PENGGUNAAN ZAT
Penyusun: Dr. Nyoman Hanati,
SpKJ (K)
KETERAMPILAN
Diharapkan memiliki keterampilan untuk
:
Mengenali tanda-tanda
ketergantungan NAPZA meliputi tandatanda putus zat (withdrawal atau
keracunan/intoksikasi)
Merencanakan serta intervensi
terapeutik secara cepat dan tepat,
termasuk kemungkinan melakukan
rujukan rawat inap.
Gambaran Umum
Ketergantungan Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya
ICD-10 (International Classification
of disease and health related
problem, 1992) digolongkan
dalam Gangguan Mental dan Perilaku
akibat Penggunaan Zat psikoaktif
(Mental and behavioural disorders due
to psychoactive substance use).
Ringkasan teori
NAPZA Narkotika, Pskikotropika dan Zat adiktif lain
Penyalahgunaan NAPZA merugikan kesehatan,
ekonomi, sosial, produktivitas, biaya, politik, budaya
Semua zat psikoaktif bagaimana zat-zat
digunakan, jumlah serta frekuensi penggunaan.
Ketergantungan zat mekanisme biologis
mempengaruhi otak dan kemampuan untuk
mengontrol penggunaan zat.
Dipengaruhi faktor biologis dan genetika juga faktorfaktor psikologis, sosial, kultural dan lingkungan.
Epidemiologi
Di AS pencandu heroin meninggal 1% / tahun
25% meninggal dalam 10-20 tahun dari awal
kebiasaan
Penyebab lazim OD fatal yang tidak disengaja.
Kematian akibat kekerasan kriminal atau yang
mulai meningkat, AIDS.
25% atau > dari pecandu memiliki gangguan
kepribadian, biasanya jenis antisosial.
Insiden tinggi depresi dan ansietas
Pecandu heroin risiko terjangkit penyakit
HIV/AIDS, hepatitis menular
INTOKSIKASI ALKOHOL
(DSM-IV hal. 196, 303.00)
Alkohol adalah depresan SSP.
Intoksikasi dini meliputi rasa nyaman, nafas
bau alkohol, kadar alkohol dlm darah
100mg/100ml
Lanjut mjd iritabilitas, labilitas emosi dan
hilangnya koordinasi (100-150mg%)
Meningkat menjadi apatis, bicara tidak jelas,
dan ataksia (150-250mg%)
Akhirnya koma alkoholik (lebih dari 250400mg%)
Intoksikasi Opioid
(DSM-IV, hal 249, 292.89)
Gejala Psikologis : keresahan segera
obat IV, euforia atau disforia,
mengantuk, apati, kemunduran
psikomotor dan sulit konsentrasi.
Gejala Fisik : Miosis, ucapan yang tidak
jelas, depresi respiratorik, hipotensi,
hipotermia, bradikardia, konstipasi,
serta mual dan muntah. Ulkus. Kejangkejang terhadap meperidin.
Overdosis Opioid
keadaan darurat medis, pasien
dengan OD bisa mati karena depresi.
Cari bekas suntikan dan pupil
pinpoint pada pasien yang tidak
sadar,
anoxia CNS yang bermakna, pupilnya
dilatasi.
Intoksikasi Amfetamin
(DSM-IV hal 207, 292.89)
Gejala Psikologis : Waspada berlebihan,
kegelisahan, agitasi psikomotor, mondarmandir, banyak bicara dan tekanan pada
pembicaraan, rasa nyaman dan elasi. Sering
kali agresif, perilaku kekerasan dan daya nilai
terganggu.
Gejala Fisik : takikardi, hipertensi, dilatasi
pupil, mengigil dan diaforesis, anoreksia, mual
dan muntah dan insomnia. Kadang-kadang
ada gerakan-gerakan berulang yang
stereotipik.
Intoksikasi Kanabis
(DSM-IV hal 218, 292.89)
Zat aktif pada kanabis adalah THC(Tri
Hydroxi canabioid)
Berbagai variasi bentuk (mariyuana, hasis)
semuanya dapat diisap seperti rokok atau
dimakan dan perbedaan efek yang
dihasilkan tergantung pada konsentrasi THC.
Biasanya mengakibatkan perubahan fisik
dan psikologis yang ringan yang terjadi
segera setelah mengkonsumsi dan bertahan
hingga 2-4 jam.
