Anda di halaman 1dari 154

Anatomi & Histologi

Mata

Orbita
Ruang berbentuk piramid bersisi empat (superior,
medial, inferior, lateral) dengan basis dan apex.
Dibentuk dari 7 bagian tulang, yaitu os frontale, maxilla,
sphenoid, zygomaticum, ethmoid, dan palatina.
Batas anterior rongga orbita adalah septum orbitae
sebagai pemisah antara palpebra dan orbita.
Orbita berhubungan dengan sinus frontalis di atas, sinus
maksilaris di bawah, sinus ethmoidalis dan sphenoidalis
di medial.

Bola Mata
Bola mata orang dewasa hampir mendekati bulat,
dengan diameter anteroposterior sekitar 24,5
mm.
Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai
kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat
bentuk dengan 2 kelengkungan berbeda.

3 lapisan bola mata:


Lapisan fibrosa (lapisan luar)
Terdiri dari sklera dan kornea
Lapisan vaskular (lapisan tengah)
Terdiri dari choroid, corpus ciliaris, dan iris
Lapisan dalam
Terdiri dari retina yang mempunyai bagian
optik dan non-visual

Anatomi Sklera
Pembungkus jaringan penyambung padat yang terdiri
dari serat-serat kolagen dan sedikit elastin yang
bersamaan dengan tekanan intraokuler memelihara
bentuk bola mata membungkus 5/6 bagian posterior
bola mata.

Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat


transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam
bola mata.

Histologi Sklera
Jaringan ikat fibrosa sklera

Ciri-ciri

Episcleral (luar)

Jaringan ikat fibroelastik jarang


Vaskularisasi banyak
Dihubungkan dengan stroma
conjunctiva oleh capsula tenon.

Sclera propius (intermedia)

Jaringan ikat kolagen dengan


sedikit serat elastin

Lamina fusca/suprachoroid
(dalam)

Mengandung sel pigmen


Banyak serat elastin

Sklera relatif tidak mengandung


pembuluh darah.

Anatomi Kornea
Bagian transparan dari lapisan fibrosa.
Tidak mengandung pembuluh darah atau limfe.
Membungkus 1/6 bagian anterior bola mata.
Kornea disisipkan ke sklera di limbus, lekuk
melingkar pada persambungan ini disebut sulkus
skleralis.

Histologi Kornea
Lapisan Kornea

Ciri-ciri

Epitel kornea

Epitel berlapis gepeng, 4-5 lapis


Melekat pada membran basalis

Membran bowman

MC: homogen
Serat kolagen +++, elastin +

Stroma kornea

Tebal 90%
Jaringan ikat kolagen
Anyaman serat serat elastin
halus
Wandering cell

Membran descemeti

Homogen, elastik
Diduga membentuk membran
basalis endotel

Corneal mesenchymal epithelium /


endotel

Sel gepeng melapisi permukaan


dalam membran descemeti

Anatomi Koroid
Lapisan berwarna coklat tua kemerahan di antara
sklera dan retina, terbentuk sebagian besar dari
lapisan vaskuler bola mata dan berbatasan
dengan sklera.
Di sebelah depan, dilanjutkan menjadi corpus
ciliaris.
Melekat erat dengan lapisan pigmen retina, tetapi
mudah dipisahkan dari sklera.

Histologi Koroid
Merupakan lapisan yang sangat vaskular,

dengan jaringan ikat longgar di antara pembuluh


darahnya, yang banyak mengandung fibroblas,
makrofag, limfosit, sel plasma, sel mast, serat
kolagen, dan serat elastin.
Banyak melanosit ciri warna hitam yang khas.
Lapisan dalam koroid lebih banyak mengandung

pembuluh darah kecil daripada lapisan luar


lapisan koriokapiler (untuk nutrisi retina).

Histologi Koroid
Ke depan sampai ora serata terdiri dari:

Lamina suprachoroid
Transparan
Daerah dimana koroid terikat pada sclera
Jaringan ikat jarang, berlamella tipis
Tiap lamel disusun oleh membran yang

mengandung melanoblas +++, fibroblas +, serat


elastin +, PD -

Stratum vasculosum pembuluh darah,


melanoblas, dan melanosit
Luar: Hallers layer (A & V besar)
Dalam: Sattler layer (A & V sedang)

Lapisan choriocapillary
Menyuplai makanan & O2 ke lapisan luar retina
Stroma: fibroblas +, sel pigmen

Membran Bruch / Lamina Vitrea


Membran basalis non seluler
Memisahkan lapisan koriokapiler dari retina
Disusun oleh 2 lamella:
Luar jaringan ikat padat elastin
Dalam homogen, lebih tebal, dan
berkutikula

Anatomi Korpus Siliaris


Merupakan otot polos sirkuler dan radial yang dipersarafi
serabut parasimpatis dari ganglion ciliaris melalui
N.oculomotorius.
Menghubungkan koroid dengan sekeliling iris.
Tempat perlekatan lensa kontraksi dan relaksasi otot
polos korpus siliaris mengatur ketebalan lensa.
Lipatan pada permukaan dalam korpus siliaris
(processus ciliaris) mengeluarkan aqueous humor
yang mengisi camera oculi anterior dan posterior.

Histologi Korpus Siliaris

Merupakan bagian tertebal tunica uvea sebagai jaringan


fibromuskular.

Jaringan ikat longgar (yang kaya akan serat elastin,


pembuluh darah, dan melanosit) yang mengelilingi
muskulus siliaris.

Terdiri dari:
Muskulus siliaris
Lapisan vaskular siliaris
Pars siliaris retinae

Anatomi Iris
Suatu diafragma tipis yang kontraktil dengan lubang
bulat di tengahnya yaitu pupil yang merupakan
tempat lewatnya cahaya.
Terletak pada permukaan anterior lensa.
Ada 2 otot polos yang mengatur pupil:
M.sphinchter pupillae
M.dilator pupillae

Histologi Iris
Perluasan koroid yang menutupi sebagian lensa
dan menyisakan lubang bundar di pusat yaitu
pupil.
Permukaan anterior iris tidak teratur dan kasar,
dengan rabung (ridge) dan alur (groove).
Permukaan posterior iris hitam seragam dan
memiliki alur yang dangkal.

Dari anterior ke posterior, lapisanlapisan iris:


Mesenchymal epithelium melanjut ke
posterior kornea
Stroma
Lapisan vaskulosa
Lapisan otot polos
Epitel permukaan posterior lapisan
rangkap epitel torak berpigmen

Sudut Iris

Lokasi : Iridocorneal junction

Terdapat ligamentum pectinatum iridis, bentuk seperti


kipas.

