Anda di halaman 1dari 16

Dispensing Sediaan Aseptik

LIPID MCT/LCT

Kelompok 6:
Arum Winda Setyorini
Dilah Rahmah Rububiyah
Kartiko Wicaksono W
Khalisa Nurfajri
Mita Nurdiana
Resta Dwi Syachfitri
Sri Wahyuni Lestari
Yeyet Durotul Yatimah

1406664202
1406664322
1406664493
1406664505
1406664581
1406664676
1406664751
1406664846

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah berjudul
Lipid MCT/LCT. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Dispensing Sediaan Aseptik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan makalah ini.
Makalah ini berisi mengenai jenis jenis pemberian lipid MCT/LCT. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini namun penulis
berharap makalah ini dapat berguna bagi setiap pembaca.

Tim Penulis,

2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Pendahuluan
Nutrisi yang cukup sangat penting untuk pertumbuhan dan menjaga

homeostatis tubuh. Gangguan terhadap asupan nutrisi dapat menyebabkan


seseorang terkena malabsorbsi dan berakibat fatal. Penyebabnya dapat berupa
gangguan absorbsi makanan pada saluran cerna ataupun penderita luka bakar yang
tidak mampu mengkonsumsi makanan secara langsung. Salah satu terapi untuk
mengatasi hal tersebut adalah dengan memberikan sumber nutrisi langsung ke
dalam pembuluh darah dalam bentuk sediaan Total Parenteral Nutrition (TPN)
(Dipiro, 2005).
TPN umumnya tersusun dari beberapa komponen utama dan komponen
tambahan. Mikroemulsi parenteral (Intravenous Lipid Emulsion, IVLE)
merupakan salah satu komponen utama dalam TPN yang berfungsi sebagai
sumber energi. Sumber energi TPN yang lain dapat diperoleh dari karbohidarat
(dekstrosa) maupun dari protein (Dipiro, 2005).
Masalah yang sekarang banyak menjadi perhatian dalam formulasi TPN
adalah stabilitas dari IVLE yang dapat mempengaruhi keamanan penggunaan
TPN. Penelitian membuktikan tipe trigliserida dalam komponen minyak
merupakan faktor yang penting yang dapat mempengaruhi kestabilan dari IVLE
(Balogh et al., 2005). Minyak yang mengandung kombinasi trigleserida rantai
menengah (Medium chain triglycerides/ MCT) dan trigiserida rantai panjang
(Long chain triglycerides/ LCT) lebih stabil dibandingkan minyak yang hanya
mengandung trigliserida rantai panjang, seperti minyak kedelai dan minyak bunga

matahari yang banyak digunakan sebagai sumber nutrisi dalam TPN


(Balogh et al., 2005).
Keuntungan lain dari kombinasi MCT dan LCT dalam minyak adalah
proses klirens oleh hati akan lebih cepat sehingga tidak akan terjadi penumpukan
kolesterol dalam pembuluh darah (Eastwood, 2003). Selain itu kombinasi MCT
dan LCT dapat menghasilkan mikroemulsi yang lebih jernih dibandingkan minyak
murni mengandung hanya LCT saja.
1.2
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
pada mata kuliah Dispensing Sediaan Aseptik. Selain itu, makalah ini bertujuan
untuk memberikan informasi terkait Lipid MCT/ LCT.

1.3

Metode Penulisan
Makalah ini disusun berdasarkan penelusuran literatur terkini, baik melalui

buku teks, jurnal-jurnal ilmiah, serta artikel ilmiah lainnya baik yang tercetak
ataupun melalui penelusuran secara elektronik pada situs-situs ilmiah yang
terpercaya.

