05/MEN/1996
PERATURAN
MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR : PER. 05/MEN/1996
TENTANG
SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
MENTERI TENAGA KERJA
Menimbang : a. bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian besar
disebabkan oleh faktor manusia dan sebagian kecil disebabkan oleh
faktor teknis.
b. bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
maupun orang lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi,
proses produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
c. bahwa dengan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dapat mengantisipasi hambatan teknis dalam era
globalisasi perdagangan;
d. bahwa untuk Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
1 dari 42
PER.05/MEN/1996
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut
Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif;
2. Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik
di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada
di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia;
3. Audit adalah pemeriksaan secara sistematik dan independen, untuk menentukan suatu
kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan sesuai dengan pengaturan yang direncanakan,
dan dilaksanakan secara efektif dan cocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan
perusahaan;
4. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang mempekerjakan pekerja dengan tujuan
mencari laba atau tidak, baik milik swasta maupun milik negara;
5. Direktur ialah pejabat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 1 Tahun
1970;
6. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai teknik berkeahlian khusus dari
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri;
7. Pengusaha adalah:
a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan untuk
keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha
bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
c. Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum
termaksud pada huruf a dan b, jikalau yang diwakili berkedudukan di luar
Indonesia.
2 dari 42
PER.05/MEN/1996
8. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung tempat kerja atau
lapangan yang berdiri sendiri;
9. Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat;
10. Laporan Audit adalah hasil audit yang dilakukan oleh Badan Audit yang berisi fakta
yang ditemukan pada saat pelaksanaan audit di tempat kerja sebagai dasar untuk
menerbitkan serifikat pencapaian kinerja Sistem Manajemen K3;
11. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang ketenagakerjaan.
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN
SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 2
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan
dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif.
BAB III
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 3
(1) Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau
lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses
atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem
Manajemen K3.
(2) Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilaksanakan
oleh Pengurus, Pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan.
3 dari 42
PER.05/MEN/1996
Pasal 4
(1) Dalam penerapan Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 3,
Perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen
terhadap penerapan Sistem Manajemen K3;
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja;
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk
mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja;
d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan;
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3
secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja.
(2) Pedoman penerapan Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud ayat (1)
sebagaimana tercantum dalam lampiran I Peraturan Menteri ini.
BAB IV
AUDIT SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 5
(1) Untuk pembuktian penerapan Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud pasal 4
perusahaan dapat melakukan audit melalui badan audit yang ditunjuk oleh Menteri.
(2) Audit Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi unsurunsur sebagai berikut:
a. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen;
b. Strategi pendokumentasian;
c. Peninjauan ulang desain dan kontrak;
d. Pengendalian dokumen;
e. Pembelian;
f. Keamanan bekerja berdasarkan Sistem Manajemen K3;
g. Standar Pemantauan;
h. Pelaporan dan perbaikan kekurangan;
4 dari 42
PER.05/MEN/1996
BAB V
KEWENANGAN DIREKTUR
Pasal 6
Direktur berwenang menetapkan perusahaan yang dinilai wajib untuk diaudit berdasarkan pertimbangan tingkat risiko bahaya.
BAB VI
MEKANISME PELAKSANAAN AUDIT
Pasal 7
(1) Audit Sitem Manajemen K3 dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam tiga
tahun.
(2) Untuk pelaksanaan audit, Badan Audit harus:
a. membuat rencana tahunan audit;
b. menyampaikan rencana tahunan audit kepada Menteri atau Pejabat yang ditunjuk,
pengurus tempat kerja yang akan diaudit dan Kantor Wilayah Departemen Tenaga
Kerja setempat;
c. Mengadakan koordinasi dengan Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja
setempat;
(3) Pengurus tempat kerja yang akan diaudit wajib menyediakan dokumen-dokumen yang
diperlukan untuk pelaksanaan audit sistem manajemen K3.
Pasal 8
(1) Badan Audit wajib menyampaikan laporan audit lengkap kepada Direktur dengan
tembusan yang disampaikan kepada pengurus tempat kerja yang diaudit.
5 dari 42
PER.05/MEN/1996
(2) Laporan audit lengkap sebagaimana dimaksud ayat (1) menggunakan formulir
sebagaimana tercantum dalam lampiran III Peraturan Menteri ini.
(3) Setelah menerima laporan Audit Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud ayat
(2), Direktur melakukan evaluasi dan penilaian.
