Mata
Orbita
Ruang berbentuk piramid bersisi empat (superior,
medial, inferior, lateral) dengan basis dan apex.
Dibentuk dari 7 bagian tulang, yaitu os frontale, maxilla,
sphenoid, zygomaticum, ethmoid, dan palatina.
Batas anterior rongga orbita adalah septum orbitae
sebagai pemisah antara palpebra dan orbita.
Orbita berhubungan dengan sinus frontalis di atas, sinus
maksilaris di bawah, sinus ethmoidalis dan sphenoidalis
di medial.
Bola Mata
Bola mata orang dewasa hampir mendekati bulat,
dengan diameter anteroposterior sekitar 24,5
mm.
Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai
kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat
bentuk dengan 2 kelengkungan berbeda.
Anatomi Sklera
Pembungkus jaringan penyambung padat yang terdiri
dari serat-serat kolagen dan sedikit elastin yang
bersamaan dengan tekanan intraokuler memelihara
bentuk bola mata membungkus 5/6 bagian posterior
bola mata.
Histologi Sklera
Jaringan ikat fibrosa sklera
Ciri-ciri
Episcleral (luar)
Lamina fusca/suprachoroid
(dalam)
Anatomi Kornea
Bagian transparan dari lapisan fibrosa.
Tidak mengandung pembuluh darah atau limfe.
Membungkus 1/6 bagian anterior bola mata.
Kornea disisipkan ke sklera di limbus, lekuk
melingkar pada persambungan ini disebut sulkus
skleralis.
Histologi Kornea
Lapisan Kornea
Ciri-ciri
Epitel kornea
Membran bowman
MC: homogen
Serat kolagen +++, elastin +
Stroma kornea
Tebal 90%
Jaringan ikat kolagen
Anyaman serat serat elastin
halus
Wandering cell
Membran descemeti
Homogen, elastik
Diduga membentuk membran
basalis endotel
Anatomi Koroid
Lapisan berwarna coklat tua kemerahan di antara
sklera dan retina, terbentuk sebagian besar dari
lapisan vaskuler bola mata dan berbatasan
dengan sklera.
Di sebelah depan, dilanjutkan menjadi corpus
ciliaris.
Melekat erat dengan lapisan pigmen retina, tetapi
mudah dipisahkan dari sklera.
Histologi Koroid
Merupakan lapisan yang sangat vaskular,
Histologi Koroid
Ke depan sampai ora serata terdiri dari:
Lamina suprachoroid
Transparan
Daerah dimana koroid terikat pada sclera
Jaringan ikat jarang, berlamella tipis
Tiap lamel disusun oleh membran yang
Lapisan choriocapillary
Menyuplai makanan & O2 ke lapisan luar retina
Stroma: fibroblas +, sel pigmen
Terdiri dari:
Muskulus siliaris
Lapisan vaskular siliaris
Pars siliaris retinae
Anatomi Iris
Suatu diafragma tipis yang kontraktil dengan lubang
bulat di tengahnya yaitu pupil yang merupakan
tempat lewatnya cahaya.
Terletak pada permukaan anterior lensa.
Ada 2 otot polos yang mengatur pupil:
M.sphinchter pupillae
M.dilator pupillae
Histologi Iris
Perluasan koroid yang menutupi sebagian lensa
dan menyisakan lubang bundar di pusat yaitu
pupil.
Permukaan anterior iris tidak teratur dan kasar,
dengan rabung (ridge) dan alur (groove).
Permukaan posterior iris hitam seragam dan
memiliki alur yang dangkal.
Sudut Iris
Canalis Schlemm:
Letak: corneoscleral junction
Dilapisi endotel
Dikelilingi jaringan ikat jarang
Anatomi Retina
Merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya.
Berbatasan dengan koroid dengan sel pigmen
epitel retina.
