STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn.D
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 72 thn
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Alamat
Masuk RS tanggal
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Riwayat Kebiasaan :
1
Makanan : Pasien mengaku jarang mengkonsumsi makanan berserat seperti sayur dan
buah, pasien lebih menyukai makanan pedas.
Minuman : Pasien lebih menyukai minuman berwarna dan bersoda, pasien jarang
mengkonsumsi air putih ( <8 gelas/hari ).
Pola defekasi : BAB posisi jongkok dengan frekuensi 1x/ hari, pasien jarang
mengejan keras saat defekasi.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum
: Sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 88x/menit
RR
:24x/menit
Suhu
: 36, 5 C
Mata
Mulut
Leher
Thorax
Pulmo
Status Lokalis
Pemeriksaan colok dubur :
Inspeksi
Palpasi
E. DIAGNOSIS BANDING
1. Prolaps recti
2. Ca anorecti
3. Fisura Ani
3
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium darah
EKG
Rontgen thorax
G.TERAPI
Planning
a. Medikamentosa :
Infus RL 20 tpm
Kalnex 3x500
Cefriakson 1x1
Antrain 3x1
b. Operatif
Hemoroidektomi
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Bonam
: Terasa nyeri saat BAB dan mengeluarkan darah, BAK (+) lancar,
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Respirasi
: 120/70 mmHg
: 88 x/menit reguler
: 36,5 oC
: 20 x/menit
4
Status General
Keadaanumum: baik, GCS: E4V5M6
Kepala/Leher
Thorax
Abdomen
: dbn
: dbn
: dbn
Assessment
Hemorrhoid interna grade III
Terapi
a. Medikamentosa :
Infus RL 20 tpm
Kalnex 3x500
Cefriakson 1x1
Antrain 3x1
b. Operatif
Hemoroidektomi
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring
Memantau keadaan umum, tanda vital, perbaikan tanda dan gejala, pola makan, hasil
pemeriksaan penunjang.
Edukasi
Penjelasan mengenai penyakit dan prognosisnya, minum obat teratur, makanan tinggi
protein, vitamin dan mineral, menjaga kebersihan luka, cukup istirahat, tenangkan
pikiran dan menahan emosi.
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad sanam
: dubia ad bonam
5
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
Hasil
Nilai Rujukan
WBC
6,7 103/mm3
3,5-10
RBC
5,41 103/mm3
3,80-5,80
HGB
13,3 g/dl
11.0-16.5
HCT
44,3 %
35,0-50,0
PLT
188 103/mm3
150-390
PCT
177 %
100-500
MCV
82 um3
80-97
MCH
27,5 pg
26,5-33,5
MCHC
32,3 g/dl
31,5-35,0
RDW
14,1 %
10,0-15,0
MPV
9,4 um3
6,5-11,0
PDW
13,3 %
10,0-18,0
% LYM
28,1 %
17,0-48,0
%MON
9,2%
4,0-10,0
%GRA
70,1 %
43,0-76,0
# LYM
1,4 103/mm3
1,2-3,2
#MON
0,6 103/mm3
0,3-0,8
#GRA
1,2-6,8
ECG
Foto Thorax
: tidak ada keluhan, pusing (-), mual (-), muntah (-), nyeri bekas
operasi (-). Rembes (-), BAK (+), pusing (-), BAB (-)
Objektif
Vital sign:
Tekanandarah
Nadi
Suhu
Respirasi
: 120/60 mmHg
: 84 x/menit reguler
: 36,5 oC
: 24 x/menit
Status General
Keadaanumum: baik, GCS: E4V5M6
Kepala/Leher
: dbn
Thorax
: dbn
Abdomen
: supel, datar, NT (-), BU (+) N
Assessment
Post op Hemorroid interna grade III
Terapi
Infus RL 20 tpm
Kalnex 3x500
Cefriakson 1x1
Ketorolac 3x1
Subjektif
: tidak ada keluhan, pusing (-), mual (-), muntah (-), nyeri bekas
operasi (-). Rembes (-), pusing (-) BAK (+), BAB (-), flatus (+)
Objektif
Vital sign:
Tekanandarah
Nadi
Suhu
Respirasi
: 120/70 mmHg
: 80 x/menit reguler
: 36,6 oC
: 20 x/menit
Status General
Keadaanumum: baik, GCS: E4V5M6
Kepala/Leher
: dbn
Thorax
: dbn
Abdomen
: supel, datar, NT (-), BU (+) N
Assessment
Post op Hemorroid interna grade III
Terapi
Infus RL 20 tpm
Kalnex 3x500
Ceftriakson 1x1
Ketorolac 3x1
Follow up post-operatif H ke 3 (20 Juli 2014)
Subjektif
: tidak ada keluhan,pusing (-), mual (-), muntah (-), nyeri bekas operasi
(-). Rembes (-), pusing (-) BAK (+), BAB (-), flatus (+)
Objektif
Vital sign:
Tekanandarah
Nadi
Suhu
Respirasi
: 120/80 mmHg
: 80 x/menit reguler
: 36,2 oC
: 20 x/menit
Status General
Keadaanumum: baik, GCS: E4V5M6
Kepala/Leher
: dbn
Thorax
: dbn
Abdomen
: supel, datar, NT (-), BU (+) N
Assessment
Post op Hemorroid interna grade III
9
Terapi
Infus RL 20 tpm
Ceftriakson 1x1
Mefinal 3x1
Laksadin 3x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
Hemorrhoid merupakan bantalan dari jaringan vascular yang sudah ada dari lahir
yang dianggap normal. Hemorrhoid interna adalah pelebaran dari plexus vena hemorrhoidalis
superior dan tertutup oleh mukosa.
