Anda di halaman 1dari 27

Mata Kuliah

Analisis Kurikulum dan Pembelajaran Bidang


Ilmu di Pendididkan Menengah

KURIKULUM 2013
TINGKAT SMA
Oleh
KELOMPOK B
1. Ediaman Napitupulu
(NIM. 8146132036)
2. Heri Sukamto
(NIM. 8146132042)
3. Irma Lestari Lubis
(NIM. 8146132043)

Dosen Pembimbing
Dr. Mian Siahaan, MM.

PROGRAM PASCA SARJANA


ADMINISTRASI PENDIDIKAN
KONSENTRASI KEPENGAWASAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2015
0

PENDAHULUAN
Tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang pada pasal 3 UU No 20.
Sisdiknas Tahun 2003 yang menyatakan Berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari hal ini terdapat empat aspek yang
harus dipenuhi oleh peserta didik yaitu pertama adanya sikap spritual (beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa), kedua sikap sosial (berakhlak mulia,
sehat, mandiri, dan demokratis serta bertanggung jawab), ketiga pengetahuan
(berilmu) dan yang keempat keterampilan (cakap dan kreatif).
Dalam kurikulum lama yang berbasis KTSP, hal ini sudah dicakup namun
masih belum mendetail. Dipengembangan Kurikulum 2013, keempat aspek di atas
sudah dicakup dalam kompetensi lulusan peserta didik yang diharapkan setelah
belajar. Untuk tingkat SMA pengembangan kurikulum 2013 tertuang pada
Permendikbud No. 69 tahun 2013 ttg Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SMA.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang:
1. Rasional Pengembangan K13 dan alasan mengapa perlu dikembangkan
kurikulum 2013 di SMA.
2. Elemen Elemen Perubahan Kurikulum 2013 di tingkat SMA
3. Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar SMA
4. Strategi Implementasi Kurikulum 2013 di SMA
5. Pendekatan Model Pembelajaran dan Penilaiannya.

PEMBAHASAN
A. Rasional Pengembangan K13 dan alasan mengapa perlu dikembangkan
kurikulum 2013 di SMA
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan

perkembangan penduduk

Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah
penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak
produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas).
Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun
2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar
yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia
produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya
manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar
tidak menjadi beban.

b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai
isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan
informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan
pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup
masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri
dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization
(WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, AsiaPacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area
(AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi
dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi
bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends
in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for
International

Student

Assessment

(PISA)

sejak

tahun

1999 juga

menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan


dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini
disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan
PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia
c. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai
berikut:
1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki

pilihan-

pilihan

terhadap

materi

yang dipelajari untuk memiliki kompetensi

yang sama;
2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran

interaktif

(interaktif

guru-peserta didik-masyarakat-

lingkungan alam, sumber/media lainnya);


3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring
(peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang
dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran
siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran
pendekatan sains);
5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia;
7) Pola
(users)

pembelajaran
dengan

berbasis

massal

memperkuat

menjadi

kebutuhan pelanggan

pengembangan potensi khusus yang

dimiliki setiap peserta didik;


8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
pembelajaran

ilmu

pengetahuan

jamak (multidisciplines); dan

9) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.


d. Penguatan Materi
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai
daftar matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan.


Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai
berikut:
1) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
bersifat kolaboratif;
2) Penguatan

manajeman

sekolah

melalui

penguatan kemampuan

manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational


leader); dan
3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan
proses pembelajaran
e. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang
relevan bagi peserta didik.
f. Masalah pada kurikulum 2006
Adanya konsep yang dianggap masih kurang di Kurikulum 2006 diantaranya:
1) Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya
matapelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya
melampaui tingkat perkembangan usia anak.
2) Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan
fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
3) Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.

4) Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan


kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif,
keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum
terakomodasi di dalam kurikulum.
5) Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi
pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
6) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran
yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan
berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
7) Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi
(proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara
berkala.
8) KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak
menimbulkan multi tafsir.

