PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara berkembang menghadapi banyak tantangan dalam
meningkatkan derajat kesehatan rakyatnya. Pada tahun 2012 tercatat angka harapan
hidup di Indonesia mencapai 70,61 tahun sedangkan tingkat kelahiran sebesar 2,37
kelahiran perermpuan. Ditelusuri berdasarkan kepadatan penduduk di Indonesia hal
ini merupakan kabar gembira karena akan menurunkan rasio kepadatan penduduk,
namun
hal tersebut
juga memiliki
masyarakat.
Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk
lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni
mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk. Sebuah
pekerjaan rumah besar bagi kementrian kesehatan di Indonesia untuk memberikan
fasilitas dan pelayanan kesehatan maksimal bagi masyarakat yang juga bisa
digolongkan Berkebutuhan Khusus seperti ini.
Farmasi sebagai salah satu tenaga kesehatan seyogyanya juga selaras dengan
pemerintah bersama-sama berupaya meningkatkan derajat hidup maysarakat lanjut
usia. Berbagai pertimbangan
memutuskan melakukan penyerahan obat bagi pasien lanjut usia, mengingat fungsi
anatomi dan fisiologi yang dimilikinya sudah tidak berfungsi secara masksimal.
Tulisan ini bermaksud memberikan sedikit pandangan bagi seorang farmasis
mengenai aspek-aspek pada obat yang perlu mendapatkan perhatian khusus bagi
pasien lanjut usia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Lansia
Dewasa akhir (late adulthood) atau lanjut usia, biasanya merujuk pada tahap
siklus kehidupan yang dimulai pada usia 65 tahun. Ahli gerontologi membagi lanjut
usia menjadi dua kelompok: young-old, berusia 65-74 tahun; dan old-old, berusia 75
tahun ke atas. Kadang-kadang digunakan istilah oldest old untuk merujuk pada orangorang yang berusia 85 tahun ke atas.
Idealnya seorang lansia dapat menjalani proses menua secara normal sehingga
dapat menikmati kehidupan yang bahagia dan mandiri. Menurut Rowe & Kahn,
proses penuaan yang sukses merupakan suatu kombinasi dari tiga komponen:
Penghindaran dari penyakit dan ketidakmampuan
Pemeliharaan kapasitas fisik dan kognitif yang tinggi di tahun-tahun berikutnya.
Keterlibatan secara aktif dalam kehidupan yang berkelanjutan (Hoyer & Roodin,
2003).
Salah satu kelompok umur yang sering luput dari pertimbangan-pertimbangan
khusus dalam pemakaian obat adalah kelompok usia lanjut. Hal ini dapat di mengerti
mengingat usia lanjut secara fisiologis umumnya dianggap sama dengan kelompok
umur dewasa. Namun sebenarnya, pada periode tertentu telah terjadi berbagai
penurunan fungsi berbagai organ tubuh. Penurunan fungsi bisa disebabkan karena
proses menua, maupun perubahan-perubahan lain yang secara fisik kadang tidak
terdeteksi. Terdapat perbedaan pendapat mengenai batasan usia lanjut, namun pada
umumnya para peneliti mengambil batas 65 tahun. Yang perlu mendapat perhatian
adalah, bahwa ternyata pada pasien usia lanjut, umumnya dijumpai lebih dari satu
jenis penyakit, satu atau lebih di antaranya bersifat kronis, sementara penyakit lain
yang akut, jika tidak ditangani dengan baik dapat memperburuk kondisi penderita.
Proses menua merupakan sebuah waktu untuk berbagai kehilangan berupa
kehilangan peran sosial akibat pensiun, kehilangan mata pencaharian, kehilangan
teman dan keluarga. Ketika manusia semakin tua, mereka cenderung untuk
mengalami masalah-masalah kesehatan yang lebih menetap dan berpotensi untuk
menimbulkan ketidakmampuan. Kebanyakan lansia memiliki satu atau lebih keadaan
atau ketidakmampuan fisik yang kronis. Masalah kesehatan kronik yang paling sering
terjadi pada lansia adalah
Kelompok usia lanjut mengkonsumsi 25% sampai 30% dari total obat yang
Beberapa sifat penyakit pada lansia yang membedakan dengan penyakit pada orang
dewasa seperti:
1. Gejala penyakit sering tidak khas/tidak jelas
Misalnya, penyakit infeksi paru (pneumonia) sering kali tidak didapati demam
tinggi dan batuk darah, gejalah terlihat ringan padahal penyakit sebenarnya
cukup serius, sehingga penderita menganggap penyakitnya tidak berat dan tidak
perlu berobat.