Celah fontana humour aqueous dari COA ke canalis


Schlemm

Canalis Schlemm:
Letak: corneoscleral junction
Dilapisi endotel
Dikelilingi jaringan ikat jarang

Anatomi Retina
Merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya.
Berbatasan dengan koroid dengan sel pigmen
epitel retina.
Terdiri atas 2 bagian fungsional:
Bagian optik (pars optica retinae) lapisan
neural & lapisan sel pigmen
Bagian non visual (pars ceca retinae)

Permukaan dalam pars optica retinae ini tampak


homogen kecuali 2 area di bagian posterior bola mata
(fundus oculi) optic disc dan macula lutea.
Vaskularisasi retina:
Mendapat darah dari A.centralis retinae, cabang
dari A.opthalmica, kecuali untuk kerucut dan batang
pada bagian luar lapisan neural mendapat
makanan dari kapiler lamina koroid atau
choriocapillaris.
V.centralis retinae biasanya langsung masuk ke
dalam sinus cavernosus, tetapi bisa juga bersamaan
dengan dengan V.ophtalmica.

Histologi Retina
10 lapisan retina:
Epitel pigmen
Rod & conus
Membran limitans externa
Lapisan nuclear luar
Lapisan plexiform luar
Lapisan nuclear dalam
Lapisan plexiform dalam
Lapisan sel ganglion
Lapisan serat saraf optik
Membran limitans interna

Anatomi Palpebra

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit


yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian
anterior.

Struktur palpebra:
Lapisan kulit
M.orbicularis occuli
Jaringan areolar
Tarsus
Konjungtiva palpebra

Di dalam tarsus terdapat glandula tarsales


(Meibom) modifikasi kelenjar sebaceae.

Pada bulu mata yang berada di tepi bebas


palpebra ada glandula ciliares (Moll) yang
merupakan modifikasi glandula sudoriferae
(kelenjar keringat), dan modifikasi glandula
sebacea (Zeis) yang bermuara di folikel rambut.

Palpebrae superior dan inferior bertemu di sudut mata


dan tiap mata mempunyai:
Angulus oculi medialis (canthus
medialis/canthus interna)
Angulus oculi lateralis (canthus
lateralis/canthus externa)

Di angulus oculi medialis: antara rima palpebrae dan


bola mata ada ruang sempit (lacus lacrimalis) berisi
tonjolan merah kekuningan (caruncula lacrimalis).

Sebelah lateral caruncula lacrimalis plica

semilunaris conjunctivae.

Di pinggir palpebrae superior dan inferior, lateral

dari caruncula lacrimalis terdapat suatu penonjolan


(papilla lacrimalis) punya lubang kecil
(punctum lacrimale).

Dari sini air mata mengalir melalui canaliculus

lacrimalis saccus lacrimalis ductus


nasolacrimalis meatus nasi inferior

Fisiologi Mata

Struktur

Letak

Fungsi

Aqueous humor

Rongga anterior antara


kornea dan lensa,
mengandung zat gizi
untuk kornea dan lensa

Cairan encer jernih yang


terus menerus dibentuk

Korpus siliaris

Turunan khusus lapisan


Membentuk aqueous
koroid di sebelah
humor dan mengandung
anterior; membentuk
otot siliaris
suatu cincin mengelilingi
tepi luar lensa

Bintik buta / diskus


optikus

Titik yang sedikit di luar


pusat di retina dan tidak
mengandung
fotoreseptor

Rute untuk berjalannya


saraf optikus dan
pembuluh darah

Fovea

Tepat di bagian tengah


retina

Daerah dengan
ketajaman yang paling
tinggi

Iris

Cincin otot yang


Mengubah-ubah ukuran
berpigmen dan tampak
pupil dengan
di dalam aqueous humor berkontraksi;
menentukan warna
mata

Struktur

Letak

Fungsi

Kornea

Lapisan paling luar mata Berperan sangat penting


yang jernih di anterior
dalam kemampuan
refraktif mata

Koroid

Lapisan tengah mata

Berpigmen untuk
mencegah
berhamburannya berkas
cahaya di mata;
mengandung pembuluh
darah yang memberi
makan retina; di bagian
anterior membentuk
badan siliaris dan iris

Lensa

Antara aqueous humor


dan vitreous humor;
melekat ke otot-otot
siliaris melalui
ligamentum
suspensorium

Menghasilkan
kemampuan refraktif
yang bervariasi selama
akomodasi

Ligamentum
suspensorium

Tergantung di antara
otot siliaris dan lensa

Penting dalam
akomodasi

Makula lutea

Daerah tepat di sekitar


fovea

Memiliki ketajaman yang


tinggi karena

Struktur

Letak

Fungsi

Neuron bipolar

Lapisan tengah sel-sel


saraf di retina

Penting dalam
pengolahan rangsang
cahaya

Otot siliaris

Komponen otot sirkuler


Penting untuk
dari badan siliaris;
akomodasi
melekat ke lensa melalui
ligamentum
suspensorium

Pupil

Lubang bundar anterior


di bagian tengah iris

Memungkinkan jumlah
cahaya yang masuk
mata bervariasi

Retina

Lapisan mata yang


paling dalam

Mengandung
fotoreseptor (sel batang
& sel kerucut)

Saraf optikus

Keluar dari setiap mata


di diskus optik (bintik
buta)

Bagian pertama jalur


penglihatan ke otak

Sel batang

Fotoreseptor di lapisan
paling luar retina

Struktur

Letak

Fungsi

Sel ganglion

Lapisan bagian dalam


retina

Penting dalam
pengolahan rangsangan
cahaya oleh retina;
membentuk saraf
optikus

Sel kerucut

Fotoreseptor di bagian
paling luar retina

Bertanggung jawab
untuk ketajaman
penglihatan,
penglihatan warna, dan
penglihatan siang hari

Sklera

Lapisan luar mata yang


kuat

Lapisan jaringan ikat


protektif; membentuk
bagian putih mata yang
nampak; di bagian
anterior membentuk
kornea

Vitreous humor

Antara lensa & retina

Zat semi-cair mirip gel


yang membantu
mempertahankan
bentuk mata yang bulat

Fotoreseptor di mata hanya peka


terhadap panjang gelombang 400-700
nm

Jumlah cahaya yang masuk mata dikontrol oleh


iris
Cahaya banyak pupil mengecil
Cahaya sedikit pupil membesar
Membesar dan mengecilnya pupil diatur oleh
otot sirkuler dan radialis iris.