Terdiri atas 2 bagian fungsional:
Bagian optik (pars optica retinae) lapisan
neural & lapisan sel pigmen
Bagian non visual (pars ceca retinae)
Histologi Retina
10 lapisan retina:
Epitel pigmen
Rod & conus
Membran limitans externa
Lapisan nuclear luar
Lapisan plexiform luar
Lapisan nuclear dalam
Lapisan plexiform dalam
Lapisan sel ganglion
Lapisan serat saraf optik
Membran limitans interna
Anatomi Palpebra
Struktur palpebra:
Lapisan kulit
M.orbicularis occuli
Jaringan areolar
Tarsus
Konjungtiva palpebra
semilunaris conjunctivae.
Fisiologi Mata
Struktur
Letak
Fungsi
Aqueous humor
Korpus siliaris
Fovea
Daerah dengan
ketajaman yang paling
tinggi
Iris
Struktur
Letak
Fungsi
Kornea
Koroid
Berpigmen untuk
mencegah
berhamburannya berkas
cahaya di mata;
mengandung pembuluh
darah yang memberi
makan retina; di bagian
anterior membentuk
badan siliaris dan iris
Lensa
Menghasilkan
kemampuan refraktif
yang bervariasi selama
akomodasi
Ligamentum
suspensorium
Tergantung di antara
otot siliaris dan lensa
Penting dalam
akomodasi
Makula lutea
Struktur
Letak
Fungsi
Neuron bipolar
Penting dalam
pengolahan rangsang
cahaya
Otot siliaris
Pupil
Memungkinkan jumlah
cahaya yang masuk
mata bervariasi
Retina
Mengandung
fotoreseptor (sel batang
& sel kerucut)
Saraf optikus
Sel batang
Fotoreseptor di lapisan
paling luar retina
Struktur
Letak
Fungsi
Sel ganglion
Penting dalam
pengolahan rangsangan
cahaya oleh retina;
membentuk saraf
optikus
Sel kerucut
Fotoreseptor di bagian
paling luar retina
Bertanggung jawab
untuk ketajaman
penglihatan,
penglihatan warna, dan
penglihatan siang hari
Sklera
Vitreous humor
mata :
Kornea :
Berperan paling besar karena perbedaan densitas
Sel Batang
Sel Kerucut
Penglihatan warna
Kepekaan tinggi
Kepekaan rendah
Ketajaman rendah
Ketajaman tinggi
Banyak konvergensi di
jalur retina
Sedikit konvergensi di
jalur retina
Terkonsentrasi di fovea
Gelap
Konsentrasi GMP siklik
tinggi
Cahaya
Fotopigmen (retinen :
opsin)
Disosiasi retinen dan
opsin
Penurunan GMP
siklik
Penutupan saluran
Na
Hiperpolarisasi
membran
Menutup saluran Ca
di terminal sinaps
Pengeluaran zat
perantara inhibitorik
menurun
Neuron bipolar tidak
mengalami inhibisi
(eksitasi)
Perubahan potensial
berjenjang di sel
bipolar
Potensial aksi di sel
ganglion
Perambatan potensial
aksi ke lobus oksipitalis
Reseptor cahaya
(batang &
kerucut)
Chiasma
opticum
Tract opticus
Corpus genilatum
laterale
Radiatio optica
Cortex visual di
lobus occipitale
Aqueous Humor
Dibentuk dengan kecepatan sekitar 5 ml/hari oleh
jaringan kapiler di dalam korpus siliaris.
Memiliki komposisi ion anorganik yang serupa
dengan plasma tetapi kadar proteinnya kurang dari
0,1%
Melalui celah antara iris dan lensa mengalir ke
lensa mancapai camera oculi anterior ke sudut
antara kornea dan bagian basal iris menerobos
limbus dalam jalinan trabekula kanal Schlemm
vena
Blefaritis
Blefaritis
Radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan
radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau
tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan
kelenjar rambut.
Blefaritis
Etiologi:
Infeksi bakteri, virus, jamur
Alergi debu, asap, bahan kimia iritatif, bahan
kosmetik
Gejala umum: kelopak mata merah, bengkak, sakit,
eksudat lengket, dan epiforia
Sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis.