(4) Berdasarkan hasil evaluasi dan penilaian tersebut pada ayat (3) Direktur melakukan
hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan sertifikat dan bendera penghargaan sesuai dengan tingkat
pencapaiannya; atau
b. Menginstruksikan kepada Pegawai Pengawas untuk mengambil tindakan apabila
berdasarkan
hasil
audit
ditemukan
adanya
pelanggaran
atas
peraturan
perundangan.
BAB VII
SERTIFIKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 9
(1) Sertifikat sebagaimana dimaksud pasal 8 ayat (4) huruf a, ditanda tangani oleh
Menteri dan berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun.
(2) Jenis sertifikat dan bendera penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
sebagaimana tercantum dalam lampiran IV Peraturan Menteri ini.
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 10
Pembinaan dan pengawasan terhadap penerapan Sistem Manajemen K3 dilakukan oleh
Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
BAB IX
PEMBIAYAAN
Pasal 11
Biaya pelaksanaan audit Sistem Manajemen K3 dibebankan kepada perusahaan yang
diaudit.
6 dari 42
PER.05/MEN/1996
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 12 Desember 1996
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
Drs. ABDUL LATIEF
7 dari 42
PER.05/MEN/1996
8 dari 42
PER.05/MEN/1996
2. PERENCANAAN
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan
penerapan Sistem Manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
Perencanaan harus memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan
dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya penilaian dan pengendalian
risiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan
tinjauan awal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
9 dari 42
PER.05/MEN/1996
harus
menetapkan
dan
memelihara
prosedur
untuk
10 dari 42
PER.05/MEN/1996
3. PENERAPAN
Dalam mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan harus
menunjuk personel yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang
diterapkan.
penerapan
Sistem
Manajemen
K3
yang
efektif
perlu
PER.05/MEN/1996
3.1.2 Integrasi.
Perusahaan dapat mengintegrasikan Sistem Manajemen K3 kedalam
sistem manajemen perusahaan yang ada. Dalam hal pengintegrasian tersebut
terdapat pertentangan dengan tujuan dan prioritas perusahaan, maka:
a. Tujuan dan prioritas Sistem Manajemen K3 harus diutamakan.
b. Penyatuan Sistem Manajemen K3 dengan sistem manajemen perusahaan
dilakukan secara selaras dan seimbang.
PER.05/MEN/1996
PER.05/MEN/1996
3.2.2 Pelaporan
Prosedur pelaporan informasi yang terkait dan tepat waktu harus ditetapkan
untuk menjamin bahwa Sistem Manajemen K3 dipantau dan kinerjanya
ditingkatkan.
Prosedur pelaporan internal perlu ditetapkan untuk menangani:
a. Pelaporan terjadinya insiden.
b. Pelaporan ketidaksesuaian.
c. Pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
d. Pelaporan identifikasi sumber bahaya.
Prosedur pelaporan eksternal perlu ditetapkan untuk menangani:
a. Pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundangan.
b. Pelaporan kepada pemegang saham.
14 dari 42
PER.05/MEN/1996
3.2.3 Pendokumentasian
Pendokumentasian
merupakan
unsur
utama
dari
setiap
sistem
PER.05/MEN/1996
16 dari 42
PER.05/MEN/1996
17 dari 42
PER.05/MEN/1996
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
persyaratan
3.3.7 Pembelian
Sistem pembelian barang dan jasa termasuk didalamnya prosedur
pemeliharaan barang dan jasa harus terintegrasi dalam strategi penanganan
pencegahan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sistem pembelian
harus menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan
memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja.
Pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja, perusahaan harus
menjelaskan kepada semua pihak yang akan menggunakan barang dan jasa
tersebut mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
18 dari 42
PER.05/MEN/1996
perbaikan
harus
dilakukan
segera
pada
saat
ditemukan
19 dari 42
PER.05/MEN/1996
secara
berkala
untuk
menjamin
kesesuaian
dan
keefektifan
yang
PER.05/MEN/1996
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 12 Desember 1996
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
Drs. ABDUL LATIEF
21 dari 42
PER.05/MEN/1996
LAMPIRAN II
Nomor
Tanggal
1.1.2
1.1.3
Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus setelah melalui proses
konsultasi dengan wakil tenaga kerja.
1.1.4
1.1.5
1.1.6
1.2.2
1.2.3
Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan bertanggung jawab atas kinerja
keselamatan dan kesehatan kerja pada unit kerjanya.