Gelombang cahaya mengalami


divergensi ke semua arah dari titik
sumber cahaya.

Pembelokan suatu berkas cahaya


(refraksi) terjadi ketika berkas
berpindah dari satu medium
kepadatan tertentu ke kepadatan yang

Struktur yang berperan dalam kemampuan refraktif

mata :
Kornea :
Berperan paling besar karena perbedaan densitas

udara/kornea jauh lebih besar daripada antara


lensa dan cairan yang mengelilinginya.
Kelengkungan kornea tetap sehingga kemampuan

refraksi kornea tetap konstan


Lensa :
Dapat disesuaikan dengan mengubah

kelengkungannya (daya akomodasi)

Lensa konveks konvergensi


Lensa konkaf divergensi
Pada lensa, semakin besar kelengkungan,
semakin besar derajat pembiasan dan semakin
kuat lensa

Korpus siliaris memiliki :


Otot siliaris adalah otot polos melingkar yang
melekat ke lensa melalui ligamentum
suspensorium
Saraf simpatis
relaksasi otot siliaris
penglihatan jauh
Saraf parasimpatis
kontraksi otot
penglihatan dekat

Cahaya harus melewati


beberapa lapisan retina
Fotoreseptor :
- Segmen luar :
mengandung fotopigmen
- Segmen dalam :
mengandung perangkat
metabolik sel
- Terminal sinaps :
menyalurkan sinyal

Sel Batang

Sel Kerucut

100 juta per retina

3 juta per retina

Penglihatan dalam rona


abu2

Penglihatan warna

Kepekaan tinggi

Kepekaan rendah

Ketajaman rendah

Ketajaman tinggi

Banyak konvergensi di
jalur retina

Sedikit konvergensi di
jalur retina

Lebih banyak di perifer

Terkonsentrasi di fovea

Gelap
Konsentrasi GMP siklik
tinggi

Respon Terhadap Keadaan


Gelap

Saluran Na di segmen luar


terbuka
Depolarisasi membran
Membuka saluran Ca di
terminal sinaps
Pengeluaran zat
perantara inhibitorik
Neuron bipolar dihambat

Tidak terjadi perambatan


potensial aksi ke korteks
penglihatan
Tidak terjadi
potensial aksi di sel
ganglion

Cahaya
Fotopigmen (retinen :
opsin)
Disosiasi retinen dan
opsin
Penurunan GMP
siklik
Penutupan saluran
Na
Hiperpolarisasi
membran
Menutup saluran Ca
di terminal sinaps

Pengeluaran zat
perantara inhibitorik
menurun
Neuron bipolar tidak
mengalami inhibisi
(eksitasi)
Perubahan potensial
berjenjang di sel
bipolar
Potensial aksi di sel
ganglion
Perambatan potensial
aksi ke lobus oksipitalis

Lintasan Jalan Rangsang


Penglihatan
Rangsang
cahaya
N.opticus

Reseptor cahaya
(batang &
kerucut)
Chiasma
opticum

Tract opticus

Corpus genilatum
laterale

Radiatio optica

Cortex visual di
lobus occipitale

Aqueous Humor
Dibentuk dengan kecepatan sekitar 5 ml/hari oleh
jaringan kapiler di dalam korpus siliaris.
Memiliki komposisi ion anorganik yang serupa
dengan plasma tetapi kadar proteinnya kurang dari
0,1%
Melalui celah antara iris dan lensa mengalir ke
lensa mancapai camera oculi anterior ke sudut
antara kornea dan bagian basal iris menerobos
limbus dalam jalinan trabekula kanal Schlemm
vena

Apabila kelebihan cairan


tertimbun di rongga anterior
TIO meningkat
mendorong lensa ke belakang
menekan lapisan saraf
dalam retina kerusakan
retina dan saraf optikus
kebutaan

Blefaritis

Blefaritis
Radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan
radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau
tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan
kelenjar rambut.

Blefaritis
Etiologi:
Infeksi bakteri, virus, jamur
Alergi debu, asap, bahan kimia iritatif, bahan
kosmetik
Gejala umum: kelopak mata merah, bengkak, sakit,
eksudat lengket, dan epiforia
Sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis.
Penyulit blefaritis yang timbul adalah konjungtivitis,
keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.

Gambaran Klinik
1.

Terbentuk sisik dan keropeng atau luka terbuka yang dangkal


pada kelopak mata.

2.

Penderita merasa ada sesuatu di matanya.

3.

Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah.

4.

Pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu mata


rontok.

5.

Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang.

6.

Obstruksi dan sumbatan duktus meibom

7.

Sekresi Meibom keruh

8.

Injeksi pada tepi kelopak

Blepharitis Anterior
Radang bilateral menahun umum tepian palpebra.
Gejala utama : iritasi, perasaan seperti terbakar

dan gatal pada tepian palpebra.


Mata bertepi merah, banyak sisik (granulasi)

tampak lengket pada bulu mata palpebra superior


maupun inferior.
Jenis utamanya: blefaritis stafilokok & seborrheik

Jenis Blefaritis
Anterior
Blefaritis
Blefaritis
Stafilokok

Seborrheik

Infeksi oleh
S.aureus (ulseratif),
S.epidermidis, atau
stafilokok
koagulase-negatif
Sisik kering
Palpebra merah
Ulkus-ulkus kecil
di sepanjang tepian
palpebra
Bulu mata
cenderung rontok

Non-ulseratif
Sisiknya
berminyak
Tepian palpebra
tidak begitu merah

Campuran
Kedua jenis sisik
ada
Tepian palpebra
merah
Mungkin berulkus

Penatalaksanaan
Blepharitis Anterior
Kulit kepala, alis, tepian palpebra harus selalu di
bersihkan terutama pada jenis seborrheik
dengan memakai sabun dan shampo
Sisik2 harus dibersihkan dari tepian palpebra
dengan kain basah dan shampo bayi setiap hari
Jenis stafilokok diobati dengan antibiotika
antistafilokok atau salep mata sulfonamide
dengan aplikator kapas sekali sehari pada tepian
palpebra

Prognosis Blefaritis
Anterior

Tipe seborrheik dan stafilokok umumnya


bercampur dan menjadi menahun selang
beberapa bulan atau tahun jika tidak diobati
dengan memadai.
Konjungtivitis atau keratitis stafilokok umumnya
cepat hilang setelah pengobatan antistafilokok
lokal.