Hemorrhoid eksterrna merupakan dilatasi dari plexus hemorrhoidalis inferior. Lokasi
dibawah garis dentate, tertutup dengan anoderm dan kulit perianal dan di tutupi oleh epitel
gepeng. Karena plexus-plexus nya berhubungan, dan kombinasi dari ekterna dan interna
hemorrhoid (hemorrhoid campuran).1
10
Sumber : http://zieshila.wordpress.com/
Kedua pleksus hemorrhoid, interna dan eksterna saling berhubungan secara longgar
dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan
anus. Pleksus hemorrhoid interna mengalirkan darah ke v.hemorrhoidalis superior dan
selanjutnya ke v.porta. pleksus hemorrhoid eksternus mengalirkan darah ke peredaran
sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke v.iliaka.
http://www.ligasure.com/imageServer.aspx/doc190274.jpg
Terdapat 3 bantalan besar hemorrhoid yaitu posisi kiri lateral, kanan anterior dan
kanan posterior.
11
B. FISIOLOGI
12
Sumber : http://zieshila.wordpress.com/
Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 cm. Batas atas kanalis analis adalah
garis anorektum/ garis mukokuatan/ linea pektinata/linea dentata. Di daerah ini terdapat
kripta anus dan muara kelenjar anus antara kolumna rektum. Lekukan antar sfingter sirkuler
dapat teraba saat melakukan colok dubur, dan menunjukkan batas sfingter interna dan
eksterna.
Hemorrhoid terlihat seperti bantalan jaringan dari varikosis vena yang merupakan
insufisiensi kronik vena yang terdapat di daerah anus. Bila terjadi infeksi hemorrhoid dapat
menimbulkan perasaan gatal, sakit dan berdarah terutama sesudah buang air besar yang
mengeras.
Bantalan pembuluh darah berperan pada drainase vena saluran anus. Diperkirakan
keberadaan penting untuk pengendalian : berkontribusi sekitar 15% sampai 20% dalam
pengistirahatkan tekanan anus agar memperkuat dan sebagai bantalan ekstra. Pembuluh darah
mengucup saat manuver valsalva atau saat tekanan intrraabdominal meningkat, sehingga
memungkinkan saluran anus tetap tertutup; melebarnya bantalan tercapai melalui penurunan
cepat tonus anus menyebabkan pengosongan cepat isi rektum.2
C. ETIOLOGI
Penyebab dari hemorrhoid diantaranya :
1. faktor keturunan (genetik)
2. obstipasi atau konstipasi yang menyebabkan peningkatan tekanan vena akibat
mengedan (diet rendah serat)
3. kehamilan menyebabkan stasis vena di daerah pelvis
4. keadaan yang membuat penderita sering mengejan, misalnya: pembesaran prostat
jinak ataupun kanker prostat, penyempitan saluran kemih, dan sering melahirkan
anak.
5. hipertensi, obesitas dan gaya hidup malas atau tidak aktif juga merupakan faktor
pencetus
6. penekanan aliran balik vena seperti pada hipertensi porta akibat sirosis hepatis
7. diare menahun.
14
Hemorroid diklasifikasikan menjadi dua, yaitu hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksternal.
a. Hemorrhoid interna, dimana terjadi varises pada fleksus hemorodialis mid &
superior, dibawah linea dentate dan tertutup oleh kulit. Hemorrhoid interna,
pembengkakan terjadi di dalam rektum sehingga tidak bisa dilihat atau diraba.
Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya ada sedikit saraf
di daerah rektum. Tanda yang dapat diketahui adalah perdarahan saat buang air besar.
Masalahnya jadi tidak sederhana lagi, bila hemorrhoid internal ini membesar dan ke
luar ke bibir anus yang menyebabkan kesakitan. Hemorrhoid yang terlihat berwarna
merah muda setelah sembuh dapat masuk sendiri, tetapi bisa juga di dorong masuk.