BAB II
ISI

2.1 Kombinasi MCT dan LCT


Emulsi lipid mengandung minyak kelapa turunan trigliserida rantai
menengah (MCT) dan minyak kedelai-trigliserida rantai panjang (LCT). LCT
pada emulsi lipid MCT/LCT mensuplai tubuh dengan asam lemak esensial
omega-6 yang dibutuhkan sebagai komponen fosfolipid dalam membran sel dan
precursor eicosanoid. Sedangkan MCT menyediakan kalori untuk energy.
Emulsi yang mengandung kombinasi trigliserida rantai menengah
(Medium chain triglycerides/MCT) dan trigliserida rantai panjang (Long chain
triglycerides/LCT) lebih stabil dibandingkan emulsi yang hanya mengandung
trigliserida rantai panjang, seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari
yang banyak digunakan sebagai sumber nutrisi dalam TPN (Driscoll et al, 2000).
Keuntungan lain dari kombinasi MCT dan LCT dalam emulsi adalah proses
klirens oleh hati akan lebih cepat sehingga tidak akan terjadi penumpukan
kolesterol dalam pembuluh darah (Eastwood, 2003). Ikatan rantai karbon yang
panjang pada LCT membutuhkan banyak asam empedu dan banyak langkah
percernaan untuk memecahnya menjadi unit yang lebih kecil yang dapat diserap
sampai dengan ke jaringan. Sesampainya di jaringan darah, LCT diserap oleh sel
lemak dan disimpan sebagai lemak tubuh. Sedangkan MCT lebih mudah larut
dalam air dan dapat memasukan aliran darah lebih cepat karena jumlah ikatan
rantai karbonnya yang sedikit. Sesampainya di jaringan darah, MCT
ditransportasikan langsung ke hati. Kemudian MCT dengan cepat diserap menjadi
sumber energi dan sangat sedikit yang diubah menjadi lemak tubuh. Selain itu
kombinasi MCT dan LCT dapat menghasilkan mikroemulsi yang lebih jernih
dibandingkan emulsi murni yang mengandung LCT saja.

2.2 Mekanisme Kerja


Ikatan rantai karbon yang panjang pada LCT membutuhkan banyak asam
empedu dan banyak langkah percernaan untuk memecahnya menjadi unit yang
lebih kecil agar dapat diserap. Pada peredaran darah, LCT diserap oleh sel lemak
dan disimpan sebagai lemak tubuh. Sedangkan MCT lebih mudah larut dalam air
dan masuk ke aliran darah lebih cepat karena jumlah ikatan rantai karbonnya yang
sedikit. Pada peredaran darah, MCT ditransportasikan langsung ke hati. Kemudian
MCT dengan cepat diserap menjadi sumber energi dan sangat sedikit yang diubah
menjadi lemak tubuh.
2.3 Indikasi
Sebagai sumber kalori dan asam lemak esensial untuk pasien yang
membutuhkan nutrisi parenteral
2.4 Dosis
Dewasa : 1-2 g/kgBB per hari
Kecepatan infus : 15 menit pertama tidak melebihi 0.5-1.0 ml/kgBB/ jam.
Jika tidak menunjukkan efek samping dapat ditingkatkan sampai 2

ml/kgBB/jam
Neonatal: sampai dengan 3 g/kgBB/hari
Kecepatan Infus : sampai dengan 0.15 g/kgBB/jam

2.5 Kontra Indikasi


Dikontraindikasikan pada pasien yang mengalami gangguan metabolisme
lemak seperti penyakit hyperlipaemia, lipoid nephrosis atau pankreatitis akut
yang disertai dengan hyperlipaemia, ketoacidosis atau hypoxia, tromboembolisme
(B. Braun Melsungen AG 34209 Melsungen, Germany). Selain itu juga dikontra
indikasikan untuk pasien :
-

Hipersensitivitas terhadap ikan , telur , kedelai atau protein kacang


Hiperlipidemia berat
Insufisiensi hati berat
Gangguan pembekuan darah yang parah
Insufisiensi ginjal berat tanpa akses ke hemofiltrasi atau dialisis

Kontraindikasi Umum terapi infus : akut paru edema, hiperhidrasi, insufisiensi

jantung dekompensasi
Kondisi yang tidak

stabil

misalnya

kondisi

pasca-trauma

yang

parah, diabetes mellitus terkompensasi, akut miokard infark, stroke,


asidosis

metabolik

dan

sepsis

parah

dan

hipotonik

dehidrasi)

(SMOFlipid 20% Lipid Injectable Emulsion, FK Std).


