beberapa minggu hingga beberapa
tahun, seperti perselisihan dengan teman seorganisasi secara
terus menerus, kesulitan financial yang berkepanjangan, dan
penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan lama situasi
stres maka semakin tinggi resiko yang ditimbulkannya. Stresor
ini dapat menimbulkan gejala menjadi tidak kuat lagi untuk
melakukan suatu kegiatan, tidak ada lagi harapan di masa yang
akan datang, putus asa, sedih dan tertekan, dan rendah diri.
Semakin stres yang dialami mahasiswa secara bertahap akan
menurunkan respon adaptifnya. Pada kondisi seperti ini stres
dapat menimbulkan kurangnya jumlah asupan makan pada
mahasiswa.
5) Stres Sangat Berat
Stres sangat berat terjadi dalam waktu beberapa bulan
sampai dengan waktu yang tidak dapat ditentukan. Stres sangat
berat ini tidak mempunyai motivasi atau berkeinginan untuk
hidup dan cenderung pasrah. Mahasiswa dengan tingkatan
stres ini biasanya teridentifikasi mengalami depresi berat, resiko
paling besar adalah kejadian bunuh diri.
2.3.8 Cara Mengukur Stres
Tingkatan

stres

ini

diukur

dengan

menggunakan

Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42).DASS adalah


seperangkat skala subyektif yang dibentuk untuk mengukur

24

status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres.


DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara
konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses
yang

lebih

lanjut

untuk

pemahaman,

pengertian,

dan

pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional,


secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres.
DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau
individu untuk tujuan penelitian. Tingkatan stres pada instrumen
ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat berat.
Instrumen psikometrik

Depression Anxiety Stress Scale 42

(DASS) terdiri dari 42 item, yang mencakup 3 subvariabel, yaitu


fisik,

emosi/psikologis,

dan

perilaku.

Jumlah

skor

dari

pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (normal), 30-59


(ringan), 60-89 (sedang), 90-119 (berat), dan >120 (sangat
berat).
2.4

Aktivitas Fisik
2.4.1 Definisi Aktivitas Fisik
Dalam melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan
energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung
dan

paru-paru

memerlukan

tambahan

energi

untuk

mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan


untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi
yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang
bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang
dilakukan. Seorang yang gemuk menggunakan lebih banyak
energi untuk melakukan suatu pekerjaan daripada seorang yang
kurus, karena orang gemuk membutuhkan usaha lebih besar
untuk menggerakkan berat badan tambahan (Almatsier, 2009).

25

2.4.2 Jenis Aktivitas Fisik Remaja


Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan,
aktivitas fisik yang sesuai untuk remaja sebagai berikut:
a. Kegiatan ringan : hanya memerlukan sedikit tenaga dan
biasanya

tidak

menyebabkan

perubahan

dalam

pernapasan atau ketahanan (endurance). Contoh :


berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju/piring,
mencuci kendaraan, berdandan, duduk, les di sekolah,
les di luar sekolah, mengasuh adik, nonton TV, aktivitas
main play station, main komputer, belajar di rumah,
nongkrong.
b. Kegiatan sedang : membutuhkan tenaga intens atau
terus menerus, gerakan otot yang berirama atau
kelenturan (flexibility). Contoh: berlari kecil, tenis meja,
berenang,

bermain

dengan

hewan

peliharaan,

bersepeda, bermain musik, jalan cepat.


c. Kegiatan berat : biasanya berhubungan dengan olahraga
dan

membutuhkan

kekuatan

(strength),

membuat

berkeringat. Contoh : berlari, bermain sepak bola,


aerobik, bela diri ( misal karate, taekwondo, pencak silat )
dan outbond.
2.4.3 Anjuran Aktivitas Fisik
Pada anak dan remaja aktivitas fisik yang dianjurkan
yaitu sedikitnya 30 menit olah raga setiap hari untuk melakukan
kegiatan seperti bermain lompat tali, bermain di taman,
bersepeda,

berjalan

kaki,

atau

melakukan

kegiatan

ektrakulikuler (Muhilal dan Damayanti, 2006). Kegiatan tersebut

26

merupakan aktivitas fisik dengan kategori sedang (moderate


activity),
2.4.4 Manfaat Aktivitas Fisik bagi Remaja
Remaja

membutuhkan

aktivitas

fisik

karena

ada

keuntungan bagi mereka dalam waktu jangka panjang dan


keuntungan bagi mereka terutama pada masa pertumbuhan
sehingga

pertumbuhan

mereka

dapat

menjadi

optimal.

Beberapa keuntungan untuk remaja dari aktif secara fisik antara


lain:
a. Membantu menjaga otot dan sendi tetap sehat.
b. Membantu meningkatkan mood atau suasana hati.
c. Membantu menurunkan kecemasan, stress dan depresi
(faktor yang berkontribusi pada penambahan berat
badan)
d. Membantu untuk tidur yang lebih baik.
e. Menurunkan resiko penyakit penyakit jantung, stroke,
tekanan
1. darah tinggi dan diabetes.
f. Meningkatkan sirkulasi darah.
g. Meningkatkan fungsi organ-organ vital seperti jantung
dan paruparu.
h. Mengurangi kanker yang terkait dengan kelebihan berat
badan.
2.4.5 Cara Mengukur Aktivitas Fisik
Aktivitas

fisik

dapat

diukur

dengan

menggunakan

instrument International Physical Activity Questionnaire (IPAQ).


Alat ukur ini dikembangkan oleh Sjstrm et.al pada tahun 2002
yang

digunakan

untuk

mengukur

tingkat

aktivitas

fisik

27

seseorang. Alat ukur ini terdiri dari 7 item soal yang mengukur
tentang aktivitas fisik berat (vigorous activity), aktivitas fisik
sedang (moderate activity), aktivitas berjalan kaki (walking
activity) dan aktivitas duduk (sitting activity) pada seseorang
dalam satu minggu terakhir.
Aktivitas fisik berat adalah kegiatan yang secara terus
menerus melakukan kegiatan fisik minimal 10 menit sampai
meningkatnya denyut nadi dan napas lebih cepat dari biasanya
(misalnya menimba air, mendaki gunung, lari cepat, menebang
pohon, mencangkul, dll) selama minimal tiga hari dalam satu
minggu. MET/menit/minggu pada aktivitas fisik berat adalah
lamanya waktu (menit) melakukan aktivitas dalam satu minggu
dikalikan bobot sebesar 8 kalori.
Aktivitas fisik sedang apabila melakukan aktivitas fisik
sedang (menyapu, mengepel, dll) minimal lima hari atau lebih
dengan total lamanya beraktivitas 150 menit dalam satu
minggu. MET/menit/minggu pada aktivitas fisik sedang adalah
lamanya waktu (menit) melakukan aktivitas dalam satu minggu
dikalikan bobot sebesar 4 kalori.
MET/menit/minggu pada aktivitas fisik berjalan adalah
lamanya waktu (menit) melakukan aktivitas dalam satu minggu
dikalikan bobot sebesar 3,3 kalori.
Sedangkan, MET/menit/minggu pada aktivitas fisik duduk
adalah lamanya waktu (menit) melakukan aktivitas dalam satu
minggu dikalikan bobot sebesar 1 kalori.
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah kalori yang
dikeluarkan dari berbagai macam aktivitas fisik pada kuesioner

28

IPAQ, aktivitas fisik dapat dikategorikan menjadi aktivitas fisik


berat (3000 MET/menit/minggu), aktivitas fisik sedang (6003000 MET/menit/minggu), dan aktivitas fisik ringan <600
MET/menit/minggu. Aktivitas fisik yang dianjurkan merupakan
aktivitas fisik dengan kategori sedang.
2.5

Jambore Mahasiswa Kesehatan


Jambore Mahasiswa Kesehatan merupakan salah satu kegiatan
besar yang dilaksanakan oleh organisasi Ismakes Jabar. Kegiatan ini
mempunyai persiapan 2 bulan dengan pelakasaan pada hari JumatMinggu, tanggal 27 Februari 1 Maret 2015. Tempat pembukaan
dilaksanakan di Universitas Padjajaran, Jatinangor, Sumedang dan
tempat kegiatan dilaksanakan di Bumi Perkemahan Kiara Payung,
Sumedang.
Kegiatan Jambore Ismakes Jabar secara umum terdiri dari:
upacara pembukaan, perkemahan, pelatihan penanganan gawat
darurat bencana (PPGDB), perlombaan antar Koordinator Wilayah,
jungle survival, penanaman 1000 pohon, dan upacara penutupan.
Panitia berjumlah 43 orang dan peserta 136 orang. Panitia
terdiri dari masing-masing 5-10 orang perwakilan koordinator wilayah,
meskipun pada kenyataannya panitia mayoritas adalah koordinator
wilayah 3 karena dekat dengan lokasi kegiatan. Kegiatan ini berprinsip
dari kita untuk kita, sehingga peserta dilibatkan dalam mengkondisikan
kegiatan.
Adapun makan yang disediakan untuk peserta dibuat 3 kali
sehari oleh panitia dengan satu kali makan dibuat oleh peserta
sebagai perlombaan memasak antar koordinator wilayah. Makanan
yang disediakan untuk panitia adalah 3 kali sehari dengan waktu

29

makan panitia tidak dianggarkan khusus pada jadwal acara atau


dilaksanakan secara bergantian dengan panitia lainnya. Pada hari ke-2
kegiatan, makan disediakan sebanyak 2 kali oleh panitia dan 1 kali
makan peserta dengan masak sendiri dikarenakan masakan peserta
pada saat itu dilombakan.
Adanya tekanan menjadi event organizer dan peserta yang
mengharuskan survive pada kondisi tersebut dapat meningkatkan
aktivitas fisik serta tingkat stres. Berdasarkan observasi pada kegiatan
Jambore Mahasiswa Kesehatan sebelumnya, panitia dan peserta
dengan kesibukannya tersebut seringkali tidak mempunyai nafsu
makan maupun waktu untuk makan.

BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS,
DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep


Mahasiswa

dengan

usia

yang

menginjak

remaja

akhir

mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar yang menuntut


mahasiswa untuk melakukan aktivis fisik tinggi disertai dengan berbagai
tekanan dari banyaknya peran yang dihadapi sehingga dapat memicu
terjadinya stres. Akibat dari stres dan aktivitas fisik

tersebut dapat

memunculkan dua kecenderungan perubahan perilaku makan yaitu


asupan energi menjadi kurang atau asupan makan menjadi berlebih.
Oleh karena itu, peneliti bermaksud melihat hubungan antara ketiga
variable tersebut. Berdasarkan uraian diatas, kerangka konsep dari
penelitian ini dijelaskan dalam gambar berikut:

Stres
Asupan Energi
Aktivitas Fisik

GAMBAR 3.1
HUBUNGAN ANTARA STRES, AKTIVITAS FISIK,
DAN ASUPAN ENERGI PADA AKTIVIS ORGANISASI
IKATAN SELURUH MAHASISWA KESEHATAN JAWA BARAT
(ISMAKES JABAR)

30

31

Keterangan:
Variabel Independen

: Stres dan aktivitas fisik

Variabel Dependen

: Asupan energi

3.2. Hipotesis
a) Semakin tinggi tingkat stres maka semakin rendah atau semakin
tinggi asupan energi pada aktivis organisasi Ismakes Jabar
b) Semakin tinggi tingkat aktivitas fisik maka semakin rendah atau
semakin tinggi asupan energi pada aktivis organisasi Ismakes
Jabar
3.3 Definisi Operasional
3.3.1 Asupan Energi
Asupan energi merupakan jumlah energi rata-rata sehari
yang dikonsumsi seseorang dan diperoleh dari hasil survey
konsumsi makanan selama 2x24 jam dengan waktu yang tidak
berturut-turut.
Cara Ukur

: Wawancara

Alat Ukur

: Formulir Recall 2x24 jam

Skala

: Ordinal

Hasil Ukur

:
Baik, jika 70%-120% dari total kecukupan energi
Kurang baik, jika > 120% dari total kecukupan
energi (asupan berlebih) dan 70% dari total
kecukupan energi (asupan kurang)
(Riskesdas, 2010)

32

3.3.2 Stres
Stres merupakan suatu respon yang dipersepsikan oleh
mahasiswa terhadap stimulus akibat adanya tuntutan memenuhi
peran sebagai mahasiswa. Pengukuran stress dilakukan
dengan mempertimbangkan fisik, emosi/psikologis, dan perilaku
responden selama satu minggu terakhir.
Cara ukur

: Pengisian Kuesioner

Alat Ukur

: Kuesioner Depression Anxiety and Stres Scale


(DASS) yang terdiri dari 42 item pertanyaan.

Skala Ukur

: Ordinal

Hasil Ukur

: Tidak stres, jika skor 0-29


Stres, jika skor 30
(http://www2.psy.unsw.edu.au/groups/dass)

3.3.3 Aktivitas Fisik


Aktivitas

fisik

merupakan

besaran

energi

yang

dikeluarkan melalui berbagai macam aktivitas dengan durasi


(menit) dan frekuensi (minggu) untuk setiap jenis kegiatan.
Cara Ukur

: Pengisian Kuesioner

Alat Ukur

: International Physical Activity Questionnaire


(IPAQ) Short Form

Skala

: Ordinal

33

Hasil Ukur

: Baik, jika 600 3000 MET/menit/minggu


Kurang baik, jika < 600 MET/menit/minggu
(aktivitas rendah) dan > 3000 MET/menit/minggu
(aktivitas berat)
(http://www.ipaq.ki.se)

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1

Tempat dan Waktu Penelitian


Pengumpulan data ini dilaksakan pada tanggal 27 Februari 1
Maret

2015

di

Bumi

Perkemahan

Kiara

Payung,

Jatinangor,

Sumedang pada saat kegiatan Jambore Mahasiswa Kesehatan Jawa


Barat yang diselenggarakan oleh Ismakes Jabar.
4.2

Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional
karena data variabel dependen (asupan energi) dan variabel
independen (stres dan aktivitas fisik) diambil pada waktu bersamaan.

4.3

Populasi dan Sampel


Populasi adalah aktivis organisasi Ikatan Seluruh Mahasiswa
Kesehatan Jawa Barat (Ismakes Jabar). Sampel dipilih dengan cara
Accidental Sampling dengan kriteria sebagai berikut :
a) Tercatat sebagai mahasiswa institusi pendidikan kesehatan
b) Merupakan kader aktif Ismakes Jabar
c) Mahasiswa tingkat 1
d) Berusia 18-21 tahun
e) Tidak dalam keadaan sakit
f) Bersedia ikut serta dalam penelitian

34

35

Untuk

mengetahui

jumlah

sampel

yang

akan

dipilih

menggunakan rumus estimasi proporsi dengan berdasarkan data Riset


Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, prevalensi penduduk usia 19-55
tahun yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal adalah
40,7%. Rumus estimasi proporsi tersebut adalah sebagai berikut :

Keterangan :
p

= prevalensi penduduk usia 19-55 tahun yang mengkonsumsi


energi

dibawah

kebutuhan

minimal

adalah 40,7%

(p = 0,407)
1p

= 1 0,407

1a

= tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% (1,96)

= presisi yang digunakan adalah 10%


(Sumber: Sastroasmoro, 2008)
Berdasarkan pertimbangan tersebut dengan menggunakan

rumus diatas didapatkan besar sampel yang akan diteliti adalah


sebanyak 48 sampel.
4.4

Jenis dan Cara Pengumpulan Data


4.4.1 Data Primer
a) Data stres dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner
Depression Anxiety and Stres Scale (DASS) dengan 42
pertanyaan
responden.

mengenai

fisik, psikologis, dan

perilaku

36

b) Data aktivitas fisik dikumpulkan dengan menggunakan


International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) Short
Form.
c) Data asupan energi dikumpulkan dengan wawancara
menggunakan formulir Recall 2x24 jam dalam waktu yang
tidak berturut-turut.
d) Data mengenai gambaran umum organisasi Ismakes
Jabar didapatkan dengan observasi
4.4.2 Data Sekunder
Data jenis kelamin, usia, asal korwil, dan data tempat tinggal
didapatkan dari pengisian data umum responden Ismakes
Jabar.
4.5

Pengolahan dan Analisis Data


4.5.1 Pengolahan Data
a) Data Karakteristik Sampel
Data Jenis Kelamin
Kategori : (1) Laki-laki
(2) Perempuan
Data Usia
Kategori : (1) 18 tahun
(2) 19 tahun
Data Asal Korwil
Kategori : (1) Korwil 1
(2) Korwil 2
(3) Korwil 3
(4) Korwil 4
(5) Korwil 5

37

Data Tempat Tinggal


Kategori : (1) Kost
(2) Tinggal dirumah dengan orangtua
b) Data Asupan Energi
Data asupan energi diperoleh dari data Recall 2x24 jam
yang diolah menggunakan progam NutriSurvey2007 yang
kemudian dirata-ratakan menjadi energi sehari. Hasil ratarata energi sehari dibandingkan dengan total kecukupan
energi atau AKG 2013 dan dikategorikan sebagai berikut :
(1) Baik, jika 70%-120% dari total kecukupan energi
(2) Kurang baik, jika > 120% dari total kecukupan energi
(asupan berlebih) dan 70% dari total kecukupan
energi (asupan kurang)

c) Data Stres
Data stress yang diperoleh dari kuesioner Depression
Anxiety and Stres Scale (DASS) 42 dijumlahkan dalam
bentuk skor dan dikategorikan sebagai berikut :
(1) Tidak stres, jika skor 0-29
(2) Stres, jika skor 30
b) Data Aktivitas Fisik
Data mengenai jumlah energi yang dikeluarkan untuk
beraktivitas sehari-hari diperoleh dari International Physical
Activity Questionnaire (IPAQ) Short Form dengan hasil
berbentuk skor IPAQ dalam satuan MET/menit/minggu dan
dikategorikan sebagai berikut :
(1) Baik, jika 600 3000 MET/menit/minggu
(2) Kurang baik, jika < 600 MET/menit/minggu (aktivitas
rendah) dan > 3000 MET/menit/minggu (aktivitas berat)