1.2.4
PER.05/MEN/1996
1.2.5
1.2.6
1.2.7
Pimpinan unit kerja diberi informasi tentang tanggung jawab mereka terhadap
tenaga kerja kontraktor dan orang lain yang memasuki tempat kerja.
1.2.8
1.2.9
1.3.2
Apabila
memungkinkan,
hasil
tinjauan
ulang
dimasukkan
kedalam
1.4.2
Dibuatkan prosedur yang memudahkan konsultasi mengenai perubahanperubahan yang mempunyai implikasi terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja.
1.4.3
1.4.4
1.4.5
1.4.6
1.4.7
23 dari 42
PER.05/MEN/1996
1.4.8
1.4.9
tenaga
kerja
yang
ditunjuk
sebagai
penanggungjawab
2. STRATEGI PENDOKUMENTASIAN
2.1 Perencanaan Rencana Strategi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.2.2
2.2.3
PER.05/MEN/1996
2.3.2
3.1.2
3.1.3
3.1.4
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
diidentifikasikan,
3.2.2
3.2.3
3.2.4
25 dari 42
PER.05/MEN/1996
4. PENGENDALIAN DOKUMEN
4.1 Persetujuan dan Pengeluaran Dokumen
4.1.1
4.1.2
4.1.3
4.1.4
4.2.2
4.2.3
5. PEMBELIAN
5.1 Spesifikasi dari pembelian barang dan jasa
5.1.1
5.1.2
Spesifikasi pembelian untuk setiap sarana produksi, zat kimia atau jasa
harus dilengkapi spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan peraturan
perundangan dan standar keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.
5.1.3
5.1.4
26 dari 42
PER.05/MEN/1996
5.3.2
6.1.2
6.1.3
6.1.4
Prosedur atau petunjuk kerja untuk mengelola secara aman seluruh risiko
yang teridentifikasi didokumentasikan.
6.1.5
6.1.6
Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang berkompeten
dengan masukan dari tenaga kerja yang dipersyaratkan untuk melakukan
tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang ditunjuk.
6.1.7
Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara benar
serta dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai.
27 dari 42
PER.05/MEN/1996
6.1.8
Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan laik pakai
sesuai dengan standar dan atau peraturan perundangan yang berlaku.
6.1.9
6.2 Pengawasan
6.2.1
6.2.2
6.2.3
6.2.4
6.2.5
6.3.2
6.4.2
6.4.3
6.4.4
28 dari 42
PER.05/MEN/1996
6.5.2
6.5.3
6.5.4
6.5.5
6.5.6
6.5.7
Terdapat suatu sistem penandaan bagi alat yang sudah tidak aman lagi
jika digunakan atau yang sudah tidak digunakan lagi.
6.5.8
Apabila
diperlukan,
dilakukan
penerapan
sistem
penguncian
6.6 Pelayanan
6.6.1
6.6.2
PER.05/MEN/1996
Keadaan darurat yang potensial (di dalam atau di luar tempat kerja) telah
diidentifikasi
dan
prosedur
keadaan
darurat
tersebut
telah
didokumentasikan.
6.7.2
Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau ulang secara rutin oleh
petugas yang berkompeten.
6.7.3
6.7.4
6.7.5
6.7.6
Alat dan sistem keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara
berkala.
6.7.7
6.8.2
7. STANDAR PEMANTAUAN
7.1 Pemeriksaan Bahaya
7.1.1
7.1.2
7.1.3
7.1.4
Daftar periksa (check list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan
pada saat inspeksi.
30 dari 42
PER.05/MEN/1996
7.1.5
7.1.6
7.2.2
7.3.2
7.4.2
Perusahaan
telah
mengidentifikasi
keadaan
dimana
pemeriksaan
7.4.4
7.4.5
31 dari 42
PER.05/MEN/1996
mengenai
proses
pelaporan
sumber
bahaya
terhadap
8.2.2
8.3.2
8.3.3
8.3.4
tindakan
perbaikan
sehubungan
dengan
laporan
penyelidikan.
8.3.5
8.3.6
8.4.2
32 dari 42
PER.05/MEN/1996
9.1.1
9.1.2
9.1.3
9.1.4
dengan
cara
yang
aman
sesuai
dengan
peraturan
9.2.3
9.3.2
9.3.3
Terdapat sistem untuk mengidentifikasi dan pemberian label pada bahanbahan berbahaya.
9.3.4
9.3.5
33 dari 42
PER.05/MEN/1996
9.3.6
34 dari 42
PER.05/MEN/1996
mendokumentasikan
dan
menyimpan
catatan
seluruh
pelatihan.