2.6 Perhatian dan Kewaspadaan
Perhatian harus dilakukan dalam pemberian lemak intravena emulsi pada
pasien dengan asidosis metabolik, kerusakan hati yang parah, penyakit paru,
sepsis, penyakit sistem retikuloendotelial, anemia atau gangguan pembekuan
darah, atau ketika ada bahaya emboli lemak. Pemantauan kadar trigliserida
dilakukan pada pasien dengan kapasitas eliminasi lemak,gangguan fungsi hepar
atau pemberian lipid intravena jangka panjang . Pengurangan dosis atau
penghentian emulsi lipid harus dipertimbangkan jika serum atau plasma
trigliserida konsentrasi selama atau setelah infus melebihi 3 mmol / L.
Administrasi MCT / LCT harus disertai dengan karbohidrat infus dengan
pembuatan sampai 40% (minimal) dari asupan kalori total. Hal ini dapat
menghilangkan resiko asodosis pada pemberian asam lemak rantai menengah.

Metabolisme dan endokrin:


MCT / LCT harus diberikan dengan hati-hati dalam kondisi

gangguan

metabolisme lipid, yang mungkin terjadi pada pasien dengan gagal ginjal ,
diabetes mellitus , pankreatitis , gangguan fungsi hati , hipotiroidisme dan
sepsis . Data klinis pada pasien dengan diabetes mellitus atau gagal ginjal
sangat terbatas terkait pemberian LCT /MCT.

Sistem imun:

Dengan adanya kandungan minyak kedelai, minyak ikan atau fosfolipid telur
kemungkinan akan menyebabkan reaksi

hipersensitivitas, dari hasil studi

jarang ditemukan pada pasien .

Pemberian pada lansia :


Meskipun dosisi yang direkomendasikan tidak berbeda pada dosis dewasa,
tetapi tingkat metabolisme dan asupan pada lansia bervariasi pada setiap
individu.

Pemberian pada kehamilan:


Pemberian selama kehamilan dan menyusui bisa jadi sangat diperlukan, dan
penggunaannya selama periode ini tidak dianggap berbahaya, tetapi tidak
disarankan pemakaiannya, terutama selama trimester pertama, kecuali manfaat
yang diharapkan diperkirakan lebih besar daripada kemungkinan risiko pada
janin.
2.7 Pengujian Laboratorium
Tes laboratorium standar untuk memantau nutrisi parenteral harus

dilakukan secara teratur. Ini termasuk kadar glukosa darah, tes fungsi hati,
trigliserida, metabolisme asam-basa, keseimbangan cairan, hitung darah lengkap
dan elektrolit.
2.8 Reaksi yang Tidak Diinginkan

Reaksi akut

dyspnea, reaksi alergi, hyperlipaemia, hypercoagulability, mual, muntah, sakit


kepala, muka merah, hipertermia, berkeringat, menggigil, mengantuk, chest
and back pain

Reaksi tertunda
hepatomegali,

ikterus

trombositopenia,
hati,
sistem

dan

karena

centrallobular

leukopenia,

overloading

retikuloendotel

Peningkatan

sindrom.
yang

kolestasis,

Pengendapan

disebut

splenomegali,

nilai

tes

pigmen

"pigmen

lemak

fungsi
coklat

di

intravena

(B. Braun Melsungen AG 34209 Melsungen, Germany).


Hasil laporan reaksi yang tidak diinginkan paska pemasaran SMOFlipid 20%
Lipid Injectable Emulsion, FK Std.
Sistem organ

Gangguan sistem imun

Reaksi yang tidak


diinginkan
Reaksi hipersensitivitas
misalnya Reaksi
anafilaktik, ruam kulit,
urtikaria, sakit kepala