B. Elemen Elemen Perubahan Kurikulum 2013 di tingkat SMA


Sebelum melihat elemen apa saja yang berubah di kurikulum 2013
khususnya di tingkat SMA, terlebih dahulu kita lihat konsep pola pikir antara
Kurikulum 2006 dengan kurikulum 2013 pada Tabel berikut:
No
1

Kurikulum 2006

Kurikulum 2013

Standar Kompetensi Lulusan

Standar Kompetensi Lulusan

diturunkan dari Standar Isi

diturunkan dari kebutuhan

Standar Isi dirumuskan

Standar Isi diturunkan dari Standar

berdasarkan Tujuan Mata

Kompetensi Lulusan melalui

Pelajaran (Standar Kompetensi

Kompetensi Inti yang bebas mata

Lulusan Mata Pelajaran) yang

pelajaran

dirinci menjadi Standar


Kompetensi dan Kompetensi
Dasar Mata Pelajaran
3

Pemisahan antara mata pelajaran

Semua mata pelajaran harus

pembentuk sikap, pembentuk

berkontribusi terhadap pembentukan

keterampilan, dan pembentuk

sikap, keterampilan, dan pengetahuan,

pengetahuan
4

Kompetensi diturunkan dari mata

Mata pelajaran diturunkan dari

pelajaran

kompetensi yang ingin dicapai

Mata pelajaran lepas satu dengan

Semua mata pelajaran diikat oleh

yang lain, seperti sekumpulan

kompetensi inti (tiap kelas)

mata pelajaran terpisah

Elemen utama dalam perubahan kurikulum di Kurikulum 2014 terdapat


pada 4 Standar yang ada di SNP yaitu Pada Standar Kompetensi Lulusan, Standar
Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian.
Pada standar Kompetensi Lulusan hal yang berubah adalah Adanya
peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan; kompetensi lulusan yang
sebelumnya diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran
diturunkan dari kompetensi lulusan.

Sementara untuk Standar Isi terdapat beberapa perubahan pada struktur


kurikulum diantaranya:
a. Perubahan sistem: ada matapelajaran wajib dan ada matapelajaran pilihan
b. Terjadi pengurangan mata pelajaran yang harus diikuti siswa yaitu
ditiadakannya mata pelajaran TIK
c. Jumlah jam

bertambah 1 JP/minggu akibat

perubahan pendekatan

pembelajaran.
d. Adanya ekstrakurikuler wajib yaitu Pramuka
Pada Standar Proses, terdapat perubahan proses pembelajaran seperti:
a. Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi semakin dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah,
Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.
b. Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan
masyarakat
c. Guru bukan satu-satunya sumber belajar.
d. Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan
e. Adanya mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai dengan bakat dan minatnya.
Untuk Standar Penilaian, ada perubahan yang mendasar dalam penilaian
hasil belajar seperti:
a. Penilaian berbasis kompetensi

b. Pergeseran dari penilain melalui tes [mengukur kompetensi pengetahuan


berdasarkan hasil saja], menuju penilaian otentik [mengukur semua kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil]
c. Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar
didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)
d. Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL
e. Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama
penilaian.

Perubahan perubahan lainnya pada kurikulum 2013 terdapat pada


beberapa poin berikut:

Pada Kurikulum 2006, Mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentu


sementara pada Kurikulum 2013 Tiap mata pelajaran mendukung semua
kompetensi [sikap, keterampilan, pengetahuan]

Pada Kurikulum 2006, Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki
kompetensi dasar sendiri sementara pada Kurikulum 2013 Mata pelajaran
dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar yang
diikat oleh kompetensi inti tiap kelas.

Pada Kurikulum 2006, Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan


berbeda, sementara pada Kurikulum 2013 Semua mata pelajaran diajarkan
dengan pendekatan yang sama yaitu pendekatan saintifik

Di Kurikulum 2006 ada Penjurusan di kelas XI, sementara pada Kurikulum


2013 tidak ada penjurusan, yang ada adalah mata pelajaran wajib, peminatan,
antar minat, dan pendalaman minat.