Blepharitis Posterior
Peradangan palpebra karena disfungsi kelenjar
meibom.
Kondisi menahun bilateral.
Dapat timbul bersamaan blepharitis anterior.
Etiologi :
Dermatitis seborrheik
Kolonisasi dan infeksi sebaran strain stafilokok
Lipase bakteri

Blepharitis Posterior

Perubahan kelenjar meibom:


Peradangan muara meibom (meibomianitis)
Sumbatan muara kelenjar oleh sekret kental
Pelebaran kelenjar meibom dalam tarsus
Timbulnya sekret abnormal lunak mirip keju bila kelenjar dipencet

Tepian palpebra hiperemis dan telangiektasia

Palpebra membulat dan menggulung ke dalam akibat parut pada


konjungtiva tarsal

Air mata berbusa atau sangat berlemak

Kornea mengalami vaskularisasi perifer dan menipis, terutama


bagian inferior, kadang2 dengan infiltrat marginal nyata

Blepharitis Posterior
Penatalaksanaan:
Antibiotika sistemik dosis rendah jangka panjang
tetracycline (250 mg dua kali sehari) atau
erythromycin (250 mg tiga kali sehari)
berdasarkan hasil biakan bakteri dari tepian
palpebra.
Pengobatan jangka pendek dengan steroid topikal
lemah prednisolone 0,125% dua kali sehari.

Blefaritis Bakteri
Blefaritis
superfisial

Blefaritis
sebore

Blefaritis
skuamosa

Blefaritis
ulseratif

Blefaritis
angularis

Infeksi pada
kelopak
superfisial

Sekret
keluar dr
kel. Meibom,
air mata
berbusa,
hiperemia
dan
hipertrofi
papil pd
konjunctiva

blefaritis
disertai
terdapatnya
skuama
atau krusta
pada
pangkal
bulu mata
yang bila
dikupas
tidak
mengakibat
kan
terjadinya
luka kulit.

terdapat
keropeng
berwarna
kekunungkuningan
yang bila
diangkat
akan terlihat
ulkus yang
yang kecil
dan
mengeluark
an darah di
sekitar bulu
mata.

Blefaritis
angularis
yang
mengenai
sudut
kelopak
mata
(kantus
eksternus
dan
internus)
sehingga
dapat
mengakibat
kan
gangguan
pada fungsi

Blefaritis Bakteri
Meiobomianitis

Hordeolum

Kalazion

Merupakan infeksi
pada kelenjar
Meibom yang akan
mengakibatkan
tanda peradangan
lokal pada kelenjar
tersebut.

Peradangan
supuratif kelenjar
kelopak mata.
eksternum : infeksi
kel Zeiss
internum : infeksi kel
meibom

Peradangan
granulomatosa
kelenjar meibom
yang tersumbat.

Blefaritis Virus
Herpes zoster

Herpes simpleks

Biasa mengenai orang dengan


usia lanjut.

Vesikel kecil dikelilingi eritema

Blefaritis simpleks yang


Bila terkena gangglion cabang
merupakan radang tepi kelopak
oftalmik maka akan terlihat gejala ringan dengan terbentuknya
herpes zozter pada mata dan
krusta kuning basah pd tepi bulu
kelopak mata atas.
mata.
Pada kelopak mata terlihat
vesikel dan infiltrat pada kornea
bila mata terkena.
Rasa sakit dan demam.

Hordeolum

HORDEOLUM
Merupakan peradangan supuratif (akut) kelenjar
kelopak mata, paling umum disebabkan oleh
staphylococcus .
Dapat mengenai kelenjar zeis, moll, dan meibom
Hordeolum ini merupakan suatu abses di dalam
kelenjar tersebut.
Terbagi menjadi dua yaitu :
Hordeolum internum
Hordeolum externum

Hordeolum internum
Infeksi kelenjar meibom yang terletak di dalam
tarsus dan penonjolannya mengarah ke arah
konjungtiva tarsal dan pembengkakannya lebih
besar dari hordeolum externum

Hordeolum externum
Infeksi yang mengenai kelenjar zeis dan moll
serta penonjolannya ke arah kulit kelopak mata
dan nanah dapat keluar dari pangkal rambut

HORDEOLUM INTERNUM

HORDEOLUM EXTERNUM

MANISFESTASI KLINIS
Rasa sakit pada kelopak mata
Terlihat suatu benjolan setempat, warna

kemerahan, mengkilap
Adanya nyeri tekan
Pseudoptosis atau ptosis akibat bertambah

beratnya kelopak mata sehingga sukar diangkat


Kelenjar preaurikel biasanya turut membesar

PENATALAKSANAAN
NON-FARMAKOLOGI
Kompres hangat selama 10-15 menit, 3-4x sehari sampai nanah
keluar
Pengangkatan bulu mata untuk drainase nanah
Insisi jika nanah tidak dapat dikeluarkan
FARMAKOLOGI
Beri antibiotik lokal jika rekuren atau terjadi pembesaran kelenjar
preurikel
Antibiotik sistemik eritromisin 250 mg atau 125-250 mg 4x
sehari, dapat juga diberi tetrasiklin

PENYULIT
Selulitis palpebra
Merupakan radang jaringan ikat palpebra di depan
septum orbita
Abses palpebra

DIAGNOSIS BANDING
Selulitis preseptal
Konjungtivitis virus
Granuloma pyogenik

PENCEGAHAN
Selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum
menyentuh kulit di sekitar mata

Kalazion

Kalazion
Kalazion peradangan granulomatosa
kelenjar Meibom yg tersumbat.
Pada kalazion terjadi penyumbatan
kelenjar meibom dengan infeksi ringan yg
mengakibatkan peradangan kronis
kelenjar tsb.

Gejala

Adanya benjolan pada kelopak mata

Tidak hiperemi

Tidak ada nyeri tekan

Adanya pseudoptosis

Kelenjar preurikel tidak membesar

Kadang terjadi perubahan bentuk bola mata akibat


tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata
tsb

Bisa hilang dgn sendirinya karena diabsorbsi

Pengobatan
Pengobatan untuk kalazion dapat memberikan kompres
hangat, antibiotik setempat dan sistemik.
Untuk mengurangkan gejala ekskokleasi isi abses
dari dalamnya / dilakukan ekstirpasi kalazion tsb.
Bila terjadi kalazion berulang pemeriksaan
histopatologik untuk memeriksa apakah ada tidaknya
keganasan.
Pada abses palpebra insisi dan pemasangan drain,
kalau perlu diberi antibiotik lokal dan sistemik.

