Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

EPIDURAL HAEMATOMA
bisa bikin judul yg Menarik ??--> anda bisa bikin judul yg lebih menarik spy audience tertarik dg kasus anda,
kalau anda dpt menyimpulkan dari kasus ini,sesuatu yg bisa jd daya tarik kasus ini

Disusun oleh :

Renita Ramadhany
030.07.213

Pembimbing :

dr. Julintari Indriyani Bidramnanta, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT BUDI ASIH
PERIODE 26 AGUSTUS 2013 2 SEPTEMBER 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PENDAHULUAN

Cedera kepala adalah setiap trauma yang melukai kulit kepala, tengkorak, atau otak.
Cedera kepala dapat berupa tertutup atau terbuka (penetrasi). Pada cedera kepala tertutup,
fragmen-fragmen tengkorak masih intak atau utuh pada kepala setelah luka. Sedangkan cedera
kepala terbuka, terdapat fraktur tulang tengkorak dan laserasi duramater. Kerusakan otak dapat
terjadi bila tulang tengkorak mengenai otak. Ada dua jenis utama lesi trauma serebral, yaitu lesi
primer, yang dihasilkan dari dampak traumatis langsung (trauma kepala), dan lesi sekunder yang
terjadi setelah dampak langsung atau sebagai gejala sisa dari cedera primer.
Lebih dari 80% penderita cedera yang datang ke ruang emergensi selalu disertai dengan
cedera kepala. Sebagian besar penderita cedera kepala disebabkan kecelakaan lalu lintas, berupa
tabrakan sepeda motor. Mobil, sepeda, dan penyebrang jalan yang ditabrak. Sisanya disebabkan
oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda, (misalnya, ranting pohon, kayu, dsb.), olah raga,
korban kekerasan (misalnya senjata api, golok, parang, batang kayu, palu, dsb.) dan lain-lain.(1)
Pada cedera dapat terjadi perdarahan intrakranial (hematoma intracranial) dimana terdapat
penimbunan darah di dalam otak atau diantara otak dengan tulang tengkorak.--> frekwensi brapa
% ?? EDH brapa % ?
Perdarahan karena cedera biasanya terbentuk di dalam pembungkus otak sebelah luar
(hematoma subdural) atau diantara pembungkus otak sebelah luar dengan tulang tengkorak
(hematoma epidural). Keduanya dapat dilihat dengan pemeriksaan CT Scan atau MRI.
Di Indonesia, cedera cedera apa??
merupakan salah satu penyebab kematian utama setelah stroke, tuberkulosis, dan
hipertensi ( Depkes RI, 2009 ). Proporsi bagian tubuh yang terkena cedera akibat jatuh dan
kecelakaan lalu lintas salah satunya adalah kepala.
BAHAS di PENDAHULUAN to the point ke kasus anda. Jd kalo kasusnya EDH, brap %
freksensi. Bgm morbiditas/mortalitas EDH ? Sekualae nya apa sj yg sering?

LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. I

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 33 tahun

Kebangsaan

: Indonesia

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Manggarai selatan VII RT 04/010 no.130 Jakarta Selatan Kec.Tebet

Pendidikan terakhir

: SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Tanggal masuk

: 1 September 2013

Tanggal keluar: No Rekam medis

: 89.08.89

ANAMNESIS
Anamnesa dilakukan secara Alloanamnesis dengan istri pasien pada hari Senin, tanggal 2
September 2013 pukul 11 .00 WIB.
KELUHAN UTAMA :
Pingsan sejak 1 hari SMRS (31 Agustus 2013)
KELUHAN TAMBAHAN :
Nyeri kepala hebat, mual, muntah, keluar darah dari hidung dan jika diajak bicara seperti orang
bingung
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
OS dibawa istrinya ke IGD RSUD Budhi Asih pada hari Minggu, tanggal 1 September
2013 karena pingsan sejak hari Sabtu, 31 Agustus 2013 pukul 23:00 WIB. 1 hari SMRS (31
Agustus 2013) pukul 20.00 OS mengalami kecelakaan motor, OS dibonceng dengan temannya
2