38

4.5.2 Analisis Data


Setelah dilakukan pengolahan data, selanjutnya data
dianalisis dengan menggunakan software SPSS versi 15.
Dengan analisis sebagai berikut :
a) Analisa Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menyajikan data
secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi. Analisis ini dilakukan terhadap data karakteristik
sampel (meliputi usia, jenis kelamin, asal korwil, dan tempat
tinggal).

b) Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara variabel independen yaitu stres dan aktivitas fisik
dengan variabel dependen yaitu asupan energi.
Data tersebut dianalisis menggunakan Fisher Exact
Test karena terdapat nilai expected (E) < 5 ada pada 20%
jumlah sel. Rumus Fisher Exact Test adalah sebagai
berikut:
P = (A+B)!(C+D)!(A+C)!(B+D)!
N! A! B! C! D!
Keterangan :
N

= Jumlah populasi

= Probabilitas

A, B, C, D

= Nilai pada setiap sel

= 0,05
(Sumber: Sastroasmoro, 2008)

39

Kriteria Uji
Hipotesis Nol (Ho) diterima, jika x2 hitung (p value) >
(0,05). Artinya semakin tinggi tingkat stres dan atau aktivitas
fisik tidak mempengaruhi peningkatan atau penurunan
asupan energi pada aktivis organisasi Ismakes Jabar.
Hipotesis Nol (Ho) ditolak, jika x2 hitung (p value) (0,05)
Kriteria Uji adalah Ho ditolak jika p . Artinya semakin
tingkat stres dan atau aktvitas fisik maka semakin rendah
atau semakin tinggi asupan energi pada aktivis organisasi
Ismakes Jabar.
Semua uji tersebut ada dalam progam SPSS, dengan
tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% dengan
nilai

0,05.

Ho

ditolak

jika

pada uji Fisher Exact kurang dari nilai .

nlai

p-value

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1

Gambaran Umum Ismakes Jabar (Ikatan Seluruh Mahasiswa


Kesehatan Jawa Barat)
Ismakes Jabar merupakan representasi pergerakan organisasi
kemahasiswaan yang terdiri dari mahasiswa kesehatan di institusi
kesehatan se-Jawa Barat. Ismakes Jabar didirikan pertama kali pada
tahun

1986

atas

inisiatif

mahasiswa

Akademi

Keperawatan

Padjadjaran (sekarang Poltekkes Kemenkes RI Bandung).


Ismakes Jabar terdiri dari Badan Pengurus Pusat dan 20 Badan
Pengurus Daerah di Jawa Barat yang dibagi berdasarkan Koordinator
Wilayah sebagai berikut:
Koordinator Wilayah I

: Purwakarta, Karawang, Bekasi, Subang

Koordinator Wilayah II : Bogor, Depok, Sukabumi, Cianjur


Koordinator Wilayah III : Kota Bandung, Kab. Bandung, Cimahi,
Sumedang
Koordinator Wilayah IV : Indramayu, Cirebon, Majalengka, Kuningan
Koordinator Wilayah V : Tasikmalaya, Banjar, Garut, Ciamis
Jenjang kaderisasi Ismakes Jabar dimulai dari kader aktif
(mahasiswa

kesehatan

yang

telah

mengikuti

Latihan

Dasar

Kepemimpinan Organisasi), kader madya (kader aktif yang telah


mengikuti Latihan Kepemimpinan
(Pengurus Ismakes Jabar).

40

Lanjutan), dan kader utama

41

Ismakes Jabar Periode 2014-2015 ini merupakan periode


kepengurusan yang sedang mengalami peralihan sistem organisasi
menjadi lebih kompleks sehingga dibutuhkan sumber daya manusia
yang lebih professional dari kepengurusan sebelumnya. Jumlah kader
aktif saat ini adalah sekitar 20-30 orang per setiap daerah.
Progam kerja Ismakes Jabar Periode 2014-2015 terdiri dari
kegiatan non insidental dan insidental. Progam kerja non insidental
diantaranya adalah Latihan Dasar Kepemimpinan Organisasi (LDKO),
Latihan

Kepemimpinan

Lanjutan

(LKL),

Jambore

Mahasiswa

Kesehatan, Festival Ismakes Jabar, Seminar Nasional Kesehatan


yang dilaksanakan secara periodik 1 tahun sekali. Sedangkan, progam
kerja insidental diantanya peringatan hari yang berkaitan dengan
kesehatan, posko bencana, posko mudik, tim medis, dan kegiatan
lainnya yang dilaksanakan sesuai kondisi pada saat itu.
5.2

Karakteristik Sampel
Sampel yang diteliti di Ismakes Jabar adalah kader aktif
Ismakes Jabar sebanyak 48 orang. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh karakteristik sampel yang dibedakan berdasarkan umur,
jenis kelamin, dan tempat tinggal.
5.2.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan

hasil

penelitian,

karakteristik

sampel

berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1 sebagai


berikut:

42

TABEL 5.1
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL
BERDASARKAN JENIS KELAMIN
PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES JABAR TAHUN 2015
Jenis Kelamin

Laki-laki

17

35,4

Perempuan

31

64,6

Jumlah

48

100,0

Berdasarkan tabel 5.1 diatas diketahui jenis kelamin


sampel mayoritas adalah perempuan yaitu 31 orang (64,6%).
Sedangkan jenis kelamin sampel laki-laki yaitu 17 orang atau
(35,4%).
Jenis kelamin mempengaruhi kecukupan dan jumlah
asupan energi seseorang. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi
(AKG)

tahun

2013,

kecukupan

energi

rata-rata

untuk

perempuan adalah 2187,5 kkal dan laki-laki 2700 kkal.


Sedangkan berdasarkan hasil penelitian asupan energi rata-rata
perempuan adalah 857,2 kkal dan laki-laki 1595,65 kkal. Hal
tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kecukupan dan asupan
energi pada laki-laki lebih besar dari rata-rata kecukupan dan
asupan energi pada perempuan.
5.2.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia
Berdasarkan

hasil

penelitian,

karakteristik

sampel

berdasarkan usia terdiri dari usia 18-19 tahun atau merupakan


tingkat 1 diperkuliahan dapat dilihat pada tabel 5.2 sebagai
berikut:

43

TABEL 5.2
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN USIA
PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES JABAR TAHUN 2015
Usia

18 tahun

40

83,3

19 tahun

16,7

Jumlah

48

100,0

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diketahui usia sampel


mayoritas adalah 18 tahun, yaitu sebanyak 40 orang (83,3%).
Adapun sampel dengan usia 19 tahun berjumlah 8 orang
(16,7%).
World Health Organization (WHO) membagi usia remaja
menjadi dua, yaitu remaja awal (10-14 tahun) dan remaja akhir
(15-20 tahun). Sedangkan, di Indonesia usia remaja yaitu
berkisar antara 14-24 tahun (Sarwono, 2002).
Berdasarkan jenjang pendidikan, mahasiswa

di tahun

pertama perkuliahan mempunyai rata-rata usia 18-19 tahun.


Peralihan dari siswa menjadi mahasiswa mengakibatkan
seseorang masih mencari jati diri sehingga mahasiswa yang
mengikuti kegiatan pengembangan diri melalui organisasi yang
diminatinya. Dari segi psikologis, usia remaja merupakan usia
rawan, dalam arti stabilitas emosi pada remaja masih tergolong
labil sehingga pada usia ini seseorang cenderung menjadi
lemah

dalam

menghadapi

masalah

yang

timbul

dalam

kehidupannya. Hal tersebut dapat menjadi stressor karena


disamping mengikuti kegiatan perkuliahan mahasiswa juga
harus

berperan

aktif

dalam

Maria (dalam Purwati, 2012)

organisasi

yang

diikutinya

44

Pada

mahasiswa

berusia

19

tahun

seharusnya

mempunyai mekanisme koping atau pertahanan stres yang


lebih baik terkait kematangan fisik, emosi, dan perilaku.
Berdasarkan hasil penelitian, dari 40 orang sampel 12 orang
yang berusia 18 tahun (30%) mengalami stres dan 28 orang
yang

berusia

18

tahun

(70%)

tidak

mengalami

stres.