Penyulit blefaritis yang timbul adalah konjungtivitis,
keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.
Gambaran Klinik
1.
2.
3.
Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah.
4.
5.
6.
7.
8.
Blepharitis Anterior
Radang bilateral menahun umum tepian palpebra.
Gejala utama : iritasi, perasaan seperti terbakar
Jenis Blefaritis
Anterior
Blefaritis
Blefaritis
Stafilokok
Seborrheik
Infeksi oleh
S.aureus (ulseratif),
S.epidermidis, atau
stafilokok
koagulase-negatif
Sisik kering
Palpebra merah
Ulkus-ulkus kecil
di sepanjang tepian
palpebra
Bulu mata
cenderung rontok
Non-ulseratif
Sisiknya
berminyak
Tepian palpebra
tidak begitu merah
Campuran
Kedua jenis sisik
ada
Tepian palpebra
merah
Mungkin berulkus
Penatalaksanaan
Blepharitis Anterior
Kulit kepala, alis, tepian palpebra harus selalu di
bersihkan terutama pada jenis seborrheik
dengan memakai sabun dan shampo
Sisik2 harus dibersihkan dari tepian palpebra
dengan kain basah dan shampo bayi setiap hari
Jenis stafilokok diobati dengan antibiotika
antistafilokok atau salep mata sulfonamide
dengan aplikator kapas sekali sehari pada tepian
palpebra
Prognosis Blefaritis
Anterior
Blepharitis Posterior
Peradangan palpebra karena disfungsi kelenjar
meibom.
Kondisi menahun bilateral.
Dapat timbul bersamaan blepharitis anterior.
Etiologi :
Dermatitis seborrheik
Kolonisasi dan infeksi sebaran strain stafilokok
Lipase bakteri
Blepharitis Posterior
Blepharitis Posterior
Penatalaksanaan:
Antibiotika sistemik dosis rendah jangka panjang
tetracycline (250 mg dua kali sehari) atau
erythromycin (250 mg tiga kali sehari)
berdasarkan hasil biakan bakteri dari tepian
palpebra.
Pengobatan jangka pendek dengan steroid topikal
lemah prednisolone 0,125% dua kali sehari.
Blefaritis Bakteri
Blefaritis
superfisial
Blefaritis
sebore
Blefaritis
skuamosa
Blefaritis
ulseratif
Blefaritis
angularis
Infeksi pada
kelopak
superfisial
Sekret
keluar dr
kel. Meibom,
air mata
berbusa,
hiperemia
dan
hipertrofi
papil pd
konjunctiva
blefaritis
disertai
terdapatnya
skuama
atau krusta
pada
pangkal
bulu mata
yang bila
dikupas
tidak
mengakibat
kan
terjadinya
luka kulit.
terdapat
keropeng
berwarna
kekunungkuningan
yang bila
diangkat
akan terlihat
ulkus yang
yang kecil
dan
mengeluark
an darah di
sekitar bulu
mata.
Blefaritis
angularis
yang
mengenai
sudut
kelopak
mata
(kantus
eksternus
dan
internus)
sehingga
dapat
mengakibat
kan
gangguan
pada fungsi
Blefaritis Bakteri
Meiobomianitis
Hordeolum
Kalazion
Merupakan infeksi
pada kelenjar
Meibom yang akan
mengakibatkan
tanda peradangan
lokal pada kelenjar
tersebut.
Peradangan
supuratif kelenjar
kelopak mata.
eksternum : infeksi
kel Zeiss
internum : infeksi kel
meibom
Peradangan
granulomatosa
kelenjar meibom
yang tersumbat.
Blefaritis Virus
Herpes zoster
Herpes simpleks
Hordeolum
HORDEOLUM
Merupakan peradangan supuratif (akut) kelenjar
kelopak mata, paling umum disebabkan oleh
staphylococcus .
Dapat mengenai kelenjar zeis, moll, dan meibom
Hordeolum ini merupakan suatu abses di dalam
kelenjar tersebut.