dan tidak menggunakan helm. Pada saat terjatuh, istrinya mengatakan bahwa informasi dari
temannya, kepala OS terbentur aspal, keluar darah dari hidung, dan pingsan sebelum diantar
kerumahnya lamanya kira-kira 5 menit. Menurut istri, OS sempat merasakan nyeri kepala hebat,
OS juga sempat mengalami mual muntah sebanyak 1 kali selepas makan minum dengan isi air
dan makanan, tidak terdapat darah dan tidak menyembur. OS tertidur dan tidak memberi respon
ketika istrinya membangunkannya. Semenjak itu, bila OS sadar, bicara menjadi kacau dan tidak
nyambung. Adanya keluhan penglihatan ganda, penglihatan buran, bicara pelo dan kejang
disangkal oleh istrinya.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat darah tinggi, kencing manis, alergi dan asma disangkal oleh istri pasien.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada keluarga yang menderita darah tinggi, kencing manis, alergi ataupun asma.
RIWAYAT KEBIASAAN
Pasien seorang yang jarang berolahraga. Riwayat merokok (+) sebanyak satu bungkus per
hari

STATUS GENERALIS (tanggal 2/9/2013)


KU

: TSS

Tensi

: 120/80 mmHg

Nadi

: 84 x/ menit

Pernapasan

: 24 x/menit

Suhu

: 36,5 C

Kepala
Bentuk

: normosefali, tampak jejas dan teraba benjolan lunak pada regio

frontoparietal sinistra
Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung

:
3

Telinga

simetris,
bentuk dalam batas normal
terdapat krusta darah -/+, kiri terpasang NGT

: simetris, bentuk dalam batas normal


-

Liang telinga : krusta -/+


MT : intak/sulit dinilai

Tenggorokan

: sulit dinilai

Mulut

: kesan simetris

Leher

:trakea ditengah, tidak teraba pembesaran kelenjar

Thorax

Jantung

: pergerakan dada simetris, BJ I, II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru paru

: suara nafas vesikuler N, Ronki -/-, Wheezing -/-

Abdomen

: datar , supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal, hepar
tidak teraba membesar, lien tidak teraba membesar.

Ekstremitas

: akral hangat, tidak ada oedem

STATUS NEUROLOGIS :
Kesadaran

:-

GCS

: E4M5V1 (afasia)

Dolls eye

: -/-

1. RANGSANG MENINGEAL :
Kaku kuduk

(-)

Laseque

> 70/ >70 tidak ada nyeri

Kernig

>135/ >135 tidak ada nyeri

Brudzinskiy I (-)
Brudzinskiy II (-)/ (-)
2.NERVI CRANIALIS :
N.I (Olfactorius)

Tidak dilakukan
pemeriksaan

N.II (Opticus)
4

Visus Bedside

Sulit dinilai (pasien afasia)

Sulit dinilai (pasien afasia)

Lapang Pandang

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Funduskopi
N.III, IV, VI

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Ptosis

Lagoftalmus

Ortoforia

Ortoforia

Eksoftalmus

Endoftalmus

Lateral

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Medial

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Atas

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Bawah

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Berputar

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Pupil

Bulat, 3mm

Bulat, 3mm

RCL

RCTL
N.V

Membuka mulut

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Gerakan rahang

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Menggigit

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Nyeri

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Raba

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Suhu
N. VII

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sikap bola mata


Posisi bola mata

Deviation Conjugae
Gerak Bola Mata

Motorik

Sensorik

Sikap wajah
Angkat alis

Kerut dahi

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Lagoftalmus

Menyeringai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Tidak mendatar

Tidak mendatar

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Lipatan nasolabial
Kembung pipi
Rasa kecap
N. VIII
Vestibularis
Nistagmus
Romberg test

Tidak dilakukan

Tandem gait

Tidak dilakukan

Koklearis
Gesekan jari

Tidak dilakukan

Tes berbisik

Tidak dilakukan

Uji garpu tala Rinne

Tidak dilakukan

Uji garpu tala Schwabach

Tidak dilakukan

Uji garpu tala Webber


N. IX & N. X

Tidak dilakukan

Disfagia

Disfoni

Disartria

Arcus faring

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Posisi uvula
N. XI

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Angkat bahu
N. XII

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tremor

Atrofi

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Lidah

Ujung lidah saat dijulurkan


3. Motorik
Tonus

normotoni

normotoni
6

Kekuatan

Kesan hemiparese dekstra

Reflex biseps

Reflex triseps

Reflex lutut (knee patella reflex)

