Pos dibuka kembali tahun 1949, dan nama Kantor Tabungan Pos diganti menjadi
Bank Tabungan RI.
Banyak kejadian bernilai sejarah sejak 1950, tetapi yang terpenting bagi
sejarah Bank Tabungan Negara (BTN) adalah dikeluarkannya UU darurat No. 9
Tahun 1950 Tanggal 9 Februari 1950 yang mengubah nama Posts Paar Bank
Indonesia berdasarkan Staasbalt No. 295 Tahun 1941 menjadi Bank Tabungan
Pos dan memidahkan induk kementrian keuangan dibawah menteri urusan Bank
Central. Tanggal 9 Februari 1950 ditetapkan sebagai hari dan tanggal BTN. Nama
Bank Tabungan Pos menurut UU darurat tersebut dikukuhkan dengan UU No. 36
Tahun 1953. Perubahan nama dari Bank Tabungan Pos menjadi BTN didasarkan
pada Perpu No.4 Tahun 1964 tanggal 23 Juni 1963 yang kemudian dikuatkan
dengan UU No. 2 Tahun 1964 tanggal 25 Mei 1964.
Penegasan status BTN sebagai Bank Tabungan milik negara ditetapkan
dengan UU No. 20 tahun 1968 tanggal 19 Desember 1968 yang sebelumnya
(sejak tahun 1964) BTN menjadi BNI unit V (lima). Jika tugas utama saat
pendirian Posts Paar Bank (1897) sampai dengan BTN (1968) adalah bergerak
dalam lingkup perhimpunan dana masyarakat melalui tabungan, maka sejak tahun
1974 BTN ditambah tugasnya yaitu memberikan pelayanan KPR dan untuk
pertamakalinya penyaluran KPR terjadi pada tanggal 10 Desember yang
diperinganti sebagai hari KPR bagi BTN.
Bentuk hukum BTN mengalami perubahan lagi pada tahun 1992 yaitu
dengan dikeluarkannya PP No. 24 tahun 1992 tanggan 29 April 1992 yang
merupakan pelaksanaan dari UU No. 7 Tahun 1992 bentuk hukum Bank
pemerintah
melalui
menteri
BUMN dalam
surat
No.
C. Job Description
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Cabang Medan memiliki
pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan bagiannya
masing-masing.
1. Kepala Cabang (Branch Manager) mempunyai aktivitas utama yaitu:
a. Melakukan kontrol terhadap seluruh pelaksanaan MTSI
b. Melakukan Pengawasan melekat
c. Melakukan otorisasi sesuai kewenangan yang diberikan
d. Melakukan service quality level terhadap nasabah-nasabah prima
e. Melakukan supervisi di dalam menjalankan fungsi manajemen
2. Wakil Kepala Cabang Utama mempunyai aktivitas utama yaitu:
a. Melakukan fungsi otorisasi untuk aktifitas financial sesuai ketentuan yang
berlaku
b. Melakukan fungsi otorisasi untuk aktifitas non financial sesuai ketentuan
yang berlaku dan lazim dilakukan serta dapat dipertanggungjawabkan
c. Melakukan pengawasan melekat terhadap pegawai yang disupervisi
b. Melakukan analisis terhadap komposisi dana dan kredit yang akan dicapai
c. Membuat target bersama Selling Head sebagai bahan keputusan Branch
Manager
d. Membuat strategi pencapaian target
1) Dana
2) Kredit
3) Fee Based Income
4) Peningkatan penggunaan fitur produk
8. Kepala Layanan Kredit (Loan Service Head) mempunyai aktivitas
utama yaitu:
a. Melakukan supervisi dan memastikan terselenggaranya layanan informasi
kredit baik melalui telepon, surat maupun debitur/customer yang datang
langsung dengan baik
b. Melakukan supervisi dan memastikan terselenggaranya Proses Pelunasan
Kredit
c. Melakukan supervisi dan memastikan pelayanan klaim debitur
d. Melakukan supervisi dan memastikan pelayanan permohonan pembayaran
ekstra dan advance payment sesuai dengan ketentuan yang berlaku
e. Melakukan supervisi dan memastikan terselenggaranya pelayanan klaim
asuransi kredit
9. Kepala Operation (Operation Head) mempunyai aktivitas utama yaitu:
a. Melakukan supervisi atas kebenaran proses administrasi nasabah giro
supervisi
atas
proses
pengelolaan
Administrasi
Data
Kepegawaian
e. Melakukan supervisi atas proses pengelolaan Gaji, tunjangan pegawai dan
pensiunan
14. Sekretaris (Secretary) mempunyai aktivitas utama yaitu melaksanakan
kesekretariatan Kepala Cabang, meliputi :
1) Memproses pembuatan dan pengaturan jadwal kegiatan Kepala Cabang,
baik dengan pihak intern maupun ekstern.