Terbagi menjadi dua yaitu :
Hordeolum internum
Hordeolum externum
Hordeolum internum
Infeksi kelenjar meibom yang terletak di dalam
tarsus dan penonjolannya mengarah ke arah
konjungtiva tarsal dan pembengkakannya lebih
besar dari hordeolum externum
Hordeolum externum
Infeksi yang mengenai kelenjar zeis dan moll
serta penonjolannya ke arah kulit kelopak mata
dan nanah dapat keluar dari pangkal rambut
HORDEOLUM INTERNUM
HORDEOLUM EXTERNUM
MANISFESTASI KLINIS
Rasa sakit pada kelopak mata
Terlihat suatu benjolan setempat, warna
kemerahan, mengkilap
Adanya nyeri tekan
Pseudoptosis atau ptosis akibat bertambah
PENATALAKSANAAN
NON-FARMAKOLOGI
Kompres hangat selama 10-15 menit, 3-4x sehari sampai nanah
keluar
Pengangkatan bulu mata untuk drainase nanah
Insisi jika nanah tidak dapat dikeluarkan
FARMAKOLOGI
Beri antibiotik lokal jika rekuren atau terjadi pembesaran kelenjar
preurikel
Antibiotik sistemik eritromisin 250 mg atau 125-250 mg 4x
sehari, dapat juga diberi tetrasiklin
PENYULIT
Selulitis palpebra
Merupakan radang jaringan ikat palpebra di depan
septum orbita
Abses palpebra
DIAGNOSIS BANDING
Selulitis preseptal
Konjungtivitis virus
Granuloma pyogenik
PENCEGAHAN
Selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum
menyentuh kulit di sekitar mata
Kalazion
Kalazion
Kalazion peradangan granulomatosa
kelenjar Meibom yg tersumbat.
Pada kalazion terjadi penyumbatan
kelenjar meibom dengan infeksi ringan yg
mengakibatkan peradangan kronis
kelenjar tsb.
Gejala
Tidak hiperemi
Adanya pseudoptosis
Pengobatan
Pengobatan untuk kalazion dapat memberikan kompres
hangat, antibiotik setempat dan sistemik.
Untuk mengurangkan gejala ekskokleasi isi abses
dari dalamnya / dilakukan ekstirpasi kalazion tsb.
Bila terjadi kalazion berulang pemeriksaan
histopatologik untuk memeriksa apakah ada tidaknya
keganasan.
Pada abses palpebra insisi dan pemasangan drain,
kalau perlu diberi antibiotik lokal dan sistemik.
Konjungtivitis
Konjungtivitis
Definisi:
Radang konjungtiva atau radang selaput lendir
yang menutupi belakang kelopak dan bola mata.
Gejala:
Sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores atau
panas, sensasi penuh disekitra mata, gatal, dan
fotofobia.
Etiologi
1. Bisa bersifat infeksius (bakteri, klamidia, virus,
jamur, parasit)
2. Imunologis (alergi)
3. Iritatif (bahan kimia, suhu listrik, radiasi,
misalnya akibat sinar ultraviolet)
4. Berhubungan dengan penyakit sistemik
Klasifikasi
Pembagian konjungtivitis berdasarkan penyebabnya :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hiperemia
Epiphora
Eksudasi
Pseudoptosis
Hipertrofi papila
Kemosis
Folikel
Pseudomembran dan membran
Konjungtivitis ligneosa
Granuloma
Phlyctenula
Limfadenopati preaurikuler
Patofisiologi
Penyebab: Mikroorganisme, imunologis,
iritatif, dan penyakit sistemik
Menginvasi/mencederai
mata
Terjadi reaksi antigen antibodi
Dolor
rubor
laesa functio
kalor
tumor
Konjungtivitis Bakterial
Konjungtivitis bakterial akut ( dan
subakut)
Konjungtivitis menahun
Pemeriksaan
Organisme dapat diketahui dengan pemeriksaan
mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang
dipulas dengan pulasan Gram atau Giemsa.