Sedangkan, dari 8 orang sampel 4 orang sampel yang berusia


19 tahun (50%) mengalami stres dan 4 orang sampel yang
berusia 19 tahun (50%) tidak mengalami stres.
Selain
kecukupan

itu,
energi

perbedaan
yang

usia

berbeda.

dapat

mengakibatkan

Berdasarkan

Angka

Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013, rata-rata kecukupan energi


pada usia 16-18 tahun adalah 2400 kkal dan rata-rata
kecukupan energi pada usia 19-29 tahun adalah 2487,5 kkal.
Namun, berdasarkan penelitian ini tidak ada perbedaan yang
signifikan antara asupan energi pada usia 18 tahun dan usia 19
tahun, rata-rata jumlah sampel yang mempunyai asupan kurang
pada usia 18 tahun dan 19 tahun adalah 75%.
5.2.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Koordinator Wilayah
Berikut

distribusi

koordinator wilayah:

frekuensi

sampel

berdasarkan

45

TABEL 5.3
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL
BERDASARKAN KOORDINATOR WILAYAH
PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES JABAR TAHUN 2015
Asal Korwil

Korwil I

6,3

Korwil II

10

20,8

Korwil III

26

54,2

Korwil IV

0,0

Korwil V

18,8

Jumlah

48

100,0

Berdasarkan tabel 5.3 diatas diketahui paling banyak


berasal dari Koordinator Wilayah III yaitu 26 orang (54,2%).
Sampel yang berada di Koordinator Wilayah I yaitu sebanyak 3
orang (6,3%), di Koordinator Wilayah II yaitu sebanyak 10 orang
(20,8%), di Koordinator Wilayah V yaitu sebanyak 9 orang
(18,8%).
Perbedaan koordinator wilayah dapat mengakibatkan
perbedaan aktivitas fisik. Menurut Almatsier (2009) banyaknya
energi yang dikeluarkan dalam melakukan aktivitas fisik
bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa
lama, dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan. Melakukan
persiapan acara dan melakukan perjalanan merupakan salah
satu aktivitas fisik yang dilakukan oleh aktivis organisasi
Ismakes Jabar.
Persiapan kegiatan paling banyak dilakukan oleh Korwil
II dan Korwil III karena tempat pelaksanaan kegiatan berada di
Korwil III dan cukup dekat dengan Korwil II. Namun, untuk korwil

46

lainnya aktivitas fisik dapat bertambah karena adanya jarak


tempuh dari asal daerahnya ke tempat pelaksanaan kegiatan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 1 orang dari 3
orang di Korwil 1 (33,3%), 8 orang dari 10 orang di Korwil II
(80%), 17 orang dari 26 orang di Korwil III (65,4%) dan 4 orang
dari 9 orang di Korwil V (44,4%) mempunyai aktivitas berat,
5.2.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Tempat Tinggal
Berdasarkan hasil penelitian, tempat tinggal sampel
terdiri dari kost dan di rumah tinggal bersama dengan orangtua.
Distribusi frekuensi sampel berdasarkan tempat tinggal dapat
dilihat pada tabel 5.4 sebagai berikut:
TABEL 5.4
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL
BERDASARKAN TEMPAT TINGGAL
PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES JABAR TAHUN 2015
Tempat Tinggal

Kost

24

50,0

Rumah

24

50,0

Jumlah

48

100,0

Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui jumlah sampel


dengan tempat tinggal kost sama dengan jumlah sampel
dengan tempat tinggal di rumah bersama dengan orangtuanya,
yaitu masing-masing 24 orang (50%).
Menurut

Budiyanto

(2004),

tempat

tinggal

dapat

mempengaruhi ketersediaan makanan dan tingkat aktivitas fisik.


Mahasiswa yang tinggal di rumah, ketersediaan makanan dan
pekerjaan rumah tangga kebanyakan dilakukan oleh orangtua

47

sedangkan pada mahasiswa yang kost hal tersebut dilakukan


oleh dirinya sendiri.
Namun, dari 24 orang yang kost, 17 orang (70,8%)
mempunyai asupan energi yang kurang dan 13 orang (54,2%)
mempunyai aktivitas berat. Sedangkan dari 24 orang yang
tinggal di rumah bersama orangtuanya, 19 orang (79,2%)
mempunyai asupan energi yang kurang dan 17 orang (70,8%)
mempunyai aktivitas fisik yang berat. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa sampel yang tinggal di rumah mempunyai
asupan energi lebih rendah dan aktivitas fisik lebih berat dari
sampel yang tinggal kost. Perbedaan teori dengan kenyataan
tersebut dapat dikarenakan oleh adanya faktor lain, seperti
aktivitas fisik lainnya, jenis kelamin, tingkat stres, dan lain-lain.
5.3

Variabel Penelitian
5.3.1 Asupan Energi
Berdasarkan hasil penelitian, asupan energi dengan
metode recall 2x24 jam didapatkan hasil rata-rata yang
dikonsumsi adalah 1118,762 kkal, sedangkan berdasarkan AKG
2013 pada usia 18-19 tahun dengan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan, didapatkan kecukupan energi rata-rata yaitu
2445,75 kkal. Jika dibandingkan, asupan energi rata-rata hasil
penelitian adalah 45,8% dari kecukupan energi. Asupan energi
terendah yaitu 264,50 kkal dan asupan energi tertinggi yaitu
2425,07 kkal. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan asupan
energi dengan kategori baik dan kurang baik disajikan pada
tabel 5.5 berikut ini:

48

TABEL 5.5
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL
BERDASARKAN ASUPAN ENERGI
PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES JABAR TAHUN 2015
Asupan Energi

Baik

12

25,0

Kurang Baik

36

75,0

Jumlah

48

100,0

Berdasarkan tabel 5.5 diatas, sampel yang mempunyai


asupan energi baik adalah 12 orang (25%), sedangkan sampel
yang mempunyai asupan energi kurang baik adalah 36 orang
(75%).
Faktor

yang

dapat

mempengaruhi

asupan

energi

diantaranya adalah jenis kelamin, usia, dan tempat tinggal.


Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG), perbedaan jenis
kelamin perempuan dan laki-laki serta usia perempuan dan lakilaki

dapat

Sedangkan,

mengakibatkan
asupan

perbedaan

energi

kecukupan

dipengaruhi

oleh

energi.
tingkat

kematangan emosional dan fisik masing-masing. Pada usia


yang sama, laki-laki cenderung lebih dahulu matang secara
emosional dan fisik. Berdasarkan hasil penelitian, 28 orang dari
31 orang sampel perempuan (90,3%) dan 8 orang dari 17 orang
sampel laki-laki mempunyai asupan kurang (47,1%). Hal
tersebut menunjukkan jenis kelamin memperngaruhi asupan
energi.
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi asupan energi
adalah tempat tinggal. Menurut Budiyanto (2004), mahasiswa
yang kost diduga akan kesulitan mengatur asupan makannya

49

karena adanya keterbatasan ketersediaan pangan di kostan


serta tidak ada peran orang tua.
Pada penelitian ini rata-rata asupan energi yang kost dan
tinggal di rumah hampir sama. Jumlah sampel dengan tempat
tinggal kost yang mempunyai asupan kurang adalah 17 orang
dari 24 orang sampel yang kost (70,8%). Sedangkan, jumlah
sampel dengan tempat tinggal di rumah yang mempunyai
asupan kurang adalah 19 orang dari 24 orang sampel yang kost
(79,2%). Hal tersebut menunjukkan bahwa tempat tinggal tidak
terlalu mempengaruhi secara signifikan terhadap asupan energi
pada penelitian ini.
Seseorang dengan asupan energi kurang akan lemah
baik daya kegiatan, pekerjaan fisik atau daya pemikirannya
karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuhnya.
Seseorang tidak dapat menghasilkan energi yang melebihi dari
apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika menggunakan
cadangan energi dalam tubuh, namun kebiasaan menggunakan
cadangan energi ini akan dapat mengakibatkan keadaan
kekurangan gizi khususnya energi (Suhardjo, 2003).
5.2.2 Stres
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kondisi stres
aktivis organisasi Ismakes Jabar distribusi frekuensi sampel
disajikan sebagai berikut:

50

TABEL 5.6
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL
BERDASARKAN STRES DAN TIDAK STRES
PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES JABAR TAHUN 2015
Kategori Stres

Stres

16

33,3

Tidak Stres

32

66,7

Jumlah

48

100,0

Berdasarkan tabel 5.6 diatas, mayoritas sampel tidak


mengalami stres. Jumlah sampel yang tidak stres berjumlah 32
orang (66,7%) dan sampel yang stres berjumlah 16 orang
(33,3%).
Sampel yang tidak stres mempunyai skor 0-29 (stres
normal), dan sampe yang stres mempunyai skor 30 dengan
kategori 30-59 (stres ringan, dan 60-89 (stres sedang). Skor
stres rata-rata pada penelitian ini adalah 25, skor stres terendah
adalah 4, dan skor stres tertinggi adalah 60.
Sampel yang tidak stres mempunyai stres normal secara
alamiah, terjadi hanya beberapa waktu saat merasa kelelahan
seperti setelah mengerjakan tugas ringan seperti menulis atau
berjalan dengan waktu dan beban tidak terlalu banyak. Sampel
yang tidak mengalami stres mempunyai koping atau pertahanan
stres yang baik, hal tersebut dapat dikarenakan sampel yang
bersangkutan

sebelumnya

berorganisasi

atau

bahkan

menganggap

kegiatan

mempunyai
ada

tersebut

beberapa

pengalaman
sampel

menyenangkan

yang

sehingga

sampel sudah terbiasa dengan keadaan tersebut dan tidak


menganggap hal tersebut sebagai stressor.