Reflex patologis

babinski (-)

babinski (-)

Chaddok (-)

chaddok (-)

4. Sensibilitas
Eksteroseptif
Raba

tidak dilakukan

Nyeri

tidak dilakukan

Suhu

tidak dilakukan

5. Vegetatif
-Miksi

: os menggunakan kateter

-Defekasi

: baik

- Salivasi

: baik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada tanggal 1 September 2013 di IGD RSUD Budhi Asih dilakukan pemeriksaan
laboratorium berupa hematologi rutin, pemeriksaan fungsi ginjal, pemeriksaan fungsi
metabolisme karbohidrat dan analisa gas darah. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa pada pasien
ini terdapat adanya leukositosis dimana terjadi peningkatan leukosit sebesar 12.000 u/L, dan
adanya penurunan minimal dari hemoglobin 13.1 g/dl. Pemeriksaan kimia klinik (analisa gas
darah) hasilnya pH 7,47, pCO2 33 mmHg, pO2 146 mmHg, HCO 3 24 mmol/L, saturasi 02 98%,
dan BE 1,4. Hasil ini menandakan adanya alkalosis respiratorik.. Pemeriksaan lab lain dalam
batas normal.--> ini Astrup kapan ? saat di IGD ?
Pemeriksaan rontgen os cranium AP lateral juga dilakukan dimana hasilnya dalam batas
normal, calvaria baik, sela tursika normal.
- Pada saat anda diberi kassus, px sdh T scan belum ? kalau belum, harusnya disini
stop dulu Tulis Dx klinis/topis/etio/patologis; .

Pada tanggal 2 September 2013 dilakukan pemeriksaan CT-Scan cito, didapatkan


hasilnya terdapat hematom epidural luas pada regio fronto parietal sinistra. Kemudian dikonsul
ke spesialis bedah saraf hasilnya, cito craniotomy, siapkan PRC 500 cc dan izin operasi.
Rontgen os cranium (1 September 2013)

Deskripsi:
-

Calvaria baik
Sela tursika normal, lanjutkan CT Scan

Kesan: tidak ditemukan adanya fraktur

Hasil CT SCAN Cito Kepala Tanpa kontras (2 September 2013)

Kesan : terdapat lesi hiperdens regio fronto parietal sinistra, midline shift kekanan.
sampai sinipun, setelah CT scan cito (atas dasar indikasi apa??) TIDAK ada Dx
klinis/topis/etio/pato, tahu2 koq sudah follow up ??
Dilakukan konsultasi kemana saja px ini?
RESUME .
Setelah ada CT scan,, DIAGNOSIS dapat berubah menjadi

- klinis : .
- etio :
-pato : .
- topis : .
TERAPI :

Follow up diringkas garis besarnya, GAK usah detail tiap hari, laporkan perubahan apa yg
terjadi & GAK usah Tx setiap hari (apalagi kalau sama) ditulis.
Post craniotomy cito (2/9/2013), instruksi dokter bedah saraf os dirawat di HCU, posisi
tredenlenburg, elevasi kepala 30, drain di bawah telinga, terapi injekesi ceftriakson 1 x 2 gr,
10