NIKOTIN
Putus Zat Nikotin (Merokok)
Keracunan Nikotin
Nyeri perut, Sakit kepala, Mual, Muka
pucat, Palpitasi, Berkeringat,
Dizzines, Muntah, Badan lemah
Gejala-gejala diatas mengganggu
fungsi sosial, tidak disebabkan oleh
penyakit atau kondisi medis umum.
CAFFEINE (KOPI)
Putus Zat Caffeine
PRINSIP PENANGGULANGAN
Pengobatan penyalahguna kronis sulit
Sering diperlukan rawat inap untuk memastikan
diagnosis, menjaga keselamatan penderita,
optimalisasi dan efektifnya perawatan.
Farmakoterapi disesuai dengan obat yang
digunakan.
Diperlakukan dengan tegas tetapi dengan
empati
Hadapi pasien hanya bila tidak dalam keadaan
intoksikasi (kecuali krisis kronis)
Libatkan mereka dalam acara yang formal
FASE PENGOBATAN
Alkohol
Intoksikasi Alkohol
Tunda wawancara rinci dan diagnosis
akhir sampai penderita tidak mabuk.
Evaluasi dgn seksama masalah
medisnya
Diagnosis banding termasuk
hipoglikemia, infeksi SSP dan psikosis
toksis oleh penyebab lain.
FASE PENGOBATAN
OPIOID
Over dosis
Rawat dengan perawatan medis intensif
(ICU).
Berikan narkotik antagonis nalokson/narcan.
Berikan 1,4 mg IV dan ulangi 5 kali dengan
interval 5 menit.
Diharap terjadi respon cepat, perbaikan
kesadaran 1-2 menit, jika tidak terjadi
setelah 4 dosis curigai etiologi lain
Jika pasien membaik teruskan pengawasan
SEDATIF HIPNOTIK
Overdosis Sedatif Hipnotik
Penanganan Putus Zat
Metode yang digunakan tanpa melihat obat yang disalahgunakan.
Rawat inap pasien di rumah sakit untuk tes jika memungkinkan
Berikan 200 mg pentobarbital lewat oral
Evaluasi setelah 1 jam, jika ia :
tertidur bisa dibangunkan, pasien tidak punya toleransi
ataksia yang jelas, sedikit gemetar dan nistagmus, toleransi harian adl
400-500 mg pentobarbital
ataksia yang ringan, sedikit nistagmus, toleransi harian 600 mg
tenang, sedikit nistagmus lateral, toleransi harian 800 mg
tanpa gejala atau memilki tanda putus zat ringan yang berlanjut toleransi
harian 1000mg atau lebih.
Tunggu 3-4 jam lalu berikan dosis 300 mg pentobarbital lewat oral.
jika tidak juga bereaksi dosis yang lebih tinggi ini kemungkinan toleransi
harian melebihi 600 mg.
KANABIS
Fase Putus Zat Kanabis
Obati mimpi buruk dengan dukungan
Pemakai mariyuana yang tersembunyi dapat terdeteksi
sampai beberapa minggu setelah pemakaian dengan
uji tapis delta-9-THC-11-oic-acid (THCA) di urine.
5-10% infeksi HIV datang dari pengguna zat dengan jarum suntik
(Injecting Drug Users=IDU).
Di beberapa negara Asia dan Eropa pengidap HIV terbanyak adalah
pengguna zat dengan jarum suntik, mencapai lebih dari 70%, zat
yang paling banyak digunakan melalui jarum suntik adalah heroin
Tidak ada terapi tunggal yang dapat efektif bagi semua individu.
Individu yang mencari terapi untuk mengatasi ketergantungan
opioidanya mempunyai berbagai pola resiko dan faktor protektif,
juga perbedaan masalah psikologi dan sosialnya.
Karena itu layanan yang diberikan harus cukup menjawab dan
sesuai dengan kebutuhan klien yang beragam, keparahan
ketergantungan, lingkungan pribadi, motivasi dan respon terhadap
intervensi.
Manajemen ketergantungan opioida membutuhkan keseimbangan
kombinasi terapi farmakologik (obat-obatan), psikoterapi,
rehabilitasi psikososial dan intervensi pengurangan resiko.
KOMORBIDITAS
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dapat
menimbulkan gejala psikiatri seperti : cemas,
depresi dan halusinasi.
Suatu penelitian di USA menunjukkan lebih dari
50% penyalahgunaan NAPZA non alkoholik
mengidap paling tidak satu gangguan psikiatri a.l :
26% mengalami gangguan mood (depresi, mania)
26% gangguan anxietas
18% gangguan kepribadian antisosial
7% skizofrenia
Hubungan antara ketergantungan NAPZA dengan gejala psikiatri secara klinis melalui
penilaian dan pemeriksaan sbb :
ALGORITMA
Management terapi penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA.