51

Berdasarkan kategori stres, dari 16 orang sampel yang


mengalami stres sebanyak 15 orang (93,75%) mengalami stres
ringan dan 1 orang (6,25%) mengalami stres sedang. Sampel
dengan stres ringan mempunyai waktu istirahat yang kurang.
Stresor ini disertai dengan gejala, antara lain bibir kering pecahpecah, kesulitan bernafas (terengah-engah), kesulitan menelan,
merasa goyah, merasa lemas, berkeringat berlebihan, dan
merasa sangat lega ketika kegiatan berakhir. Pada penelitian
ini, sampel yang mengalami stres rata-rata mempunyai waktu
istirahat yang kurang disertai dengan tanda dan gejala-gejala
tersebut terjadi pada sampel atau bahkan ada yang tidak tidur
sama sekali pada saat kegiatan.
Sedangkan, sampel dengan stres sedang mengalami
stres lebih lama, dari mulai beberapa jam hingga beberapa hari.
Berdasarkan hasil wawancara, sampel yang mengalami stres
sedang mempunyai kepribadian yang selalu ingin sempurna
sehingga segala sesuatu yang dilakukannya terkadang menjadi
sumber kecemasan yang tinggi. Selain itu, sampel mempunyai
istirahat yang kurang selama selama satu minggu terakhir.
Stresor ini menimbulkan gejala, antara lain mudah marah,
bereaksi berlebihan terhadap situasi, tidak dapat beristirahat,
tidak sabar menunggu, merasa cemas, mudah tersinggung, dan
gelisah. Gejala tersebut terjadi pada sampel selama satu
minggu terakhir saat persiapan kegiatan.
Menurut Smeltzer dan Bare (dalam Susi Purwati, 2012),
manifestasi stres diantaranya adalah pengeluaran keringat,
perubahan suasana hati, keluhan sakit kepala, kurang tidur,
peningkatan denyut nadi yang dapat terjadi pada mahasiswa
akibat adanya aktivitas fisik yang padat dalam melaksanakan

52

tugas akademik dan organisasi. Berdasarkan hasil penelitian


dari 16 orang yang mengalami stres 13 orang (81,25%)
mempunyai aktivitas fisik kurang baik (berat). Hal tersebut
menunjukkan bahwa stres dapat dipengaruhi salah satunya oleh
aktivitas fisik.
5.2.2 Aktivitas Fisik
Berdasarkan

hasil

penelitian

aktivitas

fisik

pada

penelitian ini keseluruhan mempunyai aktivitas fisik yang kurang


baik.
TABEL 5.7
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL
BERDASARKAN AKTIVITAS FISIK
PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES JABAR TAHUN 2015
Aktifitas Fisik

Baik

18

37,5

Kurang Baik

30

62.5

Jumlah

48

100,0

Berdasarkan tabel 5.7 diatas, aktivitas fisik sampel yang


baik yaitu sebanyak 18 orang (37,5%) sedangkan aktivitas fisik
sampel yang kurang baik yaitu sebanyak 30 orang (62,5%).
Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur
berat badan serta menguatkan sistem jantung dan pembuluh
darah. Berdasarkan International Physical Activity Questionnaire
(IPAQ), jenis aktivitas fisik dibedakan menjadi aktivitas fisik
ringan, sedang, dan berat. Aktivitas fisik ringan hanya
memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak menyebabkan
perubahan dalam pernafasan atau ketahana contohnya seperti
duduk, belajar dan berjalan kaki dengan waktu yang relatif tidak

53

lama. Pada penelitian ini, tidak ada sampel dengan aktivitas


ringan.
Aktivitas fisik sedang merupakan aktivitas fisik yang
membutuhkan tenaga intens atau terus menerus, gerakan otot
yang berirama atau kelenturan minimal lima hari atau lebih
dengan total lamanya beraktivitas 2,5 jam dalam satu minggu.
Aktivitas fisik yang dianjurkan merupakan aktivitas fisik dengan
kategori sedang 600-3000 MET/menit/minggu. Pada penelitian
ini, aktivitas fisik sedang dilakukan oleh aktivis organisasi
Ismakes Jabar diantaranya adalah rapat ke Sekretariat Ismakes
Jabar setelah beres kuliah beberapa hari terakhir persiapan
kegiatan, mengerjakan tugas kuliah dan organisasi dengan
deadline yang bersamaan, serta berjalan secara terus menerus
untuk berkoordinasi selama kegiatan berlangsung.
Aktivitas fisik kurang baik pada penelitian ini adalah
aktivitas fisik berat. Aktivitas fisik berat adalah kegiatan yang
secara terus menerus dilakukan sampai meningkatnya denyut
nadi dan napas lebih cepat dari biasanya serta membutuhkan
kekuatan dan membuat berkeringat saat melakukan kegiatan
tersebut. Aktivitas fisik berat yang dilakukan oleh aktivis
organisasi Ismakes Jabar diantaranya sebagaimana yang telah
diuraikan pada aktivitas fisik sedang dengan waktu istirahat
lebih sedikit dan disertai dengan adanya aktivitas angkat beban
seperti

mengangkat

mempersiapkan
kegiatan.

meja,

property

mengangkat

lainnya

yang

konsumsi,

dan

dibutuhkan

saat

54

5.4

Analisis Bivariat
Penelitian ini menguji hubungan antar variabel yang akan
dianalisis, yaitu hubungan antara stres dan asupan energi serta
hubungan antara aktivitas fisik dan asupan energi.
5.4.1 Hubungan antara Stres dan Asupan Energi pada Aktivis
Organisasi Ismakes Jabar Tahun 2015
Hubungan antara stres dan asupan energi pada aktivis
organisasi Ismakes Jabar adalah sebagai berikut:
TABEL 5.8
HUBUNGAN ANTARA STRES DAN ASUPAN ENERGI
PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES JABAR TAHUN 2015
Asupan Energi

Kategori

Baik

Stres

Total

Kurang Baik

Stres

6,3

15

93,8

16

100,0

Tidak Stres

11

34,4

21

65,6

32

100,0

Total

12

25

36

75

48

100,0

Berdasarkan tabel 5.8 diatas, dapat dilihat bahwa dari 16


orang

sampel

yang

mengalami

stres,

orang

(6,3%)

mempunyai asupan energi baik dan 15 orang (93,8%)


mempunyai asupan kurang baik. Sedangkan, dari 32 orang
sampel yang tidak stres, 11 orang (34,4%) mempunyai asupan
baik dan 21 orang (65,6%) mempunyai asupan yang kurang
baik.
Pada

orang

yang

mengalami

stres terdapat

dua

kecenderungan umum mengenai pola makan yang secara nyata


mempengaruhi berat tubuh yaitu tidak selera makan dan

55

keinginan makan-makanan yang manis bertambah. Nafsu


makan ini berasal dari susunan syaraf pusat dan timbul karena
ingatan dan asosiasi tetapi rasa lapar juga mungkin timbul
gerakan saluran pencernaan yang agak keras. Selain nafsu
makan bertambah, stres juga dapat mengakibatkan nafsu
makan berkurang karena suasana hati tidak mendukung untuk
memberikan asupan makan pada tubuh. (Edward, 2005).
Pada penelitian ini asupan energi sampel yang kurang
baik adalah 70% dari AKG atau kurang dari kecukupan energi.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Nishitani
dan Sakakibara (2006) yang menyatakan bahwa kondisi
kehidupan penuh stres akan mempengaruhi perilaku makan,
yaitu lebih pada konsumsi berlebih. Begitu juga dengan
penelitian Oconnor (2004) yang menyatakan bahwa orangorang karakteristik tertentu pada saat berada dalam kondisi
stres mengkonsumsi kudapan lebih banyak dan mengalami
peningkatan total konsumsi makan.
Analisa hubungan stres dan asupan energi pada aktivis
organisasi Ismakes Jabar menggunakan uji Fisher Exact karena
terdapat nilai <5 pada salah satu kolom dengan proporsi 25%
dari jumlah kolom. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah
95%. Hasil uji Fisher Exact nilai p = 0,033 atau p < . Hal
tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak atau semakin tinggi
tingkat stres maka semakin rendah asupan energi pada aktivis
organisasi Ismakes Jabar.
Hasil uji statistik tersebut mendapatkan kecenderungan
yang berbeda dengan penelitian Tienne Nadeak (2013). Pada
penelitian tersebut stres dapat mengakibatkan asupan energi

56

berlebih. Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat dikarenakan


oleh

faktor

lainnya

yang

dapat

mempengaruhi

seperti

perbedaan populasi sampel yang diambil, aktivitas fisik, serta


waktu pengumpulan data.
Jenis

stres

pada

penelitian

ini

dapat

berupa

organizational stresors atau individual stressor. Kebijakan


organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi,
dan proses yang terjadi dalam organisasi dapat mempengaruhi
mental, fisik, materi, serta waktu. Adanya tekanan tersebut
mengakibatkan kecemasan yang berlebihan pada diri masingmasing subjek.
Pada

keadaan

tersebut,

perempuan

mempunyai

mekanisme koping atau pertahanan diri terhadap stressor yang


lebih

rendah

dibandingkan

dengan

laki-laki.