Gangguan pembuluh darah

Hipertensi, hipotensi

Gangguan pencernaan

Mual muntah

Gangguan sistem reproduksi

priapism
Demam
Panan dingin

Keadaan umum

nyeri pada leher,


punggung,
tulang, dada dan pinggang

Frekuensi
Jarang
(>0.01% 0.1%)
Jarang
(>0.01% 0.1%)
Sering
(0.1% < 1%)
Sangat jarang
( 0.01%)
Umum terjadi
(1% < 10%)
Sering
(0.1% < 1%)
Jarang
(>0.01% 0.1%)

2.9 Farmakokinetik
Karena pemberian administrasi LCT/MCT secara intravena, maka
bioavaibilitas dari LCT/MCT adalah 100%. Konsentrasi serum trigliserida

maksimum selama administrasi LCT/MCT bergantung pada dosis, kecepatan


infus, dan kondisi metabolisme masing-masing pasien. Namun konsentrasi serum
trigliserida tidak akan melebih 5 mol/l selama pemberian LCT/MCT sesuai
dengan dosis yang direkomendasikan.
Waktu paruh plasma dari LCT/MCT diperkirakan selama 9 menit. Proses
LCT/MCT tidak melewati cairan cerebrospinal dan belum ada data yang
menyebutkan bahwa LCT/MCT menembus plasenta dan kelenjar ASI di
payudara. LCT/MCT tidak dieskresikan melalui ginjal melainkan dieskresi
melalui feses.

2.10 Penyiapan dan pencampuran MCT dan LCT


MCT dan LCT merupakan salah satu contoh sediaan steril digunakan
secara parenteral. Dalam pembuatan MCT dan LCT, perlu diperhatikan beberapa
aspek pembuatan sediaan meliputi area pembuatan, personalia yang melakukan
pembuatan, dan peralatan yang digunakan. Ketiga aspek tersebut harus memenuhi
persyaratan untuk menjaga kesterilan dan kualitas sediaan parenteral.
Penyiapan dan pencampuran MCT & LCT dilakukan di ruangan tipe kelas
100 yakni di lakukan didalam laminar air flow. Semua alat yang digunakan harus
disterilkan terlebih dahulu. Beberapa peralatan yang diperlukan dalam
penyiapannya

antara

lain

jarum

suntik,

syringe,

filter, alkohol

70%,

disinfektan,alcohol pad lap pembersih, wadah-wadah yang bersifat disposable use,


dan kantung larutan nutrisi parenteral.
Dalam hal pencampuran, nutrisi parenteral terbagi atas komponen dasar
dan komponen additive (tambahan). Dalam pembuatananya komponen dasar
dicampur terlebih dahulu dan dibuat dalam sejumlah volume tertentu. Komponen

dasar pada LCT + MCT adalah lemak (lipid). Lemak biasanya diberikan dalam
bentuk emulsi lemak. Dipasaran lemak tersedia dalam konsentrasi 10 % atau 20
%. Sedangkan komponen additive (tambahan) merupakan nutrisi dalam jumlah
kecil

yang dapat berupa vitamin, trace elemen, elektrolit, dan obat-obatan.

Elektrolit ini biasanya diberikan dalam bentuk garamnya seperti NaCl, KC1,
Kalium Fosfat, Kalium Asetat. Jumlah elektrolit yang diberikan kepada penderita
disesuaikan dengan hasil tes laboratorium pasien yang bersangkutan. Dapat pula
lemak ini dicampurkan dengan komponen larutan nutrisi parenteral lain seperti
protein dan karbohidrat. Campuran ini disebut larutan 3-in 1 atau total nutrient
admixture.
Penyiapan proses pencampuran:
1. Terima resep dari dokter, periksa kesesuaian resep dengan identitas pasien
dan kebenaran jenis emulsi lipid yang diresepkan apakah sudah sesuai
kebutuhan pasien atau tidak. Lakukan perhitungan kebutuhan sediaan.
Buat etiket.
2. Periksa kebutuhan alat dan bahan yang dibutuhkan sesuai literature yang
dirujuk. Pastikan hal ini terhadap sedian lipid nya: Expiration Date, ada
3.
4.
5.
6.

tidaknya kebocoran, perubahan warna, emulsion cracking, kejernihan


Pastikan alat-alat yang mau digunakan sudah steril.
Desinfeksi terlebih dahulu permukaan wadah-wadah yang akan digunakan.
Tempatkan alat dan bahan ke dalam laminar air flow.
Ambil bahan tambahan dan masukkan ke kantung nutrisi parenteral.(kalau

tidak ada bahan tambahan langsung ke poin 6)


7. Pindahkan larutan MCT/LCT juga ke dalam kantung nutrisi parenteral.
Tutup slot tempat memindahkan larutan. Goyang-goyangkan kantung
pelan-pelan hingga tercampur homogeny.