12.1.7 Evaluasi dilakukan pada setiap sesi pelatihan untuk menjamin
peningkatan secara berkelanjutan.
12.1.8 Program pelatihan ditinjau ulang secara teratur untuk menjamin agar tetap
relevan dan efektif.
35 dari 42
PER.05/MEN/1996
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 12 Desember 1996
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
Drs. ABDUL LATIEF
36 dari 42
PER.05/MEN/1996
LAMPIRAN III
Nomor
Tanggal
Nomor
DISTRIBUSI LAPORAN:
1. < NAMA PERUSAHAAN YANG DIAUDIT >
2. < DEPARTEMEN TENAGA KERJA >
3. < NAMA BADAN AUDIT >
37 dari 42
PER.05/MEN/1996
No. Laporan
Tgl. Laporan
< Tanggal
Laporan >
No. Pekerjaan
LAPORAN AUDIT
SISTEM
MANAJEMEN
KESELAMATAN
DAN KESEHATAN
KERJA
Halaman
< NAMA
PERUSAHAAN >
RINGKASAN
Auditor
Koordinator
38 dari 42
PER.05/MEN/1996
No. Laporan
Tgl. Laporan
< Tanggal
Laporan >
No. Pekerjaan
LAPORAN AUDIT
SISTEM
MANAJEMEN
KESELAMATAN
DAN KESEHATAN
KERJA
Halaman
< NAMA
PERUSAHAAN >
RINGKASAN
Auditor
Koordinator
3. JADWAL AUDIT
NO
KEGIATAN
PERTEMUAN AWAL
PELAKSANAAN AUDIT
PERTEMUAN AKHIR
WAKTU
KETERANGAN
PERHUBUNGAN
39 dari 42
PER.05/MEN/1996
No. Laporan
Tgl. Laporan
< Tanggal
Laporan >
No. Pekerjaan
LAPORAN AUDIT
SISTEM
MANAJEMEN
KESELAMATAN
DAN KESEHATAN
KERJA
Halaman
< NAMA
PERUSAHAAN >
RINGKASAN
Auditor
Koordinator
NO KRITERIA
KRITERIA
PEMENUHANNYA
SESUAI
TIDAK SESUAI
MAYOR
MINOR
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 12 Desember 1996
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
Drs. ABDUL LATIEF
40 dari 42
PER.05/MEN/1996
LAMPIRAN IV
Nomor
Tanggal
:
:
:
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagaimana tabel I dan II dibawah ini:
Tabel 1
Kecil
64 kriteria
Sedang
122 kriteria
Besar
166 kriteria
0-59%
tindakan hukum
tindakan hukum
tindakan hukum
60-84%
85-100%
41 dari 42
PER.05/MEN/1996
Tabel II
PEMBAGIAN KRITERIA TIAP TINGKAT PENCAPAIAN PENERAPAN
SISTEM MANAJEMEN K3
NO
ELEMEN
TINGKAT AWAL
Pembangunan dan
pemeliharaan komitmen
Strategi
pendokumentasian
Peninjauan ulang disain
dan kontrak
Pengendalian dokumen
3
4
5
6
Pembelian
Keamanan bekerja
berdasarkan sistem
manajemen K3
Standar pemantauan
10
Pengumpulan dan
penggunaan data
Audit Sistem Manajemen
K3
Pengembangan
keterampilan dan
kemampuan
11
12
TINGKAT
TRANSISI (seluruh
tingkat awal dan
transisi)
1.1.3, 1.1.5, 1.2.1,
1.2.7, 1.2.8, 1.2.9,
1.4.2, 1.4.9, 1.4.10
TINGKAT LANJUT
(Seluruh tingkat
awal, transisi dan
lanjut)
1.1.2, 1.1.4, 1.1.6,
1.2.3, 1.2.6, 1.3.1,
1.3.2
5.1.2, 5.1.3
6.1.4, 6.1.6, 6.2.2,
6.2.3, 6.2.4, 6.2.5,
6.3.1, 6.5.1, 6.5.5,
6.5.9, 6.6.1, 6.6.2,
6.7.2, 6.7.6, 6.7.7
9.1.4, 9.2.2
10.1.4,
10.2.2
11.1.1, 11.1.2, 11.1.3,
11.1.4
12.1.1, 12.1.7, 12.1.8,
12.3.3
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 12 Desember 1996
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
Drs. ABDUL LATIEF
42 dari 42