Konjungtivitis

Konjungtivitis
Definisi:
Radang konjungtiva atau radang selaput lendir
yang menutupi belakang kelopak dan bola mata.

Gejala:
Sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores atau
panas, sensasi penuh disekitra mata, gatal, dan
fotofobia.

Etiologi
1. Bisa bersifat infeksius (bakteri, klamidia, virus,
jamur, parasit)
2. Imunologis (alergi)
3. Iritatif (bahan kimia, suhu listrik, radiasi,
misalnya akibat sinar ultraviolet)
4. Berhubungan dengan penyakit sistemik

Klasifikasi
Pembagian konjungtivitis berdasarkan penyebabnya :
1.

Konjungtivitis akut bacterial, mis: konjungtivitis blenore,


konjungtivitis gonore, konjungtivitis difteri, konjungtivitis folikuler,
konjungtivitis kataral.

2.

Konjungtivitis akut viral, mis: keratokonjungtivitis epidemik,


demam faringokonjungtiva, keratokonjungtivitis herpetic.

3.

Konjungtivitis akut jamur

4.

Konjungtivitis akut alergik

5.

Konjungtivitis kronis, mis: trakoma

6.

Personal hygiene dan kesehatan lingkungan yang kurang,


alergi, nutrisi kurang vitamin A, iritatif (bahan kimia, suhu,
listrik, radiasi ultraviolet

Tanda & Gejala

Hiperemia
Epiphora
Eksudasi
Pseudoptosis
Hipertrofi papila
Kemosis
Folikel
Pseudomembran dan membran
Konjungtivitis ligneosa
Granuloma
Phlyctenula
Limfadenopati preaurikuler

Patofisiologi
Penyebab: Mikroorganisme, imunologis,
iritatif, dan penyakit sistemik

Menginvasi/mencederai
mata
Terjadi reaksi antigen antibodi

Reaksi inflamasi pada mata

Dolor
rubor
laesa functio

kalor

tumor

Konjungtivitis Bakterial
Konjungtivitis bakterial akut ( dan
subakut)
Konjungtivitis menahun

Konjungtivitis bakterial akut ( dan subakut)


Konjunctivitis purulen ( N gonorrhoeae, N kochii, N
meningitidis)
Ditandai banyak eksudat purulen
Konjungtivitis mukopurulen ( catarrhal) akut
Ditandai timbulnya hiperemia konjungtiva secara akut,
dan jumlah eksudat mukupurulen sedang.
Penyebab paling umum Streptococus pneumoniae dan
Haemophilus aegyptius.
Konjungtivitis subakut
Paling sering disebabkan H influenza dan kadang-kadang
oleh E coli.

Konjungtivitis Bakterial menahun


Konjungtivitis Bakterial Menahun
Terjadi pd pasien dg obstruksi duktus
nasolakrimalis dan dakriosititis menahun, yg
biasanya unilateral.
Konjungtivitis Bakterial Jarang
Disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae
dan Streptococcus pyogenes. Pseudomembran
dan membran yg dihasilkan organisme ini
dapat terbentuk pada kojungtiva palpebra.

Pemeriksaan
Organisme dapat diketahui dengan pemeriksaan
mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang
dipulas dengan pulasan Gram atau Giemsa.

Komplikasi
Parut konjungtiva dapat terjadi pada
konjungtivitis pseudomembranosa dan
membranosa dan pada kasus tertentu diikuti
ulserasi kornea dan perforasi.

Terapi
Terapi spesifik tergantung temuan agen
mikrobiologiknya.
Sambil menunggu hasil lab terapi topikal
antimikroba.
Pada konjungtivitis purulen, harus dipilih
antibiotika yg cocok untuk mengobati infeksi N.
gonorrhoeae dan N.meningitidis.

Prognosis
Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh
sendiri.
Tanpa diobati berlangsung 10-14 hari, dr
pengobatan memadai 1-3 hari, kecuali konjungtivitis
stafilokokus dan konjungtivitis gonokokus.
Konjungtiva menjadi gerbang masuk bagi
meningokokus ke dalam darah dan meninges,
menjadi septikemia dan meningitis.

Konjungtivitis Klamidia
1. Trachoma
Mulanya adalah konjungtivitis folikuler
menahun pada masa kanak-kanak yg
berkembang sampai pembentukan parut
konjungtiva.

Tanda Trachoma menurut WHO :


TF : 5 atau lebih folikel pada konjungtiva tarsal atas.
TI : infiltrasil difus dan hipertrofi papiler konjungtiva
atas, yg sekurangnya menutupi 50% pembuluh profunda
normal.
TS : parut konjungtiva trachomatosa.
TT : Trikiasis / entropion ( bulu mata terbalik).
CO : kekeruhan kornea.

Pemeriksaan
Inklusi klamidia dapat ditemukan pada kerokan
konjungtiva yang dipulas dengan giemsa, namun
tidak selalu ada.

Pulasan antibodi fluorescein dan tes immunoassay enzim tersedia di pasaran dan banyak
digunakan di Lab klinik.

Komplikasi
Parut di konjungtiva merusak duktuli kelenjar
lakrimal tambahan dan menutupi muara kelenjar
lakrimal mengurangi komponen air dalam film
air mata pre kornea, dan komponen mukus film
mungkin berkurang karena hilangnya sebagian
sel goblet.

Terapi
Tetracycline 1-1,5 g/hari, dalam 4 dosis selama 34 minggu.
Doxycycline, 100 mg per os 2x sehari selama 3
minggu.
Erythromycin, 1 g/hari per os dibagi 4 dosis
selama 3-4 minggu.
Tetracycline sistemik, KI: anak < 7th, wanita
hamil.

Konjungtivitis Klamidia
2. Konjungtivitis Inklusi
sering bilateral dan biasanya terjadi pada
orang muda yang seksual aktif.
Agen klamidia menginfeksi uretra pria dan
serviks wanita.
Pada neonatus, agen ditularkan sewaktu
proses melahirkan.

Tanda dan gejala


Mata merah
Pseudoptosis
Bertahi mata, terutama pagi hari
Pada neonatus, dapat menimbulkan faringitis,
otitis media, dan pneumonitis interstisial.
Pada orang dewasa, konjungtiva kedua tarsus,
terutama inferior memiliki papila dan folikel.

Pemeriksaan
Pulasan giemsa memperlihatkan banyak

inklusi.
Konjungtivitis inklusi disebabkan oleh C

trachomatis serotipe D-K.


Pengukuran kadar antibodi IgM sangat

penting dalam mendiagnosis pneumonitis


klamidia pada bayi.