8. Periksalah lipid yang sudah dipindahkan ke kantung larutan nutrisi


parenteral, pastikan ia terbebas dari partikel. Keluarkan dari laminar air
flow.

2.11 Pemberian dan Penyimpanan


Durasi penggunaan: Pada TPN, Lipofundin MCT/LCT diberikan selama
1-2 minggu. Jika infus lemak masih dibutuhkan dan dilakukan monitoring,
periode penggunaan Lipofundin MCT/LCT dapat diperpanjang.
Penyimpanan: Simpan dibawah suhu 25C, jangan dibekukan. Jika beku
secara tidak sengaja, buang sediaan. Isi yang tidak digunakan harus dibuang dan
tidak boleh digunakan kembali. Jangan menggunakan botol yang menunjukkan
tanda telah mengalami pemisahan fase.
Metode dan rute administrasi: Lipofundin MCT/LCT harus diberikan
secara intravena sebagai bagian dari regimen TPN melalui vena perifer atau
kateter vena sentral. Lipofundin MCT/LCT dapat diinfus ke kateter vena sentral
atau vena perifer yang sama seperti larutan karbohidrat dan asam amino dengan
menggunakan sambungan Y dekat daerah infus. Hal ini menyebabkan terjadinya
pencampuran larutan dengan cepat sebelum memasuki vena. Laju aliran dari
setiap larutan harus dikontrol secara terpisah dengan pompa infus. Set infus
dengan line filter tidak boleh digunakan untuk emulsi lemak.

2.12 Monitoring

Monitoring pasien selama pemberian nutrisi parenteral penting karena


pasien beresiko lebih besar terhadap toksisitas, defisiensi dan komplikasi lain.
Perlu pemantauan kadar plasma lipid (trigliserida) yang diukur sebelum dan
selama memulai TPN.
Dalam pengelolaan metabolik dan gizi pasien sakit parah, pengecekan
awal spesifik dan pemantauan terus menerus sangat penting, Terutama
pemantauan elektrolit, kadar vitamin dan trace elements. Elektrolit, vitamin,
mineral, dan trace elements penting untuk menyediakan sumber nutrisi
menyeluruh dan mencegah ketidakseimbangan atau defisiensi yang mungkin
timbul. Larutan elektrolit untuk nutrisi parenteral mengandung Na, K, Ca, Mg, Cl,
dan asetat dalam berbagai konsentrasi, atau berupa garam elektrolit tunggal.
Larutan asam amino dapat mengandung klorida dan asetat, atau fosfat, dan ada
yang mengandung berbagai jenis elektrolit. Jumlah tiap-tiap elektrolit yang
ditambahkan

bersifat

individual

bergantung

kebutuhan

pasien.

Vitamin

dibutuhkan tubuh dalam proses metabolisme. Vitamin-vitamin larut air seperti


asam askorbat, vitamin B6, niasin, riboflavin, dan vitamin B12 biasanya tersedia
dalam bentuk injeksi tunggal. Sedangkan vitamin larut lemak, seperti vitamin A,
D, E, K dapat ditambahkan ke dalam formulasi nutrisi parenteral. Trace elements
esensial dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang kecil, yaitu zink, tembaga,
mangan, besi, krom, molibdenum, dan selenium. Trace elements ini berperan
sebagai kofaktor dalam sistem enzim.
Monitoring pada pasien dengan gangguan hati juga harus dilakukan yaitu
tidak lebih dari 1g/kg perhari. Pada penyakit hati terjadi peningkatan lipolisis,

