Samudera Pasai, juga diperoleh dari pendapatan pajak barang eksport dan import. Dalam
sumber sumber sejarah juga dijelaskan, bahwa Kesultanan Samudera Pasai telah
menggunakan uang kecil yang disebut dengan ceitis. Uang kecil itu ada yang terbuat dari
emas dan ada pula yang terbuat dari dramas.
Dalam bidang keagamaan Ibnu Batuta menjelaskan bahwa Kesultanan Samudera
Pasai juga dikunjungi oleh para ulama dari Persia, Suriah ( Syria ), dan Isfahan. Dalam
catatan Ibnu Batuta disebutkan bahwa Sultan Samudera Pasai sangat taat terhadap agama
Islam yang bermazhab Syafii. Sultan selalu dikelilingi oleh para ahli teologi Islam.
Kerajaan Samudera Pasai mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam di
Asia Tenggara. Malaka menjadi Kerajaan yang bercorak Islam karena amat erat
hubungannya dengan Kerajaan Samudera Pasai. Hubungan tersebut semakin erat dengan
diadakannya pernikahan antara putra putri sultan dari Pasai dan Malak sehingga pada
abad ke 15 atau sekitar 1414 M tumbuhlah Kerajaan Islam Malaka, yang dimulai
dengan pemerintahan Parameswara.
Dalam hikayat Patani terdapat cerita tentang pengislaman raja Patani yang bernama
Paya Tu Nakpa dilakukan oleh seorang dari Pasai yang bernama Syaikh Said, karena
berhasil menyembuhkan raja Patani. Setelah masuk Islam, raja berganti nama menjadi
Sultan Ismail Syah Zill Allah Fi al-Alam dan juga ketiga orang putra dan putrinya yaitu
Sultan Mudaffar Syah, Siti Aisyah, dan Sultan Mansyur. Pada masa pemerintahan sultan
Mudaffar Syah juga datang lagi seorang ulama dari Pasai yang bernama Syaikh
Safiuddin yang atas perintah raja ia mendirikan mesjid untuk orang orang muslim di
Patani. Demikian pula jenis nisan kubur yang disebut Batu Aceh menjadi nisan kubur
Raja Raja Patani, Malaka, dan Malaysia. Pada umumnya nisan kubur tersebut
berbentuk menyerupai nisan kubur Sultan Malik as- Shaleh dan nisan nisan kubur ldari
sebelum abad ke 17. Dilihat dari kesamaan jenis batu serta cara penulisan dan huruf
huruf bahkan dengan cara pengisian Ayat Ayat Al-Quran dan nuansa kesufiannya,
jelas Samudera Pasai mempunyai peranan penting dalam persebaran Islam di beberapa
tempat di Asia Tenggara dan demikian pula dibidang perekonomian dan perdagangan.
Namun sejak Portugis menguasai Malaka pada 1511 dan meluaskan kekuasaannya, maka
Kerajaan Islam Samudera Pasai mulai dikuasai sejak 1521. Kemudian Kerajaan Aceh
Darussalam di bawah pemerintahan Sultan ali Mughayat Syah lebih berhasil menguasai
Samudera Pasai. Kerajaan kerajaan Islam yang terletak dipesisir seperti Aru, Pedir, dan
lainnya lambat laun berada dibawah kekuasaan Kerajaan Islam Aceh Darussalam yang
Dalam sejarah Kerajaan Gowa perlu dicatat tentang sejarah perjuangan Sultan
Hasanuddin dalam mempertahankan kedaulatannya terhadap upaya penjajahan politik
dan ekonomi kompeni ( VOC ) Belanda. Semula VOC tidak menaruh perhatian terhadap
Kerajaan Gowa Tallo yang telah mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan.
Berita tentang pentingnya Kerajaan Gowa Tallo didapat setelah kapal Portugis di
rampas oleh VOC pada masa Gubernur Jendral J. P. Coen di dekat perairan Malak. Di
dalam kapal tersebut terdapat orang Makassar. Dari orang Makassar itulah ia mendapat
berita tentang pentingnya Pelabuhan Somba Opu sebagai pelabuhan transit terutama
untuk mendatangkan rempah rempah dari Maluku. Pada 1634 VOC memblokir
Kerajaan Gowa tetapi tidak berhasil. Peristiwa peperangan dari waktu ke waktu terus
berjalan dan baru berhenti antara 1637 1638. Sempat tercipta perjanjian damai namun
tidak kekal karena pada 1638 terjadi perompakan kapal orang Bugis yang bermuatan
kayu cendana, dan muatannya di jual kepada orang Portugis. Perang di Sulawesi Selatan
ini berhebti setelah perjanjian Bongaya pada 1667 yang sangat merugikan pihak Gowa
Tallo.