Perempuan

mempunyai emosi yang cukup tinggi dan masih sulit untuk


dikendalikan, khususnya pada perempuan dengan usia yang
belum cukup matang secara fisiologis. Kematangan emosional
laki-laki lebih dahulu matang dibandingkan dengan perempuan.
Stres dapat dipicu oleh emosi yang tidak terkontrol, luapan
emosi tersebut tidak jarang lari pada makanan.
Berdasarkan hasil penelitian, dari 15 orang yang
mengalami stres dan mempunyai asupan kurang terdiri dari 13
orang perempuan (86,7%) dan 2 orang laki-laki (13,3%). Hal
tersebut menunjukkan bahwa mekanisme koping stres terhadap
asupan energi laki-laki lebih baik daripada perempuan.
Adapun pengaruh waktu untuk makan serta suasana
hati ditengah kesibukan organisasi justru dapat menurunkan

57

asupan energi pada beberapa subjek aktivis organisasi di


Ismakes Jabar.
Respon fisiologis terhadap stressor menurut Smeltzer
dan Bare (dalam Purwati, 2012) merupakan mekanisme
protektif

dan

adaftif

untuk

memelihara

keseimbangan

homeostatis tubuh. Jika tubuh tidak dapat menyesuaikan


dengan kondisi tersebut maka tubuh akan mengalami stres.
Pada keadaan stres sistem saraf pusat

mensekresikan

neropinefrin yang akan mengakibatkan peningkatan fungsi


organ vital dan keadaan tubuh secara umum serta endofrin
mampu menaikkan ambang untuk menahan stimulasi nyeri
yang mempengaruhi suasana hati. Manifestasi peran kedua
hormon diantaranya pengeluaran keringat, perubahan suasana
hati, keluhan sakit kepala, sulit tidur, dan peningkatan denyut
nadi.
Adanya peningkatan metabolisme tubuh saat merespon
stres, tubuh membutuhkan asupan energi yang lebih untuk
menyesuaikan

antara

kebutuhan

dan

asupan

energi.

Kekurangan asupan energi dapat mengakibatkan penurunan


berat badan serta kerusakan jaringan tubuh. (Almatsier, 2009)
Oleh karena itu, diperlukan edukasi terkait keseimbangan
antara

kebutuhan

mempertahankan

dan

asupan

energi

sehingga

tubuh

dengan

status

gizi

khususnya saat mengalami stres.

yang

dapat
baik,

58

5.4.2 Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Asupan Energi


pada Aktivis Organisasi Ismakes Jabar Tahun 2015
Hubungan antara aktivitas fisik dan asupan energi pada
aktivis organisasi Ismakes Jabar menggunakan uji Fisher Exact
adalah sebagai berikut:
TABEL 5.9
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK
DAN ASUPAN ENERGI
PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES JABAR TAHUN 2015
Asupan Energi

Aktivitas

Total
Baik

Fisik

Kurang Baik

Baik

44,4

10

55,6

18

100,0

Kurang Baik

13,3

26

86,7

30

100,0

Total

12

25

36

75

48

100,0

Berdasarkan tabel 5.9 diatas, dapat dilihat bahwa dari 18


orang sampel dengan aktivitas fisik baik, 8 orang (66,7%)
mempunyai asupan energi baik dan 10 orang lainnya (55,6%)
mempunyai asupan energi kurang baik. Sedangkan, dari 30
orang sampel dengan

aktivitas fisik kurang baik (aktivitas

berat), 4 orang (13,3%) mempunyai asupan energi baik dan 26


orang (86,7%) mempunyai asupan energi kurang baik.
Pada sampel dengan aktivitas fisik yang baik mempunyai
asupan energi kurang baik sebanyak 55,6%. Hal tersebut dapat
diakibatkan oleh adanya faktor lain seperti status gizi sampel
dan adanya stres sehingga menimbulkan nafsu makan yang
menurun.

59

Analisa hubungan aktivitas fisik dan asupan energi pada


aktivis organisasi Ismakes Jabar menggunakan uji Fisher Exact
karena terdapat nilai <5 pada salah satu kolom dengan proporsi
25% dari jumlah kolom. Tingkat kepercayaan yang digunakan
adalah 95%. Hasil uji Fisher Exact nilai p = 0,020 atau p < .
Hal tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak yaitu semakin
tinggi tingkat aktivitas fisik maka semakin rendah asupan energi
pada aktivis organisasi Ismakes Jabar.
Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar
metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru
memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi
dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa
dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada
berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa
berat pekerjaan yang dilakukan. (Almatsier, 2009).
Pada situasi dimana seseorang harus bergelut dengan
kesibukannya, ia cenderung membutuhkan asupan energi yang
lebih banyak. Namun pada kenyataannya, kesibukan juga dapat
menyita waktu dan nafsu makan sehingga asupan energi
dengan aktivitas berat dapat pula menimbulkan kecenderungan
asupan energi menurun. Dampak yang lebih besar jika hal
tersebut terjadi secara berkelanjutan yaitu dapat mengakibatkan
malnutrisi.

Oleh

karena

itu,

diperlukan

edukasi

terkait

keseimbangan pengeluaran energi akibat aktivitas fisik dengan


asupan energi yang dikonsumsi sehingga mencapai status gizi
baik.

60

BAB VI
KESIMPULAN
6.1

Kesimpulan
1. Variabel penelitian terdiri dari asupan energi, stres, dan aktivitas
fisik. Dari 48 orang sampel didapatkan hasil sebagai berikut:
a) Sebanyak 36 orang (75%) mempunyai asupan energi
kurang baik dan 12 orang (25%) mempunyai asupan
energi baik.
b) Sebanyak 32 orang (66,7%) tidak mengalami stres dan 16
orang (33,3%) mengalami stres.
c) Sebanyak 30 orang (62,5%) mempunyai aktivitas fisik
kurang baik dan 18 orang (37,5%) mempunyai aktivitas
fisik baik.
2. Hasil uji statistik menggunakan uji Fisher Exact dengan tingkat
kepercayaan 95% menunjukkan nilai p = 0,033 artinya semakin
tinggi tingkat stres maka semakin rendah asupan energi pada
aktivis organisasi Ismakes Jabar
3. Hasil uji statistik menggunakan uji Fisher Exact dengan tingkat
kepercayaan 95% menunjukkan nilai p = 0,020 artinya semakin
tinggi tingkat aktivitas fisik maka semakin rendah asupan energi
pada aktivis organisasi Ismakes Jabar.

6.2

Saran
Berdasarkan

hasil

penelitian,

perlunya

penyelenggaraan

progam oleh Ismakes Jabar terkait pemberian edukasi gizi untuk


mahasiswa kesehatan yang tergabung didalamnya baik itu sebagai
peserta maupun panitia. Oleh karena itu, mahasiswa gizi yang
tergabung dalam organisasi Ismakes Jabar diharapkan dapat berperan
serta pada progam tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S, 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama
Ardi, Muhammad. 2010. Skripsi: Hubungan Antara Persepsi Terhadap
Organisasi dengan Minat Berorganisasi pada Mahasiswa Fakultas
Psikologiuin Suska. Riau: Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim
Riau
Budiyanto, A. K. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press.
Davidson, J. 2001. Penuntun 10 Menit Manajemen Waktu. Penerjemah:
Niken Hindreswari. Yogyakarta: Andi Offset (Edisi Pertama)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Tabel Angka Kecukupan
Gizi Orang Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat
Deswita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hamid. Achir Yani. 2008. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Bunga Rampai
IPAQ Core Group. International Physical Activity Questionnaire. Diakses
tanggal 29 Oktober 2014. http://www.ipaq.ki.se/downloads.htm
Kemala, Indri. 2007. Stres Pada Remaja. Medan: Progam Studi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara

61

62

Megawindah, Nadya. 2012. Skripsi: Hubungan Stres dan Faktor Lainnya


dengan Konsumsi Makanan Mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Indonesia Tahun 2012. Depok: Progam Studi Gizi
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Muhilal, dan D. Damayanti. 2006. Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus
Kehidupan Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Mulyadi, Calvin K. dkk. 2013. Skripsi: Hubungan Antropometri, Aktivitas Fisik,
dan Pengetahuan Gizi dengan Asupan Energi dan Komposisi
Makronutrien pada Remaja. Program Pendidikan Dokter Umum,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Departemen Ilmu Gizi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Nadeak, Tienne A. U dkk. 2013. Skripsi: Hubungan Status Stres Psikososial
Dengan Konsumsi Makanan Dan Status Gizi Siswa Smu Methodist-8
Medan. Program Sarjana FKM USU Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat, Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU: Medan

NCS Dietary Assessment Literature Review. Definitions and Abbreviations:


SFFQ.

Diakses

tanggal

http://appliedresearch.cancer.gov/

Desember

2014.
assess_

wc/review/about/defabbrPopup.html?view=plain
Novia, Evti. 2010. KTI: Hubungan Antara Pengetahuan Gizi, Asupan Energi,
Aktivitas Fisik, dan Kejadian Kegemukan Pada Siswa Kelas 7 dan 8
SMP Yos Sudarso Kabupaten Purwakarta. Jurusan Gizi Diploma III
Poltekkes Kemenkes Bandung.
Pinel, John P.J. 2009. Biopsikologi Edisi Ketuju. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hal 364-396
Potter & Perry. 2005. Fundamental of Nursing: Concept, process, & practice.
Penerjemeah: Asih, Y. et. all. Jakarta: EGC

63

Psychology Foundation of Australia. 2010. Depression Anxiety Stress Scale.