injeksi ketopain 3 x1 amp, injeksi ranitidin 2 x 1 amp, dan diberikan selama 3 hari injeksi adona
3 x 1 amp, transamin 3 x 1 amp, Vit K 1 x 1 amp, puasa sampai sadar penuh, cek Hb + elektrolit
post op.--> anda TIDAK tulis nama patent.
HCU hari-0 (2/9/2013) KU lemah, kesadaran CM (afasia) terpasang DC, NGT, dan
ventilator. Hasil laboratorium ditemukan anemia dengan hb 9,5 g/dl, analisa gas darah
didapatkan alkalosis respiratorik, pada pemeriksaan fungsi hati didapatkan hipoalbuminemia,
albumin 2,3 g/dl, kadar protein total rendah 4,6 g/dl. GDS cito didapatkan peningkatan 154
mg/dl. OS mendapatkan terapi infus KMB3, Aminoplasma (1:1)/12 jam, cravit 1 x 750 mg
selama 3 hari, granon 1 x 3mg, nexium 1 x 40 mg, piroksikam 4 x 3 mg ?????
, takelin 2 x 1 gr, aspar K 3 x 1, inpepsa 5 x 15 cc, becombion C 3 X CI.
HCU hari ke-I (3/9/2013) KU masih lemah, kesadaran CM (afasia) dilakukan ekstubasi
terapi dilanjutkan.
HCU hari ke-II (4/9/2013) KU tampak sakit sedang, kesadaran CM (afasia). Pasien
dipindahkan ke ruang 906.perawatan biasa.
Pada hari pertama di ruang 906 (Kamis, 5/9/2013), OS mengeluhkan pusing disertai
lengan atas kanan terasa lemah. OS juga mengeluh adanya mual. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 82x/menit, laju nafas 21x/menit dan suhu 35,6C.
Pasien sadar dengan kesadaran penuh, mata buka spontan, tangan dan kaki bisa digerakkan dan
bisa mengikuti perintah. Pemeriksaan mata didapatkan pupil bulat, isokor, dengan diameter
3mm/3mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung +/+. Pada pemeriksaan saraf kranial
didapatkan parese N.VII kanan sentral dimana penderitanya masih dapat mengangkat alis,
mengerutkan dahi dan menutup mata (persarafan bilateral), tetapi pasien kurang dapat
mengangkat sudut mulut (menyeringai, memperlihatkan gigi geligi) pada sisi yang lumpuh bila
disuruh. Pada pemeriksaan motorik didapatkan adanya kelemahan lengan atas kanan
lengan ATAU anggota gerak kanan??
, dimana lengan tangan atas kanan tidak dapat digerakkan sama sekali namun kaki
kanannya masih dapat melawan gravitasi dan tahanan berat. OS mendapatkan terapi infus 3A :
panamin G (1:1), cravit 1x750mg, piracetam 4x3gr, takelin 2x1gr, propepsa syr 5x15cc,
becombion C 3x1.
Pada hari Jumat ke-IV post op (6/9/2013), OS mengeluh masih merasa pusing dan
lengan tangan atas kanan masih lemas namun sudah dapat melawan gravitasi. Tanda vital pasien
11

cenderung sama. Tekanan darah 110/70, nadi 80x/menit, laju nafas 21x/menit, suhu 36,5C. Hasil
pemeriksaan neurologis saraf kranial, masih didapatkan adanya parese N.VII kanan sentral. N
XII baik. Terapi yang diberikan infus 3A : panamin G (1:1), piracetam 4x3gr, takelin 2x1gr,
propepsa syr 5x15cc, becombion C 3x1. Visite dr. Ibnu Sp.BS GV, aff drain, terapi tetap.
ini tulisan ILMIAH TIDAK pernah ada ditulis nama dokter disini !!
Hasil observasi hari ke-V post op (7/9/2013) pusing sudah berkurang. OS dapat
berkomunikasi dengan baik dan melakukan perintah yang disuruh namun os tidak bisa berhitung.
Tanda vital dalam batas normal yaitu 100/80 mmHg, nadi 84x/menit, laju nafas 20x/menit, suhu
36,5C. Hasil pemeriksaan neurologis saraf kranial, masih didapatkan adanya parese N.VII kanan
sentral. Fungsi motorik, lengan atas kanan dapat melawan tahanan ringan. Terapi dilanjutkan.
Pada hari ke-VI post op (8/9/2013), OS mengatakan sudah tidak ada keluhan. Tanda vital
dalam batas normal yaitu 100/80 mmHg, nadi 82x/menit, laju nafas 21x/menit, suhu 36,7C.
Hasil pemeriksaan neurologis saraf kranial, masih didapatkan adanya parese N.VII kanan sentral.
Pada hari ke-VII post op (9/9/2013), OS mengatakan sudah tidak ada keluhan dan os
sudah dapat berhitung. Tanda vital dalam batas normal yaitu 100/70 mmHg, nadi 80x/menit, laju
nafas 20x/menit, suhu 36,7C. Hasil pemeriksaan neurologis saraf kranial, masih didapatkan
adanya parese N.VII kanan sentral. Lapor dr.Ibnu Sp, BS via telepon, aff jahitan dan diberi terapi
amoksisilin 3x500mg, asam mefenamat 3x500mg, os boleh pulang.
RESUME harusnya resume itu sebelum follow up .Tulis ringkasan yg positif/yg mendukung
kearah Dx anda.Ditulis dalam kalimat yg menjelaskan.
Tn.I, 33 tahun, dibawa istrinya ke IGD RSUD Budhi Asih karena pingsan sejak 1 hari
SMRS, sebelumnya OS mengalami kecelakaan motor dan tidak menggunakan helm. Kepala OS
terbentur aspal, keluar darah dari hidung, dan pingsan sebelum diantar kerumahnya lamanya
kira-kira 5 menit. Menurut istri, OS sempat merasakan nyeri kepala hebat, OS juga sempat
mengalami mual muntah sebanyak 1 kali selepas makan minum dengan isi air dan makanan, OS
tertidur dan tidak memberi respon ketika istrinya membangunkannya. Semenjak itu, bila OS
sadar, bicara menjadi kacau dan tidak nyambung.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak sakit sedang, afasia, TD 120/80 mmHg,
nadi 84x/menit, pernapasan 24x/menit, suhu 36,5C. Pada status generalis tampak adanya jejas
dan teraba benjolan pada kepala regio fronto parietal. Pada status neurologis, E4M5V1 (afasia),
pupil bulat isokor diameter 3mm/3mm, RCL +/+, RCTL +/+, fungsi motorik kesan hemiparesis
12