2. Memerlukan lebih banyak obat (polifarmasi)
Akibat banyaknya penyakit pada lansi, maka dalam pengobatannya memerlukan
obat yang beraneka ragam dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, perlu
diketahui bahwa fungsi organ-organ vital tubuh seperti hati dan ginjal yang
berperan dalam mengolah obat-obat yang masuk ke dalam tubuh berkurang. Hal
ini meyebabkan kemungkinan besar obat tersebut akan menumpuk dalam tubuh
dan terjadi keracunan obat dengan segalah komplikasinya jika diberikan dengan
dosis obat perlu dikurangi pada lansia. Efek samping obat sering pula terjadi
pada lansia yang menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit baru akibat
pemberian obat tadi (iatrogenek), misalnya poliuri/sering BAK akibat pemakaian
obat diuretik, dapat terjatuh akibat penggunaan obat-obat penurun tekanan darah,
penenang, antidepresi dan lain-lain. Efek samping obat pada lansia biasanya
terjadi karena diagnosis yang tidak tepat, ketidakpatuhan meminum obat, serta
penggunaan obat yang berlebihan dan berulang-ulang dalam waktu yang lama.
3. Sering mengalami gangguan jiwa
Pada lansia yang telah menderita sakit sering mengalami tekanan jiwa (depresi).
Oleh karena itu, dalam penggunaannya tidak hanya gangguan fisiknya saja
diobati, tetapi juga gangguan jiwanyayang justru sering tersembunyi gajalahnya.
Jika yang mengobatinya tidak teliti akan menyebabkan kesulitan penyembuhan
Dari aspek penderita, faktor-faktor seperti penurunan aktivitas/fungsi organ,
derajat penyakit, penurunan kemampuan untuk mengurus diri sendiri,
menurunnya masukan cairan dan makanan, serta kemungkinan menderita lebih
dari satu macam penyakit, sering mempersulit proses pengobatan secara opitmal
(Siti Maryam dkk: 2008: 64-65).
C. Perubahan-Perubahan Pada Lansia yang Berkaitan Dengan Pemakaian Obat
a. Perubahan fisiologi Lansia
Sistem Muskuloskeletal
Jaringan penghubung (kolagen dan elastin).
Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon, tulang,
kartigo dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan cross
linking yang tidak teratur. Bentangan yang tidak teratur dan penurunan
hubungan tarikan linier pada jaringan tubuh. Setelah kolagen mencapai puncak
fungsi atau daya mekaniknya karena penuaan mulai menurun. Kolagen dan
elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung mengalami
perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai penuaan.
Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya fleksibilitas
pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan
kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk
ke berdiri, jongkok, berjalan dan hambatan melakukan aktivitas sehari-hari.
Upaya fisioterapi untuk mengurangi dampak tersebut
dengan memberikan
aktivitas sehari-hari.
Tulang
Berkurangnya kepadatan tulang adalah bagian dari penuaan fisiologi.
Trabekula longitudinal menjadi tipis dan trabekula transversal terabsorpsi
kembali. Sebagai akibat perubahan ini, jumlah tulang spongiosa berkurang dan
tulang kompakta menjadi tipis. Perubahan lain yang terjadi adalah penurunan
estrogen sehingga produksi osteoklas tidak terjadi, penurunan penyerapan
kalsium di usus, peningkatan kanal haversi sehingga tulang keropos.
Berkurangnya jaringan dan ukuran tulang secara keseluruhan menyebabkan
kekuatan dan kekakuan tulang menurun.
Dampak berkurangnya kepadatan akan mengakibatkan osteoporosis dan
fraktur.
Otot
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi. Penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan
lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
Dampak perubahan morfologis otot adalah penurunan kekuatan,
penurunan fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi dan penurunan kemampuan
fungsional otot.
Sendi
Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasia
mengalami penurunan elastisitas. Ligamen, kartilago dan jaringan periartikular
mengalami penurunan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi dan
klasifikasi pada kartigo dan kapsul sendi. Sendi kehilangan flesibilitasnya
sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi. Kelainan yang terjadi pada sendi
berupa osteoartritis, artritis reumatoid, gout dan pseudogout. Kelainan tersebut
dapat menimbulkan gangguan berupa bengkak, nyeri, kekakuan sendi,
keterbatasan luas gerak sendi, gangguan jalan dan aktivitas sehari-hari.