Masalah yang timbul dalam penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA ini adalah keadaan putus zat
dan keadaan keracunan atau intoksikasi dengan
segala pengaruh buruknya yang perlu mendapatkan
terapi.
Tidak semua pasien dengan penyalahgunaan dan
ketergantugan NAPZA terjadi keadaan withdrawal /
putus zat.
Penyalahgunaan dan ketergantungan Opioid (heroin,
morfin, petidin, codein) dapat menimbulkan keadaan
withdrawal maupun keracunan.
Keracunan Opioid
Keracunan opioid khususnya heroin
atau putaw sangat berbahaya dapat
terjadi kematian kalau tidak cepat
ditolong.
Keracunan heroin diberikan Naloxon
Injeksi secara introvenous 0,5 mg
dapat diulang sampai sadar/sembuh
kembali.
Alkohol
Keadaan putus zat/withdrawal alkohol dapat diberikan
obat dari kelompok Benzodiasepine seperti Diazepam
oral atau injeksi dan diberikan vit B1 (tiamin)
Konsumsi alkohol dapat menimbulkan Neuropatis
perefer oleh karena deficiensi tiamin (vit B1)
Penderita dengan keadaan putus zat alkohol dapat
diberikan obat dari golongan Benzodiasepin seperti :
Lorazepam (ativan) sifat short acting, propanal (inderal),
chlordiasepoxide (Librium) dan Diasepam (valium).
Dapat diberikan obat anti psikotik seperti Haloperidal
oral dan injeksi bila keadaan putus zat alkohol tergolong
berat, Dibantu dengan psikoterapi, counseling dsb.
Amphetamin
Penderita dengan keadaan withdrawal/putus zat
amphetamin dapat diberikan obat antidepresan
seperti imipramine (Tofranil) 150 mg/hari sampai
gejala-gejala putus zat amphetamin hilang
kemudian dosis diturunkan.
Antidepresan dari golongan SSRI seperti fluxetine
(Prozac) oral 20 mg/hari selanjutnya dosis diatur.
Keracunan amphetamin dapat diberikan obat
dari golongan antipsikosis seperti Chlorpromazine
(Bromeklil, Thorazine) atau Haloperidol dapat
menenangkan keadaan pasien.
Caffeine
Penderita dengan putus zat caffeine sering mengeluh
sakit kepala (headache) dalam hal ini coba seperti
Aspirin baik diberikan.
Bila klien ingin berhenti untuk minum kopi
hendaknya diberikan dosis/takaran kopi yang
diminum metode tapering.
Sedangkan penderita (klien) dengan keracunan
caffeine dapat diberikan obat yang menenangkan
seperti dari kelompok Benzodiazepin, Diazepam,
Clobazam per oral dengan dosis disesuaikan.
Nicotine
Penderita dengan putus zat nicotine akibat merokok
(smoking) dengan cara substitusi
Nicotine-gum berupa permen karet dikunyah dan diisap.
Nicotine patches, nicotine nasal spray, nicotine inhaler
dan nicotine lozenge.
Obat lain dapat diberikan adalah obat anti depresan
seperti Bupropion (wellbutrine) tab/oral, Nortriptyline
(Aventil), antidepresan SSRI (Fluxetine Sertraline)
Clonidine (catapnes) 0,2 mg-0,4 mh/hari dapat diberikan
dengan dosis disesuaikan.
Dibantu dengan psikoterapi.
PENUNTUN PEMERIKSAAN
PSIKIATRIK
UNTUK KLIEN DENGAN KECANDUAN NAPZA
Faktor Risiko (Individu)
Genetik
Riwayat pengguna/kecanduan NAPZA di keluarga
Personality kecenderungan antisosial
Pengetahuan tentang zat dan Masalah sekolah
Mulai digunakan di usia muda
Dinamika Keluarga
Teknik pengasuhan tidak efektif
Riwayat keluarga yang tidak harmonis
Lingkungan Lokal
Pengaruh peer group
Labelling
Pengalaman traumatik seerti kekerasan masa kanak,
penyengsaraan
Status sosial ekonomi
Lingkungan Luas
Peratuan Perundang-undangan
Pendekatan hukum
Ketersediaan zat
Pesan sosial untuk no drug use dan masalah terkait.
Thank you...