BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gangguan Buatan
2.1.1 Definisi
Buatan (factitious) berarti tidak asli, nyata atau alami, dan gangguan
tersebut ditandai dengan gejala-gejala fisik atau psikologis yang ditimbulkan
secara sengaja, disebabkan kebutuhan psikologis untuk mengadopsi peran sakit,
tanpa adanya manfaat eksterna untuk perilaku tersebut seperti keuntungan
ekonomi, perawatan yang lebih baik atau kesejahteraan.4
2.1.2
Epidemiologi
Prevalensi gangguan buatan pada populasi umum tidak diketahui,
walaupun sejumlah klinisi yakin bahwa gangguan ini lebih banyak dari yang
diketahui. Gangguan ini tampak lebih sering terdapat di rumah sakit dan pekerja
perawatan kesehatan daripada populasi umum. Gangguan buatan non kronis lebih
sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Satu studi melaporkan
bahwa terdapat 9% gangguan buatan diantara semua pasien yang datang ke rumah
sakit, studi lain menemukan demam buatan pada 3% pasien. Menurut Diagnosis
and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV-TR), terdapat 1% pasien
dengan gejala gangguan buatan yang ditemui pada saat sedang berkonsultasi
dengan psikiatri di rumah sakit umum. Prevalensi ini tampak lebih besar di
lingkungan terapi yang sangat khusus. Di Amerika serikat, prevalensi dari
gangguan buatan belum jelas, banyak para dokter ahli percaya bahwa kondisi
seperti ini kurang ditemukan karena ini melibatkan penipuan yang disengaja, yang
bisa menyebabkan suatu kesalahan dari para medis.3
2.1.3
Etiologi
Penyebab pasti dari gangguan buatan belum diketahui. Walaupun perilaku
gangguan buatan, secara definisi dibuat secara sadar, motivasi yang mendasarinya
umumnya tanpa disadari. Terdapat dua faktor yang mendasari sebagian besar
kasus-kasus gangguan buatan, yaitu:
-
mendapatkan
kompensasi
finansial,
menghindari
polisi,
bahwa
terapi
paling
baik
adalah
dalam
bentuk
pribadi dari dokter dan anggota staf medis merupakan hal yang penting
juga dalam mengobati dan menegakkan hubungan kerja dengan pasien.
Anggota staf harus menerima dengan jujur pernyataan dari pasien. Dokter
tidak boleh merasa marah jika pasien menghina kecakapan diagnostiknya,
dan yang paling harus dihindari permusuhan dengan pasien yang
menyebabkan mereka lari dari rumah sakit. Hali ini bias terjadi karena
dokter merasa dibohongi dan ditipu.3,5,6
Penggunaan metode konfrontasi adalah kontrovesial, akan tetapi
pada suatu waktu dalam mengobati pasien harus dibuat menghadapi
kenyataan.
Walaupun beberapa kasus psikoterapi individual telah dilaporkan dalam
literature, tidak ada kesesuaian pendapat tentang pendekatan yang terbaik.
Pada umumnya, bekerja sama dengan dokter primer adalah lebih efektif
dibandingkan bekerja dengan pasien sendirian.
Farmakoterapi pada gangguan buatan memiliki kegunaan yang
terbatas. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) dapat berguna
untuk mengurangi perilaku impulsif bila perilaku tersebut merupakan
2.1.8