Pendekatan pembelajaran yang dulunya Siswa Diberi Tahu menjadi


Pendekatan pembelajaran Siswa Mencari Tahu

C. Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar


SMA
1) Standar Kompetensi Lulusan jenjang SMA sesuai dengan permendikbud
nomor 54 tahun 2013 tentang SKL yaitu:
a. Sikap
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak
mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
b. Pengetahuan
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
serta dampak fenomena dan kejadian.
c. Keterampilan
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari
di sekolah secara mandiri.
10

2) Kompetensi Inti
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan
Pada Jenjang SMA Kompetensi Inti dibagi pada tiap jenjang kelas yaitu:
a. Kelas X
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada

11

bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan


minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
b. Kelas XI
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 :

Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan


faktual,

konseptual,

prosedural,

dan

metakognitif

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,


teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik

12

sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan


masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara
efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan
c. Kelas XII
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan

faktual,

konseptual,

prosedural,

dan

metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu


pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta


menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian

13

yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk


memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak
secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.
3) Kompetensi Dasar
Pada Kompetensi Dasar Untuk setiap Mata Pelajaran pada tiap jenjang kelas
dijabarkan Sebagai berikut:
Kelas
X

Mata Pelajaran

Jumlah Kompetensi Dasar Pada


KI 1

KI 2

KI 3

KI 4

Agama Islam

11

12

Agama Kristen

Agama Katolik

12

12

12

12

Agama Hindu

Agama Budha

Konghuchu

PKn

10

Bahasa Indonesia

Matematika

23

19

Sejarah Indonesia

Bahasa Inggris

11

16

Seni Budaya

12

16

16

Penjaskes

11

11

Kel. A (Wajib)

Kel. B (Wajib)

14

Kelas

Mata Pelajaran

Jumlah Kompetensi Dasar Pada


KI 1

KI 2

KI 3

KI 4

Matematika

12

Biologi

10

10

Fisika

Kimia

11

11

Geografi

Sejarah

11

11

Sosiologi

Ekonomi

Agama Islam

12

14

Agama Kristen

Agama Katolik

Agama Hindu

Agama Budha

Konghuchu

PKn

12

Bahasa Indonesia

Matematika

29

20

Sejarah Indonesia

11

11

Bahasa Inggris

12

16

Seni Budaya

12

16

16

Penjaskes

12

12

Kewirausahaan

12

13

Kewirausahaan
Kel. C (Peminatan)

XI

Kel. A (Wajib)

Kel. B (Wajib)

Kel. C (Peminatan)
Matematika

15

Kelas

XII

Mata Pelajaran

Jumlah Kompetensi Dasar Pada


KI 1

KI 2

KI 3

KI 4

Biologi

14

15

Fisika

11

10

Kimia

15

15

Geografi

Sejarah

11

11

Sosiologi

Ekonomi

Agama Islam

10

12

Agama Kristen

Agama Katolik

Agama Hindu

Agama Budha

Konghuchu

PKn

Bahasa Indonesia

Matematika

Sejarah Indonesia

Bahasa Inggris

12

16

Seni Budaya

12

16

16

Penjaskes

11

11

Kewirausahaan

Matematika

Biologi

10

10

Fisika

11

11

Kimia

10

10

Kel. A (Wajib)

Kel. B (Wajib)

Kel. C (Peminatan)

16

Kelas

Mata Pelajaran

Jumlah Kompetensi Dasar Pada


KI 1

KI 2

KI 3

KI 4

Geografi

Sejarah

10

10

Sosiologi

Ekonomi

D. Strategi Implementasi Kurikulum 2013 di SMA


Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Pemerintah bertanggungjawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah


untuk melaksanakan kurikulum.

Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan


kurikulum secara nasional.

Pemerintah provinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan


evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.

Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan bantuan


profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di
kabupaten/kota terkait.
Untuk mengimplementasi Kurikulum 2013, strategi yang digunakan adalah

dengan mendiklat para guru dan pengambil kebijakan di sekolah sehingga paham
betul

dengan

kurikulum

tersebut

dan

memberi

pendampingan

saat

pengimplementasian di lapangan serta memberi arahan akan kesadaran penuh bagi


pengajar sehingga Guru Mau dengan Iklas menerapkan kurikulum 2013 ini.