Terapi
Bayi
Erythromycin 40 mg/kg/hari dalam 14 dosis

sekurang-kurangnya 14 hari.

Dewasa
Tertracycline oral 1-1,5 g/h selama 3 minggu
Doxyxycline 100 mg oral 2x sehari
Erythromycin 1g/h.

Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
Konjungtivitis Virus Menahun

Konjungtivitis Folikuler Virus


Akut
Demam
faringokonj
untival

Keratokonj
ungtivitis
epidemika

Konjungtivit
is virus
herpes
simpleks

Konjungtiv
itis
penyakit
newcastle

Konjungtivi
tis
hemoragik
a akut

Demam
38,3-400C.
Sakit
tenggorokan
.
Konjungtiviti
s folikuler pd
1 atau 2
mata.
Limfadenopa
ti
preauurikuler
.
Adenovirus
tipe 3, 4,7.
Sembuh

Pasien
merasa ada
infeksi dg
nyeri sedang
dan berair
mata.
Fotofobia,
keratitis
epitel,
kekeruhan
subepitel.
Nodus
preaurikuler
dan nyeri
tekan khas.
Adenovirus

Ditandai
pelebaran
pembuluh
darah
unilateral,
iritasi, bertahi
mata mukoid,
sakit,
fotofobia
ringan.
Nodus
preaurikuler
dan nyeri
tekan khas.
Virus herpes
tipe 1

Jarang
didapat,
rasa
terbakar,
gatal, sakit,
merah,
berair
mata, dan
penglihatan
kabur.
Epidemi
antara
pekerja
peternakan
dg unggas
yg sakit.

Disebabkan
enterovirus
tipe 70 dan
coxsackievir
us A24.
Inkubasi
pendek ( 848 jam) dan
berlangsung
singka (5-7
hari).
Sakit,
fotofobia,
sensasi
benda asing,
merah,

Konjungtivitis Virus
Menahun
Blefarokonjungtivitis Molluscum Contagosum
Sebuah nodul molluscum pd tepian palpebra dan alis

mata.
Reaksi radang terutama mononuklear, dengan lesi

bulat, berombak, putih mutiara, non radang dengan


bagian pusat adalah khas Molluscum Contagosum
Biopsi menunjukkan inklusi sitoplasma eosinofilik, yg

memenuhi seluruh sitoplasma sel yg membesar dan


mendesak inti ke satu sisi.

Konjungtivitis Virus
Menahun
Blefarokonungtivitis Varicella-Zoster

Hiperemia dan konjungtivitis infiltratif, disertai dengan


erupsi vesikuler khas sepanjang penyebaran dermatom
nervus trigeminus cabang oftalmika adalah khas herpes
zoster.
Pada zoster maupun varicella, kerokan dari vesikel
palpebra mengandung sel raksasa dan banyak leukosit
polimorfonuklear.
Kerokan dari konjungtiva pada varicella dan vesikel
konjungtiva pd zoster mengandung sel raksasa dan
monosit.

Konjungtivitis Virus
Menahun
Keratokonjungtivitis Morbili

Pada awal konjungtiva tampak mirik kaca yg


aneh, yg dalam beberapa hari diikuti
pembengkakan lipatan semilunar.
Kerokan konjungtiva menunjukkan reaksi
mononuklear.

Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis Candida
Disebabkan oleh Candida spp ( biasanya Candida
albicans).
Jarang terjadi, umumnya tampak sebagai bercak putih.
Kerokan menunjukkan reaksi radang polimorfonuklear.
Infeksi berespon terhadap amfotericin B (3-8 mg/mL)
dalam larutan air atau pemakaian krim nystatin kulit
(100.000 unit/g) 4-6x sehari.

Konjungtivitis Alergi
Peradangan pada konjungtiva yang disebabkan

oleh bahan-bahan alergen (debu, serbuk sari, bulu


hewan, dll).
Epidemiologi:
Pria > wanita
Umur : dekade 1-2, mencapai puncak sebelum

pubertas, kemudian menurun


Ras : kulit hitam seperti Afrika dan India

Klasifikasi
Berdasarkan reaksi imun

Immediate Hypersensitivity Reactions (Type I)


Seasonal and Perennial Allergic Conjunctivitis / hay fever
conjunctivitis (SAC & PAC)
Vernal Keratoconjunctivitis (VKC)
Atopic Keratoconjunctivitis (AKC)
Giant Papillary Conjunctivitis (GPC)

Delayed Hypersensitivity Reactions(Type IV)


Phlyctenulosis
Mild conjunctivitis secondary to Blepharitis

Seasonal and Perennial Allergic


Conjunctivitis / hay fever
conjunctivitis
(SAC
&
PAC)
Etiologi : sama dengan alergen Rhinitis, umumnya airborne
antigens,
Serbuk sari
Rumput, gulma
Kecoak, tungau debu
Bulu binatang

Epidemiologi : 50% penyebab allergic conjunctivitis ; SAC dan


PAC berbeda pada waktu timbulnya gejala,
SAC : musim semi, panas, gugur
PAC : seluruh musim/sepanjang tahun

Patofisiologi : Alergen mensensitisasi Ab


IgE pada permukaan sel Mast dan Basofil
degranulasi sel mast dan basofil pelepasan
mediator inflamasi (histamin, prostaglandin,
leukotrien, dan kinin)
Faktor Risiko :
Rhinitis allergic
Asthma bronchial
Atopic dermatitis

Tanda dan gejala pada mata :


Gatal, berair
Panas, merah
Konjungtiva tampak berwarna susu
Terkadang terdapat mukus
Edema konjungtiva dan kelopak mata

Pemeriksaan Penunjang :
Pewarnaan usapan/kerokan konjungtiva : ditemukan
eosinofil
Skin test

Penatalaksanaan :
Non-farmakologi :
Menghindari alergen
Mengkompres mata dengan air dingin
Artificial tears, untuk membilas mata

Farmakologi :
Antihistamin (sistemik/topikal) + vasoconstrictors
Mast Cell Stabilizers
NSAIDs
Corticosteroid (jangka pendek)

Vernal
Keratoconjunctivitis
Faktor risiko :
(VKC)
Asthma
Eczema
Rhinitis allergic

Terdapat 2 bentuk :
Bentuk palpebra : mengenai konjungtiva tarsal superior,
terdapat pertumbuhan papil yang besar (cobblestone papillae)
Bentuk limbal : mengenai limbus superior, dan terdapat
Trantas dots