dekstra, fungsi sensorik dan pemeriksaan saraf cranial sulit dinilai, reflex fisiologis (+) pada
keempat ekstremitas, reflex patologis (babinski, chaddock) -/-. Dilakukan pemeriksaan
laboratorium, didapatkan leukositosis, dan alkalosis respiratorik. Dilakukan pemeriksaan
penunjang foto rontgen os cranium tidak didapatkan adanya fraktur, dilanjutkan dengan
pemeriksaan CT Scan kepala CITO, didapatkan lesi hiperdens luas pada region fronto parietal
sinistra, midline shift ke arah dekstra. Pasien dikonsul ke spesialis bedah saraf, dan dilakukan
craniotomy cito. Dalam 7 hari perawatan post craniotomy pasien membaik, terdapat parese N VII
sentral kanan.--> Atas dasar apa dilakukan CT scan CITO ?? Anda bisa lakukan konsultasi ke
SpBS CITO kenapa (atas dasar apa??). Sebagai klinikus, kalau kemampuan PFnya baik, pasti
dapat menentukan pemeriksaan penunjang yg harus dikerjakan CITO. Alasan dilakukan CT scan
cito (yg menunjukkan kepekaan PF ) tidak tergambar dianalisis kasus anda !!
DIAGNOSIS harusnya diatas !!
-

Diagnosis klinis :
Cedera Kepala Berat, afasia, masa Cuma ini ??
Paresis n. VII tipe central kanan
Diagnosis etiologi :
Trauma
Diagnosis topis
:
Hematom epidural pada region fronto parietal KIRI atau KANAN ??
Diagnosa patologis :
Hematoma epidural

PENATALAKSANAAN diFollow up diatas sdh panjang lebar dibahas terapikoq disini ,


baru ditulis terapinya ??

IVFD asering + takelin 1gr / 12 jam


IVFD Manitol 3 x 100cc / 20 tpm kenapa koq diberi 3 x 100cc? Dosis bgm?
Injeksi ketopain 2 amp dalam NaCl 100 cc
Injeksi mersitropil 4 x 3 gr