Sistem Saraf
6
Sistem kardiovaskular
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertrofi dan
kemampuan perengangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan
ikat dan penumpukan lipofusin. Katup jantung mengalami fibrosis.
Kemampuan arteri dalam menjalankan fungsinya berkurang. Pembuluh
darah kailer mengalami penurunan elastisitas dan permeabilitas. Terjadi
penurunan
fungsional
berupa
kenaikan
tahanan
vaskular
sehingga
lambat.
Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru. Kapasitas total paru
tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah. Volume tidal bertambah untuk
mengompensasi kenaikan ruang rugi paru. Udara yang mengalir ke paru
berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi toraks mengakibatkan
gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
Umur tidak berhubungan dengan perubahan otot diafragma. Apabila terjadi
perubahan otot diafragma, otot toraks menjadi tidak seimbang dan
menyebabkan terjadinya distorsi dinding toraks selama respirasi berlangsung.
Klasifikasi kartilago kosta mengakibatkan penurunan mobilitas tulang rusuk
sehingga ekspansi rongga dada dan kapasitas ventilasi paru menurun.
Sistem gastrointestinal
Terjadi penurunan selera makan rasa haus, asupan makanan dan kalori, mudah
terjadi konstipasi dan gangguan pencernaan lainnya, terjadi penurunan produksi
saliva, karies gigi, gerak peristaltic usus dan pertambahan waktu pengosongan
lambung.
Sistem genitourinaria
Ginjal mengecil aliran darah ke ginjal menurun, fungsi menurun, fungsi
tubulus berkurang, otot kandung kemih menjadi menurun, vesikel vrinaria susah
dikosongkan, perbesaran prostat, atrofi vulva.
Sistem endokrin
banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain angin dan sinar matahari,
terutama sinar ultra violet (Sri Surini, dkk: 2003: 8-17).
Tabel 1. Beberapa Interaksi Penting Obat- Penyakit pada Pasien Lansia
Penyakit
Kelainan konduksi
jantung
Obat
Antidepressan trisiklik
PPOK
-Bloker, Opiat
AINS, Aminoglikosida
-Bloker, Verapamil
Obat psikotropik,
Dementia
Levodopa, Agen
Antiepileptic
-Bloker, Antihipertensi
Depresi
Efek Merugikan
Heart blok
Bronkokontriksi,
Depresi pernafasan
Gagal ginjal akut
Dekompensasi jantung
akut
Meningkatkan
kebingungan, Delirium
Presiptasi atau
Benzodizepin,
Diabetes melitus
Glaucoma
Kortikosteroid
Diuretic, Prednisone
Obat Antimuskarinik
Hipertensi
AINS
Hypokalemia
Ulkus peptikum
Penyakit pembuluh
Digoxin
AINS, Antikoagulan
darah
Aritmia jantung
Pendarahan lambung
-Bloker
Intemitten klaudisasi
Agen antimuskarinik
Retensi urin
darah perifer
Prostatik hyperplasia
Hiperglikemia
Glaucoma akut
Meningkatnya tekanan
b. Perubahan Farmakokinetik
Telah terbukti bahwa proses menua akan menyebabkan penurunan fungsi organ,
baik sebagai akibat proses degenerasi yang secara ilmiah akan dialami oleh setiap
orang, maupun akibat penyakit-penyakit yang diderita sebelumnya. Dengan
10
Perubahan Fisiologis
Absorpsis permukaan
menurun,
Aliran darah di daerah
splanchnik menurun
Produksi asam lambung
Proses Distribusi
meningkat
Motilitas lambung berubah
Kadar air tubuh menurun
Massa tubuh menurun
Lemak tubuh meningkat
Serum albumin menurun
lemak.
Fraksi obat bebas diplasma
meningkat pada obat asam
yang terikat kuat dengan
Proses
Perubahan fisiologis
ikatan protein.