Komplikasi
Parut konjungtiva dapat terjadi pada
konjungtivitis pseudomembranosa dan
membranosa dan pada kasus tertentu diikuti
ulserasi kornea dan perforasi.
Terapi
Terapi spesifik tergantung temuan agen
mikrobiologiknya.
Sambil menunggu hasil lab terapi topikal
antimikroba.
Pada konjungtivitis purulen, harus dipilih
antibiotika yg cocok untuk mengobati infeksi N.
gonorrhoeae dan N.meningitidis.
Prognosis
Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh
sendiri.
Tanpa diobati berlangsung 10-14 hari, dr
pengobatan memadai 1-3 hari, kecuali konjungtivitis
stafilokokus dan konjungtivitis gonokokus.
Konjungtiva menjadi gerbang masuk bagi
meningokokus ke dalam darah dan meninges,
menjadi septikemia dan meningitis.
Konjungtivitis Klamidia
1. Trachoma
Mulanya adalah konjungtivitis folikuler
menahun pada masa kanak-kanak yg
berkembang sampai pembentukan parut
konjungtiva.
Pemeriksaan
Inklusi klamidia dapat ditemukan pada kerokan
konjungtiva yang dipulas dengan giemsa, namun
tidak selalu ada.
Pulasan antibodi fluorescein dan tes immunoassay enzim tersedia di pasaran dan banyak
digunakan di Lab klinik.
Komplikasi
Parut di konjungtiva merusak duktuli kelenjar
lakrimal tambahan dan menutupi muara kelenjar
lakrimal mengurangi komponen air dalam film
air mata pre kornea, dan komponen mukus film
mungkin berkurang karena hilangnya sebagian
sel goblet.
Terapi
Tetracycline 1-1,5 g/hari, dalam 4 dosis selama 34 minggu.
Doxycycline, 100 mg per os 2x sehari selama 3
minggu.
Erythromycin, 1 g/hari per os dibagi 4 dosis
selama 3-4 minggu.
Tetracycline sistemik, KI: anak < 7th, wanita
hamil.
Konjungtivitis Klamidia
2. Konjungtivitis Inklusi
sering bilateral dan biasanya terjadi pada
orang muda yang seksual aktif.
Agen klamidia menginfeksi uretra pria dan
serviks wanita.
Pada neonatus, agen ditularkan sewaktu
proses melahirkan.
Pemeriksaan
Pulasan giemsa memperlihatkan banyak
inklusi.
Konjungtivitis inklusi disebabkan oleh C
Terapi
Bayi
Erythromycin 40 mg/kg/hari dalam 14 dosis
sekurang-kurangnya 14 hari.
Dewasa
Tertracycline oral 1-1,5 g/h selama 3 minggu
Doxyxycline 100 mg oral 2x sehari
Erythromycin 1g/h.
Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
Konjungtivitis Virus Menahun
Keratokonj
ungtivitis
epidemika
Konjungtivit
is virus
herpes
simpleks
Konjungtiv
itis
penyakit
newcastle
Konjungtivi
tis
hemoragik
a akut
Demam
38,3-400C.
Sakit
tenggorokan
.
Konjungtiviti
s folikuler pd
1 atau 2
mata.
Limfadenopa
ti
preauurikuler
.
Adenovirus
tipe 3, 4,7.
Sembuh
Pasien
merasa ada
infeksi dg
nyeri sedang
dan berair
mata.
Fotofobia,
keratitis
epitel,
kekeruhan
subepitel.
Nodus
preaurikuler
dan nyeri
tekan khas.
Adenovirus
Ditandai
pelebaran
pembuluh
darah
unilateral,
iritasi, bertahi
mata mukoid,
sakit,
fotofobia
ringan.
Nodus
preaurikuler
dan nyeri
tekan khas.
Virus herpes
tipe 1
Jarang
didapat,
rasa
terbakar,
gatal, sakit,
merah,
berair
mata, dan
penglihatan
kabur.
Epidemi
antara
pekerja
peternakan
dg unggas
yg sakit.