yang diberikan merupakan kontribusi terbesar pada 92% dari total pendapatan
bunga selama 2010.
1. Pendapatan bunga dari kredit yang diberikan
Selama tahun 2010, pinjaman KPR terdiri dari pinjaman KPR Bersubsidi
dan pinjaman KPR non subsidi. Tingkat bunga rata-rata kredit perumahan
mengalami penurunan dari 11,66% per tahun pada tahun 2009 menjadi 11,18%
per tahun pada tahun 2010. Di samping itu, suku bunga rata-rata atas kredit
korporasi juga mengalami penurunan dari 13,31% per tahun pada 2009 menjadi
12,63% per tahun pada 2010. Penurunan ini disebabkan dari stabilnya kondisi
pasar dan penurunan BI rate yang menjadi stimulasi pasar untuk menarik nasabah
melakukan transaksi pembiayaan pada Bank BTN. Sebagai dampak dari kondisi
ini, portofolio kredit meningkat 27% lebih tinggi pada tahun 2010, dan membuat
Bank BTN masih memperoleh pertumbuhan pendapatan bunga dari kredit pada
tingkat 25% di tahun 2010 sekalipun tingkat suku bunga menjadi lebih rendah dari
tahun 2009.
2. Pendapatan bunga dari obligasi pemerintah
Bank BTN juga memperoleh pendapatan bunga dari saldo penempatan
dana pada Obligasi Pemerintah selama periode tertentu. Selama tahun 2010, Bank
BTN telah menjual dengan janji pembelian kembali atas beberapa obligasi
pemerintah sebesar Rp 4,3 triliun. Transaksi ini secara signifikan mengurangi
pengakuan pendapatan bunga yang mengakibatkan penurunan pendapatan bunga
dari obligasi pemerintah sebesar 39% di tahun 2010 dibandingkan tahun
sebelumnya. Pendapatan bunga dari Obligasi Pemerintah memberikan kontribusi
terhadap jumlah pendapatan sebesar 6% pada tahun 2010 dan 12% pada tahun
2009.
3. Pendapatan bunga dari penempatan lain-lain
Untuk mengoptimalkan kelebihan dana yang tersedia di Bank BTN dan
mengelola likuiditas, manajemen treasury menyelenggarakan penempatan dana
pada instrumen keuangan tertentu yang dapat menghasilkan pendapatan bunga
dari penempatan tersebut. Selama tahun 2010, Bank BTN telah mengurangi
penempatan dana dalam efek dan penempatan pada bank lain untuk meningkatkan
penempatan dana dalam rekening giro dengan BI sehubungan dengan kepatuhan
pada peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010, tanggal 4 Oktober 2010,
tentang "Giro Wajib Minimum di Bank Indonesia untuk Bank Umum dalam
Rupiah dan Valuta Asing". Sebagai dampaknya, pendapatan bunga yang diperoleh
dari saldo penempatan dana dalam efek dan penempatan pada bank lain
mengalami penurunan masing-masing sebesar 20% dan 53% lebih rendah pada
tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009.
E. Rencana Kegiatan
Untuk menciptakan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, Bank BTN
menjaga komitmen untuk senantiasa berhati-hati dalam menjalankan bisnis. Bank
BTN meyakini, dengan dukungan masyarakat dan negara, maka target untuk
meningkatkan pencapaian pada tahun 2011 terutama dalam hal pertumbuhan aset,
pengembangan produk dan layanan, serta perluasan jaringan operasi akan
terwujud. Untuk dapat meraih hal tersebut, Bank BTN menjunjung tinggi