sehingga

lipid

harus

diberikan

dengan

hati-hati

untuk

mencegah

hipertrigliseridemia

PERTANYAAN dan JAWABAN DISKUSI


1. Syarifatul imamah: sediaan ini bisa dicampur dengan apa saja? Kalau
vitamin K kan bisa, kalau seperti suspensi apakah bisa dicampur?
Bagaimana caranya? Kalau untuk dicampur apa saja yang perlu
diperhatikan?
Jawab: Yang bisa ditambahkan : vitamin yang larut lemak (A,D,E,K),
trace elemen, elektrolit dalam bentuk garam, obat-obatan,
karbohodrat,dekstrosa, protein (asam amino). Kalau dicampur dengan
karbohidrat dan protein, maka proses pencampurannya harus sesaat
sebelum digunakan. Yang harus diperhatikan kalau mau mencampurkan: 1.
ketercampuran bahan tambahan dengan lipid, jadi zat-zat yang kompatibel
dengan lipid saja yang dicampur.
2. rasio pencampuran, jadi diperhatikan rasio komponen yang bisa
dicampur sehingga tidak terbentuk agregraasi, zat zat yang
2. Kalau setelah tercampur pemakaiannya langsung dipakai hingga habis
atau bisa disimpan? Berapa lama?
Jawab: langsung dipakai karna tidak boleh lebih dari 24 jam.
Baik LCT/MCT tunggal maupun yang dicampur dengan komponen lain
maksimal disimpan 24 jam sejak pencampuran. Walau bekum habis
digunakan, tapi kalau sudah lebih dari 24 jam, tidak boleh dipakai lagi.
3. Fikry: penggunaan mct lct apakah memang selalu kombinasi, kalo ada
yang tanpa kombinasi apa tetap bisa dipakai?
Jawab: tidak selalu digabung,sediaan di indonesia yang gabungan hanya
sedikit, tapi ada yang LCT saja atau MCT saja.

4. Dosis dewasa dan anak apakah ada perbedaan?


Jawab: dewasa = 1-2 gram lemak per kg berat badan per hari. Neonates =
2-3 (maks: 4) gram lemak per kg berat badan per hari.
5. Lusiana: bagaimana komposisinya dari kombinasi MCT LCT?
Jawab: lipofundin selalu 50:50, 100 gram masing-masing. Tidak pernah
dicampur sendiri, selalu dalam sediaan jadi, karna kompisisi lipid nya
macam macam dari berbagai jenis minyak yang dipakai.
6. Lusiana: Kondisi pasien seperti apa yang harus pakai kombinasi atau
tidak?
Jawab: Pasien yang menggunakan IVLE ini adalah pasien yang saluran
pencernaan ataupun organ pencernaan nya bermasalahatau tidak bisa
mencerna nutrisi yang diperoleh secara oral sehingga ia tidak bisa
mendapatkan nutrisi dengan cara normal (oral). Penambahan kombinasi
atau tidak tergantung dari kebutuhan nutrisi pasien, kalau pasien juga
butuh karbohodrat ya ditambah karbohidrat dsb tergantung kebutuhan
tubuh pasien. Misalnya pada pasien sepsis, infeksi usus, pasien kurang
gizi.

Daftar Pustaka

Bach, Andre, dan Vigen K Kabayan. 1982. Medium Chain Triglycerides: an


update. The American Journal of Clinical Nutrition.
Balogh, Judit, et al., 2005, The Effect of Structure Triglycerides on The Kinetic
Stability of Total Nutrient Admixture, Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences; 8(3):552-7.
Dipiro, Joseph T, Robert L, Talbert, Gary C Yees, Gary R Matzke, Barbara G
Wells, L. Micael Posey (Eds). 2005. Pharmacotherapy : A
Pathophysiologic Approach (6th Ed). United States : Mc Graw-Hill
Eastwood. M. 2003. Principles of Human Nutrition. Second Edition. Edinburgh,
UK. Blackwell Science.\
Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition, Vol. 41, Suppl. 2, November
2005.

Anda mungkin juga menyukai