17

Saat ini pemerintah telah melakukan strategi

strategi untuk

mengimplementasikan Kurikulum 2013 ini diantaranya:

Pelaksanaan kurikulum 2013 di beberapa sekolah dan jenjang pendidikan di


berbagai daerah Indonesia yaitu:
Juli 2013 : Kelas I, IV, VII, dan X
Juli 2014 : Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI
Juli 2015 : kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII

Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 2015

Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 2014

Pengembangan

manajemen,

kepemimpinan,

sistem

administrasi,

dan

pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA,


dimulai dari bulan Januari Desember 2013

Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan


kesulitan dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013
2016

18

Stategi yang digunakan dapat dilihat dalam skema berikut

E. Pendekatan Model Pembelajaran dan Penilaiannya


Pendekatan Model Pembelajaran
Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif
guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
Guru mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran

Mendorong dan menginspirasi siswa

mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu
sama lain dari materi pembelajaran.

19

Guru juga harus mendorong dan menginspirasi siswa agar mampu


memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan
objektif dalam merespon materi pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
sistem penyajiannya.
Dalam Langkah langkah pembelajaran, prosesnya harus menyentuh tiga
ranah, yaitu Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan. Skemanya seperti berikut ini:

Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik tahu mengapa.

Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar


peserta didik tahu bagaimana.

20

Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar


peserta didik tahu apa.

Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk


menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan
dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang
meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan Ilmiah. Pendekatan ilmiah


(scientific appoach) dalam pembelajaran meliputi langkah langkah dari
mengamati,

menanya,

menalar,

mencoba,

membentuk

jejaring

(mengomunikasikan) untuk semua mata pelajaran. Metode pembelajaran yang


digunakan ada beberapa metode yang berbasis Masalah, diantaranya Project Based
Learning, Problem Based Learning, dan Discovery Learning.

Penilaian dalam Kurikulum 2013


Dalam kurikulum 2013 konsep penilaian yang dilakukan adalah penilaian
Autentik. Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang
bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari
penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan
sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian autentik
lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar
sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan

21

prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan
konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar
sekolah.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah
dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian tersebut
mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka
mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian
autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,
memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam
pengaturan yang lebih autentik.
Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam
pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang
sesuai.

Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang

menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda,

benar-salah,

menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini
tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan
memperoleh legitimasi secara akademik. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru
sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik.
Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting.
Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika
mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta untuk merefleksikan
dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman
yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar
22

yang lebih tinggi. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan
dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh
dari luar sekolah.
Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar,
kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan
belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan
peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus,
peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas
yang harus mereka lakukan.
Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan
peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar
bagaimana

belajar

tentang

subjek.

Penilaian

autentik

harus

mampu

menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum
dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam
hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan
sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah
layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.
Jenis Jenis Penilaian Autentik ada 4 yaitu Penilaian Kinerja, Penilaian
Proyek, Penilaian Portofolio dan Penilaian Tertulis. Penilaian kinerja sebisa
mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspekaspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta
didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk
menentukan kriteria penyelesaiannya. Cara merekam hasil penilaian berbasis
23

kinerja adalah daftar cek (checklist), catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative


records), skala penilaian (rating scale). memori atau ingatan (memory approach).
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu
tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh
peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan, analisis, dan penyajian data.
Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam penilaian proyek.
1. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan
data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang
diperoleh, dan menulis laporan.
2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
3. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh
peserta didik
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian
portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau
diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi
berdasarkan beberapa dimensi.

24

Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah


seperti berikut ini.
1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan
dibuat.
3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan
guru menyusun portofolio pembelajaran.
4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang
sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen
portofolio yang dihasilkan.
7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
Penilaian Tertulis atau yang lebih sering disebut Tes tertulis berbentuk
uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami,
mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan
sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa
mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.

25

DAFTAR PUSTAKA

Fadilah M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar. Ruzz


Universitas Negeri Medan. 2014. Konsorsium Sertifikasi Guru Devisi Plpg_Pgs
Rayon 102. Medan : Unimed
------ Permendikbud No. 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan,
Jakarta : Kemendikbud
------ Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, Jakarta :
Kemendikbud
------ Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian, Jakarta :
Kemendikbud
------ Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kompetensi dasar dan Struktur
Kurikulum SMA/MA, Jakarta : Kemendikbud
------ Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum,
Jakarta : Kemendikbud

26

Anda mungkin juga menyukai