Disebabkan
enterovirus
tipe 70 dan
coxsackievir
us A24.
Inkubasi
pendek ( 848 jam) dan
berlangsung
singka (5-7
hari).
Sakit,
fotofobia,
sensasi
benda asing,
merah,
Konjungtivitis Virus
Menahun
Blefarokonjungtivitis Molluscum Contagosum
Sebuah nodul molluscum pd tepian palpebra dan alis
mata.
Reaksi radang terutama mononuklear, dengan lesi
Konjungtivitis Virus
Menahun
Blefarokonungtivitis Varicella-Zoster
Konjungtivitis Virus
Menahun
Keratokonjungtivitis Morbili
Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis Candida
Disebabkan oleh Candida spp ( biasanya Candida
albicans).
Jarang terjadi, umumnya tampak sebagai bercak putih.
Kerokan menunjukkan reaksi radang polimorfonuklear.
Infeksi berespon terhadap amfotericin B (3-8 mg/mL)
dalam larutan air atau pemakaian krim nystatin kulit
(100.000 unit/g) 4-6x sehari.
Konjungtivitis Alergi
Peradangan pada konjungtiva yang disebabkan
Klasifikasi
Berdasarkan reaksi imun
Pemeriksaan Penunjang :
Pewarnaan usapan/kerokan konjungtiva : ditemukan
eosinofil
Skin test
Penatalaksanaan :
Non-farmakologi :
Menghindari alergen
Mengkompres mata dengan air dingin
Artificial tears, untuk membilas mata
Farmakologi :
Antihistamin (sistemik/topikal) + vasoconstrictors
Mast Cell Stabilizers
NSAIDs
Corticosteroid (jangka pendek)
Vernal
Keratoconjunctivitis
Faktor risiko :
(VKC)
Asthma
Eczema
Rhinitis allergic
Terdapat 2 bentuk :
Bentuk palpebra : mengenai konjungtiva tarsal superior,
terdapat pertumbuhan papil yang besar (cobblestone papillae)
Bentuk limbal : mengenai limbus superior, dan terdapat
Trantas dots
Cobblestone
papillae
Trantas dots
Pemeriksaan penunjang :
Kerokan/biopsi konjungtiva
Pemeriksaan kadar antibodi
Penatalaksanaan :
Farmakologi :
Mast cell stabilizers
Topical Corticosteroid
NSAIDs
Topical Cyclosporin
Mucolytic agents
Non-farmakologi :
Keratectomy Shield ulcer
PTK (Phototherapeutic Keratectomy) Shield
ulcer
Cryoablation Cobblestone papillae
Atopic
Keratoconjunctivitis
(AKC)
Definisi : peradangan bilateral pada
konjungtiva dan kelopak mata
Faktor risiko :
Atopic dermatitis
Penatalaksanaan :
Topical mast cell stabilizers
Topical corticosteroids
Giant Papillary
Conjunctivitis (GPC)
Definisi : peradangan pada konjungtiva tarsal
superior
Etiologi :
Kontak lens
Operasi katarak
Ocular prosthesis
Pengangkatan benda asing
Penatalaksanaan :
Mast cell stabilizers
Topical corticosteroids
Antihistamin
Komplikasi
Corneal ulcers dan keratoconus
Prognosis
Baik, jarang terjadi kebutaan
Keratitis
Keratitis
Radang kornea biasanya diklasifikasi
dalam lapis kornea yang terkena, seperti
kornea superfisial dan interstisial atau
profunda.
Keratitis Pungtata
Keratitis Marginal
Keratitis Interstisial
Keratitis Bakterial
Keratitis Jamur
Keratitis Virus
Keratokonjungtivitis Epidemi
Keratitis Dimeer atau Keratitis Numularis
Keratitis filamentosa
Keratitis Alergi
Keratitis Lagoftalmos
Keratitis Neuroparalitik
Keratokonjungtivitis Sika
Keratitis Pungtata
Keratitis yang terkumpul di daerah Bowman,
dengan infiltrat berbentuk bercak halus.