Cobblestone
papillae

Trantas dots

Tanda dan Gejala pada mata :


Keluhan utama gatal
Air mata
Produksi mukus
Fotofobia
Rasa terbakar
Sensasi benda asing
Nyeri
Blepharospasm
Cobblestone Papillae Trantas Dots

Pemeriksaan penunjang :
Kerokan/biopsi konjungtiva
Pemeriksaan kadar antibodi

Penatalaksanaan :
Farmakologi :
Mast cell stabilizers
Topical Corticosteroid
NSAIDs
Topical Cyclosporin
Mucolytic agents

Non-farmakologi :
Keratectomy Shield ulcer
PTK (Phototherapeutic Keratectomy) Shield
ulcer
Cryoablation Cobblestone papillae

Komplikasi : Shield Ulcer

Prognosis : kembali normal dengan sendirinya (Self


Limited Disease)

Atopic
Keratoconjunctivitis
(AKC)
Definisi : peradangan bilateral pada
konjungtiva dan kelopak mata
Faktor risiko :
Atopic dermatitis

Tanda dan gejala pada mata :


Gatal pada kelopak mata
Produksi air mata yang jernih dan cair
Kemerahan
Fotofobia
Nyeri
Eksim pada kulit kelopak mata : kering, bersisik, peradangan
kulit
Neovaskularisasi pada kornea
Keratoconus

Penatalaksanaan :
Topical mast cell stabilizers
Topical corticosteroids

Giant Papillary
Conjunctivitis (GPC)
Definisi : peradangan pada konjungtiva tarsal
superior
Etiologi :
Kontak lens
Operasi katarak
Ocular prosthesis
Pengangkatan benda asing

Tanda dan gejala :


Gatal pada mata
Pandangan yang kabur
Produksi mukus
Terdapatnya cobblestone papillae

Penatalaksanaan :
Mast cell stabilizers
Topical corticosteroids
Antihistamin

Komplikasi
Corneal ulcers dan keratoconus

Prognosis
Baik, jarang terjadi kebutaan

Keratitis

Keratitis
Radang kornea biasanya diklasifikasi
dalam lapis kornea yang terkena, seperti
kornea superfisial dan interstisial atau
profunda.

Keratitis Pungtata
Keratitis Marginal
Keratitis Interstisial
Keratitis Bakterial
Keratitis Jamur
Keratitis Virus
Keratokonjungtivitis Epidemi
Keratitis Dimeer atau Keratitis Numularis
Keratitis filamentosa
Keratitis Alergi
Keratitis Lagoftalmos
Keratitis Neuroparalitik
Keratokonjungtivitis Sika

Keratitis Pungtata
Keratitis yang terkumpul di daerah Bowman,
dengan infiltrat berbentuk bercak halus.
Disebabkan oleh moluskum kontagiosum, akne
rosasea, herpes simpleks, herper zoster, blefaritis
neuropalitik, infeksi virus, trakoma dan trauma
radiasi, dry eyes, trauma, lagoftalmos, keracunan
obat sperti neomisin, tobramisin dan bahan
pengawet.

Keratitis pungtata superfisial


memberikan gambaran infiltrat halus bertitik
pada permukaan kornea.
pasien mengeluh sakit, sialu, mata merah dan
rasa kelilipan.

Keratitis pungtata subepitel


keratitis yang terkumpul didaerah Bowman.

Keratitis Marginal
Infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar
dengan limbus
Bila tidak diobati, akan berakibat tukak kornea.
Penderita mengeluh sakit, seperti kelilipan,
lakrimasi disertai fotophobia berat
Pengobatan dapat diberikan antibiotik yang sesuai
penyebab infeksi lokalnya dan steroid dosis ringan.
Dapat pula diberikan vitamin B dan C dosis tinggi.

Keratitis Interstisial
Ditemukan pada jaringan kornea yang lebih dalam.
Terlihat pada usia 5 20 tahun
Keluhan: fotofobia, lakrimasi dan menurunnya visus.
Seluruh kornea keruh sehingga iris sukar terlihat.
Terdapat injeksi siliar disertai serbukan pembuluh ke
dalam yang nampak kusam disebut salmon patch
Disebabkan oleh sifilis kongenital dan tuberkulosis
Pengobatan tergantung penyebabnya sulfas atropin
tetes mata dan kortikosteroid

Keratitis Bakterial
Biasanya disebabkan oleh Staphylokokus,
Pseudomonas, Enterobacteria
Pengobatan
Gram ( - )

Gram ( + )

Tobramisin

Cefazolin

Gentamisin

Vancomyxin

Polimisin

Basitrasin

Keratitis Jamur

Jamur penyebab: Fusarium, Cephalocepharium, Curvularia

Sakit mata, berair, silau, pada mata akan terlihat hifa &
satelit nila terletak di dalam stroma.

Diagnosis pasti pemeriksaan mikroskopik dengan KOH


10% terhadap kerokan kornea adanya hifa.

Penatalaksanaan:
Natamisin 5% setiap 1-2 jam , antijamur lain (miconazole,
amfoterisin B, nistatin)
Siklopegik disertai obat oral antiglaukoma bila TIO
Keratoplasti

Keratitis virus
Keratitis pungtata superfisial memberikan gambaran
seperti infiltrat halus bertitik-titik pada dataran depan
kornea yang dapat terjadi pada penyakit seperti
herpes simpleks, herpes zoster, infeksi virus,
vaksinia, dan trakoma.
Keratitis yang terkumpul di daerah membran
Bowman bilateral, berjalan kronis tanpa terlihatnya
gejala kelainan konjungtiva ataupun tanda akut.

Keratitis herpetik
Disebabkan oleh herpes simpleks dan herpes zoster.
Herpes simpleks ada 2 bentuk:
Epitelial : pembelahan virus di dalam sel epitel
kerusakan sel & membentuk tukak kornea superfisial
Stromal : reaksi imunologik tubuh pasien sendiri
terhadap virus yang menyerang
Pengobatan : IDU menghambat sintesis DNA virus
dan manusia sehingga bersifat toksik untuk epitel
normal, tidak boleh digunakan > 2 minggu; Vibrabin;
Trifluorotimidin (TFT); Acyclovir

Keratokonjungtivitis
Epidemi

Peradangan kornea dan konjungtiva yang


disebabkan oleh reaksi alergi adenovirus tipe 8.
Pasien demam, merasa seperti benda asing, nyeri
pada periorbita, penglihatan menurun
Ditemukan edema kelopak dan folikel
konjungtiva, pseudomembran pada
konjungtiatarsal yang membentuk jaringan parut.
Pengobatan Steroid tetes mata 3-kali sehari

Keratitis Dimer atau


Keratitis Numularis
Bentuk keratitis dengan ditemukanya infiltrat
yang bundar berkelompok dan tepinya berbatas
tegas sehingga memberi gambaran halo.