Diakses

tanggal

29

Oktober

2014.

http://www2.psy.unsw.edu.au/groups/dass
Purwati, Susi. 2012. Skripsi: Tingkat Stres Akademik pada Mahasiswa
Reguler Angkatan 2010 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Progam Studi Sarjana
Strata-1.
Ragin, Deborah Fish. 2011. Health Psychology An Interdisciplinary Approach
to Health. Canada. Pearson Education, Inc. 216-248
Rohmawati, Nina. 2013. Prosiding Seminar Kependudukan: Status Depresi
Dan Asupan Makan Berhubungan dengan Status Gizi. Jember: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
Santrock. 2003. Adolescence. Jakarta: Erlangga
Sarwono. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Gravido Persada
Sastroasmoro, P, Sarwono. 2008. DasarDasar Metodologi Penelitian
Penelitian. Jakarta: CV. Sagung Seto
Siswoyo, Dwi dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya.
Jakarta: Sagung Seto.
Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara Sinar
Grafika Offset.
Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Kedokteran
EGCFahmida, dkk. 2007. Handbook Nutritional Assessment. Jakarta :
SEAMEO-TROPMED RCCN UI.

64

Veithzal Rivai, Deddy Mulyadi. 2011. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.


Jakarta : PT Rajagrafindo Persada
Vertikal, Luh Anggie. 2012. Skripsi: Aktivitas Fisik, Asupan Energi, dan
Asupan Lemak Hubungannya dengan Gizi Lebih pada Siswa SD Negeri
Pondok Cina 1 Depok Tahun 2012. Depok: Progam Studi Gizi
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Willenbring M.D, Mark dkk. 2006. Artikel: Stress induced eating and food
preference in humans: A pilot study. Diakses tanggal 10 September 2014
http://www.researchgate.net/publication/230162583_Stress_induced_eatin
g_and_food_preference_in_humans_A_pilot_study

LAMPIRAN 1
NASKAH PENJELASAN PENELITIAN

Satu Padu Tempa Diri Raih Cita Sehat Semua!


Rekan-rekan, perkenalkan nama saya Anggie Lidya Pratiwi. Saya seorang
mahasiswi tingkat 3 yang sedang menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
HUBUNGAN STRES, AKTIVITAS FISIK, DAN ASUPAN ENERGI PADA
AKTIVIS ORGANISASI IKATAN SELURUH MAHASISWA KESEHATAN
JAWA BARAT sebagai tugas akhir Progam Studi Diploma III Jurusan Gizi
Poltekkes Kemenkes Bandung.
Sesuai dengan judul Karya Tulis Ilmiah saya tersebut, rekan-rekan Ismakes
Jabar menjadi sasaran dalam penelitian ini, khususnya kader aktif tingkat 1.
Pada kesempatan ini, saya bermaksud untuk mengajak rekan-rekan
berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini.
Saya tertarik melakukan penelitian ini karena secara observasional saya
telah melihat adanya perubahan perilaku asupan makan rekan-rekan
Ismakes Jabar yang saya duga adalah karena salah satunya faktor stres dan
aktivitas fisik, khususnya sebagai mahasiswa kesehatan yang tergabung
dalam Ismakes Jabar.
Dalam penelian ini rekan-rekan akan diminta untuk mengisi data umum
responden, instrumen Depression Anxiety and Stress Scale (DASS) yang
terdiri dari 42 pertanyaan sebagai alat ukur stres, dan instrumen International
Physical Activity Questionnaire (IPAQ) Short Form sebagai alat ukur aktivitas
fisik.
Selanjutnya,

untuk

melihat

jumlah

asupan

rekan-rekan

saya

akan

mewawancara perihal asupan makan rekan-rekan selama 2 hari tidak

65

66

berturut-turut menggunakan intrumen Food Recall 2x24. Wawancara akan


dilakukan pada jam istirahat atau insidental selama kegiatan di Ismakes
Jabar.
Dengan mengikuti penelitian ini rekan-rekan dapat membantu kami untuk
memahami hubungan stres, aktivitas fisik, dan asupan energi pada aktivis
organisasi

Ismakes

Jabar.

Informasi

ini

akan

bermanfaat

untuk

perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai bahan


evaluasi rekan-rekan dalam menjaga asupan makan.
Penelitian ini bersifat sukarela, rekan-rekan tidak dapat dan tidak akan
dipaksa mengikuti penelitian ini bila rekan-rekan sendiri tidak menghendaki.
Jika ada pertanyaan lebih lanjut dapat menghubungi saya, Anggie Lidya
Pratiwi dengan nomor handphone 089631335484.
Terima kasih atas perhatian dan partisipasi rekan-rekan.

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)


(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini telah membaca atau dibacakan
kepada saya apa yang tertera dalam penjelasan penelitian ini, dan saya telah
diberi hak untuk mengajukan pertanyaan dan membicarakan penelitian ini
dengan peneliti. Saya memahami maksud, lama penelitian, dan prosedur
penelitian ini. Oleh karena itu, saya bersedia menjadi reponden dalam
penelitian Anggie Lidya Pratiwi yang berjudul Hubungan Stres, Aktivitas Fisik,
dan Asupan Energi pada Aktivis Organisasi Ikatan Seluruh Mahasiswa
Kesehatan Jawa Barat.
Tertanda,

()

LAMPIRAN 2
DATA UMUM RESPONDEN

Pelaksanaan Pengambilan Data

Nomor

Sampel

Hari, tanggal

Tempat

Identitas

Nama

: .

Jenis Kelamin

Tanggal Lahir

: .

Tempat Tinggal

Alamat Lengkap

: .

Laki-laki

Kost

Perempuan

Dirumah dengan orang tua

.
No Handphone

: .

Asal Institusi

: .

Jurusan/Prodi

: .

Tingkat/Semester

: .

Koordinator Wilayah

: .

67

LAMPIRAN 3
FORMULIR RECALL 2X24 JAM
HARI KE-1
Nama Responden

: ____________________________________________

Hari/Tanggal

: ____________________________________________

WAKTU

HIDANGAN

BAHAN

CARA

MAKANAN

PENGOLAHAN

68

URT

BERAT ENERGI
(gram)

(kkal)

69

HARI KE-2
Nama Responden

: ____________________________________________

Hari/Tanggal

: ____________________________________________

WAKTU

HIDANGAN

BAHAN

CARA

MAKANAN

PENGOLAHAN

URT

BERAT ENERGI
(gram)

(kkal)

LAMPIRAN 4
KUESIONER
DEPRESSION ANXIETY AND STRES SCALE (DASS) 42

Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai
dengan pengalaman Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.
Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan
yaitu :
0

: Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.

: Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.

: Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan,


atau lumayan sering.

: Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

Selanjutnya, Saudara diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda


silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman
Saudara selama satu minggu terakhir..

Tidak ada jawaban yang benar

ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Saudara yang
sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam
pikiran Saudara.
PERNYATAAN

No
1
2
3

Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena


hal-hal sepele.
Saya merasa bibir saya sering kering.
Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan
positif.

70

71

Saya
4

mengalami

kesulitan

bernafas (misalnya:

seringkali terengah-engah atau tidak dapat bernafas


padahal tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya).

7
8

Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan


suatu kegiatan.
Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu
situasi.
Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau
copot).
Saya merasa sulit untuk bersantai.
Saya menemukan diri saya berada dalam situasi

yang membuat saya merasa sangat cemas dan saya


akan merasa sangat lega jika semua ini berakhir.

10
11
12
13

Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di


masa depan.
Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.
Saya merasa telah menghabiskan banyak energi
untuk merasa cemas.
Saya merasa sedih dan tertekan.
Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar

14

ketika mengalami penundaan (misalnya: kemacetan


lalu lintas, menunggu sesuatu).

15
16

Saya merasa lemas seperti mau pingsan.


Saya merasa saya kehilangan minat akan segala
hal.

72

17
18

Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai


seorang manusia.
Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.
Saya

19

berkeringat

secara

berlebihan

(misalnya:

tangan berkeringat), padahal temperatur tidak panas


atau tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya.

20

Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas.

21

Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.

22

Saya merasa sulit untuk beristirahat.

23

Saya mengalami kesulitan dalam menelan.

24

Saya

tidak dapat

merasakan

kenikmatan

dari

berbagai hal yang saya lakukan.


Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya

25

tidak sehabis melakukan aktivitas fisik (misalnya:


merasa detak jantung meningkat atau melemah).

26

Saya merasa putus asa dan sedih.

27

Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.

28

Saya merasa saya hampir panik.

29

30
31
32
33

Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu


membuat saya kesal.
Saya takut bahwa saya akan terhambat oleh tugastugas sepele yang tidak biasa saya lakukan.
Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun.
Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan
terhadap hal yang sedang saya lakukan.
Saya sedang merasa gelisah.

73

34

Saya merasa bahwa saya tidak berharga.


Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang

35

menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang


sedang saya lakukan.

36

Saya merasa sangat ketakutan.

37

Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan.

38

Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.

39

Saya menemukan diri saya mudah gelisah.


Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya

40

mungkin menjadi panik dan mempermalukan diri


sendiri.

41
42

Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan).


Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam
melakukan sesuatu.

LAMPIRAN 5
INTERNATIONAL PHYSICAL ACTIVITY
QUESTIONNAIRE (IPAQ)
SHORT FORM

Cobalah mengingat tentang semua aktivitas tinggi yang rekan-rekan lakukan


dalam 7 hari terakhir. Aktivitas tinggi terkait dengan kegiatan yang
memerlukan usaha yang besar dalam melakukannya dan membuat rekanrekan bernafas lebih sulit dari biasanya. Pikirkan hanya kegiatan fisik yang
setidaknya rekan-rekan lakukan minimal 10 menit pada suatu waktu.
1. Selama 7 hari terakhir, berapa hari aktivitas fisik tinggi yang rekanrekan lakukan seperti angkat berat, aerobik, lari, bersepeda dengan
kecepatan tinggi, menaiki tangga atau aktivitas tinggi lainnya?
_____ hari per minggu
Tidak ada kegiatan fisik yang kuat
Lanjut ke pertanyaan no. 3
2. Berapa lama waktu rata-rata per hari yang rekan-rekan habiskan untuk
melakukan aktivitas fisik tinggi tersebut?
_____ jam per hari
_____ menit per hari
Tidak tahu/tidak yakin
Cobalah mengingat tentang semua aktivitas sedang yang rekan-rekan
lakukan dalam 7 hari terakhir. Aktivitas sedang terkait dengan kegiatan yang
memerlukan usaha yang agak banyak dalam melakukannya dan membuat

74

75

rekan-rekan bernafas agak lebih keras dari biasanya. Pikirkan hanya


kegiatan fisik yang setidaknya rekan-rekan lakukan minimal 10 menit pada
suatu waktu.
3. Selama 7 hari terakhir, berapa hari aktivitas fisik sedang yang rekanrekan lakukan seperti membawa beban ringan, bersepeda dengan
kecepatan biasa, atau aktvitas fisik sedang lainnya? Jangan sertakan
berjalan.
_____ hari per minggu
Tidak ada aktivitas sedang
Lanjut ke pertanyaan no. 5
4. Berapa lama waktu rata-rata per hari yang rekan-rekan habiskan untuk
melakukan aktifitas fisik sedang tersebut?
_____ jam per hari
_____ menit per hari
Tidak tahu/tidak yakin
Pikirkan tentang waktu yang rekan-rekan habiskan berjalan dalam 7 hari
terakhir. Ini termasuk di kampus, tempat berorganisasi, dan di rumah, baik itu
berjalan untuk melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya, atau
pun berjalan yang dilakukan semata-mata untuk rekreasi dan olahraga.
5. Selama 7 hari terakhir, berapa hari yang rekan-rekan berjalan selama
setidaknya 10 menit pada suatu waktu?
_____ hari per minggu
Tidak berjalan
Lanjut ke pertanyaan no. 7

76

6. Berapa lama waktu rata-rata per hari yang rekan-rekan biasanya


habiskan untuk berjalan?
_____ jam per hari
_____ menit per hari
Tidak tahu/tidak yakin
Pertanyaan terakhir adalah tentang waktu rekan-rekan dihabiskan untuk
duduk pada hari kerja selama 7 hari terakhir. Termasuk waktu yang
dihabiskan di kampus, tempat organisasi, dan di rumah, baik itu saat kuliah
atau selama waktu luang. Ini mungkin termasuk waktu duduk yang
dihabiskan saat mengunjungi teman, membaca, atau menonton televisi.
7. Selama 7 hari terakhir, berapa banyak waktu rata-rata per hari yang
rekan-rekan habiskan duduk?
_____ jam per hari
_____ menit per hari
Tidak tahu/tidak yakin

LAMPIRAN 5
HASIL UJI STATISTIK CHI-SQUARE TEST
HUBUNGAN ANTARA STRES, AKTVITAS FISIK, DAN
ASUPAN ENERGI PADA AKTIVIS ORGANISASI IKATAN
SELURUH MAHASISWA KESEHATAN JAWA BARAT
(ISMAKES JABAR)

1.

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KARAKTERISTIK SAMPEL


1) Jenis Kelamin

Valid

Freq

Percent

Valid
Percent

Cumulative
Percent

17
31
48

35.4
64.6
100.0

35.4
64.6
100.0

35.4
100.0

Freq

Percent

40
8
48

83.3
16.7
100.0

Valid
Percent
83.3
16.7
100.0

Cumulative
Percent
83.3
100.0

Freq

Percent

24
24
48

50.0
50.0
100.0

Valid
Percent
50.0
50.0
100.0

Cumulative
Percent
50.0
100.0

Laki-Laki
Perempuan
Total

2) Usia

Valid

18.00
19.00
Total

3) Tempat Tinggal

Valid

Kost
Rumah
Total

77

78

4) Koordinator Wilayah

Valid

2.

Korwil 1
Korwil 2
Korwil 3
Korwil 5
Total

Freq

Percent

3
10
26
9
48

6.3
20.8
54.2
18.8
100.0

Valid
Percent
6.3
20.8
54.2
18.8
100.0

Cumulative
Percent
6.3
27.1
81.3
100.0

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL PENELITIAN


1) Asupan Energi

Valid

Baik
Kurang
Baik
Total

25.0

Valid
Percent
25.0

Cumulative
Percent
25.0

36

75.0

75.0

100.0

48

100.0

100.0

Freq

Percent

32
15
1
48

66.7
31.3
2.1
100.0

Freq

Percent

16

Freq

Percent

12

2) Stres
Kategori Stres

Valid

Normal
Ringan
Sedang
Total

Valid
Percent
66.7
31.3
2.1
100.0

Cumulative
Percent
66.7
97.9
100.0

33.3

Valid
Percent
33.3

Cumulative
Percent
33.3

32

66.7

66.7

100.0

48

100.0

100.0

Klasifikasi Stres

Valid

Stress
Tidak
Stress
Total

79

3) Aktivitas Fisik
Kategori Aktivitas Fisik

Valid

Sedang
Berat
Total

Valid
Percent
37.5
62.5
100.0

Cumulative
Percent
37.5
100.0

37.5

Valid
Percent
37.5

Cumulative
Percent
37.5

30

62.5

62.5

100.0

48

100.0

100.0

Freq

Percent

18
30
48

37.5
62.5
100.0

Freq

Percent

18

Klasifikasi Aktivitas Fisik

Valid

3.

Baik
Kurang
Baik
Total

HUBUNGAN
ANTARA
STRES
DAN
ASUPAN
ENERGI
PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES JABAR TAHUN 2015

Crosstabulasi Stres dan Asupan Energi


Klas_Asp
Baik
Klas_
Stress

Total

Stress

Count

Expected Count
%
Within
Klas_Stress
Tidak Stress Count
Expected Count
%
Within
Klas_Stress
Count
Expected Count
%
Within
Klas_Stress

Total

Kurang Baik

Baik

15

16

4.0

12.0

16.0

6.3%

93.8%

100.0%

11
8.0

21
24.0

32
32.0

34.4%

65.6%

100.0%

12
12.0

36
36.0

48
48.0

25.0%

75.0%

100.0%

80

Value
Pearson
ChiSquare
Continuity
Correction(A)
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-By-Linear
Association
N Of Valid Cases
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


(2-Sided)
(2-Sided) (1-Sided)

Df

4.500(B)

.034

3.125

.077

5.319

.021
.040

4.406

.033

.036

48

A Computed Only For A 2x2 Table


B 1 Cells (25.0%) Have Expected Count Less Than 5. The Minimum
Expected Count Is 4.00.
4.

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN ASUPAN ENERGI


PADA AKTIVIS ORGANISASI ISMAKES JABAR TAHUN 2015

Crostabulasi Aktivitas Fisik dan Asupan Energi

Klas_Ipaq Baik

Total

Count
Expected Count
%
Within
Klas_Ipaq
Kurang Baik Count
Expected Count
%
Within
Klas_Ipaq
Count
Expected Count
%
Within
Klas_Ipaq

Klas_Asp
Baik
Kurang Baik
8
10
4.5
13.5

Total
Baik
18
18.0

44.4%

55.6%

100.0%

4
7.5

26
22.5

30
30.0

13.3%

86.7%

100.0%

12
12.0

36
36.0

48
48.0

25.0%

75.0%

100.0%

81

Chi-Square Tests

Value
5.807(B)

Df

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


(2-Sided)
(2-Sided) (1-Sided)
1
.016

Pearson Chi-Square
Continuity
4.267
1
Correction(A)
Likelihood Ratio
5.693
1
Fisher's Exact Test
Linear-By-Linear
5.686
1
Association
N Of Valid Cases
48
A Computed Only For A 2x2 Table
B 1 Cells (25.0%) Have Expected Count Less
Expected Count Is 4.50.

.039
.017
.036
.017

Than 5. The Minimum

.020

Anda mungkin juga menyukai