Perubahan Klinis Penting
Farmakokinetika
Proses
Menurunkan metabolism
Metabolisme
Proses
Metabolisme
menurun
Metabolisme fase 1
11
Proses Eliminasi
menurun
Aliran plasma ginjal
menurun
Absorpsi
Perubahan dalam hal absorpsi obat pada usia lanjut belum diketahui secara
jelas, tetapi tampaknya tidak berubah untuk sebagian besar obat. Keadaan yang
mungkin dapat mempengaruhi absorpsi ini antara lain perubahan kebiasaan
makan, tingginya konsumsi obat-obat non resep (misalnya antasida, laksansia)
dan lebih lambatnya kecepatan pengosongan lambung.
Distribusi
Selain oleh sifat fisiko-kimiawi molekul obat, distribusi ditentukan pula oleh
komposisi tubuh, ikatan protein plasma dan aliran darah organ. Dengn
bertambahnya usia, prosentase air total dan masa tubuh yang tidak mengandung
lemak (lean body mass) menjadi lebih sedikit. Obat yang mempunyai sifat
lipofili yang kecil, misalnya digoksin dan propranolol, menjadi lebih tinggi
kadarnya dalam darah, walaupun pada dosis yang lazim untuk dewasa. Untuk
obat yang mempunyai sifat lipofilik yang besar, misalnya benzodiazepin,
klordiazepoksid, peningkatan komposisi lemak menyebabkan menurunnya
kadar obat dalam darah.
Komposisi protein total pada usia lanjut praktis tidak berubah, tetapi
biasanya terjadi perubahan rasio albumin globulin. Penurunan albumin secara
mencolok pada usia lanjut umumnya disebabkan oleh menurunnya aktivitas
12
fisik. Tetapi dapat juga memberi petunjuk beratnya penyakit sistemik yang
diderita, seperti miokard infark akut, penyakit-penyakit inflamasi dan infeksi
berat. Sehingga obat-obat yang terutama terikat pada albumin akan lebih
banyak berada dalam bentuk bebas. Dengan kata lain, kadar obat-obat tersebut
akan meningkat dalam plasma. Molekul obat yang terikat pada albumin adalah
yang bersifat asam lemah.
Tabel 3. Pengaruh Volume Distribusi pada Obat-Obat yang Sering Diresepkan
Meningkat Volume Distibusinya
Acetaminophen
Chlorodiazepoxide
Diazepam
Oxazepam
Salicylates
Thiopental
Tolbutamide
Metabolisme
Hepar berperan penting dalam metabolisme obat, tidak hanya mengaktifkan
obat ataupun mengakhiri aksi obat tetapi juga membantu terbentuknya
metabolit terionisasi yang lebih polar yang memungkinkan berlangsungnya
mekanisme ekskresi ginjal. Kapasitas hepar untuk memetabolisme obat tidak
terbukti berubah dengan bertambahnya umur, tetapi jelas terdapat penurunan
aliran darah hepar yang tampaknya sangat mempengaruhi kemampuan
metabolisme obat.
Pada usia lanjut terjadi pula penurunan kemampuan hepar dalam proses
penyembuhan penyakit, misalnya oleh karena virus hepatitis atau alkohol. Oleh
sebab itu riwayat penyakit hepar terakhir seorang lanjut usia sangat perlu
dipetimbangkan dalam pemberian obat yang terutama dimetabolisme di hepar.
Sementara itu beberapa penyakit yang sering pula terjadi pada usia lanjut
seperti misalnya kegagalan jantung kongestif, secara menyolok dapat
13
Ekskresi ginjal
Ginjal merupakan tempat ekskresi sebagian besar obat, baik dalam bentuk
aktif maupun hasil metabolitnya. Seperti halnya dengan organ-organ yang lain,
ginjal akan mengalami perubahan fisiologis dan anatomis dengan bertambahnya
umur. Dengan menurunnya kapasitas fungsi ginjal secara ilmiah karena usia
lanjut, maka eliminasi sebagian besar obat juga akan terpengaruh. Obat-obat
yang
dimetabolisme
kebentuk
aktif,
seperti:
metildopa,
triamteren,
Kanamycin
Atenolol
Lithium
Ceftriaxon
Pancuronium
Cephradin
Penicillin
Cimetidin
Phenobarbital
Digoxin
Procainamid
Doxycyclin
Ranitidin
Furosemid
Sotalol
14
Gentamicin
Triamteren
c. Perubahan Farmakodinamik
Farmakodinamik adalah pengaruh obat terhadap tubuh. Respon seluler pada
lansia secara keseluruhan akan menurun. Penurunan ini sangat menonjol pada
respon homeostatik yang berlangsung secara fisiologis. Pada umumnya obat-obat
yang cara kerjanya merangsang proses biokimia selular, intensitas pengaruhnya
akan menurun misalnya agonis untuk terapi asma bronkial diperlukan dosis yang
lebih besar, padahal jika dosisnya besar maka efek sampingnya akan besar juga
sehingga index terapi obat menurun. Sedangkan obat-obat yang kerjanya
menghambat proses biokimia seluler, pengaruhnya akan terlihat bila mekanisme
regulasi homeostatis melemah.