Keratitis filamentosa
Keratitis yang disertai adanya filamen mukoid dan
deskuamasi sel epitel pada permukaan kornea,

Kelainan ini ditemukan pada mata kering, DM,


pasca bedah katarak, keracunan obat
tertentufilamen terdiri atas sisa mukoid, dengan
dasar bentuk segitiga yang menarik epitel.
Gejala mata kelilipan, sakit, silau
Pengobatan dengan larutan Hipertoniik NaCl 5%,
air mata hipertonik

Keratitis alergi
Keratokonjungtivitis flikten
Radang kornea dan konjungtiva yang merupakan reaksi
imun.
Pada benjolan terjadi penimbunan sel limfoid
Secara histopatologi:
Sel eosinofil
Tidak ditemukan basil TB
Terdapat daerah keputihan (degenerasi hialin)
Pengelupasan sel tanduk epitel kornea

Keratitis Lagoftalmos
Keratitis yang terjadi akibat adanya lagoftalmos
dimana kelopak mata tidak dapat menutup
dengan sempurna sehingga terdapat kekeringan
kornea.
Lagoftalmos akibat tarikan jaringan parut pda tepi
kelopak, eksoftalmos,paralise saraf fasiall, atoni
orbikularis okuli
Pengobatan dapat diberikan air mata buatan

Pterigium

Definisi

Kelainan pada konjungtiva bulbi, pertumbuhan fibrovaskular


konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif.

Pertumbuhan ini biasanya terdapat pada celah kelopak


bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke
daerah kornea, berbentuk segitiga dengan puncak di
bagian sentral atau di daerah kornea.

Mudah meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian


pterigium akan berwarna merah.

Sering mengenai kedua mata.

ETIOLOGI
Etiologi belum diketahui pasti. Teori yang
dikemukakan :
1. Paparan sinar matahari (UV)
2. Iritasi kronik dari lingkungan (udara, angin,
debu), alergen, bahan kimia berbahaya, dan
bahan iritan (angin, debu, polutan).

Gejala Klinis
Pterigium dapat tidak memberikan keluhan atau
akan memberikan keluhan mata iritatif, gatal,
merah, sensasi benda asing dan mungkin
menimbulkan astigmat atau obstruksi aksis visual
yang akan memberikan keluhan gangguan
penglihatan.

Berdasarkan luas perkembangannya diklasifikasikan menjadi:


Stadium I : pterigium belum mencapai limbus
Stadium II : sudah mencapai atau melewati limbus tapi
belum mencapai
daerah pupil
Stadium III : sudah mencapai daerah pupil

Berdasarkan progresifitas tumbuhnya :


1.Stasioner : relatif tidak berkembang lagi (tipis, pucat, atrofi)
2.Progresif : berkembang lebih besar dalam waktu singkat

DIAGNOSIS BANDING
-Pinguekula
Merupakan degenerasi hialin jaringan
submukosa konjungtiva
-Pseudopterigium
Merupakan perlekatan konjungtiva dengan
kornea yang cacat. Sering terjadi pada
proses penyembuhan tukak kornea

KOMPLIKASI
Gangguan penglihatan
Kemerahan
Iritasi
Gangguan pergerakan bola mata.

PROGNOSIS
Eksisi pada pterigium pada penglihatan dan kosmetik
adalah baik. Prosedur yang baik dapat ditolerir pasien dan
disamping itu pada beberapa hari post operasi pasien akan
merasa tidak nyaman, kebanyakan setelah 48 jam pasca
operasi pasien bisa memulai aktivitasnya. Bagaimanapun
juga, pada beberapa kasus terdapat rekurensi dan risiko ini
biasanya karena pasien yang terus terpapar radiasi sinar
matahari, juga beratnya atau derajat pterigium. Pasien
dengan pterygia yang kambuh lagi dapat mengulangi
pembedahan eksisi dan grafting.

PENATALAKSANAAN
Kacamata anti UV & pemberian air mata buatan/topical
lubricating drops.
Menghindari daerah yang berasap atau berdebu.
Pterigium dengan inflamasi atau iritasi kombinasi
dekongestan/antihistamin (seperti Naphcon-A)
dan/atau kortikosteroid topikal potensi sedang (seperti
FML, Vexol) 4 kali sehari pada mata yang terkena.
Operasi eksisi pterigium

Penyakit mata yang


termasuk
kegawatdaruratan:
Glaukoma
Keratitis
Hematom subkonjungtiva

Kesimpulan
Berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan, kemungkinan pasien ini
mengalami konjungtivitis bakteri,
hordeolum, dan pterigium.

Saran
Melakukan pengobatan yang adekuat
Menjaga kebersihan mata
Menyarankan kepada pasien untuk
menggunakan kacamata saat bekerja
untuk melindungi mata dari debu dan
kotoran.

Daftar Pustaka
Louisa M dan Setiabudy R. Antivirus. Dalam Gan S, editors.
Farmakologi dan Terapi. ed 5. Jakarta: Gaya Baru, 2007;
Eva, Paul Riordan ; 2008 ; Lange Vaughan & Asburys GENERAL
OPHTHALMOLOGY International Edition; New York : Mc Graw Hill
Ilyas, Sidarta ; 2010 ; Ilmu Penyakit Mata ; Jakarta : FKUI
James, Bruce ; 2008 ; Lecture Notes Oftalmologi ; Jakarta :
Erlangga
Guyton, Arthur C dan John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran, E/11. Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran: Dari Sel Ke
Sistem, E/2. Jakarta: EGC.
Baehr M, Frotscher M. Duus Topical Diagnosis in Neurology. 4th
ed. New York: Thieme; 2005. p. 130-60.
Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Grays Anatomy for Students.
Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone; 2005.
Ganong WF. Review of Medical Physiology. 22nd ed. Singapore:
McGrawHill; 2005. p. 148-70.
Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 1, 22nd ed;
alih bahasa, Y. Joko Suyono; editor edisi bahasa Indonesia,
Liliana Sugiharto. Jakarta: EGC; 2006.

www.emedicine.medscape.com
www.nlm.nih.gov
www.uveitis.org/medical/articles/case/Allergy.html
www.webmd.com
www.wrongdiagnosis.com

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai