KURIKULUM 2013
TINGKAT SMA
Oleh
KELOMPOK B
1. Ediaman Napitupulu
(NIM. 8146132036)
2. Heri Sukamto
(NIM. 8146132042)
3. Irma Lestari Lubis
(NIM. 8146132043)
Dosen Pembimbing
Dr. Mian Siahaan, MM.
PENDAHULUAN
Tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang pada pasal 3 UU No 20.
Sisdiknas Tahun 2003 yang menyatakan Berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari hal ini terdapat empat aspek yang
harus dipenuhi oleh peserta didik yaitu pertama adanya sikap spritual (beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa), kedua sikap sosial (berakhlak mulia,
sehat, mandiri, dan demokratis serta bertanggung jawab), ketiga pengetahuan
(berilmu) dan yang keempat keterampilan (cakap dan kreatif).
Dalam kurikulum lama yang berbasis KTSP, hal ini sudah dicakup namun
masih belum mendetail. Dipengembangan Kurikulum 2013, keempat aspek di atas
sudah dicakup dalam kompetensi lulusan peserta didik yang diharapkan setelah
belajar. Untuk tingkat SMA pengembangan kurikulum 2013 tertuang pada
Permendikbud No. 69 tahun 2013 ttg Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SMA.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang:
1. Rasional Pengembangan K13 dan alasan mengapa perlu dikembangkan
kurikulum 2013 di SMA.
2. Elemen Elemen Perubahan Kurikulum 2013 di tingkat SMA
3. Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar SMA
4. Strategi Implementasi Kurikulum 2013 di SMA
5. Pendekatan Model Pembelajaran dan Penilaiannya.
PEMBAHASAN
A. Rasional Pengembangan K13 dan alasan mengapa perlu dikembangkan
kurikulum 2013 di SMA
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan
perkembangan penduduk
Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah
penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak
produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas).
Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun
2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar
yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia
produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya
manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar
tidak menjadi beban.
b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai
isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan
informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan
pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup
masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri
dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization
(WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, AsiaPacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area
(AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi
dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi
bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends
in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for
International
Student
Assessment
(PISA)
sejak
tahun
1999 juga
pilihan-
pilihan
terhadap
materi
yang sama;
2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran
interaktif
(interaktif
guru-peserta didik-masyarakat-
pembelajaran
dengan
berbasis
massal
memperkuat
menjadi
kebutuhan pelanggan
ilmu
pengetahuan
manajeman
sekolah
melalui
penguatan kemampuan
Kurikulum 2006
Kurikulum 2013
pelajaran
pengetahuan
4
pelajaran
perubahan pendekatan
pembelajaran.
d. Adanya ekstrakurikuler wajib yaitu Pramuka
Pada Standar Proses, terdapat perubahan proses pembelajaran seperti:
a. Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi semakin dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah,
Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.
b. Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan
masyarakat
c. Guru bukan satu-satunya sumber belajar.
d. Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan
e. Adanya mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai dengan bakat dan minatnya.
Untuk Standar Penilaian, ada perubahan yang mendasar dalam penilaian
hasil belajar seperti:
a. Penilaian berbasis kompetensi
Pada Kurikulum 2006, Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki
kompetensi dasar sendiri sementara pada Kurikulum 2013 Mata pelajaran
dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar yang
diikat oleh kompetensi inti tiap kelas.
2) Kompetensi Inti
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan
Pada Jenjang SMA Kompetensi Inti dibagi pada tiap jenjang kelas yaitu:
a. Kelas X
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
11
konseptual,
prosedural,
dan
metakognitif
12
faktual,
konseptual,
prosedural,
dan
13
Mata Pelajaran
KI 2
KI 3
KI 4
Agama Islam
11
12
Agama Kristen
Agama Katolik
12
12
12
12
Agama Hindu
Agama Budha
Konghuchu
PKn
10
Bahasa Indonesia
Matematika
23
19
Sejarah Indonesia
Bahasa Inggris
11
16
Seni Budaya
12
16
16
Penjaskes
11
11
Kel. A (Wajib)
Kel. B (Wajib)
14
Kelas
Mata Pelajaran
KI 2
KI 3
KI 4
Matematika
12
Biologi
10
10
Fisika
Kimia
11
11
Geografi
Sejarah
11
11
Sosiologi
Ekonomi
Agama Islam
12
14
Agama Kristen
Agama Katolik
Agama Hindu
Agama Budha
Konghuchu
PKn
12
Bahasa Indonesia
Matematika
29
20
Sejarah Indonesia
11
11
Bahasa Inggris
12
16
Seni Budaya
12
16
16
Penjaskes
12
12
Kewirausahaan
12
13
Kewirausahaan
Kel. C (Peminatan)
XI
Kel. A (Wajib)
Kel. B (Wajib)
Kel. C (Peminatan)
Matematika
15
Kelas
XII
Mata Pelajaran
KI 2
KI 3
KI 4
Biologi
14
15
Fisika
11
10
Kimia
15
15
Geografi
Sejarah
11
11
Sosiologi
Ekonomi
Agama Islam
10
12
Agama Kristen
Agama Katolik
Agama Hindu
Agama Budha
Konghuchu
PKn
Bahasa Indonesia
Matematika
Sejarah Indonesia
Bahasa Inggris
12
16
Seni Budaya
12
16
16
Penjaskes
11
11
Kewirausahaan
Matematika
Biologi
10
10
Fisika
11
11
Kimia
10
10
Kel. A (Wajib)
Kel. B (Wajib)
Kel. C (Peminatan)
16
Kelas
Mata Pelajaran
KI 2
KI 3
KI 4
Geografi
Sejarah
10
10
Sosiologi
Ekonomi
dengan mendiklat para guru dan pengambil kebijakan di sekolah sehingga paham
betul
dengan
kurikulum
tersebut
dan
memberi
pendampingan
saat
17
strategi untuk
Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 2014
Pengembangan
manajemen,
kepemimpinan,
sistem
administrasi,
dan
18
mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu
sama lain dari materi pembelajaran.
19
Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik tahu mengapa.
20
menanya,
menalar,
mencoba,
membentuk
jejaring
21
prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan
konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar
sekolah.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah
dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian tersebut
mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka
mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian
autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,
memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam
pengaturan yang lebih autentik.
Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam
pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang
sesuai.
benar-salah,
menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini
tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan
memperoleh legitimasi secara akademik. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru
sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik.
Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting.
Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika
mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta untuk merefleksikan
dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman
yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar
22
yang lebih tinggi. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan
dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh
dari luar sekolah.
Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar,
kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan
belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan
peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus,
peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas
yang harus mereka lakukan.
Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan
peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar
bagaimana
belajar
tentang
subjek.
Penilaian
autentik
harus
mampu
menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum
dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam
hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan
sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah
layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.
Jenis Jenis Penilaian Autentik ada 4 yaitu Penilaian Kinerja, Penilaian
Proyek, Penilaian Portofolio dan Penilaian Tertulis. Penilaian kinerja sebisa
mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspekaspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta
didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk
menentukan kriteria penyelesaiannya. Cara merekam hasil penilaian berbasis
23
24
25
DAFTAR PUSTAKA
26