Disebabkan oleh moluskum kontagiosum, akne
rosasea, herpes simpleks, herper zoster, blefaritis
neuropalitik, infeksi virus, trakoma dan trauma
radiasi, dry eyes, trauma, lagoftalmos, keracunan
obat sperti neomisin, tobramisin dan bahan
pengawet.
Keratitis Marginal
Infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar
dengan limbus
Bila tidak diobati, akan berakibat tukak kornea.
Penderita mengeluh sakit, seperti kelilipan,
lakrimasi disertai fotophobia berat
Pengobatan dapat diberikan antibiotik yang sesuai
penyebab infeksi lokalnya dan steroid dosis ringan.
Dapat pula diberikan vitamin B dan C dosis tinggi.
Keratitis Interstisial
Ditemukan pada jaringan kornea yang lebih dalam.
Terlihat pada usia 5 20 tahun
Keluhan: fotofobia, lakrimasi dan menurunnya visus.
Seluruh kornea keruh sehingga iris sukar terlihat.
Terdapat injeksi siliar disertai serbukan pembuluh ke
dalam yang nampak kusam disebut salmon patch
Disebabkan oleh sifilis kongenital dan tuberkulosis
Pengobatan tergantung penyebabnya sulfas atropin
tetes mata dan kortikosteroid
Keratitis Bakterial
Biasanya disebabkan oleh Staphylokokus,
Pseudomonas, Enterobacteria
Pengobatan
Gram ( - )
Gram ( + )
Tobramisin
Cefazolin
Gentamisin
Vancomyxin
Polimisin
Basitrasin
Keratitis Jamur
Sakit mata, berair, silau, pada mata akan terlihat hifa &
satelit nila terletak di dalam stroma.
Penatalaksanaan:
Natamisin 5% setiap 1-2 jam , antijamur lain (miconazole,
amfoterisin B, nistatin)
Siklopegik disertai obat oral antiglaukoma bila TIO
Keratoplasti
Keratitis virus
Keratitis pungtata superfisial memberikan gambaran
seperti infiltrat halus bertitik-titik pada dataran depan
kornea yang dapat terjadi pada penyakit seperti
herpes simpleks, herpes zoster, infeksi virus,
vaksinia, dan trakoma.
Keratitis yang terkumpul di daerah membran
Bowman bilateral, berjalan kronis tanpa terlihatnya
gejala kelainan konjungtiva ataupun tanda akut.
Keratitis herpetik
Disebabkan oleh herpes simpleks dan herpes zoster.
Herpes simpleks ada 2 bentuk:
Epitelial : pembelahan virus di dalam sel epitel
kerusakan sel & membentuk tukak kornea superfisial
Stromal : reaksi imunologik tubuh pasien sendiri
terhadap virus yang menyerang
Pengobatan : IDU menghambat sintesis DNA virus
dan manusia sehingga bersifat toksik untuk epitel
normal, tidak boleh digunakan > 2 minggu; Vibrabin;
Trifluorotimidin (TFT); Acyclovir
Keratokonjungtivitis
Epidemi
Keratitis filamentosa
Keratitis yang disertai adanya filamen mukoid dan
deskuamasi sel epitel pada permukaan kornea,
Keratitis alergi
Keratokonjungtivitis flikten
Radang kornea dan konjungtiva yang merupakan reaksi
imun.
Pada benjolan terjadi penimbunan sel limfoid
Secara histopatologi:
Sel eosinofil
Tidak ditemukan basil TB
Terdapat daerah keputihan (degenerasi hialin)
Pengelupasan sel tanduk epitel kornea
Keratitis Lagoftalmos
Keratitis yang terjadi akibat adanya lagoftalmos
dimana kelopak mata tidak dapat menutup
dengan sempurna sehingga terdapat kekeringan
kornea.