Secara klinis hemorrhoid interna dibagi atas 4 derajat, yaitu:
i. Hemorrhoid interna derajat 1. Ini meupakan hemorrhoid stadium awal.
Hemorrhoid ini hanya berupa benjolan di dalam kanalis anal pada saat venavena mengalami distensi ketika defekasi.
ii. Hemorrhoid interna derajat 2. Hemorrhoid berupa tonjolan yang lebih besar,
yang tidak hanya menonjol kedalam kanalis anal, tapi juga turun ke bawah ke
arah lubang anus. Benjolan ini muncul keluar ketika penderita mengejan, tapi
secara spontan masuk kembali kedalam kanalis apabila proses defekasi telah
selesai.
iii. Hemorrhoid interna derajat 3. Benjolan hemorrhoid tidak dapat masuk
kembali secara spontan. Benjolan baru masuk kembali setelah dikembalikan
dengan tangan kedalam anus.
iv. Hemorrhoid interna derajat 4. Hemorrhoid yang telah berlangsung sangat
lama dengan bagian yang tertutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat
dikembalikan dengan baik ke alam kanalis anal.
17
Sumber : http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/hemorrhoids/
18
G. PATOGENESIS
Timbulnya trombosis pada hemorrhoid dapat timbul dalam pleksus analis eksternus di
bawah tunika mukosa epitel gepeng, atau di dalam pleksus hemorrhoidalis. Sering terlihat
pada pasien yang tak mempunyai stigmata hemorrhoid lain. Sebabnya tak diketahui, tetapi
mungkin karena tekanan vena yang tinggi, yang timbul selama usaha mengejan berlebihan,
yang menyebabkan distensi dan stasis di dalam vena. Pasien mengeluh pembengkakan akut
pada pinggir anus yang bisa sangat nyeri. Nyeri bisa terus menerus selama beberapa hari dan
kemudian secara bertahap mereda spontan, tetapi edema bisa kontinyu selama 3 sampai 4
minggu. Kadang-kadang bekuan terlihat melalui kulit dibawahnya dan menonjol.
Trombosis akut pleksus hemorrhoidalis internus adalah keadaan yang tak
menyenangkan. Pasien mengalami nyeri anus mendadak yang parah, yang diikuti oleh
penonjolan area trombosis. Nyeri dapat sangat parah dan dapat berlangsung selama 1 minggu.
Secara bertahap edema mereda dan trombus diserap.
H. GEJALA DAN TANDA
Gejalanya adalah gatal, panas, sakit dan pendarahan. Pendarahan yang disebabkan
hemorrhoid biasanya merah terang dan biasanya terlihat pada tissue kamar mandi. Saat
kehamilan, vena yang terdapat di dalam dan di antaran rektum menjadi bengkak. Semua
vena, terutama uterus, menjadi dilatasi.
I. PEMERIKSAAN
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yamg
membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien sering duduk berjamjam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan umum tidak
boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti sindrom
hipertensi portal. Hemorrhoid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi
trombosis. Bila hemorrhoid interna mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel
penghasil musin akan dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan.
a) Pemeriksaan Colok Dubur
19
Pada pemeriksaan colok dubur, hemorrhoid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemorrhoid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemorrhoid sering prolaps,
selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat
dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rektum.
b) Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemorrhoid internus yang menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi.
Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat
diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemorrhoid interna terlihat sebagai
struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta
mengejan sedikit maka ukuran hemorrhoid akan membesar dan penonjolan atau
prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan
keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
c) Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemorrhoid
merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces harus diperiksa
terhadap adanya darah samar. Hemorrhoid yang mengalami prolaps terlihat keluar
dari lubang sewaktu mengejan. Pemeriksaan dengan anoscope (alat yang dimasukkan
ke mulut lubang dubur) biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan colok
(dengan memasukkan jari tangan) untuk mendeteksi adanya hemorrhoid. Ini untuk
ukuran, berat peradangan dan adanya perdarahan. Apabila ada riwayat perubahan
buang air besar, berak campur darah atau adanya faktor risiko lainnya, harus
dilakukan evaluasi lanjutan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kanker kolorektal
(usus besar).
J. DIAGNOSIS BANDING
Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemorrhoid interna yang juga terjadi pada :
20
I. Karsinoma kolorektum
II. Penyakit divertikel
III. Polip
IV. Kolitis ulserosa
Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi
perlu dipilih secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita. Prolaps rektum
juga harus dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemorrhoid interna.
K. KOMPLIKASI
Banyak ditemui perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia
karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia
terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun
Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemorrhoid keluar, dan tidak
dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan
sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah
pembuluh darah besar. Hemorrhoid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada
hipertensi portal, dan apabila hemorrhoid semacam ini mengalami perdarahan maka darah
dapat sangat banyak.