Konsul spesialis bedah saraf

PROGNOSIS
Ad vitam

: Dubia ad bonam

Ad fungsionam

: Dubia ad bonam
13

Ad Sanationam

: Ad bonam

ANALISA KASUS
Tn.I Pasien datang dengan cedera kepala berat dengan penilaian GCS E2M4V2 (8)
Verbal AFASIA ?? Gak usah dijumlah score GCSnya, E nya bukan 4 ??
sejak 1 hari SMRS (31/8/2013). Sesuai dengan kriteria cedera kepala berat yaitu
Glasgow Coma Scale kurang dari 8.
OS jatuh dari motor dibonceng temannya tanpa menggunakan helm dan membentur
dengan kaki kiri terlebih dahulu kemudian kepala terbentur aspal. Dari hasil pemeriksaan fisik
ditemukan jejas dan benjolan lunak pada regio parietotemporal sinistra. Dari hasil foto rontgen
os cranium AP lateral tidak ditemukan adanya fraktur kemudian dikonfirmasi dengan
pemeriksaan CT-Scan cito apa indikasi CITO CT scan pd px anda ini?
didapatkan hasil : terdapat lesi hiperdens pada region fronto parietal kiri, midline shift ke
kanan. Dalam keadaan patologis epidural hematoma menjelaskan mekanisme trauma yang
terjadi pada jaringan otak dimana coup terjadi pada bagian kiri pada region fronto parietal
dimana ditemukan juga jejas dan benjolan lunak.
Epidural hematoma adalah perdarahan akut pada lokasi epidural. Fraktur tulang kepala
dapat merobek pembuluh darah, terutama arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak
melalui foramen spinosum dan jalan antara duramater dan tulang di permukaan dalam os
temporale. Perdarahan yang terjadi menimbulkan epidural hematoma. Desakan oleh hematom
akan melepaskan duramater lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematom bertambah besar.
Sebagian besar hematoma epidural (EDH) (70-80%) berlokasi di daerah temporoparietal,
di mana bila biasanya terjadi fraktur calvaria yang berakibat robeknya arteri meningea media
atau cabang-cabangnya, sedangkan 10% EDH berlokasi di frontal maupun oksipital. Volume
EDH biasanya stabil, mencapai volume maksimum hanya beberapa menit setelah trauma, tetapi
pada 9% penderita ditemukan progresifitas perdarahan sampai 24 jam pertama. Hal ini juga
terjadi pada pasien, pada CT scan ditemukan lesi hiperdens pada regio fronto parietal kiri,
gambaran bikonveks yang merupakan ciri khas EDH, dimana pada regio ini yang paling sering
terjadi.
Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus keluar hingga
makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur mungkin penderita pingsan
sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam , penderita akan merasakan nyeri
14

kepala yang progersif memberat, kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antara dua
penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan di sebut interval lucid.
Fenomena lucid interval terjadi karena cedera primer yang ringan pada Epidural hematom. Pada
pasien lucid interval terjadi pada saat pasien diantar kerumah, dan pada saat tidur pasien sangat
sulit dibangunkan oleh istrinya. Pada fase sadar, pasien mengeluh nyeri kepala hebat, mual, dan
muntah. Ini juga yang menunjukkan kemungkinan adanya peningkatan TIK. Karena arteri
meningea media terlibat, terjadi perdarahan yang tidak terkontrol, maka akan mengakibatkan
terjadinya akumulasi yang cepat dari darah pada ruang epidural, dengan peningkatan tekanan
intra kranial (TIK) yang cepat, dan mendesak jaringan sekitar yang menyebabkan penurunan
kesadaran pada pasien ini. Ini juga dibuktikan dengan adanya hasil CT Scan, midline shift ke
arah kanan.
Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan tekanan pada lobus
temporalis otak kearah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus
mengalami herniasi di bawah pinggiran tentorium. Tekanan dari herniasi unkus pada sirkulasi
arteria yang mengurus formation retikularis di medulla oblongata menyebabkan hilangnya
kesadaran. Tekanan pada lintasan kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah ini,
menyebabkan kelemahan respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan
tanda babinski positif. Namun pada pasien ini hanya didapatkan kesan kelemahan respon
motorik kontralateral. Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan
terdorong kearah yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang besar. Timbul tandatanda lanjut peningkatan tekanan intracranial antara lain kekakuan deserebrasi dan gangguan
tanda-tanda vital dan fungsi pernafasan. Pada pasien ini terjadi gangguan fungsi pernapasan
ditunjukkan dengan tanda vital berupa peningkatan laju pernapasan, dan pada hasil analisa gas
darah dkidapatkan adanya alkalosis respiratorik.
Pasien ini tidak mengikuti perintah pada saat dilakukan pemeriksaan, dan pasien masih
bisa mengeluarkan lisan namun tidak dipahami oleh orang lain. Pada pasien terdapat afasia
sensorik, terjadi karena adanya lesi kortikal di daerah Wernicke.
Leukosit: Hasil pemeriksaan dari tanggal 1/9/13 sampai dengan 3/9/13: 12 11,9 11,4 x
103 mm3 = gambaran leukositosis yang kembali ke batas normal. Response inflamasi, aktivitas
sel endotel, dan rilis mediator inflamasi pada cedera kepala dapat meningkatkan julmlah leukosit.
Pada pasien cedera kepala berat bila didapatan leukositosis berhubungan dengan peningkatan
15