Lagoftalmos akibat tarikan jaringan parut pda tepi
kelopak, eksoftalmos,paralise saraf fasiall, atoni
orbikularis okuli
Pengobatan dapat diberikan air mata buatan
Pterigium
Definisi
ETIOLOGI
Etiologi belum diketahui pasti. Teori yang
dikemukakan :
1. Paparan sinar matahari (UV)
2. Iritasi kronik dari lingkungan (udara, angin,
debu), alergen, bahan kimia berbahaya, dan
bahan iritan (angin, debu, polutan).
Gejala Klinis
Pterigium dapat tidak memberikan keluhan atau
akan memberikan keluhan mata iritatif, gatal,
merah, sensasi benda asing dan mungkin
menimbulkan astigmat atau obstruksi aksis visual
yang akan memberikan keluhan gangguan
penglihatan.
DIAGNOSIS BANDING
-Pinguekula
Merupakan degenerasi hialin jaringan
submukosa konjungtiva
-Pseudopterigium
Merupakan perlekatan konjungtiva dengan
kornea yang cacat. Sering terjadi pada
proses penyembuhan tukak kornea
KOMPLIKASI
Gangguan penglihatan
Kemerahan
Iritasi
Gangguan pergerakan bola mata.
PROGNOSIS
Eksisi pada pterigium pada penglihatan dan kosmetik
adalah baik. Prosedur yang baik dapat ditolerir pasien dan
disamping itu pada beberapa hari post operasi pasien akan
merasa tidak nyaman, kebanyakan setelah 48 jam pasca
operasi pasien bisa memulai aktivitasnya. Bagaimanapun
juga, pada beberapa kasus terdapat rekurensi dan risiko ini
biasanya karena pasien yang terus terpapar radiasi sinar
matahari, juga beratnya atau derajat pterigium. Pasien
dengan pterygia yang kambuh lagi dapat mengulangi
pembedahan eksisi dan grafting.
PENATALAKSANAAN
Kacamata anti UV & pemberian air mata buatan/topical
lubricating drops.
Menghindari daerah yang berasap atau berdebu.
Pterigium dengan inflamasi atau iritasi kombinasi
dekongestan/antihistamin (seperti Naphcon-A)
dan/atau kortikosteroid topikal potensi sedang (seperti
FML, Vexol) 4 kali sehari pada mata yang terkena.
Operasi eksisi pterigium
Kesimpulan
Berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan, kemungkinan pasien ini
mengalami konjungtivitis bakteri,
hordeolum, dan pterigium.
Saran
Melakukan pengobatan yang adekuat
Menjaga kebersihan mata
Menyarankan kepada pasien untuk
menggunakan kacamata saat bekerja
untuk melindungi mata dari debu dan
kotoran.
Daftar Pustaka
Louisa M dan Setiabudy R. Antivirus. Dalam Gan S, editors.
Farmakologi dan Terapi. ed 5. Jakarta: Gaya Baru, 2007;
Eva, Paul Riordan ; 2008 ; Lange Vaughan & Asburys GENERAL
OPHTHALMOLOGY International Edition; New York : Mc Graw Hill
Ilyas, Sidarta ; 2010 ; Ilmu Penyakit Mata ; Jakarta : FKUI
James, Bruce ; 2008 ; Lecture Notes Oftalmologi ; Jakarta :
Erlangga
Guyton, Arthur C dan John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran, E/11. Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran: Dari Sel Ke
Sistem, E/2. Jakarta: EGC.
Baehr M, Frotscher M. Duus Topical Diagnosis in Neurology. 4th
ed. New York: Thieme; 2005. p. 130-60.
Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Grays Anatomy for Students.
Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone; 2005.
Ganong WF. Review of Medical Physiology. 22nd ed. Singapore:
McGrawHill; 2005. p. 148-70.
Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 1, 22nd ed;
alih bahasa, Y. Joko Suyono; editor edisi bahasa Indonesia,
Liliana Sugiharto. Jakarta: EGC; 2006.
www.emedicine.medscape.com
www.nlm.nih.gov
www.uveitis.org/medical/articles/case/Allergy.html
www.webmd.com
www.wrongdiagnosis.com
TERIMA KASIH