Pasien-pasien usia lanjut relatif lebih sensitif terhadap aksi beberapa obat
dibanding kelompok usia muda. Hal ini memberi petunjuk adanya perubahan
interaksi farmakodinamika obat terhadap reseptor yang nampaknya merupakan
hasil perubahan farmakokinetika atau hilangnya respons homeostatis. Mekanisme
pengontrol homeostatis tertentu tampaknya juga mulai kehilangan fungsi pada usia
lanjut, sehingga pola atau intensitas respons terhadap obat juga berubah. Sebagai
contoh tekanan darah rata-rata pada usia lanjut relatif lebih tinggi, tetapi sementara
itu insidensi hipotensi ortostatik juga meningkat secara menyolok. Demikian pula
mekanisme pengaturan suhu juga memburuk dan hipotermia kurang ditoleransi
secara baik pada usia lanjut.
Kemampuan pengaturan yang memadai dan tepat mengenai keadaan fisiologi
tubuh sangat diperlukan dalam homeostatic. Endokrin, transmisi neuromuscular
dan respons organ, semuanya akan menurun dengan bertambahnya usia, yang
15
2.
Adreneseptor beta
Fungsi adreneseptor beta menurun dengan bertambahnya usia. Oleh
karena itu, terapi beta bloker pada lanjut usia dapat menjadi kurang efektif,
kemungkinan akibatnya adalah penurunan efek antihipertensi. Ada juga berapa
16
17
18
2. Obat-obat kardiovaskuler
Antihipertensi
Pengobatan hipertensi pada usia lanjut sering menjadi masalah, tidak
saja dalam hal pemilihan obat, penentuan dosis dan lamanya pemberian, tetapi
juga menyangkut keterlibatan pasien secara terus menerus dalam proses
terapi. Hal ini karena pengobatannya umumnya jangka panjang. Jika terapi
non-obat dirasa masih memungkinkan, pembatasan masukan garam, latihan
(exercise), dan penurunan berat badan, serta pencegahan terhadap faktorfaktor risiko hipertensi (misalnya merokok dan hiperkholesterolemia) perlu
dianjurkan bagi pasien dengan hipertensi ringan.
Namun jika yang dipilih adalah alternatif pengobatan, maka
hendaknya dipertimbangkan pula hal-hal berikut:
19
Pemberian
kuinidin
dan
prokainamid
hendaknya
20
gastrointestinal. Sedangkan efek samping yang paling banyak dialami antara lain
hipotensi postural, ataksia, kebingungan, retensi urin, dan konstipasi. Tingginya
angka kejadian efek samping obat ini nampaknya berkaitan erat dengan kesalahan
peresepan oleh dokter maupun kesalahan pemakaian oleh pasien.
a. Kesalahan peresepan
Kesalahan peresepan sering kali terjadi akibat dokter kurang memahami
adanya perubahan farmakokinetika/farmakodinamika karena usia lanjut. Sebagai
contoh adalah simetidin yang acap kali diberikan pada kelompok usia ini,
ternyata memberi dampak efek samping yang cukup sering (misalnya halusinasi
dan reaksi psikotik), jika diberikan sebagai obat tunggal. Obat ini juga
menghambat metabolisme berbagai obat seperti warfarin, fenitoin dan beta
blocker. Sehingga pada pemberian bersama simetidin tanpa lebih dulu melakukan
penetapan dosis yang sesuai, akan menimbulkan efek toksik yang kadang fatal
karena meningkatnya kadar obat dalam darah secara mendadak.