L. PENATALAKSANAAN
i) Terapi non bedah
(1) Terapi obat-obatan (medikamentosa) / diet
Kebanyakan penderita hemorrhoid derajat pertama dan derajat kedua dapat ditolong
dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya
terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah-buahan. Makanan ini
membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak, sehingga mempermudah defekasi
dan mengurangi keharusan mengejan berlebihan. Supositoria dan salep anus diketahui
tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali efek anestetik dan astringen.
Hemorrhoid interna yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat
21
dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan tirah baring dan kompres lokal
untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan dengan cairan hangat juga
dapat meringankan nyeri.
(2) Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol
dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan areolar
yang longgar di bawah hemorrhoid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan
steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut. Penyuntikan
dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui
anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada
nyeri.
Kesulitan yang terjadi saat penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika
masuk dalam prostat, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan.
Terapi suntikan bahan sklerotik bersama nasehat tentang makanan merupakan terapi
yang efektif untuk hemorrhoid interna derajat I dan II, tidak tepat untuk hemorrhoid
yang lebih parah atau prolaps.
didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus
hemorrhoidalis tersebut. Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks hemorrhoid,
sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu 2 4 minggu.
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis
mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari
garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan infeksi. Perdarahan dapat
terjadi waktu hemorrhoid mengalami nekrosis, biasanya setelah 7 10 hari.
sinar
infra
merah
yang
dihasilkan
oleh
alat
yang
dinamakan
23
Sumber : http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/hemorrhoids/
anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena
telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa.
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional
(menggunakan pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat pemotong)
dan bedah stapler ( menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
Bedah konvensional
Teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
1. Teknik Milligan Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemorrhoid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa
hemorrhoid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari
rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus
hemorrhoidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter
internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemorrhoid eksterna. Suatu incisi
elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus
hemorrhoidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang
mendasarinya. Hemorrhoid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan
transfiksi cat gut maka hemorrhoid eksterna dibawah kulit dieksisi. Setelah
mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal
dengan jahitan jelujur sederhana. Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemorrhoid
yang dibuang pada satu waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari
eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil
terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemorrhoid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemorrhoid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan
kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
25
Pada teknik Langenbeck, hemorrhoid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan
jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi
jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem
diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak
mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan
stenosis.
4. Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids
(PPH) atau Hemorrhoid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun
1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini juga
sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun
1999. Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti
senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemorrhoid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran
anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan
hemorrhoid dan m. sfinter ani untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol
keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan
hemorrhoid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan
jaringan hemorrhoid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemorrhoid ini
masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemorrhoid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian
alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari
titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk
mengokohkan posisi jaringan hemorrhoid tersebut. Bagian jaringan hemorrhoid yang
berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung
alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan
terpotongnya jaringan hemorrhoid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti
sehingga jaringan hemorrhoid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak
mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan
dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 45 menit,
pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.
26
N. PROGNOSIS
Dengan terapi yang sesuai, semua hemorrhoid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua
kasus. Hemorrhoidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi
penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat
mencegah timbulnya kembali gejala hemorrhoid.
DAFTAR PUSTAKA
27
of
Surgeons.2007.
[di
unduh
dari:
http://www.siumed.edu/surgery/clerkship/colorectal_pdfs/Hemmorhoids_review.pdf
tanggal 14 Juni 2012]
6. Laurence, R, Sands. Dana, R, Sands.2009. Colorectal Surgery. Informa Healthcare:
New York
7. Linchan W.M,1994,Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta,hal 56 59.
8. Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selecta Kedokteran, Jilid II, Edisi III, FK UI,
Jakarta,pemeriksaan penunjang: 321 324.
9. Nikpour S. & Asgan A.A. 2008 Colonoscopic Evaluation of Minimal Rectal Bleeding
in Average-Risk Patients for Colorectal Cancer. World Journal of Gastroenterology.
14(42) 6536-6540.
10. Pigot.F, Siproudis.L, and Allent. F.A. 2005. Risk Factor Associated with
Hemorrhoidal Symptoms in Specialized Gastroenterology Clin Biol 29 (12) 12701274.
11. Snell. R.S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta :
EGC.
28
12. Sudoyo, Aru W, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, dkk, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta.
13. Syamsuhidayat R, Jong W.D, Buku Ajar Bedah, EGC,Jakarta, pemeriksaan
penunjang: 910 912.
14. Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi Hardjasudarma ( alih
bahasa), 1998, Berwarna dan teks anatomi Manusia Alat Alat Dalam,p:232
29