tekanan intracranial yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan sekunder pasien
cedera kepala. Dan merupakan predictor outcome yang buruk apabila tidak dapat ditangani
dengan baik.
Hasil AGD pada tanggal 1/9/2013 pH 7,47, pCO2 33 mmHg, pO2 146 mmHg, HCO3 24
mmol/L, saturasi 02 98%, dan BE 1,4. menunjukan alkalosis respiratorik belum terkompensasi
dengan PH: 7,55 menunjukan PH yang alkalosis, PCo2 menggambarkan penurunan PCo2
yang artinya membuat keadaan lebih basa, hal ini disebabkan karena mekanisme hiperventilasi
dimana banyak CO2 yang keluar. Pada keadaan trauma atau cedera, khususnya cedera kepala,
akan diproduksi sitokin atau interleukin, dan glutamat yang menyebabkan terjadinya proses
inflamasi yang akan merusak mitokondria di dalam sel. Akibat kerusakan tersebut PaO2 dan
PaCO2 arteri akan berubah dikarenakan sistem yang mengaturnya (oksigen sensor) mengalami
kerusakan. Terlebih lagi proses cedera kepala tersebut juga mengenai pusat pernafasan di pons
dan medulla oblongata sehingga tidak saja pengaturan secara selulernya yang rusak namun juga
pengaturan pusatnya juga rusak. Pada pasien ini, terjadi peningkatan TIK karena adanya
perdarahan epidural,dan dapat menyebabkan herniasi unkus yang terjadi bila lesi menempati sisi
lateral fossa kranii media atau lobus temporalis; lobus temporalis mendesak unkus dan girus
hipokampus kearah garis tengah dan ke atas tepi bebas tentorium yang akhirnya menekan
mesensefalon, pons dan medulla oblongata melalui celah tentorium.
Dasar penatalaksanaan pada pasien ini adalah dilakukan operasi craniotomy segera oleh
spesialis bedah saraf. Operasi di lakukan bila terdapat, volume hamatom > 30 ml ( kepustakaan
lain > 44 ml), keadaan pasien memburuk, pendorongan garis tengah > 3 mm. Indikasi operasi di
bidang bedah saraf adalah untuk life saving dan untuk fungsional saving. Jika untuk keduanya
tujuan tersebut maka operasinya menjadi operasi emergency. Biasanya keadaan emergency ini di
sebabkan oleh lesi desak ruang.
Indikasi untuk life saving adalah jika lesi desak ruang bervolume :

25 cc desak ruang supra tentorial


> 10 cc desak ruang infratentorial
> 5 cc desak ruang thalamus
Sedangkan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan :

Penurunan klinis
Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5 mm dengan penurunan
klinis yang progresif.
16

Tebal epidural hematoma > 1 cm dengan midline shift > 5 mm dengan penurunan klinis
yang progresif.