b. Kesalahan pasien
Secara konsisten, kelompok usia lanjut banyak mengkonsumsi obat-obat yang
dijual bebas/tanpa resep (OTC). Pemakaian obat-obat OTC pada penderita usia
lanjut bukannya tidak memberi resiko, mengingat kandungan zat-zat aktif dalam
satu obat OTC kadang-kadang belum jelas efek farmakologiknya atau malah
bersifat membahayakan. Sebagai contoh adalah beberapa antihistamin yang
mempunyai efek sedasi, yang jika diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi
kognitif akan memberi efek samping yang serius. Demikian pula obat-obat
dengan kandungan zat yang mempunyai aksi antimuskarinik akan menyebabkan
retensi urin (pada penderita laki-laki) atau glaukoma, yang penanganannya akan
jauh lebih sulit dibanding penyakitnya semula.
c. Ketidak-jelasan informasi pengobatan
Pasien-pasien usia lanjut sering pula menjadi korban dari tidak jelasnya
informasi pengobatan dan beragamnya obat yang diberikan oleh dokter. Keadaan
ini banyak dialami oleh penderita-penderita penyakit yang bersifat hilang timbul
23
Meskipun secara umum populasi usia lanjut kurang dari 15%, tetapi
peresepan pada usia ini relatif tinggi, yaitu mencapai 25%-30% dari seluruh
peresepan.
Pasien sering lupa instruksi yang berkenaan dengan cara, frekuensi dan
berapa lama obat harus diminum untuk memperoleh efek terapetik yang
optimal. Untuk antibiotika, misalnya pasien sering menganggap bahwa
artritis, jangan diberi obat cairan yang harus ditakar dengan sendok.
Untuk pasien usia lanjut dengan katarak atau gangguan visual karena
degenerasi makular, sebaiknya etiket dibuat lebih besar agar mudah dibaca.
Antiarrhythmics
Anticholinergics
Antipsychotics
24
Diuretics
Narcotics
Sembelit
Sedative-hypnotics
Sedasi berlebihan, delirium, gangguan gait
Tabel 6. Contoh Potensi Interaksi Obat-Obat yang Penting
Contoh
Antasida dengan
Interaksi
digoxin, isoniazid
Mengganggu
penyerapan obat
Simetidin dengan
propranolol, teofilin,
fenitoin (Dilantin)
Efek Potensial
peningkatan risiko
toksisitas
Peningkatan risiko
Lithium dengan diuretik
Perubahan ekskresi
toksisitas dan
ketidakseimbangan
elektrolit
Pergeseran ikatan
chloral hydrate
protein
25
2. Obat diberikan atas indikasi yang ketat, untuk diagnosis yang dibuat. Sebagai
contoh, sangat tidak dianjurkan memberikan simetidin pada kecurigaan
diagnosis ke arah dispepsia.
3. Mulai dengan dosis terkecil. Penyesuaian dosis secara individual perlu
dilakukan untuk menghindari kemungkinan intoksikasi, karena penanganan
terhadap akibat intoksikasi obat akan jauh lebih sulit.
4. Hanya resepkan obat yang sekiranya menjamin ketaatan pasien, memberi resiko
yang terkecil, dan sejauh mungkin jangan diberikan lebih dari 2 jenis obat. Jika
terpaksa memberikan lebih dari 1 macam obat, pertimbangkan cara pemberian
yang bisa dilakukan pada saat yang bersamaan.
G. Hal-Hal yang Diperhatikan dalam Hal Pemberian Obat
1. Informasi tentang obat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembekalan informasi tertentu
kepada pasien akan membantu meningkatkan kepatuhan : nama obat, untuk apa,
mengapa diberikan, bagaimana dan kapan harus diberikan, apa efeknya, efek
samping apa yang dapat terjadi, dan apa yang harus dilakukan jika ada dosis
yang terlewatkan. Informasi secara lisan dari farmasis akan memperkuat
informasi yang telah ada secara tertulis. Jawaban yang diberikan farmasis untuk
pertanyaan yang telah ada secara tertulis.Jawaban yang diberikan farmasis
kepada pasien harus ringkas dan jelas, sehingga pasien atau orang yang
merawatnya akan lebih mudah untuk mengingatnya.
26
Anti psikotik
Reduksi metabolism
Menyebabkan gangguan kognitif
Opioid
Digoksin
Peninghambatan ACE
Warfarin
Levodopa
Benzodiazepine aksi panjang
B-bloker
Reduksi metabolisme
Menyebabkan gangguan kognitif
Reduksi eksresi
Reduksi eksresi
Peningkatan sensitifitas
Reduksi sensitifitas
Reduksi metabolisme
Reduksi khasiat
Kortikosteroid
Antimuskarinik
Beberapa cefalosporin
Deuretika
27
alternative . hal ini terutama berguna bagi pasien dengan hiperlipidemia yang ringan.