Jika ditangani dengan cepat, prognosis hematoma epidural biasanya baik, karena kerusakan
otak secara menyeluruh dapat dibatasi. Angka kematian berkisar antara 7-15% dan kecacatan
pada 5-10% kasus. Prognosis sangat buruk pada pasien yang mengalami koma sebelum operasi.
My comment:
Yang KURANG dibahas di kasus ini :
- ini kasus EDH, tapi dr status & analisis anda TIDAK tampak URGENSInya kasus ini yg
membuat seorang Neurolog bertindak CEPAT. Pada analisis kasus, anda seolah2 dokter yg
merawat, jadi anda HARUS tunjukkan eksistensi anda saat merawat px anda ini.Anda harus tahu
indikasi pemberian obat/ tindakan pd px ini.
Yg nomer 1 anda tidak bahas kenapa px ini di CT scan CITO. Menurut anda, bila di IGD
cepat tanggap dengan melihat KLINIS yg ada pd px, apakah tidak seharusnya CT scan kepala
dianjurkan malam itu juga? Kira2 bgm analisisnya bila dianjurkan dilaksanakan saat di IGD?
ATAU apakah saat di IGD px ini karena keadaannya yg GCS E4M5Vafasia diDX sebagai
CKR?? Dari referensi yg anda baca, faktor2 apa saja yg dpt membuat EDH TERlambat untuk
ditangani dg Cito op? Pada kasus ini UNTUNGnya dpt segera ditangani, bila terlambat , apa yg
mungkin terjadi? Apakah px ini termasuk terlambat DiDx? Terlambat ditangani juga tidak?
- Apa saja sekualae yg dpt dijumpai pasca Contusio? Bgm pd px ini? apa ada rencana
pemeriksaan untk evaluasi px ini? Pemeriksaan apa?
- Kalau anda baca banyak referensi ttg EDH, ada banyak yg dapat anda match-kan dg kasus
anda, sehingga analisis bs jadi lebih menarik, misal anda sudah baca LEUKOSITOSIS adalah
predictor outcome yg buruk pd CKB, match-kan .bgm pd kasus anda ini?
- SEBENARNYA saat melihat px ini dibangsal, apakah anda sudah menduga ini suatu Contusio?
Apa WDx anda saat pertama memeriksa??
- Kira2 begitulah menganalisis kasus, analisis anda masih superficial dari segi klinis coba
dianalisis lagi. Selamat menganalis, silahkan maju Senin.Semoga dapat diterima.

17

KESIMPULAN
Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia, setelah penyakit
jantung dan stroke. Menurut data kepolisian Republik Indonesia Tahun 2003, jumlah kecelakaan
di jalan mencapai 13.399 kejadian, dengan kematian mencapai 9.865 orang, 6.142 orang
mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami luka ringan. Dengan data itu, rata-rata setiap hari,
terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan 30 orang meninggal dunia. Salah satu
penyebab utama kematian pada kasus kecelakaan lalu lintas adalah cedera kepala.
GAK perlu lagi nulis begini kesimpulan, kalaupun mau menyimpulkan, simpulkan dari
KASUS anda .
Cedera kepala merupakan masalah yang serius karena merupakan penyebab kematian
yang paling sering terutama pada kecelakaan kendaraan. Epidural hematoma adalah perdarahan
akut pada lokasi epidural. Fraktur tulang kepala dapat merobek pembuluh darah, terutama arteri
meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara
duramater dan tulang di permukaan dalam os temporale. Diagnosis epidural hematoma
didasarkan gejala klinis serta pemeriksaan penunjang seperti foto Rontgen kepala dan CT scan
kepala. Prognosis epidural hematoma biasanya baik. Mortalitas pasien dengan epidural
hematoma yang telah dievakuasi mulai dari 16% - 32%.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Japardi I. Cedera Kepala. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.2004

2.

Gilroy J. Basic Neurology. USA: McGraw-Hill, 2000. p. 553-5

3.

Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC, 2003. p.
818-9

4.

Agamanolis DP. Traumatic Brain Injury and Increased Intracranial Pressure.


Northeastern Ohio Universities College of Medicine. [serial online] 2003. [cited 20
18

Mei 2008]. Didapat dari :


http://www.neuropathologyweb.org/chapter4/chapter4aSubduralepidural.html
5.

Duus P, ED Suwono WJ. DuusTopical Diagnosis in Neurology: Anatomy,


Physiology, Signs, Symptoms) ED/4. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. 2012

6.

Evans RW. Neurology and Trauma. Philadelphia: W.B. Saunders Company, 1996. p.
144-5

7.

Soertidewi L, Misbach J, Sjharir H, Hamid A, dkk. Konsensus Nasional Penanganan


Trauma Kapitis dan Trauma Spinal oleh: Perdossi. Jakarta: PERDOSSI Bagian
neurologi FKUI/RSCM.2006

8.

Agamanolis DP. Traumatic Brain Injury and Increased Intracranial Pressure.


Northeastern Ohio Universities College of Medicine. [serial online] 2003. [cited 20
Mei 2008]. Didapat dari :
http://www.neuropathologyweb.org/chapter4/chapter4aSubduralepidural.html

19

Anda mungkin juga menyukai