Pada kasus yang lain, pemberian obat obatan tidak diperlukan sama sekali, salah
satu contoh yang baik adlah peresepan obat obatan hipnotik. Pasien lanjut usia
sering kali mengharapkan tidur melebihi kebutuhannya. Hal ini dapat mendorong
mereaka untuk mencapai terapi hipnotik yang tidak tepat. Dalam usaha meningkatkan
kualitas tidur sebenarnya ada beberapa cara sederhana yang dpat dilakukan, termasuk
buang air kecil sebelum tidur atau optimalisasi keadaan dalam ruang tidur.
Kualitas hidup
Sangatlah muda untuk melihat tujuan pemberian obat pada pasien lanjut usia,
yaitu memperpanjang masa harapan hidup. Walaupun demikian, tanggung jawab
untuk memperbaiki kualitas hidup pasien tetap ada. Sebagai contohnya, seorang
wanita lanjut usia dengan osteoporosis dipinggulnya, akan paling baik diatasi dengan
operasi pinggul daripada terapi jangka panjang dengan obat AINS dan resiko efek
sampingnya.
Mengobati penyebab bukan sekedar gejala
Ketika seorang pasien lanjut usia menunjukkan suatu gejala, sangatlah penting
mencari penyebabnya. Merupakan tindakan yang tidak tepat jika hanya mengobati
gejalanya yang malah mungkin menutupi masalah sebenarnya yang lebih serius.
Seorang pasien dapat menunjukkan gejala gangguan pencernaan tetapi ternyata
menderita tukak lambung. Mengobati pasien ini dengan antasida jelas tidak tepat dan
potensial menimbulkan bahaya karena penyakit yang lebih serius tidak diobati. Oleh
karena itu, penyebab dari gejala tersebut harus diketahui terlebih dahulu, kemudian
28
memperoleh efek terapeutik yang dikehendaki. Pada sebagian besar kasus merupakan
hal yang rasional untuk memulai terapi dengan dosis serendah mungkin, kemudian
jika
diperlukan
dapat
ditingkatkan
secara
bertahap
dosis
atau
frekuensi
pemberiannya.
Penyakit medis yang bersamaan
Pasien lanjut usia sering kali menderita lebih dari satu kondisi medis. Hal ini
dapat mengakibatkan kontra-indikasi atau perlunya perhatian khusus terhadap obat
obat tertentu. Gangguan fungsi ginjal dan disfungsi hati merupakan kondisi kondisi
yang sering muncul pada pasien lanjut usia sehingga diperlukan perhatian khusus
29
BAB III
KESIMPULAN
Lanjut usia, biasanya merujuk pada tahap siklus kehidupan yang dimulai pada
usia 65 tahun. Ahli gerontologi membagi lanjut usia menjadi dua kelompok: youngold, berusia 65-74 tahun; dan old-old, berusia 75 tahun ke atas. Kadang-kadang
digunakan istilah oldest old untuk merujuk pada orang-orang yang berusia 85 tahun
ke atas.
Permasalahan dalam penanganan pada lansia adalah masalah kesehatan
baik dari segi kesehatan fisik maupun mental, masalah sosial dan kepatuhan
penggunaan obat padaa lansia.
Pemberian pengobatan pada lansia, dapat diperhatikan terhadap aneka
perubahan
selama
proses
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Aslam, M., dkk. 2003. Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy), Menuju Pengobatan
Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Elex Media Komputindo: Jakarta.
2. Hayes, Evelin R., dan Joyce, L.Kee. 2007. Farmakologi Pendekatan Proses
Keperawatan. Penerbit EGC: Jakarta.
3. Hoyer , W.J., & Roodin, P.A. 2003. Adult Development and Aging: Fifth Edition .
McGraw-Hill: New York.
4. Maryam Siti R, dkk .2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba
Medika: Jakarta.
5. Sudoyo, Aru.W.,dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing:
Jakarta.
6. Sri Surini Pudjiastuti dan Budi Utomo. 2003. Fisioterapi pada LANSIA. EGC:
Jakarta.
7. World Health Organization (WHO). 1985. Drugs for the Elderly. WHO Regional
Office of Europe: Copenhagen.
31